Simulasi Static Structural Pada Ladam Kuda Dari Bahan Polymeric Diperkuat Serat Kaca Dengan Menggunakan Software Ansys
Simulasi Static Structural Pada Ladam Kuda Dari Bahan Polymeric Diperkuat Serat Kaca Dengan Menggunakan Software Ansys
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana
Teknik
FEBRI SANDRY
NIM. 160401107
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Febri Sandry
NIM. 160401107
ii
FEBRI SANDRY
NIM:160401107
Disetujui Oleh:
Pembimbing,
iii
Febri Sandry
NIM. 160401107
Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing,
iv
Febri Sandry
NIM. 160401107
Disetujui Oleh:
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Kategori : Skripsi
Disetujui di
KARTU BIMBINGAN
TUGAS SARJANA MAHASISWA
NO : /TS/2021
Catatan :
1. Kartu ini harus diperlihatkan kepada
Dosen Pembimbing setiap asistensi.
2. Kartu ini harus dijaga bersih dan rapi.
3. Kartu ini harus dikembalikan ke
Departemen, bila kegiatan asistensi
telah selesai.
iii
TUGAS SARJANA
NAMA : Febri Sandry
NIM : 160401107
ABSTRAK
Sepatu kuda merupakan peralatan yang digunakan untuk melindungi kuku kuda
terhadap pukulan dan penggunaan yang ekstrim yang timbul akibat kontak dengan
permukaan jalan yang beragam macam. Terdapat banyak variasi sepatu kuda di
pasaran yang terbuat dari bahan berbeda tetapi tetap memakai bahan baku besi atau
baja. Penelitian ini dilakukan untuk membuat ladam kuda dari material polymeric
diperkuat serat kaca sebagai bahan pengganti material konvensional. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat respon ladam kuda dari bahan komposit polymeric ladam kuda
terhadap pembebanan statik. Material sepatu kuda pada penelitian ini terdiri dari
polyester resin BQTN 157 EX, katalis MEKPO, fibreglass. Variasi yang membedakan
komposisi bahan adalah pada jumlah layer fibreglass yang digunakan yaitu satu dan
dua layer. Setiap komposisi disimulasikan dengan tiga jenis beban berdasarkan jenis
kontak kaki kuda dengan permukaan lantai. Selanjutnya karakteristik dari sepatu kuda
disimulasikan dengan Ansys. Dari simulasi dengan jenis pembebanan flat landing
untuk material satu layer menghasilkan tegangan maksimum untuk equivalent sebesar
1,0101 MPa, tegagnan normal X sebesar 0,0417 MPa, tegangan normal Y sebesar -
0,5667 MPa dan tegangan normal Z sebesar 0,0418 MPa. Untuk material dua layer
menghasilkan tegangan maksimum untuk equivalent sebesar 1,4244 MPa, tegangan
normal X sebesar 0,1667 MPa, tegangan normal Y sebesar -0,4897 MPa dan tegangan
normal Z sebesar 0,1697 MPa. dengan jenis pembebanan heel-first landing untuk
material satu layer menghasilkan tegangan maksimum untuk equivalent sebesar
1,9144 MPa, tegagnan normal X sebesar 0,3248 MPa, tegangan normal Y sebesar
0,1899 MPa dan tegangan normal Z sebesar 0,5766 MPa. Untuk material dua layer
menghasilkan tegangan maksimum untuk equivalent sebesar 2,2183 MPa, tegangan
normal X sebesar 0,0492 MPa, tegangan normal Y sebesar 0,1636 MPa dan tegangan
normal Z sebesar 0,6502 MPa. dengan jenis pembebanan toe-first landing untuk
material satu layer menghasilkan tegangan maksimum untuk equivalent sebesar
5,8863 MPa, tegangan normal X sebesar 0,4919 MPa, tegangan normal Y sebesar
0,3865 MPa dan tegangan normal Z sebesar 1,5294 MPa. Untuk material dua layer
menghasilkan tegangan maksimum untuk equivalent sebesar 7,8854 MPa, tegangan
normal X sebesar 1,0097 MPa, tegangan normal Y sebesar 0,3427 MPa dan tegangan
normal Z sebesar 1,5035 MPa.
Kata Kunci : Ansys, Fibreglass, Katalis MEKPO, Komposit, Polymeric, Sepatu Kuda
v
ABSTRACT
Horseshoes are equipment used to protect horse hooves against blows and extreme use
that arise from contact with various road surfaces. There are many variations of
horseshoes on the market that are made from different materials but still use iron or
steel as raw material. This research was conducted to make horseshoes from polymeric
material reinforced with fibreglass as a substitute for conventional materials. This
study aims to determine the response of horseshoes from polymeric composite
materials to static loading. The horseshoe materials in this study consisted of polyester
resin BQTN 157 EX, MEKPO catalyst, fiberglass. The variation that distinguishes the
composition of the material is the number of fiberglass layers used, namely one and
two layers. Each composition is simulated with three types of loads based on the type
of horse leg contact with the floor surface. Furthermore, the characteristics of the
horseshoe were simulated with Ansys. From the simulation with the type of flat
landing loading for one layer material, the maximum of equivalent stress is 1.0101
MPa, normal stress X is 0.0417 MPa, normal stress Y is -0.5667 MPa and normal
stress Z is 0.0418 MPa. Two-layer material produces a maximum of equivalent stress
is 1.4244 MPa, normal stress X is 0.1667 MPa, normal stress Y is -0.4897 MPa and
normal stress Z is 0.1697 MPa. with the type of heel-first landing loading for one layer
material, the maximum of equivalent stress is 1.9144 MPa, normal stress X is 0.3248
MPa, normal stress Y is 0.1899 MPa and normal stress Z is 0.5766 MPa. Two-layer
material produces a maximum of equivalent stress is 2.2183 MPa, normal stress X is
0.0492 MPa, normal stress Y is 0.1636 MPa and normal stress Z is 0.6502 MPa. with
the type of toe-first landing loading for one layer material, the maximum of equivalent
stress is 5.8863 MPa, normal stress X is 0.4919 MPa, normal stress Y is 0.3865 MPa
and normal stress Z is 1.5294 MPa. For two-layer material, the maximum of equivalent
stress is 7,8854 MPa, normal stress X is 1,0097 MPa, normal stress Y is 0,3427 MPa
and normal stress Z is 1,5035 MPa.
Keywords: Ansys, Catalyst MEKPO, Composite, Fibreglass, Horseshoes, Polymeric
vi
PENGHARGAAN
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Simulasi
Static Structural Pada Ladam Kuda Dari Bahan Polymeric Diperkuat Serat Kaca
Dengan Menggunakan Software Ansys”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini.
Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. M Sabri, MT dan Bapak Terang Ukur H. S. Ginting
Manik ST MT selaku ketua program studi dan sekretaris program studi Teknik Mesin
FT – USU Medan, dekan dan wakil dekan Fakultas Teknik USUm seluruh staf dan
dosen teknik mesin FT – USU, pegawai FT – USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya
tidak terlupakan kepada Bapak, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan
dan dorongan yang diperlukan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.
Medan, 9 Maret2021
Febri Sandry
NIM. 160401107
vii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN SKRIPSI i
KARTU BIMBINGAN ii
SPESIFIKASI TUGAS iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
PENGHARGAAN vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xiv
DAFTAR NOTASI xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Peta Jalan Penelitian 3
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.4.1 Tujuan Umum 5
1.4.2 Tujuan Khusus 5
1.5 Manfaat 5
1.6 Sistematika Penulisan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Sejarah Ladam Kuda 7
2.2 Analisa Gaya yang Dialami Kuku Kuda 8
2.3 Material Komposit 10
2.3.1 Fasa Penyusun Material Komposit 10
2.3.2 Klasifikasi Komposit 11
2.4 Material Komposit Polymeric 13
2.4.1 Polyester Resin Tak Jenuh 13
2.4.2 Katalis MEKPO 14
2.4.3 Serat Gelas (Fibreglass) 14
2.5 Teknik Pembuatan Material Komposit 15
2.6 Karakteristik Mekanik Material 18
2.7 Aplikasi Simulasi 20
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR NOTASI
F = gaya (N)
m = massa (kg)
g = gaya gravitasi (m/s2)
FS = gaya yang dialami kuku kuda bagian depan atau belakang (N)
FHW = gaya yang dialami dinding dalam kuku kuda (N)
FSF = gaya yang dialami frog dan sole pada kuku kuda (N)
𝜎 = tegangan (MPa)
P = pressure (MPa)
Ao = luas penampang (m2)
𝜀 = regangan (mm/mm)
SF = safety factor
Sut = kekuatan normal maksimum hasil pengujian tegangan (MPa)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kuda merupakan hewan piara yang telah lama didomestikasi. Pada awalnya,
kuda dijadikan sebagai hewan buruan untuk dikonsumsi. Hal ini mulai dilakukan sejak
ribuan tahun sebelum Masehi di daerah Eropa Utara. Di Asia, kuda mulai dipelihara
sejak 4500 tahun yang lalu, dan sejak saat itulah, kuda mulai mengalami perubahan
fungsi yaitu untuk mengangkat beban dan juga sebagai alat transportasi [1].
Pada tahun 2018 lalu, Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Asian Games ke
XVIII yang telah diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus sampai degan 2 September
2018 di dua kota besar yaitu Jakarta dan Palembang. Segala persiapan yang dilakukan
oleh pemerintah dalam rangka mensukseskan penyelenggaraan acara tersebut
termasuk persyaratan Equine Disease Free Zone (EDFZ) sebagai syarat utama
penyelenggaraan event olahraga berkuda [3]. Pemenuhan persyaratan EDFZ
berlandaskan pada 5 prinsip kebebasan hewan (five freedom) :
1. Bebas dari rasa haus dan lapar (Freedom from hunger and thirst)
2. Bebas dari rasa tidak nyaman (Freedom from discomfort)
3. Bebas dari luka cedera, sakit, dan penyakit (Freedom from pain, injury and
disease)
4. Bebas dari rasa takut dan tertekan (Freedom from fear and distress)
5. Bebas mengekspresikan perilaku alami (Freedom to express natural behaviour)
2
Berastagi merupakan kawasan wisata yang termasuk bagian dari Kaldera Toba.
Objek wisata yang menawarkan panorama keindahan kota Berastagi adalah bukit
Gundaling yang berada di kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dari puncak bukit
Gundaling ini, dapat terlihat pemandangan dua gunung berapi yang masih aktif, yaitu
gunung Sinabung dan gunung Sibayak. Untuk wisatawan yang ingin berkeliling bukit,
terdapat delman dan kuda tunggang sebagai transportasi.
Kuda memiliki empat kaki yang digunakan untuk berjalan maupun berlari.
Selain untuk berjalan dan berlari, fungsi dasar dari kaki kuda adalah penahan tubuh
dan menjaga keseimbangan gravitasi. Kaki depan dan kaki belakang kuda memiliki
fungsi masing-masing. Kaki depan menopang 55-60% total berat tubuh dan sebagai
peredam getaran saat kuda berlari cepat terutama saat kuda mendarat dari lompatan
(jumping). Kaki belakang berfungsi sebagai pendorong saat kuda berjalan dan berlari
[4].
Kaki kuda terdiri dari jari-jari kaki yang besar dan bentuknya miring. Jika pada
kebanyakan hewan, jari-jari kakinya memiliki cakar, namun pada kuda hanya
memiliki kuku. Kuku ini terdapat di sekeliling jari kaki kuda. Daerah di sekeliling
kuku mati rasa. Kondisi permukaan lantai yang beragam macam, sangat
mempengaruhi kesehatan kuku kuda. Apabila kuda menginjak benda yang tajam
ataupun kesalahan pemakuan tapal kuda dapat menyebabkan Abses. Abses pada kuku
kuda merupakan infeksi yang terjadi di dalam lamina. Lubang akibat dari luka akan
memberi jalan untuk bakteri masuk ke dalam kuku dimana bakteri akan tumbuh dan
memakan jaringan kuku sekaligus menyerang sistem imun kuda sehingga
menghasilkan ruang yang berisi bakteri, sel darah putih, dan jaringan kuku yang mati.
Ruang ini memberikan tekanan pada struktur kuku kuda yang sensitif sehingga
menyebabkan rasa sakit [5].
Penelitian sepatu kuda komposit ini terbagi menjadi tiga subjek penelitian
dimana setiap subjek memiliki penelitian yang berbeda. Peneliti pertama melakukan
3
Dengan banyaknya jenis sepatu kuda, penelitian ini berfokus pada studi tentang
bahan alternatif untuk pembuatan sepatu kuda dari bahan polymeric dengan
menggunakan resin BQTN 157 EX diperkuat fibreglass dengan katalis MEKPO.
Material yang digunakan ini, serat kaca chopped strand mat (CSM) dipotong dalam
bentuk layer dan divariasikan dengan jumlah layer yang berbeda dari yang 1 layer
dan 2 layer. Cara ini masih baru diteliti, sehingga harus ditemukan terlebih dahulu
proses pembuatan serta komposisi yang tepat untuk membuat sepatu kuda ini.
Analisa gaya yang diberikan dari kuda terhadap ladam kuda yang akan
digunakan ke kuku kuda dan kontak sepatu kuda dengan lantai berupa gaya impak.
Namun untuk penelitian kali ini berfokus pada karakteristik material yang ingin
dijadikan sebagai bahan alternatif, maka gaya yang bekerja berupa impak
disederhanakan menjadi gaya statis. Sebelum menjalankan simulasi, diperlukan data
karakteristik material dari bahan yang akan digunakan. Untuk karakteristik ladam kuda
itu sendiri yang akan dimasukkan ke dalam simulasi Ansys, pada penelitian ini
dilakukan uji karakteristik material menggunakan uji tarik statik dan uji bending [7].
Setelah hasil simulasi didapatkan, dengan membandingkan nilai tegangan equivalent
maksimum yang dapat diterima oleh ladam kuda sehingga didapat apakah material
layak diproduksi untuk digunakan sebagai pengganti baja.
Dibawah ini merupakan peta jalan penelitian komposit yang telah di lakukan
di Pusat Riset impact and fracture (IFRC) dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Bustami
Syam, MSME. Peta Jalan Penelitian dapat di lihat pada lampiran 1(Terlampir).
Adapun peta jalan penelitian yang telah dilakukan di IFRC mengenai ladam
kuda dapat di lihat pada tabel 1.1.
4
Program
Program
Program
Sub
Sub
2017 2018 2020
Analisa Variasi
Pengembangan
Komposisi Polymeric
Material
Foam Diperkuat
Komposit
Fiberglass sebagai
Polimer Busa
Bahan Alternatif
untuk Produk
Pembuatan Sepatu
Sepatu Kuda
Kuda Terhadap
Ergonomis
Pengujian Tekan dan
(Syam, B. dan
Polymeric Foam
diperkuat Fibreglass
dengan menggunakan
Software Ansys,
Skripsi oleh Randika
Sudarma (Sumber
dana mandiri)
Analisa Kekuatan
Bending dan Tarik Statik
Komposit Berbahan Dasar
Polimer Diperkuat Serat
Kaca Sebagai Bahan
Alternatif Pembuatan
Ladam Kuda, Skripsi
olehEddo
(Sumber dana mandiri)
Simulasi Statik Struktural
pada Ladam Kuda dari
Sepatu Kuda
Polymeric
Bahan Polymeric
Diperkuat Serat Kaca
dengan Menggunakan
Software Ansys, Skripsi
oleh Febri Sandry
(Sumber dana mandiri)
Rancang Bangun dan
Respon Kuda Terhadap
Sepatu dan Ladam Kuda
Berbahan Alternatif
Polimer Diperkuat
Fiberglass, Skripsi oleh
Julius Tantono (Sumber
dana mandiri)
5
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisa desain ladam kuda
dengan menggunakan bahan polymeric diperkuat fiberglass dengan software Ansys.
1.5 Manfaat
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai tugas akhir yang
meliputi pembahasan tentang latar belakang, tujuan, batasan masalah,
manfaat, dan sistematika penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ladam kuda pertama kali digunakan diperkirakan antara abad ke-4 dan ke-2
sebelum masehi dengan cara dipakukan karena ditemukannya asal tombak kuda ada
indikasi bahwa ini pertama kali digunakan ladam kuda. Bahan pembuatan ladam kuda
telah berubah sepanjang sejarah. Jenis ladam kuda pertama digunakan untuk kuda
kaisar di Yunani dan Roma terbuat dari besi dan perak. Sejak saat itu, bahan baru telah
ditemukan untuk diuji sebagai pembuatan ladam kuda. Meski ada ladam kuda yang
terbuat dari bahan berbeda seperti plastik dan aluminium, bahan utama untuk
pembuatan ladam adalah baja [8]. Sebuah sepatu kuda berbentuk U terbuat dari baja
dan diproduksi oleh perusahaan Mustad Friesland, yang merupakan produsen utama
ladam baja untuk pasar Eropa. Produk ladam kuda milik perusahaan Mustad Friesland
dapat dilihat pada gambar 2.1.
Pada tahun 1960-an, sepatu kuda dari aluminium mulai dikenal ketika
dipamerkan pada National Horse Show di Madison Square Garden di kota NewYork,
Amerika Serikat. Sejak itu kegunaan ladam kuda dari aluminium adalah untuk
perlombaan kuda, baik balapan maupun kuda lompat. Dapat diketahui bahwa
kegunaan ladam kuda dari aluminium ini bukan untuk penggunaan umum, karena
hanya dapat digunakan pada lapangan tanah dan rumput. Ketika digunakan pada
tempat berbatu atau aspal, ladam kuda ini cepat rusak karena sifat dari aluminium yang
lunak sehingga ladam kuda dapat berubah bentuk yang akhirnya tidak cocok dengan
bentuk kuku kuda semula [9].
Menurut survei, ada 50% penyebab kuda sakit atau mati adalah pada kerusakan
kuku karena jika kuku rusak, kuda tidak akan dapat berjalan. Setiap kali sepatu kuda
bergetar, sedikit demi sedikit akan merusak dinding kuku kuda. Penggunaan
aluminium sebagai bahan sepatu kuda akan mempermudah kerja kaki kuda
meminimalisir getaran dan beban yang dibawa kuda, namun memiliki kekurangan
dimana jika dipakai pada jalan yang keras akan cepat aus dan berubah bentuk [11].
Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat ladam kuda
berbahan komposit dari bahan dasar resin BQTN 157 EX diperkuat dengan fibreglass
dimana dengan bahan komposit ini, diharapkan mendapatkan sifat-sifat yang dapat
menutupi kekurangan-kekurangan ladam kuda yang sudah pernah dibuat.
Beban maksimum yang dapat dialami oleh kuku kuda adalah 2,4 kali dari berat
bobot kuda itu sendiri. Dari pernyataan tersebut dapat dibuat persamaan sebagai
berikut [12]:
Dimana :
m = massa (kg)
Pada gambar 2.2 dapat dilihat jika kaki kuda dianalisa dengan menerapkan
simetri pada bidang x (plane x).
Gaya yang dialami kaki kuda dibagi menjadi dua yaitu bagian depan dan
belakang. Persamaannya adalah sebagai berikut [14]:
𝐹
𝐹𝑆 = ......................................................... (2.2)
2
Dimana :
FS = gaya yang dialami kaki kuda bagian depan atau belakang (N)
Dinding dalam dari kuku kuda dibebani oleh 80% dari total beban F S, maka
besar beban yang dialami dinding dalam kuku kuda (FHW) [14] adalah:
Beban yang ditanggung oleh bagian dalam kuku kuda adalah gaya vertikal.
Gaya ini paralel dengan permukaan dinding dalam kuku, namun karena geometri dari
kuku kuda, beban yang terjadi hanyalah beban vertikal. Hal ini dalat dilihat pada
gambar 2.3.
Hoofwall menanggung beban sebesar 80% dari beban total yang ada,
sedangkan beban sisa sebesar 20% ditanggung oleh sole dan frog. Frog menanggung
paling banyak beban yang tersisa ini, sesuai dengan anatomi kuku kuda yang
10
merupakan bagian pertama dari kuku kuda yang bersentuhan dengan permukaan.
Maka beban pada frog dan sole (FSF) dapat dilihat pada persamaan berikut [14].
Beban yang terjadi pada frog ditransmisikan oleh digital cushion dan lateral
cartilage pada dinding horn. Tekanan pada bagian dinding horn adalah penyebab
utama terjadinya ekspansi pada kuku kuda.
Ada tiga jenis kontak kuku kuda terhadap lantai yaitu [15]:
1. Flat Landing: seluruh permukaan kuku kontak langsung dengan permukaan
lantai
2. Heel-First Landing: bagian depan kuku kuda duluan mengalami kontak dengan
permukaan lantai
3. Toe-First Landing: bagian belakang kuku kuda duluan mengalami kontak
dengan permukaan lantai.
Material komposit adalah penggabungan dari dua jenis atau lebih bahan secara
makroskopik dimana sifat masing-masing berbeda satu sama lainnya baik sifat kimia
maupun sifat fisiknya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan. Karena adanya
perbedaan material penyusun maka penggabungan antar material harus berikatan
dengan kuat, maka perlu adanya penambahan wetting agent [16].
1. Matriks
Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar. Adapun fungsi dari matriks sebagai berikut:
a. Mentransfer tegangan ke serat
b. Membentuk ikatan koheren, permukaan matriks / serat
c. Melindungi serat
d. Memisahkan serat
e. Melepas ikatan
f. Tetap stabil setelah proses manufaktur.
Dalam material komposit, gaya adhesi-kohesi terjadi melalui tiga cara utama
yaitu [17]:
b. Gaya elektrostatis, ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik menarik antar
atom yang bermuatan.
c. Gaya Vanderwalls, ikatan yang terjadi karena adanya pengutupan antar partikel.
Jenis polimer ada tiga yaitu termoplastik, termoset dan elastomer. Termoplastik
adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali (recycle) dengan menggunakan
panas. Termoplastik merupakan polimer yang akan menjadi keras apabila didinginkan.
Termoplastik meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan
12
mempunyai sifat reversible kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila
didinginkan. Termoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu atau irreversible. Bila
sekali pengerasan telah terjadi makan bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk
arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel.
Sedangkan elastomer mengacu kepada materi yang tersusun atas melokul berukuran
panjang atau polimer yang mampu kembali ke bentuk yang semula setelah ditarik dan
direntangkan ke ukuran yang relatif panjang dibandingkan dengan ukuran awalnya.
Oleh karena itu elastomer juga merupakan polimer elastis. Secara skematik, jenis
polimer dapat dilihat pada gambar 2.5.
Polymers
Crystalline Amorphous
Komposit
Aligned Random
Material komposit polymeric adalah polyester resin tak jenuh dan untuk
mempercepat proses polimerisasi digunakan katalis jenis MEKPO.
Polyester resin tak jenuh merupakan jenis polimer termoset yang memiliki
struktur rantai karbon yang panjang. Matriks yang berjenis ini memiliki sifat dapat
mengeras pada suhu kamar dengan penambahan katalis tanpa pemberian tekanan
ketika proses pembentukan [16].
Pada desain struktur dilakukan dengan pemilihan matriks dan penguat, hal ini
dilakukan untuk memastikan kemampuan material sesuai denga produk yang
diinginkan. Dalam desain struktur ini jenis matrik yang cukup baik terhadap beban
yang diberikan ialah polyester resin tak jenuh. Data karakteristik mekanik polyester
resin tak jenuh ditunjukkan pada tabel 2.1.
14
Fibreglass adalah serat kaca yang berasal dari kaca cair yang ditarik menjadi
serat tipis. Serat ini lalu dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi seperti kain.
Lalu diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi [19].
Fibreglass terdiri dari tiga tipe yaitu:
1. E-Glass Fibreglass : Serat kaca yang paling populer dan murah. Huruf “E”
mengartikan “electric” yang artinya listrik. E-glass adalah isolator yang sangat
bagus. Komposisi E-glass berkisar 52-56% SiO2 , 12-16% Al2O3 , 16-25%
CaO , dan 8-13% B20.
2. S-Glass : lebih kuat dari serat E-glass (huruf “S” berarti kekuatan). Kaca dengan
kekuatan tinggi umumnya dikenal sebagai kaca tipe S di Amerika Serikat, kaca
R di Eropa dan kaca T di Jepang. S-glass terdiri dari silika (SiO2), magnesia
(MgO) dan alumina (Al2O3).
3. C-Glass : korosi dan serat kaca tahan kimia. Untuk melindungi terhadap korosi
air, lapisan tahan air seperti silan dilapisi pada serat selama pembuatan.
Menambahkan resin selama pembentukan komposit memberikan perlindungan
tambahan. Serat C-glass digunakan untuk pembuatan tangki penyimpanan,
pipa dan tahan kimia lainnya.
15
Dalam hal ini peneliti memproyeksikan fibreglass ini sebagai bahan penguat
(reinforced) pembuatan model sepatu kuda, dikarenakan fibreglass lebih mudah
didapat di pasaran dan memiliki harga yang lebih mudah. Modulus elastisitas, densitas
dan cost dari fibreglass dapat dilihat pada tabel 2.2.
Modulus Density
Material
Elastisitas (GPa) (gr/cm3)
Fibreglass 7.25 2.58
Carbon Fibers (Standard Modulus) 230 1.8
Carbon Fibers (Intermediate Modulus) 285 1.8
Carbon Fibers (High Modulus) 400 1.8
Epoxy Resin 2.4 1.14
a. Hand Lay Up
Hand lay up adalah metode yang paling sederhana dan merupakan proses
dengan metode terbuka dari porses fabrikasi komposit. Adapun proses dari pembuatan
dengan metode ini adalah dengan cara menuangkan resin secara manual ke dalam serat
berbentuk anyaman, rajuan atau kain, kemudian memberi tekanan sekaligus
meratakannya dengan menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut dilakukan berulang-
ulang hingga ketebalan yang diinginkan tercapai. Pada proses ini resin langsung
berkontak dengan udara dan biasanya proses pencetakan dilakukan dengan temperatur
kamar. Ilustrasi proses hand lay up ditunjukkan dalam gambar 2.7 [20].
b. Vacuum Bag
Proses vacuum bag merupakan penyempurnaan dari hand lay up, penggunaan
dari proses vakum adalah untuk menghilang udara terperangkap dan kelebihan resin.
Pada proses ini digunakan pompa vakum untuk menghisap udara yang ada dalam
wadah tempat diletakkannya komposit yang akan dilakukan proses pencetakan.
Dengan divakumkan udara dalam wadah, maka udara yang ada diluar penutup plastik
akan menekan ke arah dalam. Hal ini akan menyebabkan udara yang terperangkap
dalam specimen komposit akan dapat diminimalkan. Dibandingkan dengan hand lay
up, metode vakum memberikan penguatan konsentrasi yang lebih tinggi, adhesi yang
lebih baik antara lapisan, dan kontrol yang lebih. Ilustrasi proses vacuum bag molding
ditunjukan pada gambar 2.8 [20].
c. Spray Up
Spray up merupakan metode cetakan terbuka yang dapat menghasilkan bagian-
bagian yang lebih kompleks ekonomis dari hand lay up . Proses spray up dilakukan
dengan cara penyemprotan serat yang telah melewati tempat pemotongan (chopper).
Sementara resin telah dicampur dengan katalis juga disemprotkan secara bersamaan
wadah tempat pencetakan spray up telah disiapkan sebelumnya. Setelah itu proses
selanjutnya adalah membiarkannya mengeras pada kondisi atmosfer standar. Ilustrasi
proses spray up ditunjukkan pada gambar 2.9 [20].
b. Injection Molding
Metode injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan cairan atau
pelapisa tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan bagian
atas, kondisi temperatur dijaga supaya tetap dapat mencairkan resin. Resin cair beserta
fiber akan mengalir ke bagian bawah, kemudian diinjeksikan oleh mandrel ke arah
nozel menuju cetakan. Ilustrasi proses injection molding ditunjukkan pada gambar
2.11 [20].
c. Continuous Pultrusion
Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian secara
kontinu dilewatkan ke cetakan pra cetak dan diawetkan (cure), kemudian dilakukan
pengerolan sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Atau juga disebut sebagai
penarikan serat dari suatu jaring atau creel melalui bak resin, kemudian dilewatkan
pada cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan tersebut ialah mengontrol
kandungan resin, melengkapi pengisian serat, dan mengeraskan bahan bentuk akhir
setelah melewati cetakan. Ilustrasi proses pultrusion ditunjukkan pada gambar 2.12
[20].
Resin Bath
Untuk mengetahui sifat atau karakteristik suatu bahan atau material, harus
dilakukan pengujian terhadap bahan tersebut. Ada beberapa jenis pengujian yang biasa
dilakukan untuk menguji karakteristik bahan yaitu uji tarik (tensile test), uji tekan
(compression test), uji torsi (torsion test), uji geser (shear test), uji kekuatan lengkung
(bending test).
Uji Tarik (tensile) merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat
kemampuan tarik dari suatu bahan. Dengan menarik suatu bahan, kita akan
mengetahui bagaimana perubahan bentuk bahan terhadap pengujian yang diberikan.
Secara skematis pengujian tarik diilustrasikan pada gambar 2.13 berikut [21].
19
Fokus dari pengujian tarik ini adalah kemampuan maksimum bahan dalam
menahan beban tarik. Kemampuan ini umumnya disebut “ultimate tensile strength”
dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik maksimum. Kurva perbandingan gaya
tarik dengan pertambahan panjang dapat dilihat pada gambar 2.14.
bahwa dalam batas-batas tertentu tegangan pada suatu material ialah proporsional
terhadap regangan yang dihasilkan. Teori ini kemudian lebih dikenal dengan istilah
hukum Hooke. Namun teori ini hanya berlaku pada elastis material, dimana besarnya
tegangan akan berbanding lurus terhadap pertambahan regangan yang terjadi. Apabila
beban dihilangkan pada dimana masih dalam batas elastisitas, maka akan
menyebabkan material kembali ke bentuk semula. Berdasarkan respon yang dialami
oleh material maka karakteristik material tersebut dapat diketahui seperti modulus
elastisitas. Modulus elastisitas secara matematis (hukum Hooke) dapat ditentukan
dengan persamaan (2.7).
𝐸 = 𝜎 ⁄𝜀 ..................................................... (2.7)
Hasil yang diperoleh dari Ansys ini berupa pendekatan dengan menggunakan
analisa numerik. Ketelitiannya sangat bergantung pada cara memecah model tersebut
dan cara penggabungannya.
Suatu solusi elemen hingga dapat dipecahkan dengan mengikuti tiga tahap
berikut:
1. Preprocessing
a. Mendefinisikan titik point, garis, luas dan volume
b. Mendefinisikan jenis elemen dan geometri material
c. Menghubungkan garis, luas dan volume sesuai yang diinginkan
2. Solusi
Menetapkan beban dan perletakan beban, kemudian menjalankan analisis.
Beban yang diberikan berupa beban terpusat ataupun beban terbagi rata. Untuk
perletakan beban dapat ditentukan secara translasi maupun rotasi sesuai yang
dibutuhkan dan terakhir adalah menjalankan analisisnya.
3. Postprocessing
a. Tabel perpindahan nodal
b. Tabel gaya dan momen
c. Defleksi
d. Diagram tegangan-regangan
yang minimum. Nilai dari faktor keamanan dipengaruhi oleh beberapa kondisi
berdasarkan tegangan dan jenis beban [23].
dimana
SF = safety factor
23
Teori distorsi energi berasal dari pengamatan bahwa bahan ulet yang ditekan
secara hidrostatik (tegangan utama yang sama) menunjukkan kekuatan luluh yang jauh
melebihi nilai yang diberikan oleh uji tarik sederhana. Oleh karena itu didalilkan
bahwa luluh bukanlah fenomena tarik atau tekan yang sederhana sama sekali, tetapi
lebih terkait dengan distorsi sudut dari elemen yang ditekan. Tegangan efektif ini
biasanya disebut tegangan Von Mises, dinamai oleh Dr. R. Von Mises, yang
berkontribusi pada teori tersebut. Tegangan von Mises digunakan untuk memprediksi
hasil material di bawah pembebanan kompleks dari hasil uji tarik uniaksial. Tegangan
von Mises memenuhi property di mana dua keadaan tegangan dengan energi distorsi
yang sama memiliki tegangan von Mises yang sama. Karena kriteria hasil von Mises
tidak tergantung pada invariant tegangan pertama, hal ini dapat diterapkan untuk
analisis deformasi plastis untuk bahan ulet seperti logam, karena permulaan luluh
untuk bahan ini tidak bergantung pada komponen hidrostatik dari tensor
tegangan.dimana tegangan Von Mises dapat dilihat pada persamaan 2.10 dan gambar
2.16 [25].
Dengan menggunakan komponen xyz dari tegangan tiga dimensi, tegangan von
Mises dapat ditulis sebagai persamaan 2.11.
2
1 (𝜎𝑥 −𝜎𝑦 )2−(𝜎𝑦 −𝜎𝑧 ) −(𝜎𝑧 −𝜎𝑥 )2 +6(𝜏𝑥𝑦
2 +𝜏 2 +𝜏 2 1
𝑦𝑧 𝑥𝑧
𝜎 =[ ]2....................... 2.11
2
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Terikat
1. Komposisi Komposit
Polymeric
2. Daerah yang mengalami
Pembebanan
Variabel Bebas
1. Massa kuda
2. Geometri ladam kuda
Peralatan desain yang digunakan dalam penelitian ini terdapat dua macam yaitu
hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak).
3.3.1 Hardware
Hardware atau perangkat keras yang digunakan untuk penelitian ini berupa
laptop dengan spesifikasi yang ditunjukkan pada tabel 3.2.
3.3.2 Software
Software atau perangkat lunak yang digunakan untuk penelitian ini berupa
aplikasi yang telah diinstal dalam laptop. Software tersebut berupa:
1. Solidworks
Solidworks adalah software CAD 3D untuk mechanical design yang dibuat
oleh Dassault Systemes yang digunakan untuk merancang part permesinan atau berupa
assembling dengan tampilan 3D untuk mempresentasikan part sebelum real part dibuat.
Dalam penelitian ini, software ini digunakan untuk mendesain sepatu kuda yang
diperlihatkan pada gambar 3.2.
26
2. Ansys Workbench
Ansys Workbench adalah salah satu perangkat lunak yang berbasiskan metode
elemen hingga (Finite element method) yang dipakai untuk menganalisa masalah-
masalah rekayasa (engineering). Ansys workbench menyediakan fasilitas untuk dapat
berintegrasi dengan perangkat lunak CAD sehingga memudahkan dalam membangun
model geometri dengan berbagai perangkat lunak CAD seperti AutoCAD, CATIA dan
Solidwork. Dalam penelitian ini, penggunaan Ansys bertujuan menganalisa distribusi
tegangan equivalent (von-misses) yang terjadi pada sepatu kuda. Pada gambar 3.3
memperlihatkan tampilan lembar kerja Ansys Workbench.
3.4.1 Tempat
3.4.2 Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2020
hingga Oktober 2020.
Pada Penelitian ini menggunakan ladam kuda model U. Model ini adalah
model yang paling umum digunakan setelah kami survei. Ladam kuda yang umum
memiliki jumlah lubang untuk pemasangan paku sebanyak enam buah. Namun untuk
penelitian kali ini, kami merancang untuk pembuatan ladam kuda tanpa dipakukan,
melainkan komposit ladam kuda yang sudah dibuat dimasukkan ke dalam sepatu
berbahan boots dan pemasangan pada kaki kuda dengan cara diikat seperti pemakaian
sepatu pada manusia secara umumnya. Untuk sketsa dan dimensi ladam kuda secara
dua dimensi dengan Solidwork ditunjukkan pada gambar 3.4.
Tapak kuda berbahan komposit polymeric pada gambar 3.4 telah dibuat di
Laboratorium IFRC Departemen Teknik Mesin FT USU. Foto untuk produk
ditunjukkan pada gambar 3.5 dan telah dimasukkan ke dalam sepatu berbahan boots
dapat dilihat pada gambar 3.6.
Modulus
Density Poisson’s
Material Sut Young
(kg/m3) Ratio
(MPa)
Polymeric diperkuat
61,1645 1312,679 26,593 0,16824
fibreglass 1 layer
Polymeric diperkuat
114,60525 1525,517 50,9695 0,343349
fibreglass 2 layer
29
Pada penelitian ini digunakan material baru yaitu polymeric dengan fibreglass
yang belum terdaftar pada Ansys workbench sehingga kita perlu memasukkan data
material tersebut ke dalam engineering data.
Pada langkah nomor tiga, nilai density diambil dari Tabel 3.4 untuk material
polymeric diperkuat fiberglass satu layer sebesar 1312,679 kg/m3 dan untuk polymeric
diperkuat fiberglass dua layer sebesar 1525,517 kg/m3.
Langkah nomor empat, nilai modulus young diambil dari Tabel 3.4 untuk
polymeric diperkuat fiberglass satu layer sebesar 26,593 MPa dan untuk polymeric
diperkuat fiberglass dua layer sebesar 50,9695 MPa. Kemudian nilai poisson’s ratio
diambil dari Tabel 3.4 untuk polymeric diperkuat fiberglass satu layer sebesar 0,16824
dan untuk polymeric diperkuat fiberglass dua layer sebesar 0,343349.
4
3
3.7.2 Geometri
3.7.3 Model
1. Geometri
Pada bagian geometri dimasukkan material yang ingin di input pada geometri
sepatu kuda yang telah diimpor dari solidworks sebelumnya. Pemasukan material ini
dilakukan dengan cara klik geometri pada outline lalu klik part 1 lalu pada jendela
detail of “part 1” pilih material yang telah dimasukkan sebelumnya pada engineering
data dan diterapkan pada desain seperti pada gambar 3.9.
2. Meshing
Mesh merupakan pembagian objek menjadi bagian yang lebih kecil. Semakin
kecil meshing yang dibuat maka hasil perhitungan akan semakin teliti namun
membutuhkan daya komputasi yang lebih besar juga. Pada penelitian ini element order
mesh yang digunakan adalah Quadratic dan element size mesh yang digunakan adalah
3mm seperti yang ditampilan pada gambar 3.10. Untuk hasil meshing dapat dilihat
pada gambar 3.11.
3. Static Structural
penahan atau sebagai daerah yang mengalami kontak fisik dengan permukaan tanah.
Daerah fix support dapat dilihat pada gambar 3.13.
a b c
Gambar 3.12 Area pembebanan a)Flat Landing b)Heel-First Landing c)Toe-First
Landing
Dari hasil survei, didapat bahwa jenis kuda yang ada di berastagi masuk dalam
jenis Equus caballus orientalis, sedangkan massa kuda berkisar 300 kg. Gaya yang
dialami kaki kuda dibagi dua menjadi bagian depan dan belakang, maka dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan 2.1 dan persamaan 2.2.
𝐹 = 2,4 . 𝑚 . 𝑔
𝐹𝑆 = 7063,2⁄2 = 3531,6 𝑁
Maka pressure yang diberikan pada ladam kuda dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.5 sebagai berikut:
𝐹
𝑃=
𝐴𝑜
34
3531,6 𝑁
1. Pressure untuk Flat Landing 𝑃1 = = 0,6319 𝑀𝑃𝑎
5588,82 𝑚𝑚2
3531,6 𝑁
2. Pressure untuk Heel-First Landing 𝑃2 = = 1.6612 𝑀𝑃𝑎
2125.91 𝑚𝑚2
3531,6 𝑁
3. Pressure untuk Toe-First Landing 𝑃3 = = 3.6279 𝑀𝑃𝑎
973.44 𝑚𝑚2
Besaran tegangan yang telah didapat dimasukkan pada kotak dialog Details of
“Pressure” pada Name Selection tentukan bagian yang akan diberikan tegangan
seperti pada gambar 3.14.
3.7.4 Solution
Tahap akhir setelah mengatur jenis pembebanan dan fix support adalah solution.
Solution adalah proses Analisa numerik yang dilakukan Ansys untuk mendapatkan
parameter yang diinginkan. Dalam penelitian ini, parameter yang ingin didapatkan
adalah tegangan equivalent akibat pembebanan yang terjadi pada sepatu kuda dengan
material komposit polymeric,serta dengan tiga area pembebanan yang berbeda.
Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan hasil dari solution adalah mengklik
kanan pada bagian solution kemudian pilih insert → stress → Equivalent Von-Misses
dan juga normal stress untuk sumbu X, Y dan Z seperti pada gambar 3.15 dan gambar
3.16.
Dapat dilihat pada gambar 3.16, untuk bagian orientation dapat diubah sesuai
dengan hasil yang diinginkan berupa X axis, Y axis dan Z axis. Selain menghasilkan
hasil simulasi distribusi tegangan, tidak lupa juga dilihat regangan yang terjadi akibat
pembebanan yang diberikan terhadap ladam kuda. Langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut: pilih insert → strain → Equivalent Von-Misses seperti yang
ditampilkan pada gambar 3.17.
Mulai
tidak
Berhasil
Laporan
ya
tidak
Disetujui
ya
Selesai
BAB IV
4.1 Pendahuluan
Pengujian simulasi uji tekan pada ladam kuda bahan polymeric diperkuat
dengan fibreglass menggunakan software Ansys dilaporkan pada bab ini. Hasil dari
perbandingan dua komposisi sepatu kuda berupa polymeric diperkuat fibreglass satu
layer dan polymeric diperkuat fibreglass dua layer.
Dengan menggunakan dimensi yang ada pada gambar 3.4, kita gambarkan
dalam bentuk tiga dimensi (3D) pada software Solidworks 2021 sehingga
menghasilkan gambar ladam kuda yang dapat dilihat pada gambar 4.1.
Pada simulasi ini ladam kuda menerima tiga jenis tekanan dengan tiga area
yang berbeda dan ditahan oleh fix support pada bagian bawah seperti yang ditunjukkan
pada gambar 3.13 dan 3.14. Dengan pembebanan yang diberikan, ditujukan untuk
memperoleh hasil distribusi tegangan equivalent von-misses, tegangan normal pada
sumbu X, tegangan normal pada sumbu Y dan tegangan normal pada sumbu Z.
38
(a)
(b)
Gambar 4.2 Distribusi tegangan equivalent jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagain bawah
39
Dari gambar 4.2 dapat dilihat kontur tegangan equivalent von misses
maksimum terdapat pada daerah yang ditandai dengan warna merah pada sudut bawah
bagian belakang ladam kuda sebesar 1,0101 MPa. Dapat diartikan bahwa pada bagian
ini akan rentan mengalami kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
(a)
(b)
Gambar 4.3 Distribusi tegangan normal sumbu X jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian bawah
40
Dari gambar 4.3 dapat dilihat kontur tegangan normal pada sumbu X
maksimum ditandai dengan warna merah pada bagian belakang ladam kuda sebesar
0,041713 MPa. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
(a)
(b)
Gambar 4.4 Distribusi tegangan normal sumbu Y jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian bawah
41
Dari gambar 4.4 dapat dilihat kontur tegangan normal pada sumbu Y
maksimum ditandai dengan warna merah pada bagian bawah ladam kuda serta bagian
samping bagian luar dan dalam sebesar -0,556671. Dapat diartikan bahwa pada bagian
ini akan rentan mengalami kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
(a)
(b)
Gambar 4.5 Distribusi tegangan normal sumbu Z jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian bawah
42
(a)
(b)
Gambar 4.6 Distribusi regangan equivalent jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian bawah
43
Dapat dilihat dari hasil simulasi berupa kontur regangan equivalent von-misses,
terdapat di daerah bawah bagian belakang ladam kuda mengalami regangan
maksimum sebesar 0,037982 mm/mm.
Secara keseluruhan hasil simulasi jenis pembebanan flat landing pada sepatu
kuda polymeric diperkuat fibreglass satu layer dapat dilihat pada table 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Hasil simulasi jenis pembebanan Flat Landing pada polymeric diperkuat
fibreglass satu layer
Sut / SF 𝜎1 𝜎𝑥 𝜎𝑦 𝜎𝑧 𝜀1
Material
MPa MPa MPa MPa MPa mm/mm
Polymeric
diperkuat
30,58225 1,0101 0,041713 -0,56671 0,041766 0,037982
fibreglass
satu layer
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil tegangan paling besar terdapat pada
sumbu Y dikarenakan arah beban searah dengan sumbu Y, sedangkan sumbu X dan Z
tegak lurus terhadap sumby Y. Untuk teori kegagalan dengan menggunakan
𝑆𝑢𝑡
maksimum principle stress theory berlaku kondisi 𝜎1 < dimana 𝜎1 = 1,0101
𝑆𝐹
MPa sedangkan Sut / SF = 30,58225 MPa dengan nilai safety factor = 2. Dengan
demikian material polymeric diperkuat fiberglass satu layer tersebut layak untuk
diproduksi.
(a)
(b)
Gambar 4.7 Distribusi tegangan equivalent jenis pembebanan heel-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagain bawah
Dari gambar 4.7 dapat dilihat kontur tegangan equivalent von misses
maksimum sebesar 1,9144MPa ditandai dengan warna merah terletak pada depan
bagian bawah ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan
mengalami kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
45
(a)
(b)
Gambar 4.8 Distribusi tegangan normal sumbu X jenis pembebanan heel-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.8 dapat dilihat kontur tegangan normal pada sumbu X
maksimum sebesar 0,32476 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
atas ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
46
(a)
(b)
Gambar 4.9 Distribusi tegangan normal sumbu Y jenis pembebanan heel-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.9 dapat dilihat kontur tegangan normal pada sumbu Y
maksimum sebesar 0,18998 MPa ditandai dengan warna merah bagian atas ladam kuda.
Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami kerusakan jika
mencapai tegangan maksimum.
47
(a)
(b)
Dapat dilihat pada gambar 4.10 kontur tegangan normal pada sumbu Z
maksimum sebesar 0,57655 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
atas ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
48
(a)
(b)
Gambar 4.11 Distribusi regangan equivalent jenis pembebanan heel-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian bawah
Dapat dilihat dari hasil simulasi berupa kontur regangan equivalent von-misses,
terdapat di daerah bawah bagian belakang ladam kuda mengalami regangan
maksimum sebesar 0,071989 mm/mm.
49
Tabel 4.2 Hasil simulasi jenis pembebanan Heel-First Landing pada polymeric
diperkuat fibreglass satu layer
Sut / SF 𝜎1 𝜎𝑥 𝜎𝑦 𝜎𝑧 𝜀2
Material
MPa MPa MPa MPa MPa mm/mm
Polymeric
diperkuat
30,58225 1,9144 0,32476 0,18998 0,57655 0,071989
fibreglass
satu layer
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil tegangan paling besar terdapat pada
sumbu Y dikarenakan arah beban searah dengan sumbu Z. Untuk teori kegagalan
𝑆𝑢𝑡
dengan menggunakan maksimum principle stress theory berlaku kondisi 𝜎1 <
𝑆𝐹
dimana 𝜎1 = 1,9144 MPa sedangkan Sut / SF = 30,58225 MPa dengan nilai safety
factor = 2. Dengan demikian material polymeric diperkuat fiberglass satu layer
tersebut layak untuk diproduksi.
(a)
50
(b)
Gambar 4.12 Distribusi tegangan equivalent jenis pembebanan toe-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagain bawah
Dari gambar 4.12 dapat dilihat distribusi tegangan equivalent von misses
maksimum sebesar 5,8863 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
bawah ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
(a)
51
(b)
Gambar 4.13 Distribusi tegangan normal sumbu X jenis pembebanan toe-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.13 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu X
maksimum sebesar 0,49192 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
atas ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
(a)
52
(b)
Gambar 4.14 Distribusi tegangan normal sumbu Y jenis pembebanan toe-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.14 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu Y
maksimum sebesar 0,38648 MPa ditandai dengan warna merah bagian atas ladam kuda.
Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami kerusakan jika
mencapai tegangan maksimum.
(a)
53
(b)
Gambar 4.15 Distribusi tegangan normal sumbu Z jenis pembebanan toe-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian
bawah
(a)
54
(b)
Gambar 4.16 Distribusi regangan equivalent jenis pembebanan toe-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass satu layer a)bagian atas b)bagian bawah
Dapat dilihat dari hasil simulasi berupa kontur regangan equivalent von-misses,
terdapat di daerah bawah bagian belakang ladam kuda mengalami regangan
maksimum sebesar 0,22135 mm/mm.
Tabel 4.3 Hasil simulasi pembebanan jenis Toe-First Landing pada polymeric
diperkuat fibreglass satu layer
Sut / SF 𝜎1 𝜎𝑥 𝜎𝑦 𝜎𝑧 𝜀3
Material
MPa MPa MPa MPa MPa mm/mm
Polymeric
diperkuat
30,58225 5,8863 0,49192 0,38648 1,5294 0,22135
fibreglass
satu layer
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil tegangan paling besar terdapat pada
sumbu Y dikarenakan arah beban searah dengan sumbu Z. Untuk teori kegagalan
𝑆𝑢𝑡
dengan menggunakan maksimum principle stress theory berlaku kondisi 𝜎1 <
𝑆𝐹
dimana 𝜎1 = 5,8863 MPa sedangkan Sut / SF = 30,58225 MPa dengan nilai safety factor
55
= 2. Dengan demikian material polymeric diperkuat fiberglass satu layer tersebut layak
untuk diproduksi.
(a)
(b)
Gambar 4.17 Distribusi tegangan equivalent jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagain bawah
56
Dari gambar 4.17 dapat dilihat distribusi tegangan equivalent von misses
maksimum sebesar 1,4244 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
sudut bawah bagian belakang ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan
rentan mengalami kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
(a)
(b)
Gambar 4.18 Distribusi tegangan normal sumbu X jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian bawah
57
Dari gambar 4.18 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu X
maksimum sebesar 0,16669 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada ladam
kuda bagian belakang. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
(a)
(b)
Gambar 4.19 Distribusi tegangan normal sumbu Y jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian bawah
58
Dari gambar 4.19 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu Y
maksimum sebesar -0,48966 MPa ditandai dengan warna merah bagian bawah ladam
kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami kerusakan jika
mencapai tegangan maksimum.
(a)
(b)
Gambar 4.20 Distribusi tegangan normal sumbu Z jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian bawah
59
(a)
(b)
Gambar 4.21 Distribusi regangan equivalent jenis pembebanan flat landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian bawah
60
Dapat dilihat dari hasil simulasi berupa kontur regangan equivalent von-misses,
terdapat di daerah bawah bagian belakang ladam kuda mengalami regangan
maksimum sebesar 0,027945 mm/mm.
Secara keseluruhan hasil simulasi jenis pembebanan flat landing pada sepatu
kuda polymeric diperkuat fibreglass dua layer dapat dilihat pada table 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Hasil simulasi jenis pembebanan Flat-Landing pada polymeric diperkuat
fibreglass dua layer
Sut / SF 𝜎4 𝜎𝑥 𝜎𝑦 𝜎𝑧 𝜀4
Material
MPa MPa MPa MPa MPa mm/mm
Polymeric
diperkuat
57,30263 1,4244 0,16669 -0,48966 0,1697 0,027945
fibreglass
dua layer
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil tegangan paling besar terdapat pada
sumbu Y dikarenakan arah beban searah dengan sumbu Y, sedangkan sumbu X dan Z
tegak lurus terhadap sumby Y. Untuk teori kegagalan dengan menggunakan
𝑆𝑢𝑡
maksimum principle stress theory berlaku kondisi 𝜎4 < dimana 𝜎4 = 1,4244
𝑆𝐹
MPa sedangkan Sut / SF = 57,30263 MPa dengan nilai safety factor = 2. Dengan
demikian material polymeric diperkuat fiberglass dua layer tersebut layak untuk
diproduksi.
(a)
(b)
Gambar 4.22 Distribusi tegangan equivalent jenis pembebanan heel-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagain bawah
Dari gambar 4.22 dapat dilihat distribusi tegangan equivalent von misses
maksimum sebesar 2,2183 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada depan
bagian bawah ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan
mengalami kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
62
(a)
(b)
Gambar 4.23 Distribusi tegangan normal sumbu X jenis pembebanan heel-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.23 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu X
maksimum sebesar 0,49241 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
atas ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
63
(a)
(b)
Gambar 4.24 Distribusi tegangan normal sumbu Y jenis pembebanan heel-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.24 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu Y
maksimum sebesar 0,16364 MPa ditandai dengan warna merah bagian atas ladam kuda.
Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami kerusakan jika
mencapai tegangan maksimum.
64
(a)
(b)
Gambar 4.25 Distribusi tegangan normal sumbu Z jenis pembebanan heel-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian
bawah
(a)
(b)
Gambar 4.26 Distribusi regangan equivalent jenis pembebanan heel-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian bawah
Dapat dilihat dari hasil simulasi berupa kontur regangan equivalent von-misses,
terdapat di daerah bawah bagian belakang ladam kuda mengalami regangan
maksimum sebesar 0,043523 mm/mm.
66
Tabel 4.5 Hasil simulasi jenis pembebanan Heel-First Landing pada polymeric
diperkuat fibreglass dua layer
Sut / SF 𝜎5 𝜎𝑥 𝜎𝑦 𝜎𝑧 𝜀5
Material
MPa MPa MPa MPa MPa mm/mm
Polymeric
diperkuat
57,30263 2,2183 0,49241 0,16364 0,65022 0,043523
fibreglass
dua layer
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil tegangan paling besar terdapat pada
sumbu Y dikarenakan arah beban searah dengan sumbu Z. Untuk teori kegagalan
𝑆𝑢𝑡
dengan menggunakan maksimum principle stress theory berlaku kondisi 𝜎5 <
𝑆𝐹
dimana 𝜎5 = 2,2183 MPa sedangkan Sut / SF = 57,30263 MPa dengan nilai safety
factor = 2. Dengan demikian material polymeric diperkuat fiberglass dua layer
tersebut layak untuk diproduksi.
(a)
(b)
Gambar 4.27 Distribusi tegangan equivalent jenis pembebanan toe-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagain bawah
Dari gambar 4.27 dapat dilihat distribusi tegangan equivalent von misses
maksimum sebesar 7,8854 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
bawah ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
68
(a)
(b)
Gambar 4.28 Distribusi tegangan normal sumbu X jenis pembebanan toe-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.28 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu X
maksimum sebesar 1,0097 MPa ditandai dengan warna merah terletak pada bagian
atas ladam kuda. Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami
kerusakan jika mencapai tegangan maksimum.
69
(a)
(b)
Gambar 4.29 Distribusi tegangan normal sumbu Y jenis pembebanan toe-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian
bawah
Dari gambar 4.29 dapat dilihat distribusi tegangan normal pada sumbu Y
maksimum sebesar 0,34271 MPa ditandai dengan warna merah bagian atas ladam kuda.
Dapat diartikan bahwa pada bagian ini akan rentan mengalami kerusakan jika
mencapai tegangan maksimum.
70
(a)
(b)
Gambar 4.30 Distribusi tegangan normal sumbu Z jenis pembebanan toe-first landing
pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian
bawah
(a)
(b)
Gambar 4.31 Distribusi regangan equivalent jenis pembebanan heel-first landing pada
polymeric diperkuat fibreglass dua layer a)bagian atas b)bagian bawah
Dapat dilihat dari hasil simulasi berupa kontur regangan equivalent von-misses,
terdapat di daerah bawah bagian belakang ladam kuda mengalami regangan
maksimum sebesar 0,15471 mm/mm.
72
Tabel 4.6 Hasil simulasi jenis pembebanan Toe-First Landing pada polymeric
diperkuat fibreglass dua layer
Sut / SF 𝜎6 𝜎𝑥 𝜎𝑦 𝜎𝑧 𝜀6
Material
MPa MPa MPa MPa MPa mm/mm
Polymeric
diperkuat
57,30263 7,8854 1,0097 0,34271 1,5035 0,15471
fibreglass
dua layer
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hasil tegangan paling besar terdapat pada
sumbu Z. Untuk teori kegagalan dengan menggunakan maksimum principle stress
𝑆𝑢𝑡
theory berlaku kondisi 𝜎6 < dimana 𝜎6 = 7,8854 MPa sedangkan Sut / SF
𝑆𝐹
= 57,30263 MPa dengan nilai safety factor = 2. Dengan demikian material polymeric
diperkuat fiberglass dua layer tersebut layak untuk diproduksi.
4.3.3 Deformasi
Hasil simulasi total deformasi pada ladam kuda dengan material polymeric
diperkuat fiberglass satu dan dua layer ditunjukkan pada gambar 4.32 dan 4.33.
Gambar 4.32 Total deformasi pada polymeric diperkuat fiberglass satu layer
73
Gambar 4.33 Total deformasi pada polymeric diperkuat fiberglass dua layer
Dapat dilihat pada gambar 4.32 dan 4.33 bahwa beban yang diberikan pada
ladam kuda terjadi total deformasi maksimum sebesar 0,35466 mm untuk material
polymeric diperkuat fiberglass satu layer dan 0,21517 mm untuk material polymeric
diperkuat fiberglass dua layer. Dengan melihat kedua nilai maksimum total deformasi,
dikarenakan nilai deformasi yang kecil maka total deformasi yang terjadi dapat
diabaikan.
Hasil simulasi flat landing untuk material polymeric diperkuat serat fiberglass
satu layer dan dua layer dapat dilihat pada tabel 4.7, heel-first landing dapat dilihat
pada tabel 4.9 dan toe-first landing dapat dilihat pada tabel 4.11.
74
Polymeric
Flat diperkuat
1,4244 0,16669 -0,48966 0,1697 0,027945
Landing fibreglass
dua layer
Pada tabel 4.7, dapat disimpulkan bahwa tegangan normal sumbu X yang
terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer dan yang terbesar
dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass dua layer. Untuk tegangan normal sumbu
Y yang terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer dan yang
terbesar dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass dua layer. Untuk tegangan normal
sumbu Z yang terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer dan yang
terbesar dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass dua layer.
Polymeric diperkuat fibreglass satu layer Polymeric diperkuat fibreglass dua layer
Equivalent Equivalent
Massa Force Pressure Massa Force Pressure
stress stress
kg N MPa MPa kg N MPa MPa
500 11772 2.10635 3.3669 500 11772 2.10635 4.7449
1000 23544 4.2127 6.7338 1000 23544 4.2127 9.4958
1500 35316 6.31904 10.101 1500 35316 6.31904 14.244
2000 47088 8.42539 13.468 2000 47088 8.42539 18.992
2500 58860 10.5317 16.834 2500 58860 10.5317 23.74
3000 70632 12.6381 20.201 3000 70632 12.6381 28.487
3500 82404 14.7444 23.568 3500 82404 14.7444 33.235
4000 94176 16.8508 26.935 4000 94176 16.8508 37.983
4500 105948 18.9571 30.302 4500 105948 18.9571 42.731
5000 117720 21.0635 33.669 5000 117720 21.0635 47.479
5500 129492 23.1698 52.227
6000 141264 25.2762 59.975
6500 153036 27.3825 61.723
7000 164808 29.4889 66.471
Dari tabel 4.8, dapat dilihat bahwa beban maksimum yang diizinkan untuk
ladam kuda dari bahan polymeric diperkuat fiberglass satu layer adalah sebesar
4000kg dan beban maksimum untuk ladam kuda dari bahan polyeric diperkuat
fiberglass dua layer yang diizinkan adalah sebesar 5500kg. Jika beban yang diberikan
melebihi batas maksimum yang diizinkan, maka akan terjadi overload sehingga dapat
menyebabkan ladam kuda mengalami kerusakan.
Normal Normal
Equivalent Normal Equivalent
Stress Stress
Pembebanan Material Stress Stress Z Strain
X Y
MPa MPa MPa MPa mm/mm
Polymeric
diperkuat
1,9144 0,32476 0,18998 0,57655 0,071989
fibreglass
satu layer
Polymeric
Heel-First diperkuat
2,2183 0,49241 0,16364 0,65022 0,043523
Landing fibreglass
dua layer
76
Pada tabel 4.9, dapat disimpulkan bahwa tegangan normal sumbu X yang
terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer dan yang terbesar
dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass dua layer. Untuk tegangan normal sumbu
Y yang terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer dan yang terbesar
dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass satu layer. Untuk tegangan normal sumbu
Z yang terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer dan yang terbesar
dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass dua layer. Dilihat juga nilai regangan
equivalent kedua material, dapat disimpulkan bahwa nilai regangan material
polymeric diperkuat fiberglass dua layer lebih kecil dibandingkan satu layer.
Polymeric diperkuat fibreglass satu layer Polymeric diperkuat fibreglass dua layer
Equivalent Equivalent
massa Force pressure massa Force pressure
stress stress
kg N MPa MPa kg N MPa MPa
500 11772 5.53739 6.3814 500 11772 5.53739 7.3946
1000 23544 11.0748 12.763 1000 23544 11.0748 14.789
1500 35316 16.6122 19.144 1500 35316 16.6122 22.184
2000 47088 22.1496 25.526 2000 47088 22.1496 29.578
2500 58860 27.687 31.907 2500 58860 27.687 36.973
3000 70632 33.2244 44.367
3500 82404 38.7618 51.762
4000 94176 44.2991 59.156
Dari tabel 4.10, dapat dilihat bahwa beban maksimum yang diizinkan untuk
ladam kuda dari bahan polymeric diperkuat fiberglass satu layer adalah sebesar
2000kg dan beban maksimum untuk ladam kuda dari bahan polyeric diperkuat
fiberglass dua layer yang diizinkan adalah sebesar 3500kg. Jika beban yang diberikan
melebihi batas maksimum yang diizinkan, maka akan terjadi overload sehingga dapat
menyebabkan ladam kuda mengalami kerusakan.
77
Polymeric
Toe-First diperkuat
7,8854 1,0097 0,34271 1,5035 0,15471
Landing fibreglass
dua layer
Pada tabel 4.9, dapat disimpulkan bahwa tegangan normal sumbu X yang terkecil
terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass satu layer dan yang terbesar dialami oleh
polymeric diperkuat fibreglass dua layer. Untuk tegangan normal sumbu Y yang
terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer dan yang terbesar
dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass satu layer. Untuk tegangan normal sumbu
Z yang terkecil terjadi pada polymeric diperkuat fibreglass dua layer dan yang terbesar
dialami oleh polymeric diperkuat fibreglass satu layer. Dilihat juga nilai regangan
equivalent kedua material, dapat disimpulkan bahwa nilai regangan material
polymeric diperkuat fiberglass dua layer lebih kecil dibandingkan satu layer.
Polymeric diperkuat fibreglass satu layer Polymeric diperkuat fibreglass dua layer
Equivalent Equivalent
massa Force pressure massa Force pressure
stress stress
kg N MPa MPa kg N MPa MPa
500 11772 12.0932 19.621 500 11772 12.0932 26.285
600 14126.4 14.5118 23.546 600 14126.4 14.5118 31.542
700 16480.8 16.9305 27.47 700 16480.8 16.9305 36.799
800 18835.2 19.3491 31.394 800 18835.2 19.3491 42.056
1000 23544 24.1864 39.243 900 21189.6 21.7678 47.314
1000 23544 24.1864 52.57
1100 25898.4 26.605 57.827
1200 28252.8 29.0237 63.085
78
Dari tabel 4.12, dapat dilihat bahwa beban maksimum yang diizinkan untuk
ladam kuda dari bahan polymeric diperkuat fiberglass satu layer adalah sebesar 700kg
dan beban maksimum untuk ladam kuda dari bahan polyeric diperkuat fiberglass dua
layer yang diizinkan adalah sebesar 1000kg. Jika beban yang diberikan melebihi batas
maksimum yang diizinkan, maka akan terjadi overload sehingga dapat menyebabkan
ladam kuda mengalami kerusakan.
Secara keseluruhan hasil simulasi, digabungkan menjadi satu tabel yang dapat
dilihat pada lampiran 2 (terlampir).
79
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Dari desain ladam kuda dengan dimensi panjang 115 mm, lebar 108,16 mm
dan tebal 13,35 mm diperoleh tegangan equivalent, tegangan normal X,
tegangan normal Y dan tegangan normal Z setelah diberikan pembebanan
sebagai berikut :
a. Tegangan maksimum yang dapat diterima oleh ladam kuda dengan
material polymeric diperkuat serat fibreglass satu layer dengan jenis
pembebanan flat landing untuk tegangan equivalent (Von-Misses) sebesar
1,0101 MPa, normal stress X sebesar 0,041713 MPa, normal stress Y
sebesar -0,56671 MPa dan normal stress Z sebesar 0,041766 MPa.
Sedangkan tegangan maksimum yang dapat diterima oleh ladam kuda
dengan material polymeric diperkuat serat fibreglass dua layer dengan jenis
pembebanan flat landing untuk tegangan equivalent (Von-Misses) sebesar
1,4244 MPa, normal stress X sebesar 0,16669 MPa, normal stress Y
sebesar -0,48966 MPa dan normal stress Z sebesar 0,1697 MPa.
b. Tegangan maksimum yang dapat diterima oleh ladam kuda dengan
material polymeric diperkuat serat fibreglass satu layer dengan jenis
pembebanan heel-first landing untuk tegangan equivalent (Von-Misses)
sebesar 1,9144 MPa, normal stress X sebesar 0,32476 MPa, normal stress
Y sebesar 0,18998 MPa dan normal stress Z sebesar 0,57655 MPa.
Sedangkan tegangan maksimum yang dapat diterima oleh ladam kuda
dengan material polymeric diperkuat serat fibreglass dua layer dengan jenis
pembebanan heel-first landing untuk tegangan equivalent (Von-Misses)
sebesar 2,2183 MPa, normal stress X sebesar 0,049241 MPa, normal stress
Y sebesar 0,16364 MPa dan normal stress Z sebesar 0,65022 MPa.
c. Tegangan maksimum yang dapat diterima oleh ladam kuda dengan
material polymeric diperkuat serat fibreglass satu layer dengan jenis
pembebanan toe-first landing untuk tegangan equivalent (Von-Misses)
sebesar 5,8863 MPa, normal stress X sebesar 0,49192 MPa, normal stress
Y sebesar 0,38648 MPa dan normal stress Z sebesar 1,5294 MPa.
Sedangkan tegangan maksimum yang dapat diterima oleh ladam kuda
dengan material polymeric diperkuat serat fibreglass dua layer dengan jenis
pembebanan toe-first landing untuk tegangan equivalent (Von-Misses)
80
sebesar 7,8854 MPa, normal stress X sebesar 1,0097 MPa, normal stress Y
sebesar 0,34271 MPa dan normal stress Z sebesar 1,5035 MPa.
2. Secara keseluruhan dari tiga jenis pembebanan untuk dua jenis komposisi yaitu
polymeric diperkuat serat fibreglass satu layer dan dua layer dengan melihat
hasil distribusi tegangan equivalent (Von-Misses) didapatkan kesimpulan
bahwa material polymeric diperkuat serat fibreglass dua layer memiliki
tegangan maksimum yang lebih besar dibandingkan material polymeric
diperkuat serat fibreglass satu layer.
3. Bagian yang akan mengalami kerusakan dan beban maksimum yang diizinkan:
a. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa ladam kuda dengan polymeric
diperkuat fibreglass satu layer dengan jenis pembebanan flat landing
material akan terjadi kerusakan akibat overload pada sudut bawah bagian
belakang ladam kuda jika melebihi beban maksimum yang diizinkan yaitu
4000 kg. Untuk polymeric diperkuat fibreglass dua layer dengan jenis
pembebanan flat landing material akan terjadi kerusakan akibat overload
pada sudut bawah bagian belakang ladam kuda jika melebihi beban
maksimum yang diizinkan yaitu 5500 kg.
b. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa ladam kuda dengan polymeric
diperkuat fibreglass satu layer dengan jenis pembebanan heel-first landing
material akan terjadi kerusakan akibat overload pada bagian bawah ladam
kuda jika melebihi beban maksimum yang diizinkan yaitu 2000 kg. Untuk
polymeric diperkuat fibreglass dua layer dengan jenis pembebanan heel-
first landing material akan terjadi kerusakan akibat overload pada bagian
bawah ladam kuda jika melebihi beban maksimum yang diizinkan yaitu
3500 kg.
c. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa ladam kuda dengan polymeric
diperkuat fibreglass satu layer dengan jenis pembebanan toe-first landing
material akan terjadi kerusakan akibat overload pada sudut bawah ladam
kuda jika melebihi beban maksimum yang diizinkan yaitu 700 kg. Untuk
polymeric diperkuat fibreglass dua layer dengan jenis pembebanan toe-first
landing material akan terjadi kerusakan akibat overload pada sudut bawah
ladam kuda jika melebihi beban maksimum yang diizinkan yaitu 1000 kg.
5.2 Saran
Saran yang bisa penulis berikan jika penelitian ini ingin dikembangkan
dikemudian hari adalah sebagai berikut:
2. Proses input data material dari hasil penelitian eksperimental dilakukan dengan
teliti agar tidak terjadi kesalahan data.
3. Untuk ukuran meshing bisa digunakan yang lebih kecil dikarenakan semakin
kecil ukuran meshing maka akan semakin teliti hasil simulasi.
4. Pengembangan penelitian dengan menggunakan serat alam lainnya yang
dikembangkan untuk menghasilkan material yang lebih baik lagi.
82
DAFTAR PUSTAKA
[15] Gillis DVM, PhD, Dipl. ACVSMR, C., 1997. Tendinitis. The Horse, [online]
Available at: <https://thehorse.com/14788/tendinitis/> [Accessed 2
July 2020].
[16] Surdia T, Saito S. 1992. “Pengetahuan Bahan Teknik”. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
[17] Nurun Nayiroh. 2017. “Teknologi Material Komposit”.
http://nurun.lecturer.uinmalang.ac.id/wpcontent/uploads/sites/7/2013
/03/Material-Komposit.pdf, diakses pada 21 April 2020 pukul 16.19.
[18] Hestiawan, H., & Jamasri, K. 2017. “Pengaruh Penambahan Katalis Terhadap
Sifat Mekanis Resin Poliester Tak Jenuh”. Teknosia, 3(1), 1-7.
[19] Nugroho, Y. D. 2016. “Karakteristik Komposit Serat Glass dengan Variasi
Jumlah Lapisan Serat”. Skripsi Teknik Mesin, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
[20] B, Zulfa Ilham. 2017. “Karakterisasi dan Proses Manufaktur Komposit
Polypropylene Berpenguat Serat Dendrocalamus Asper untuk
Aplikasi Ruang Mesin Otomotif”. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya.
[21] Rudydwi. 2010. “Mengetahui Sifat Mekanik Material Dengan Uji Tarik”.
https://rudydwi.wordpress.com/2010, diakses pada 25 April 2020
pukul 16.26.
[22] P, Mhd Daud Pinem, S.T., M.T. 2017. “ANSYS: Menganalisis Berbagai
Permasalahan dalam Ilmu Keteknikan”. Bandung: Penerbit
Informatika.
[23] Vidosic, Joseph P. “Faktor Keamanan (Safety Factor) dalam Perancangan Elemen
Mesin”. http://libratama.com/faktor-keamanansafety-factor-dalam-
perancangan-elemen-mesin/, diakses pada 1 Mei 2020 pukul 12.15.
[24] Kaminski, B., and R. Lantz. 1969. “Strength Theories of Failure for Anisotropic
Materials”. Composite Materials: Testing and Design. ASTM
International.
[25] Shigley, J. E. 2011. “Shigley's mechanical engineering design”. Tata McGraw-
Hill Education.
[26] Syam, Bustami dan Basuki Wirjosentono. 2019. “Analisa Ergonomik Produk
Sepatu Kuda Bahan Komposit Polimer”. Usulan Penelitian Guru
Besar, Universitas Sumatera Utara.
84
LAMPIRAN 1
Sub Tahun
Program Sub Program
Program 2009 2010 2012 2013 2017 – 2018 2018 – 2019 2020 – 2021
Polymeric Komposit Penyelidikan Komposit
Foam Polymeric Foam
Diperkuat Serat TKKS
Akibat Beban Statik
Tekan dan Impak
(Muftil Badri)
Penemuan Teknik
Pembuatan Komposit
Polymeric Foam
Diperkuat Serat TKKS
(Syam, B. dan Zulfikar)
Helmet Analisa Struktur Helmet Sepeda
Sepeda Bahan Polymeric Foam Diperkuat
Serat TKKS (Syam,B. dan
Mayunis)
Pengembangan Bahan Komposit
Sub Tahun
Program Sub Program
Program 2009 2010 2012 2013 2017 – 2018 2018 – 2019 2020 - 2021
Pengembangan Bahan Komposit Polymeric Sepatu Analisa Kekuatan Bending
Kuda dan Tarik Statik Komposit
Berbahan Dasar Polimer
Diperkuat Serat Kaca
Sebagai Bahan Alternatif
Pembuatan Ladam Kuda
(Syam, B. dan Eddo)
Simulasi Statik Struktural
pada Ladam Kuda dari
Bahan Polymeric Diperkuat
Serat Kaca dengan
Menggunakan Software
Ansys (Syam, B. dan
Sandry, F.)
Rancang Bangun dan
Respon Kuda Terhadap
Sepatu dan Ladam Kuda
Berbahan Alternatif Polimer
Diperkuat Fiberglass
(Syam, B. dan Tantono, J.)
LAMPIRAN 2
86
Jenis Pembebanan
1 Layer
Flat Landing Heel-First Landing Toe-First Landing
Pandangan
Atas
X-AXIS
Pandangan
Bawah
Pandangan
Atas
Y-AXIS
Pandangan
Bawah
Pandangan
Atas
Z-AXIS
Pandangan
Bawah
Pandangan
Atas
EQUIVALENT
(VON-
MISSES)
Pandangan
Bawah
87
Jenis Pembebanan
2 Layer
Flat Landing Heel-First Landing Toe-First Landing
Pandangan
Atas
X-AXIS
Pandangan
Bawah
Pandangan
Atas
Y-AXIS
Pandangan
Bawah
Pandangan
Atas
Z-AXIS
Pandangan
Bawah
Pandangan
Atas
EQUIVALENT
(VON-
MISSES)
Pandangan
Bawah