Anda di halaman 1dari 12

MUATAN LOKAL

TENTANG

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP) BUDAYA ALAM MINANGKABAU (BAM)

KELAS V SEMESTER 2

OLEH :

AULIA RAHMI
(14129132)

14-BKT-08

DOSEN PEMBIMBING:
DRa. ZURYANTY, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar

Kelas/Semester : V/2

Mata Pelajaran : Budaya Alam Minangkabau (BAM)

AlokasiWaktu : 2 x 35 menit (Pertemua ke-1)

A. Standar Kompetensi
2. Mengenal, mengetahui dan mengetahui dan menghayati macam-macam upacara
adat Minangkabau

B. Kompetensi Dasar
2.1 Mengenal upacara adat Minangkabau (Batagak Panghulu)

C. Indikator
Pertemuan 1
2.1.1 Menjelaskan pengertian penghulu (panghulu)
2.1.2 Menyebutkan 8 syarat menjadi penghulu (panghulu)
2.1.3 Menjelaskan tatacara upacara pengangkatan penghulu (panghulu)

D. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan tanya jawab, siswa dapat menjelaskan pengertian dengan tepat
2. Dengan penjelasan guru , siswa dapat menyebutkan 8 syarat menjadi penghulu
dengan benar
3. Dengan melihat video upacara pengangkatan penghulu, siswa dapat menjelaskan
tatacara pengankatan penghulu dengan benar

E. Materi Pembelajaran
Upacara Batagak Panghulu ( terlampir)

F. Metode dan Model Pembelajaran


1. Metode : Tanya Jawab, diskusi, dan ceramah
2. Model Pembelajaran : langsung
Langkah-langkah :
a. Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa
b. Fase 2 : Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
c. Fase 3 : Membimbing pelatihan
d. Fase 4 : Mengecek pemahaman dan memberi umpan balik
e. Fase 5 : Memberikan kesempatan untuk pelatihan selanjutnya
G. Sumber belajar dan Media
1. Sumber belajar
a. KTSP 2006
b. Buku Budaya Alam Minangkabau (BAM) Kelas V SD
2. Media
a. Gambar “Macam-macam upacara adat di Minangkabau”
b. Video “Upacara ‘batagak’ panghulu ”
H. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Menyiapkan kondisi kelas untuk belajar dengan mempersiapkan segala
sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan
2. Meminta siswa untuk berdoa
3. Mengecek kehadiran siswa
4. Apersepsi (Pernahkah anak-anak ibu melihat upacara-upacara adat di
Minagkabau ?)
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran
b. Kegiatan Inti (45 menit)
Eksplorasi
6. Siswa mengamati beberapa gambar upacara adat di Minangkabau yang telah
dipajang oleh guru (fase 1)
7. Siswa dengan guru bertanya jawab tentang beberapa gambar upacara adat di
Minangkabau
Elaborasi
8. Siswa dengan guru bertanya jawab tentang upacara pengangkatan penghulu/
batagak panghulu
9. Siswa diminta menjelaskan penghulu/ panghulu
10. Guru menjelaskan kepada siswa syarat-syarat menjadi panghulu (fase 2)
11. Siswa menyimak penjelasan guru
12. Siswa mengamati video upacara batagak panghulu
13. Siswa dengan guru bertanya jawab tentang video upacara batagak panghulu
14. Siswa diminta mendiskusikan tatacara prosesi upacara batagak panghulu
secara berpasangan (fase 3)
Konfirmasi
15. Siswa diberi umpan balik dan guru mengecek pemahaman siswa (fase 4)
16. Siswa diberikan tugas rumah oleh guru ( fase 5 )
c. Kegiatan Akhir (15 menit)
17. Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan bimbingan guru
18. Guru menutup pembelajaran dengan membaca doa sesuai dengan keyakinan
masing-masing
I. Penilaian
1. Penilaian kognitif : Tes tertulis (Uraian)
2. Penilaian afektif : Sikap diskusi secara berpasangan

Bukittinggi , Oktober 2017

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Kelas

( ) ( )
Lampiran 1

Materi

A. Pengertian Upacara Penghulu

Penghulu merupakan sebutan bagi seorang pemimpin di kawasan Melayu.


Penghulu dalam bahasa Melayu Kuno, sama dengan paˆhulu, dalam Bahasa Minang,
sama dengan panghulu, di mana secara maknanya orang yang disebut dengan
penghulu berkedudukan setara dengan raja atau sama juga dengan datuk. Setelah
masuknya pengaruh Islam, sebutan penghulu juga digunakan untuk seseorang yang
bertugas atau berwenang dalam legalitas suatu pernikahan dalam agama Islam
atau Penghulu Nikah sebutan lainnya

Pada awalnya sebutan penghulu, digunakan dalam susunan struktur


pemerintahan nagari di wilayah Minangkabau, di mana seorang penghulu juga
merupakan pemangku adat dan bergelar Datuak, selanjutnya dalam susunan sebuah
nagari terdapat struktur kekuasaan, yang dimulai
dari Panghulu, Malin, Manti dan Dubalang. Selanjutnya dari struktur tersebut,
kemudian disatukan dengan istilah Urang Ampek Jinih (Empat orang dengan fungsi
masing-masing).

Dalam suatu nagari, malin atau kadangkala disebut juga dengan imam,
merupakan seseorang bertugas dalam urusan agama di dalam suatu suku, dan
bertanggung jawab dalam permasalahan adat yang terkait dengan agama (Islam).
Manti berhubungan dengan fungsi adat diantaranya menangani keluhan-keluhan atas
pelanggaran adat, bertindak dalam urusan pengadilan serta menjadi juru tulis.
Dubalang (hulubalang) berfungsi sama dengan fungsi polisi, bertugas menangani
masalah-masalah keamanan atau semacam polisi penghulu, dan juga bertugas
mengamankan nagari dari serangan luar nagari ataupun konflik intern yang terjadi
antar kaum-keluarga di dalam satu nagari.

Setiap suku-suku Minang memiliki struktur penghulu dengan gelar masing-


masing. Tinggi rendahnya kedudukan seorang Penghulu dalam adat Minang sangat
dipengaruhi oleh kaumnya, dan hal ini sangat memengaruhi status seorang penghulu
untuk dapat mengatur dan mengelola sebuah nagari nantinya. Umumnya pada
sebuah nagari, suku-suku awal pada nagari tersebut memiliki dominasi atas suku-
suku yang datang kemudian. Selain memiliki tanah atau sawah yang luas, para
penghulu dari suku-suku awal ini juga ditempatkan pada posisi terhormat dibanding
penghulu dari suku-suku yang datang kemudian. Jabatan penghulu dalam sistem
matrilineal Minangkabau terdiri dari tingkatan sebagai berikut:

1. Penghulu suku, penghulu yang menjadi pemimpin suku dan merupakan penghulu
andiko (utama), serta disebut juga penghulu pucuk (Koto-Piliang) dan penghulu
tuo (Bodi-Caniago).
2. Penghulu payung, penghulu yang menjadi pemimpin warga suku yang telah
membelah diri dari kaum sukunya karena perkembangan jumlah warga suku
tersebut.
3. Penghulu indu (turunan), penghulu yang menjadi pemimpin warga suku yang
telah membelah diri dari kaum sepayungnya.

B. Syarat Menjadi Panghulu

Penghulu adalah orang yang “tumbuah karano di tanam, tinggi karano di


anjuang, gadang karano di pupuak”. Ia diangkat oleh kaumnya, dijunjung oleh
kemenakannya dan menjadi orang besar ditengah masyarakat. Untuk itu, tidak
sembarangan orang bisa diangkat menjadi penghulu, ia harus memenuhi syarat
berikut.

1. Laki-Laki, Seorang penghulu haruslah laki-laki. Dalam adat minangkabau,


pemimpin haruslah seorang laki-laki. Keluasan pikiran dan logikanya
dibutuhkan untuk menjadi pemimpin.

2. Baik Zatnya, baik zatnya maksudnya adalah seorang calon penghulu adalah
orang yang berasal dari keluarga baik-baik, orang yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.

3. Baligh dan Berakal, Selain perempuan, anak-anak juga tidak boleh menjadi
penghulu. Anak-anak dianggap belum matang dalam emosi dan psikologis,
sehingga dikhawatirkan akan lemah dalam memutuskan perkara.

4. Kaya, Seorang penghulu haruslah memiliki penghidupan sendiri, karena selain


tugasnya sebagai pemimpin kemenakannya, iapun harus menghidupi anak dan
istrinya. Syarat ini dibutuhkan agar penghulu nantinya tidak merepotkan biaya
ini itu dari kemenakannya.

5. Fathanah (Berilmu), Meskipun fungsinya sebagai pemimpin adat, penghulu


haruslah orang yang paham ilmu pengetahuan agama dan umum. karena
permasalahan yang akan dihadapinya akan beragam, mencakup persoalan
agama dan sosial di kaumnya.

6. Amanah ( Adil dan dapat dipercaya), Sebagai pemimpin tentunya haruslah


adil dan dapat dipercaya. Agar tidak ada ketimpangan dan kecemburuan yang
muncul antara kemenakannya nanti.

7. Arif dan bijaksana, Adil tidak harus sama rata. Orang dewasa dan anak-anak
tentu beda porsi pembagaiannya. Untuk itu penghulu harus bisa arif dan
bijaksana untuk menimbang keputusan yang tepat agar semuanya proporsional.

8. Tabligh, Menyampaikan kebenaran dan menasihati dalam kesalahan termasuk


dalam tuga penghulu. Karena ‘arang’ yang dicorengkan seorang kemanakan
akan otomatis akan mencoreng nama baik penghulu dan kaumnya. Untuk itu
penghulu haruslah tegas dan mampu menyampaikan kebenaran kepada
kemenakannya, termasuk menasihati bila mereka bersalah.

C. Tatacara Upacara Batagak Panghulu

Dalam budaya Minangkabau pendirian penghulu baru dikenal dengan


nama Batagak penghulu (mendirikan penghulu), dengan beberapa macam
mekanisme sebagai berikut:
1. Mati batungkek budi, mendirikan penghulu baru karena penghulu yang lama
meninggal dunia.
2. Mambangkik batang tarandam, mendirikan penghulu baru setelah bertahun-
tahun tidak dapat dilaksanakan karena belum adanya biaya yang cukup untuk
mengadakan Malewa gala (perjamuaan).
3. Mangambangkan nan talipek, mendirikan penghulu baru karena sebelumnya
tertunda karena belum adanya kesepakatan dalam kaum tersebut.
4. Manurunkan nan tagantuang, mendirikan penghulu baru karena calon
sebelumnya belum cukup umur.
5. Baju sahalai dibagi duo, mendirikan penghulu baru karena pembelahan suku
akibat perkembangan warganya sehingga diperlukan seorang penghulu lain
disamping penghulu yang telah ada.
6. Mangguntiang siba baju, mendirikan penghulu baru karena terjadinya
persengketaan dalam suku tersebut sehingga suku tersebut dibelah dan
mempunyai penghulu masing-masing.
7. Gadang mayimpang, mendirikan penghulu baru oleh suatu kaum yang ingin
memisahkan diri dari pimpinan penghulu yang telah ada.
8. Bungo bakarang, pemberian status penghulu yang membawa
gelaran datuk kepada seseorang oleh kesepakatan para penghulu yang ada di
nagari tempat dia tinggal. Gelar ini tidak dapat diwariskan karena gelar ini
semacam pemberian gelar kehormatan kepada yang bersangkutan saja.
Lampiran 2
Media Gambar
Lampiran 3

Instrumen penilaian
1. Penilaian Kognitif
Penialain kognitif dilakukan siswa diakhir pembelajaran dengan menjawab soal
evaluasi.
Jawablah Pertanyaan berikut ini :
a. Dalam adat minangkabau terdapat istilah panghulu, jelaskan apa yang
dimaksud dengan panghulu ?
b. Apa syarat yang harus dipenuhi seseorang yang akan menjadi
panghulu di Minangkabau?
c. Apa maksud dari Mambangkik batang tarandam ?
d. Jelaskan tatacara dalama upacara pengangkatan panghulu di
Minangkabau!
e. Salah satu syarat menjadi seorang Panghulu yaitu baik zatnya. Apa
maksud dari baik zatnya dalam memilih panghulu di Minangkabau ?

Kriteria penskoran :
Satu soal bernilai 20.
Skor maksimal = 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
Konveksi Nilai = x 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

2. Penilaian afektif
Penilaian dilakukan saat siswa berdiskusi secara berpasang-pasangan
Kriteria Penilaian
N Jumlah
Nama Kerjasama Berbahasa Kesriusan Nilai
o Skor
Siswa Santun
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1
2
3
4
Deskriptor :
a. Kerjasama
Skor 4 : Sangat baik dalam kerjasama dengan pasangan
Skor 3 : Baik dalam kerjasama dengan pasangan
Skor 2 : Cukup dalam kerjasama dengan pasangan
Skor 1 : Kurang dalam kerjasama dengan pasangan
b. Berbahasa Santun
Skor 4 : Sangat santun dalam berkomunikasi
Skor 3 : Santun dalam berkomunikasi
Skor 2 : Cukup santun dalam berkomunikasi
Skor 1 : Kurang santun dalam berkomunikasi
c. Keseriusan
Skor 4 : Sangat serius dalam berdiskusi
Skor 3 : Serius dalam berdiskusi
Skor 2 : Cukup serius dalam berdiskusi
Skor 1 : Kurang serius dalam berdiskusi

Kriteria Penskoran :

Skor maksimal = 100


Konveksi Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ x 100 %
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

Keterangan Jumlah skor :


SB = Sangat Baik (81-100)
B = Baik ( 66-80)
C = Cukup (51-65)
K = Kurang (0-50)

Anda mungkin juga menyukai