PROPOSAL
TEKNIK SIPIL
NIM. 195060107111050
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
POPOSAL
TEKNIK SIPIL
NIM. 19506017111050
Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing pada tanggal
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Departemen
Nama Dosen Pembimbing II
NIK.
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, yang telah melimpahkan
hidayahnya dan memberi penulis kesempatan untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul
“PENGARUH PENAMBAHAN OLAHAN LIMBAH EXPANDED POLYSTRYENE
DALAM BENTUK LATEKS BUTIRAN PADA BETON TERHADAP KUAT TEKAN
BETON DAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG DENGAN METODE NON-
DESTRUCTIVE TEST” sebagai syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) dan
mendapatkan gelar sarjana di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Brawijaya.
2. Bapak Ir. Eko Andi Suryo, ST., MT., Ph.D selaku Ketua Departemen Sipil Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya Malang.
3. Ibu Dr. Eng. Ir. Eva Arifi, ST, MT selaku ketua Prodi S1 Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang.
4. Keluarga dan orang-orang tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan
materi dalam proses penyelesaian Proposal Tugas Akhir.
5. Teman-teman Teknik Sipil UB angkatan 2019 dan semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian Proposal Tugas Akhir
Kami menyadari bahwa Proposal Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik selalu kami terima agar tercapai hasil yang lebih baik pada tugas
- tugas berikutnya.
Akhir kata, semoga Proposal Tugas Akhir ini dapat bermanfaat sebagai referensi dan
ilmu pengetahuan sipil pada umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
3.3.2 Bahan Penelitian ............................................................................................... 13
3.4 Analisa Bahan ....................................................................................................... 14
3.4.1. Semen ................................................................................................................ 14
3.4.2 Agregat Kasar ................................................................................................... 14
3.4.3. Agregat Halus ................................................................................................... 14
3.4.4. Air...................................................................................................................... 14
3.4.5 Latex Polistirena Butiran................................................................................. 15
3.5 Rancangan Penelitian ............................................................................................ 15
3.6 Mix Design ........................................................................................................... 16
3.7 Pengujian Bahan Dasar ......................................................................................... 16
3.8 Pembuatan Benda Uji ........................................................................................... 17
3.9 Pengujian Slump ................................................................................................... 17
3.10 Pengujian Kuat Tekan Beton ................................................................................ 18
3.11 Pengujian Cepat Rambat Gelombang ................................................................... 19
3.12 Tabulasi Hasil Pengujian....................................................................................... 20
3.13 Diagram Alir Penelitian ........................................................................................ 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
digunakan dalam pembangunan infrastruktur adalah beton. Beton adalah bahan bangunan
yang terdiri dari campuran semen, air, dan agregat (agregat kasar seperti kerikil atau batu
pecah dan agregat halus seperti pasir) yang dicampur secara proporsional dan kemudian
dicetak dan diolah untuk membentuk struktur bangunan yang kuat dan tahan lama.
Styrofoam atau Expanded Polystyrene (EPS) adalah jenis polistirena yang dibuat
melalui proses pengembangan yang menghasilkan bahan dengan kepadatan rendah/ringan.
Styrofoam sering digunakan sebagai bahan isolasi pada bangunan, wadah pengiriman, dan
perlindungan pengepakan makanan. EPS memiliki ikatan rantai karbon yang panjang yaitu
perulangan monomer stirena (C8H8) yang jika dilarutkan dengan bensin akan menghasilkan
lateks. Lateks sintetis adalah polimer karet yang dibuat secara sintetis melalui proses kimia
dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut; lateks sintetis memiliki sifat elastis yang baik,
memiliki kekuatan yang baik, dan memiliki kestabilan kimia yang baik terhadap air, asam,
basa, dan elemen-elemen lain.
kekuatan beton dengan meningkatkan ikatan antara pasta semen dan agregat, sehingga beton
menjadi lebih tahan terhadap beban. Adapun beton yang sudah dimodifikasi dengan
penambahan lateks ini disebut Latex Modified Concrete (LMC). Namun, pengolahan limbah
styrofoam di Indonesia belum dilakukan dengan maksimal. Pengolahan limbah styrofoam
yang buruk dapat mengancam kesehatan masyarakat, merusak ekosistem lingkungan, dan
mengakibatkan bencana. Maka dari itu penulis memilih judul “Pengaruh Penambahan
Olahan Limbah Expanded Polyesteryne Dalam Bentuk Lateks Butiran Pada Beton
Terhadap Kuat Tekan Beton dan Cepat Rambat Gelombang dengan Metode Non
Destruktif”
Identifikasi Masalah
Limbah styrofoam memiliki berbagai dampak negatif terhadap lingkungan jika tidak
dilakukan pengolahan limbah yang baik, sehingga perlu dilakukan upaya untuk mengurangi
limbah styrofoam. Penelitian ini merupakan upaya untuk memanfaatkan limbah styrofoam
dengan menjadikan lem lateks sebagai aditif beton.
2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penambahan lateks pada beton terhadap kuat tekan beton
Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beton
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-
agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan pasta yang terbuat dari semen dan air. Beton
memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat tarik yang sangat lemah (Sudarno, 2022).
Campuran beton ini kemudian dicor atau dituang ke dalam bentuk cetakan atau bekisting
yang telah disiapkan, lalu dibiarkan mengering dan mengeras menjadi struktur yang kuat
dan keras. Beton sering digunakan dalam konstruksi bangunan, jembatan, jalan raya, dam,
dan infrastruktur lainnya karena memiliki kekuatan dan daya tahan yang tinggi serta dapat
dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
Slump test adalah metode standar yang digunakan untuk mengukur kelecakan beton.
Metode ini melibatkan pembuatan kerucut beton dengan ukuran standar dan menarik kerucut
tersebut dari bawahnya untuk menghasilkan penurunan atau kelecakan beton. Kelecakan ini
kemudian diukur dengan menggunakan alat pengukur slump cone.
Nilai kelecakan beton yang diharapkan dapat bervariasi tergantung pada jenis proyek
yang sedang dilakukan. Misalnya, nilai kelecakan yang diharapkan untuk beton jalan raya
biasanya antara 25-75 mm, sementara untuk beton struktural bangunan bisa antara 50-100
mm. Namun, nilai kelecakan yang diinginkan harus selalu sesuai dengan spesifikasi proyek
dan persyaratan teknis yang berlaku.
4
Semen
Semen adalah bahan pengikat yang digunakan untuk membuat beton, mortar, dan
plester. Semen dibuat dari bahan baku mineral seperti batu kapur, tanah liat, pasir besi, dan
pasir silika yang dicampur dan dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi hingga terbentuk
klinker atau butiran kecil berwarna abu-abu. Klinker kemudian digiling halus dan dicampur
dengan gypsum untuk mengontrol waktu pengerasan sehingga terbentuklah produk semen
yang siap digunakan.
Semen digunakan untuk mengikat material agregat seperti pasir dan kerikil dalam
campuran beton atau mortar, sehingga terbentuk struktur yang kuat dan kokoh. Selain itu,
semen juga berperan penting dalam memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap tekanan,
gesekan, dan kelembaban pada beton atau mortar yang dibuat dari campurannya.
Pada penelitian ini kami menggunakan semen jenis PCC. Semen PCC terbuat dari
bahan baku seperti batu kapur, tanah liat, dan pasir silika yang dicampur dan dipanaskan
pada suhu tinggi hingga terbentuk klinker. Kemudian, klinker digiling dan dicampur dengan
gypsum dan bahan tambahan lainnya seperti fly ash atau slag untuk memperbaiki sifat fisik
dan kimia semen.
Agregat
Agregat beton adalah campuran dari bahan-bahan utama dalam pembuatan beton,
yaitu semen, air, dan agregat kasar dan halus. Agregat dalam beton biasanya terdiri dari batu
pecah, pasir, kerikil, atau bahan alami lainnya yang sesuai dengan standar kualitas yang
ditetapkan. Agregat berfungsi untuk memberikan stabilitas, kekuatan, dan kekerasan pada
beton serta mengurangi biaya pembuatan beton karena agregat merupakan bahan yang paling
murah dan tersedia dalam jumlah yang banyak. Dalam proses pembuatan beton, agregat
dicampur bersamaan dengan semen dan air dalam proporsi yang tepat untuk mencapai
kualitas beton yang baik dan sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
5
2.3.1 Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat berupa pasir sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan
– batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu dan mempunyai
ukuran sebesar 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan – batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh, dari pemecah batu, dan
mempunyai ukuran butiran antara 5 – 40 mm. Besar butiran maksimum yang diijinkan
tergantung dari maksud pemakaian.
Faktor air semen adalah rasio antara volume air dan volume semen dalam suatu
campuran semen. Faktor ini penting dalam konstruksi karena dapat memengaruhi sifat-sifat
fisik dan mekanik dari beton yang dibuat dengan menggunakan campuran semen tersebut.
Faktor air semen yang rendah dapat menghasilkan beton yang lebih kuat dan tahan lama,
namun campuran yang terlalu kering dapat sulit untuk diolah dan membentuk retak-retak
pada beton. Sebaliknya, faktor air semen yang terlalu tinggi dapat menghasilkan beton yang
kurang kuat dan lebih rentan terhadap keretakan. Oleh karena itu, pemilihan faktor air semen
yang tepat sangat penting dalam memastikan kualitas beton yang optimal.
Bahan Tambah
Bahan tambah semen adalah bahan yang ditambahkan ke dalam campuran semen
untuk meningkatkan sifat-sifat semen dan hasil akhir beton yang dihasilkan. Bahan tambah
semen dapat meningkatkan kualitas semen seperti kemampuan aliran, kekuatan tekan,
kekerasan permukaan, kehalusan, dan ketahanan terhadap korosi.
6
2.5.1 Polystyrene Latex
Polystyrene Latex adalah jenis lateks sintetis yang diperoleh dari campuran
polistirena dengan benzena (ref). Styrofoam terdiri dari 90-95% polystyrene dan 5-10% gas
n-butana (Maryani dkk, 2018). Styrofoam dilarutkan dalam bensin akan menghasilkan
polystyrene Latex. Pemanfaatan styrofoam bekas sebagai bahan pembuatan polystyrene latex
merupakan salah satu upaya pengurangan limbah styrofoam. Polystyrene latex memiliki
karakteristik berkekuatan tinggi, bersifat hidrofobik, dan bersifat elastis. Polystyrene Latex
memiliki karakteristik yang serupa dengan Styrene-butadiene rubber (SBR) lateks, dimana
SBR Lateks merupakan cairan perekat yang biasa digunakan untuk memperkuat mortar.
Styrene-butadiene rubber (SBR) lateks adalah jenis lateks sintetis yang terbuat dari
campuran stirena dan butadiena. SBR Lateks merupakan cairan perekat mortar yang berguna
untuk meningkatkan daya rekat, fleksibilitas, dan ketahanan terhadap air. Bahan styrene juga
dipakai dalam industri manufaktur sebagai bahan resin dan plastik. SBR lateks diproduksi
melalui proses polimerisasi emulsi, di mana campuran stiren dan butadiena diemulsi dengan
air dan diaktifkan oleh bahan kimia tertentu.
NDT
Salah satu faktor yang menentukan kekuatan struktur suatu bangunan adalah kuat
tekan beton. Untuk mengetahui kualitas sebuah struktur secara keseluruhan, compression
test menjadi standar dalam mengevaluasi kekuatan beton (Setjo R., 2012). Kualitas beton
dapat dievaluasi dengan menggunakan dua metode pengujian, Destructive Test (DT) dan
Non Destructive Test (NDT). Dalam metode DT, pengukuran kuat tekan beton dilakukan
dengan cara memberikan beban tekan (compressive strength) kepada benda uji yang
berbentuk silinder atau kubus sampai batas nilai tertentu dimana benda uji hancur karena
tidak dapat menahan beban tekan. Namun dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
menghancurkan benda uji dibutuhkan metode Non Destructive Test (NDT). Pengujian tidak
merusak atau NDT adalah metode pengujian material tanpa merusak benda uji. Pengujian
ini dilakukan untuk menjamin bahwa material yang dipakai sebagai benda uji masih aman
dan belum melewati batas toleransi kerusakan (Anistya, 2018).
7
Hammer test merupakan salah satu metode NDT untuk menguji kekuatan beton
dengan menggunakan alat bernama Rebound Schmidt Hammer. Karena hammer test
merupakan metode yang praktis dan tidak memerlukan banyak biaya, rebound hammer test
menjadi metode non destruktif yang populer dan banyak digunakan sebagai alternatif untuk
mengevaluasi kekuatan beton.
Prinsip kerja dari hammer test adalah memberikan beban tumbukan pada permukaan
beton menggunakan suatu massa dengan besaran tertentu. Kemudian pantulan massa yang
timbul akibat tumbukan massa dengan permukaan beton dapat mengindikasikan kekerasan
permukaan beton melalui jarak pantulan massa. Kekerasan permukaan beton ini memiliki
korelasi dengan nilai kuat tekan beton.
Interpretasi dari hammer test didasari oleh hubungan antara kuat tekan beton dengan
kekerasan permukaan beton, yang dapat diukur melalui rebound number yang didapatkan
dari hammer test (Panedpojaman, Tonnayopas, 2017).
Gambar 2.1 Prinsip Kerja dan Bagian – bagian Alat Uji Hammer
Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) merupakan salah satu metode non-destruktif yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan beton dan integritas strukturalnya. Metode ini
menggunakan gelombang ultrasonik untuk mengukur kecepatan gelombang suara di dalam
beton. UPV test menginterpretasikan kerapatan beton berdasarkan korelasi antara kuat tekan
beton dengan cepat rambat gelombang dalam beton (International Atomic Energy
Agency, Vienna, 2002).
8
UPV test pada beton biasanya dilakukan dengan menggunakan perangkat pengukur
khusus yang disebut dengan UPV tester. Perangkat ini terdiri dari dua transducer dimana
masing masingnya memiliki peran sebagai receiver dan transmitter. Gelombang ultrasonik
dikirimkan oleh transmitter ke dalam beton yang kemudian akan diterima oleh receiver.
Waktu yang dibutuhkan untuk gelombang ultrasonik untuk mencapai sensor receiver diukur
oleh alat Portable Unit Non Destructive Indicator Tester (PUNDIT) dalam satuan
microsecond.
Kuat tekan beton adalah ukuran dari kemampuan beton untuk menahan tekanan atau
beban tekan. Kuat tekan beton diukur dalam satuan tekanan, yaitu Megapascal (MPa) atau
Pound per Square Inch (psi). Pengujian kuat tekan beton pada dasarnya dilakukan dengan
menghancurkan sampel beton dengan menerapkan beban tekan pada sampel tersebut. Nilai
kuat tekan beton ditentukan dengan membagi beban maksimum yang diberikan kepada
benda uji selama pengujian kuat tekan dengan luas penampang benda uji (ACI 318-19)
9
Cepat Rambat Gelombang
Setiap jenis gelombang mempunyai karakteristik cepat rambat yang berbeda – beda.
Seperti contohnya, pada benda padat, gelombang primer merambat paling cepat sedangkan
yang paling lambat adalah gelombang permukaan. Pada beton, menurut ASTM, kecepatan
rambat S-wave dan surface wave berturut – turut adalah 60% dan 55% dari kecepatan rambat
P-wave. Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) Test berfungsi utama untuk menguji kualitas beton
yang didasarkan pada cepat rambat gelombang berdasarkan kerapatan betonnya. Cepat
rambat gelombang terikat dengan sifat elastik dan kerapatan dari mediumnya.
Penelitian Terdahulu
10
Hipotesis Penelitian
1. Penambahan lateks cair pada beton akan meningkatkan kuat tekan beton.
2. Cepat rambat gelombang pada beton dengan penambahan lateks cair akan lebih
tinggi dibandingkan dengan beton normal yang mengindikasikan kualitas beton yang
lebih baik.
3. Kuat tekan dan cepat rambat gelombang tidak akan linear dengan jumlah kadar lateks
dalam beton.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
Tempat yang akan digunakan untuk penelitian adalah Laboratorium Struktur dan
Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang dan
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2023.
Variabel Penelitian
Variabel yang menjadi objek titik perhatian pada penelitian ini yaitu:
12
Peralatan dan Bahan Penelitian
e) Talam
f) Alat Meteran
g) Kerucut Abrahm
j) Bekisting silinder 15 × 30 cm
o) Rebound Hammer
13
b) Agregat halus (pasir)
d) Air bersih
e) Bensin
f) Limbah Styrofoam
Analisa Bahan
3.4.1. Semen
Penelitian ini menggunakan semen berjenis Portland Composite Cement (PCC) tipe
I. Sebelum digunakan untuk penelitian, semen harus dipastikan terlebih dahulu apakah
kondisinya cukup baik atau tidak dengan cara melihat secara visual semen tersebut. Dalam
penelitian ini, semen yang digunakan adalah semen dengan merk Semen Gresik.
Pada penelitian ini digunakan material kerikil dari batu pecah, dimana sebelum
proses pengecoran diuji terlebih dahulu. Pengujiannya terdiri dari analisis gradasi, pengujian
kadar air, pengujian berat jenis dan penyerapan air, serta pengujian berat isi agregat kasar.
Agregat halus berupa pasir alam yang telah diuji terlebih dahulu sebelum proses
pengecoran akan digunakan pada penelitian ini. Metode pengujian agregat halus dilakukan
persis halnya dengan pengujian pada agregat kasar.
3.4.4. Air
Dalam penelitian ini menggunakan air bersih dari saluran PDAM Kota Malang
dimana bersifat tidak berbau dan tidak berwarna.
14
3.4.5 Latex Polistirena Butiran
Lateks polistirena yang berasal dari pelelehan antara EPS dan bensin oktan 90
dengan perbandingan 1:4 yang dicampurkan tepat sebelum ditambahkan pada campuran
beton segar.
Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan benda uji kubus normal sebagai benda uji. Benda uji kubus
yang digunakan adalah kubus dengan ukuran 15 × 15 × 15 cm. Pembuatan benda uji ini akan
dilakukan sesuai prosedur yang disyaratkan pada SNI 03-1974-1990.
Pengujian kuat tekan beton dan cepat rambat gelombang menggunakan metode non
destruktif dilakukan pada saat saat umur benda uji beton telah mencapai 28 hari. Variasi
benda uji penelitian tertera pada Tabel 1. Setiap variasi akan memiliki 3 buah benda uji
sehingga total jumlah benda uji yang akan digunakan adalah sebanyak 12 buah benda uji.
Lateks polistirena yang akan ditambahkan ke dalam campuran beton akan dalam
bentuk lateks cair. Lateks polistirena cair dibuat dengan melelehkan EPS ml bensin dengan
oktan 90 dengan rasio 1:4. Pembuatan lateks polistirena cair akan dilakukan tepat sebelum
ditambahkan pada campuran beton untuk menghindari pengerasan pada lateks cair. Urutan
pencampuran beton akan dimulai dengan mencampurkan agregat kasar, agregat halus,
semen, air, dan lateks polistirena cair.
15
Tabel 1
Mix Design
Bahan – bahan dasar harus dilakukan pengujian karakteristik untuk menentukan analisis
butiran, kadar air, berat isi, serta berat jenis dan penyerapan air. Pengujian ini dilakukan
sesuai dengan pedoman yang ada pada buku petunjuk praktikum teknologi beton dari
Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya.
Dilakukan pengujian dengan berdasarkan panduan SNI yang tertera pada buku pedoman,
diantaranya adalah :
16
SNI ASTM C136-2012 untuk metode pengujian analisis saringan agregat halus dan
agregat kasar.
SNI 1969 dan SNI 1970 tahun 2008 untuk metode pengujian berat jenis dan
penyerapan air agregat kasar dan agregat halus.
3. Jika proses pengadukan telah selesai, mengambil beberapa campuran beton segar
untuk kemudian dilakukan uji slump.
4. Menyiapkan bekisting kubus beton yang sesuai dengan ukuran yang telah
direncanakan dan mengolesi bagian dalamnya dengan oli. Pengolesan oli dilakukan
agar beton mudah dilepaskan dari bekisting ketika sudah mengeras.
6. Setelah 24 jam dan campuran beton telah mengeras, melepas bekisting dan pipa
dari beton untuk kemudian dilakukan curing.
Pengujian Slump
Uji slump dilakukan pada beton segar setelah proses pengadukan atau pengadukan beton
selesai. Uji slump digunakan untuk mengetahui workabilitas campuran beton segar. Pada uji
slump, beton segar akan dituangkan dalam tiga lapis ke dalam kerucut Abrams yang telah
17
diletakkan di atas permukaan datar. Setiap lapisan tuang harus ditusuk 25 kali tanpa
menyentuh dasar cetakan. Pada lapisan terakhir, beton diratakan dengan cara
menggelindingkan batang penusuk. Kemudian, kerucut diangkat secara vertikal dan
diletakkan di sebelah beton cetak. Menurut SNI 1972:2008, selisih tinggi maksimum
campuran beton segar adalah 21 mm.
Pengujian kuat tekan beton pada penelitian ini akan menggunakan metode pengujian
tak merusak (NDT) dengan Rebound Schmidt hammer. Menurut SNI 03-4803-1998 tentang
metode pantulan numerik untuk beton keras, beton yang diuji harus memiliki beton yang
kering, padat, rata atau bebas dari tonjolan dan rongga, halus dan bebas memiliki plesteran
atau lapisan lainnya. Ketebalan beton yang diuji minimal 100 mm. Selain dipengaruhi oleh
keterampilan operator, banyaknya pantulan yang dihasilkan pada pengujian ini juga
dipengaruhi oleh kondisi permukaan beton. Permukaan beton aerasi yang tidak dilapisi dan
kering akan menghasilkan jumlah pantulan yang lebih tinggi. Langkah-langkah pengujian
dengan Rebound Schmidt Hammer adalah sebagai berikut:
1. Siapkan benda uji yang sudah berumur 28 hari dengan memberi 10 titik pengujian
dengan jarak minimum 25 mm. Jika permukaan benda uji kasar, permukaan benda uji
harus digerinda terlebih dahulu.
2. Tempatkan ujung plunyer baja pada salah satu titik pengujian tegak lurus dengan benda
uji dengan
3. Beri tekanan secara perlahan pada palu beton hingga palu menumbuk benda uji.
4. Lakukan pengujian pada 9 titik lainnya dan catat angka pantul pada setiap pengujian.
6. Hasil angka pantul dapat dilihat dengan mengakses perangkat lunak Hammer Link
dimana akan diketahui kuat tekan rata-rata masing-masing benda uji.
18
Pengujian Cepat Rambat Gelombang
Cepat rambat gelombang pada beton dapat diketahui dengan melakukan pengujian
dengan metode Ultrasonic Pulse Velocity (UPV). Langkah-langkah pengujian UPV
dilakukan mengacu pada SNI ASTM C597:2012 yaitu sebagai berikut:
1. Siapkan benda uji beton yang sudah berumur 28 hari dengan permukaan rata. Berikan
tanda berupa titik pengujian. Pada penelitian ini digunakan benda uji beton
berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm.
3. Pilih metode yang paling sesuai dengan kondisi pengujian. Metode langsung atau
metode direct merupakan metode paling akurat diantara kedua metode lainnya.
Metode tidak langsung atau metode indirect merupakan metode yang paling tidak
akurat, namun paling sesuai digunakan untuk menguji pelat lantai.
5. Hasil cepat rambat gelombang akan diukur dengan alat yang disebut dengan Portable
Ultrasonic Non-Destructive Digital Indicating Tester (PUNDIT).
19
Tabulasi Hasil Pengujian
Tabel 3. 1 Form Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan
No Keterangan 1 2 3 4 Rata-
rata
1 Berat benda uji Bj (gr)
kering permukaan
jenuh
2 Berat benda uji Bk (gr)
kering oven
3 Berat benda uji Ba (gr)
dalam air
4 Berat jenis curah Bk/(Bj-
(Bulk Spesific Ba)
Gravity)
5 Berat Jenis Kering Bj/(Bj-
Permukaan Jenuh Ba)
(Bulk Spesific
Gravity Saturated
Surface Dry)
6 Berat Jenis Semu Bk/(Bk-
(Apparent Spesific Ba)
Gravity)
7 Penyerapan (%) (Bj-
(Absorbtion) Bk)/Bk
x 100%
20
8 Berat isi agregat = (7) / (4) (gr/cc)
9 Berat isi agregat rata-rata (gr/cc)
Nomor contoh 1 2
Nomor talam A B A B
1 Berat talam + contoh basah (gr)
2 Berat talam + contoh kering
(gr)
3 Berat air = (1) – (2) (gr)
4 Berat talam (gr)
5 Berat contoh kering = (2) – (4)
(gr)
6 Kadar air = (3) / (5) (%)
7 Kadar air rata-rata (%)
21
Diagram Alir Penelitian
Pengujian NDT
22
DAFTAR PUSTAKA
Dika Dwi Astanto, Priyanto Saelan. (2018). Studi Mengenai Hubungan antara Kelecakan dengan
Faktor Air-Semen dan Kadar Air dalam Cara SNI pada Kondisi Agregat.
Maryani, Y., Kanani, N., Rusdi . 2008. Pembuatan Lem Lateks Dari Limbah Styrofoam Yang
Digunakan Untuk Kemasan Makanan. Jurnal TEKNIKA, 12(2).
Setjo R., 2012, Perkiraan Kekuatan Beton Pasca Gempa Dengan Metode Uji Tak Rusak, Prosiding
Seminar BPPT, Yogyakarta.
Anistya, B. F. (2018). ANALISIS PENGARUH KELEMBABAN BENDA UJI TERHADAP KUAT TEKAN DAN
KUAT TARIK BELAH BETON MUTU TINGGI DENGAN METODE DESTRUCTIVE DAN NON
DESTRUCTIVE TESTS (COMPRESSION TESTING MACHINE DAN HAMMER TEST).
(ACI 318-19)
23