TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
NIM: 20160611014008
JAYAPURA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
Yusuf Benyamin Kareth
NIM : 20160611014008
Telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan dalam Sidang Ujian Tugas
Akhir Semester Ganjil Tahun Ajaran 2020/2021 Pada Jurusan Teknik Sipil
Program Studi Strata Satu Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih
Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Tanggal : .......................................
Pembimbing II,
Tanggal : ........................................
David , ST., MT
NIP : 19630403 199803 1 001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Strata Satu Teknik Sipil
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
PENGGUNAAN KARANG (BATU GUNUNG) POLIMAK SEBAGAI
AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN
LASTON (AC) WC
Oleh :
Yusuf Benyamin Kareth
NIM : 20160611014008
Telah diujikan dalam Sidang Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Sipil Program
Studi Strata Satu Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih
Pembimbing II
David , ST., MT
NIP : 19630403 199803 1 001
…………………
Wika Matana Nion, ST., M.Eng
Penguji I
NIP : 19690921 200312 1 002
…………………
Alfian Adie Chandra, ST., M.Eng
Penguji II
NIP : 19830310 200801 1 010
…………………
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
NIM : 20160611014008
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
merupakan hasil karya tulis ilmiah atau pemikiran saya sendiri, bukan hasil karya
orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa tugas
akhir ini adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Yang menyatakan
iv
PENGGUNAAN KARANG (BATU GUNUNG) POLIMAK SEBAGAI AGREGAT
KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON (AC) WC
ABSTRAK
Kata kunci : campuran aspal beton, karang (batu gunung) polimak, karakteristik
Marshall.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus
atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan judul “Penggunaan Karang (Batu Gunung) Polimak Sebagai Agregat Kasar
Terhadap Karakteristik Campuran Laston (Ac) Wc” sebagai syarat dalam
menyelesaikan pendidikan jenjang Strata Satu (S1) pada program studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak hambatan dan rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya motivasi,
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak selama proses penulisan Tugas Akhir
ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT selaku dosen pembimbing I dan Bapak
David, ST., MT selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan arahan serta motivasi selama
penyusunan Tugas Akhir.
2. Bapak Wika Matana Nion, ST., M.Eng dan Bapak Alfian Adie Chandra,
ST., M.Eng yang telah memberikan masukkan untuk perbaikan penulisan
Tugas Akhir ini.
3. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberi semangat dan doa yang
tiada henti kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir.
4. Kakak Edon Wanewar, ST yang telah membimbing penulis selama
melaksanakan pengujian.
5. Loudriel G. Yngwie, Gabriel A. Pakombong, Febriady M. Paat, Soni
Kamande, Yosua R. Bless, Fandy N. Mangeke, Herman F.P. Safanpo, Dwi
R.J Waromi, Ronaldo S. Purba, Raam D.P. Rumbouw, Mario M. Tamonob,
Kenthia Aruan, Ribka A.L. Yoteniyang telah membantu dalam pengujian di
Lab.
6. Teman-teman Empire16 untuk kebersamaannya selama masa perkuliahan.
vi
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang
pernah dilakukan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat untuk
mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………………ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………iii
ABSTRAK………………………………………………………………………………...v
KATA PENGANTAR…………………………………………………..………………...vi
2.3.2 Aspal....................................................................................................... 10
viii
2.5 Karakteristik Campuran Aspal Beton..................................................................... 15
BAB 4 ......................................................................................................................... 27
4.1 Pemeriksaan Bahan Penyusun Laston .................................................................... 27
BAB 5 ......................................................................................................................... 41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 41
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Satu set saringan (Sumber : Google Image) ...................................... 13
Gambar 2.2 Skematis Berbagai Jenis Volume Beton Aspal (Sumber : Google
Image ) .................................................................................................................. 21
Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Karang (Batu Gunung) (Sumber : Google Earth)
............................................................................................................................... 23
Gambar 4.1 Grafik Nilai Density. ......................................................................... 32
Gambar 4.2 Grafik Nilai VMA ............................................................................. 33
Gambar 4.3 Grafik Nilai VIM............................................................................... 33
Gambar 4.4 Grafik Nilai VFA .............................................................................. 34
Gambar 4.5 Grafik Nilai Stabilitas........................................................................ 34
Gambar 4.6 Grafik Nilai Flow .............................................................................. 35
Gambar 4.7 Grafik Nilai MQ ................................................................................ 35
Gambar 4.8 Grafik Nilai Density .......................................................................... 36
Gambar 4.9 Grafik Nilai VIM............................................................................... 37
Gambar 4.10 Grafik Nilai Stabilitas...................................................................... 37
Gambar 4.11 Grafik Nilai Marshall Quotient ....................................................... 38
Gambar 4.12 Grafik Nilai VFA ............................................................................ 38
Gambar 4.13 Grafik Nilai VMA ........................................................................... 39
Gambar 4.14 Grafik Nilai Flow (Kelelehan) ........................................................ 39
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB
BAB1 I
PENDAHULUAN
1
Penelitian dilakukan untuk menentukan apakah agregat dari daerah polimak
kota jayapura memenuhi syarat yang digunakan dalam Laston (AC) WC. Alasan
saya mengguanan karang (batu gunung) polimak karena harga dan jarak tempuh
yang dapat digunakan bagi masyarakat sekitar.
2
1.5 Manfaat Penulisan
Penelitian ini memberikan manfaat tentang pengaruh penggunaan karang
(batu gunung) polimak sebagai pengganti agregat kasar pada campuran Laston
Asphalt Concrete-Weearing Course (AC-WC) dalam batas sifat-sifat Marshall
akibat tumbukan, Marshall standart (2x75 tumbukan).
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil
dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi
serta beberapa literature review yang berhubungan dengan penelitian.
Berisikan tentang alur pemikiran pada saat penelitian, tahapan dan tata
cara pelaksanaan penelitian serta metode analisis yang digunakan.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisikan dua hal yaitu tema penelitian berdasarkan hasil
pengolahan data dengan berbagai kemungkinan bentuk sesuai dengan
rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian
untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya
BAB V KESIMPULAN
3
BAB II
BAB 2
LANDASAN TEORI
4
kinerja layanan yang baik. Berdasarkan analisi parameter dan karakteristik
Marshall didapatkan suatu range (batas) nilai kadar aspal yang memenuhi semua
persyaratan (Mesiriawati danYeti,2007)
Agregat bergradasi rapat adalah agregat yang bergradasi baik mulai dari
kasar hingga halus. Ada perbedaan nilai stabilitas campuran terhadap pemilihan
grading, sedang pengaruh interaksi antar grading dan material terhadap stabiitas
tidak berbeda (Kisharto dan Harry,2007).
5
laston juga berfungsi sebagai lapisan aus atau yang terletak diatas pada perkerasan
sehingga melindungi perkerasan dibawahnya selain itu laston berfungsi sebagai
penyedia permukaan jalan yang rata dan tidak licin.
6
Lapisan aspal beton terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu. Bahan laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler (jika
diperlukan) dan aspal keras. Bahan harus terlebih diteliti mutu dan gradasinya.
Penggunaan hasil pencampuran aspal dari beberapa pabrik yang berbeda tidak
dibenarkan walaupun jenis aspal sama. Laston AC-Binder course adalah lapisan
perkerasn yang letaknya dibawah lapisan aus (AC-WC) dan tidak berhubugan
langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk memikul beban lalu-
lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan (Sukirman,S 2003). Tebal
minimum lapis AC-BC adalah 5 cm. Ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas
di Indonesia sperti campuran beraspal jenis AC-BC (Binder Course) adalah
ketentuan yang telah dikeluarkan oleh departemen permukiman dan prasarana
wilayah bersama-sama dengan Bina Marga, hal itu menjadi acuan dalam penelitian
ini,yaitu seperti tertera dalam Tabel 2.1 di bawah ini.
Laston
Lapis
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis
pengikat/
Aus Antara Pondasi
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
Penyerapan aspal (%) Max 1,2
Jumlah tumbukan perbidang 75 112
Rongga dalam campuran (VIM) Min 3,5
(%) Max 5,0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (VFA) (%) Min 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min 800
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60°C
Rongga dalam Campuran(%) Min 2,5
(Sumber :Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal)
7
2.3 Bahan Penyusun Campuran Aspal Beton
Jenis perkerasan lapisan aspal beton ini merupakan campuan merata antara
agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu (Sukirman,S.1992).
Bahan laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler (jika diperlukan) dan
aspal keras. Berikut bahan penyusun konstruksi perkerasan jalan.
2.3.1 Agregat
Agregat atau biasa disebut batuan didefinisi secara umum sebagai formasi
kulit bumi yang keras dan solid. ASTM (1974) mendefiniskan batuan sebagai suatu
bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa
fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan
jalan yaitu mengandung 90-95% agregat.
Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana
transpotasi, khususnya pada konstruksi perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan
jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan. Dengan
pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat akan sangat menentukan
keberhasilan pembangunan jalan. Secara umum agregat yang digunakan dalam
campuran beraspal dibagi atas 2 (dua) fraksi, yaitu:
1. Agregat kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36 mm).
agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih,
kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing
lainnya serat mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar
dapat memberikan sifat interlocking yang baik dengan material yag lain.
Tingginya kandungan agregat kasar membuat lapis perkerasan lebih
permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara meningkat dan menurunnya
daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari batuan.
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.2
di bawah ini.
8
Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Kasar
2. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industry pemecah batu. Agregat halus adalah
material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). agregat dapat meningkatkan
stabilitas campuran dengan penguncian (interlocking) antara butiran. Selain
itu agregat halus juga mngisi ruang antara butir, bahan ini dapat terdiri dari
butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran dari keduanya.
Agregat halus pada umumnya harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.3 di bawah ini.
9
Materia lolos ayakan no. SNI 03-4428-
Maks 8%
200 1997
Kadar lempung SNI 3423: 2008 Maks 1%
Angularitis (kedalam dari AASHTO TP-33
Min. 45
permukaan < 10 cm) atau
Angularitis (kedalam dari
ASTM C1252-93 Min. 40
permukaan 10 cm)
(Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga,2010)
3. Bahan Pengisi
Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non plastis. Filler harus
mengandung bahan yang lolos saringan no.200 (0,075) tidak kurang dari 75%
terhadap beratnya (Bina Marga,2010).
2.3.2 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelumuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi
dan masa pelayanannya. Pada dasarnya asapa terbuat dari rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen. Oleh sebab iti aspal sering disebut sebagai material berbituminou.
Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut
aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusu yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal.
Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah :
1. Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri
2. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan pori-pori
yang ada dari agregat itu sendiri.
Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan asapal alam,
yaitu:
10
1. Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis
sehinggga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya.
2. Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan
pelarut berbasis minyak.
3. Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada
proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan dalam
air.
4. Aspal alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa melalui
serangkaian proses pengolahan.
11
Tabel 2.4 Spesifikasi Aspal Kera Pen 60/70.
2.4 Gradasi
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya, umuran butir agregat
dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisi saringan. Gradasi agregat dinyatakan
dalam persentase lolos, atau persentase tertahan, yang dihitung berdasarkan berat.
Gradasi agregat menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam
agregat campuran. Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel
agregat halus berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing
ukuran partikel harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir
agregat ini disebut gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga
dalam campuran dan menentukan workability (sifat mudah dikerjakan) dan
stabilitas campuran. Untuk menentukan apakah gradasi agregat memenuhi
spesifikasi atau tidak, diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran partikel dan
gradasi agregat diukur.
Gradasi agregat agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh
agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran
bukaan jaringan kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan
jaringan kawat per inchipersegi dari saringan tersebut. Satu set saringan dan ukuran
bukaan agregat, seperti tertera pada Gambar 2.1. Dan Tabel 2.5 di bawah ini.
12
Gambar 2.1 Satu set saringan (Sumber : Google Image)
13
bersifat porus atau memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas yang rendah
dan memiliki berat isi yang kecil.
2. Gradasi rapat (dense graded)
Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat
kasar sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus atau gradasi
baik (weel graded). Campuran dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang
tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.
3. Gradasi senjang (gap graded)
Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak
lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali.
Campuran agregat dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan dari kedua
gradasi yang disebut diatas.
Gradasi agregat gabungan dalam campuran aspal ditunjukan oleh persen
terhadap berat agregat dan bahan pengisi. Garadasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah laston AC-WC gradasi agregat kasar. Berikut campuran
gradasi agregat kasar AC-WC pada Tabel 2.6.
14
2.5 Karakteristik Campuran Aspal Beton
Untuk menghasilkan campuran perkerasan yang baik harus diperhatikan
mengenai karakteristik campuran yang dimiliki oleh aspal beton. Menurut
Sukirman,S.(1992), terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh
aspal beton yaitu:
1. Stabilitas (stability)
Stabilitas perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima
beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang atau,
alur atau bleeding. Nilai stabilitas yang terlau tinggi menyebabkan lapis
perkerasan menjadi kaku dan cepat mengalami retak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah :
a. Gesekan internal yang dapat berasal kekasarn permukaan butir-butir
agregat, luas bidang kotak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat,
kepadatan campuran dan tebal film aspal.
b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya
lekatnya, sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir
agregat.
2. Keawetan (durability)
Durabilitas atau kemampuan aspal beton menerima repetisi beban lalu lintas
seperti berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan permukaan
jalan serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara,
air atau perubahan suhu.
3. Kelenturan (fleksibility)
Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan aspal beton untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan
dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak.
4. Tahanan Geser/Kekesatan (skid resistance)
Kekesatan adalah kemampuan permukaan aspal beton terutama pada kondisi
tanah basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehigga kendaraan
tidak tergelincir, ataupun slip.
5. Kedap air (impermeability)
15
Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air
ataupun udara lapisan aspal beton. Air dan udara dapat mengakibatkan
percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan selimut aspal dari
permukaan agregat.
6. Ketahaan Terhadap Kelelahan (fatique resistance)
Ketahanan campuran beraspal terhadap lelah adalah kemampuan lapisan
aspal beton menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadi
kelelahan berupa alur ataupun retak.
7. Kemudahan pelaksanaan (workability)
Workabilitas adalah kemampuan campuran aspal beton untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan menentukan tingkat
efisiensi pekerjaan. Faktor kemudahan dalam proses pelaksanaan adalah
viskositas aspal, kepekan aspal terhadap perubahan temperature dan gradasi
serta kondisi agregat. Namun kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi
menyebabkan pelaksanaan lebih sukar.
Ketujuh sifat campuran aspal beton ini tidak mungkin dapat dipenuhi
sekaligus oleh satu campuran. Sifat-sifat aspal beton mana yang lebih diinginkan
akan menentukan jenis aspal beton yang akan dipilih. Hal ini sangat perlu
diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani lalu
lintas ringan seperti mobil penumpang sepantasnya memilih jenis perkerasan aspal
beton yang mempunyai sifat durabilitas dan fleksibilitas yang tinggi dari pada
memilih jenis perkerasan beton dengan stabilitas tinggi.
Keterangan :
16
Pb : perkiraan kadar aspal optimum
CA : nilai persentase agregat kasar
FA : nilai persentase agregat halus
FF : nilai persentase filler
K : konstanta (kira-kira 0,5-1,0)
𝑃1+𝑃2+⋯+𝑃𝑛
Gsb = 𝑃1𝑃2 𝑃𝑛 (2)
+ +⋯+
𝐺2 𝐺2 𝐺𝑛
Keterangan :
Gsb : berat jenis bulk total agregat
P1, P2… Pn : persentase masing-masing fraksi agregat
G1, G2… Gn : berat jenis bulk maisng-masing fraksi agregat
17
berat air destilasi dengan volume yang sama dan suhu tertentu pula, yang
dirumuskan :
𝑃𝑚𝑚−𝑃𝑏
Gse =𝑃𝑚𝑚 𝑃𝑏 (3)
−
𝐺𝑚𝑚 𝐺𝑏
Keteragan :
Gse : berat jenis efektif agregat
Pmm : persentase berat total campuran (=100%)
Gmm : berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (nol)
Pb : kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum
Gb : berat jenis aspal
Keterangan :
Gse : berat jenis efektif agregat
Pmm : persentase berat total campuran (=100%)
Gmm : berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (nol)
Pb : kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum
Gb : berat jenis aspal
Ps : kadar agregat persen terhadap berat total campuran
4. Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total titik
terhadap campuran yang dirumuskan sebagi barikut:
𝐺𝑠𝑒−𝐺𝑠𝑏
Pba =100 × 𝐺𝑠𝑏 ×𝐺𝑠𝑒 × Gb (5)
Keterangan :
Pba : penyerapan aspal, persen total agregat
18
Gsb : berat jenis bulk agregat
Gse : berat jenis efektif agregat
Gb : berat jenis aspal
Keterangan :
Pbe : kadar aspal efektif, persen total agregat
Pb : kadar aspal persen terhadap berat total campuran
Pba : penyerapan aspal, persen total agregat
ba : kadar agregat, persen terhadap berat total campuran
Keterangan :
VMA : rongga diantar ,ieral agregat, persen volume bulk
19
Gsb : berat jenis bulk agregat
Gmb : berat jenis bulk campuran padat
Ps : kadar agregat, persen terhadap berat total campuran
Keterangan :
VMA : rongga diantar ,ieral agregat, persen volume bulk
Gsb : berat jenis bulk agregat
Gmb : berat jenis bulk campuran padat
Pb : kadar aspal persen terhadap berat total campuran
Keterangan :
VIM : rongga udara campuran, persen total campuran
Gmm : berat jenis maksimum campuran agregat rongga udara 0 (nol)
Gmb : berat jenis bulk campuran padat
20
VFA (void filled with asphalt) : rongga terisi aspal
VMA ( voids in mineral agregat) : rongga diantara mineral agregat
VIM (void in mix) : rongga undara campuran, oersen total
campuran
Secara skematik berbagi volume yang terdapat didalam campuran beton aspal
dapat dilihat pada Gambar 2.2. di bawah ini :
Gambar 2.2 Skematis Berbagai Jenis Volume Beton Aspal (Sumber : Google
Image )
Keterangan :
Vmb : volume bulk dari campuran aspal beton padat
Vsb : volume agregat, adalah volume bulk dari agregat (volume bagian masif +
pori yang ada didalam masing-masing butir agregat).
Vse : volume agregat, adalah volume aktif dari agregat (volume bagian massif +
pori yang tidak terisi aspal didalam masing-masing butir agregat.
VMA : volume pri diantara butir agregat didalam aspal beton padat.
Vmm : volume tanpa pori dari aspal beton padat
Va : volume aspal dalam aspal beton padat.
VIM : volume pori dalam aspal beton padat.
VFA : volume pori aspal beton yang terisi oleh aspal.
21
Vab : volume aspal yang terabsorsi kedalam agregat dari aspal beton padat.
22
BAB III
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi pengambilan
sampel
Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Karang (Batu Gunung) (Sumber : Google Earth)
23
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung. Dalam
hal ini data primer merupakan hasil dari gradasi agregat kasar yang tertahan di
saringan no.8.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
dari hasi literature dengan mempelajari penelitian-penelitian sejenis yang pernah
dilakukan, teori-teori yang berkaitan dengan Laston AC-WC, metode-metode,
prosedur penelitian dan teknik analisis data yang menunjung penelitian penggunaan
karang (batu gunung) polimak sebagai agregat kasar.
24
3.5 Metode Penelitian
Bagan alir ini merupakan bagan yang secara rinci menjelaskan langkah-
langkah dari proses penelitian tersebut :
Mulai
Studi Pendahuluan
Pengadaan :
Agregat kasar (batu gunung) Polimak
Agregat halus pasir sungai doyo
Tidak
Memenuhi
spesifikasi
Ya
Pembuatan sampel
Pengujian karakteristik
Selesai
25
3.6 Jadwal penelitian
26
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian aspal Pertamina Penetrasi 60/70 dapat dilihat pada
tabel diatas menunjukan bahwa karakteristik aspal telah memenuhi Spesifikasi
Umum Bina Marga 2010 Revisi III. Maka aspal tersebut dapat digunakan sebagai
bahan penyusun Laston.
27
4.1.2 Hasil Pengujian Agregat
Agregat yang diuji dalam penelitian ini adalah agregat kasar dan agregat
halus. Hasil pengujian agregat tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dan untuk data
lengkap hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus dapat juga dilihat pada
lampiran.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Agregat
Agregat Halus
1 Berat Jenis (Bulk) 2,647
2 Berat Jenis SSD 2,667
SNI 1970:1990
3 Berat Jenis Semu 2,700
4 Penyerapan % 3 0,746
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium, 2021.
Dari hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus yang dapat dilihat pada
tabel diatas menunjukan telah memenuhi Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi III.
Maka agregat kasar dan agregat halus dapat digunakan sebagai bahan campuran
beraspal laston.
28
Tabel 4.3 Komposisi Campuran
Persamaan yang digunakan dalam perhitungan Marshall dapat dilihat pada contoh
perhitunagan dan hasil perhitungan secara keseluruhan terdapat didalam lampiran.
Dari data diatas untuk menentukan karakteristik Marshall dapat dijelaskan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
1. Berat jenis kering total agregat (Gsb)
%Agregat kasar + %Agregat halus + %Filler
𝐺𝑠𝑏 =
Agregat Kasar 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
𝐵𝐽 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 + +
𝐵𝐽 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐵𝐽 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
62,73 + 30,89 + 6,4
= = 2,755
62,73 30,89 6,4
2,775 + 2,629 + 3,15
29
2. Berat jenis semu dari total agregat (Gsa)
%Agregat kasar + %Agregat halus + %Filler
𝐺𝑠𝑎 =
Agregat Kasar 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
𝐵𝐽 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 + +
𝐵𝐽 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐵𝐽 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
62,73 + 30,89 + 6,4
= = 2,852
62,73 30,89 6,4
+ +
2,904 2,700 3,15
30
9. Rongga dalam campuran (VIM) (sampel A, Pb 5%)
2,373 − 2,217
𝑉𝐼𝑀 = 100 × = 6,569%
2,373
31
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Marshall Penentuan KAO
% MQ
Density VMA VIM VFA Stabilita Flow
Kadar (kg/mm
(gr/cc) (%) (%) (%) s (kg) (mm)
Aspal )
4 2,23 17,09 9,62 43,73 679,40 2,33 301,26
4,5 2,15 20,44 12,23 40,22 892,40 2,00 446,20
5 2,32 14,80 4,87 67,07 810,37 1,33 678,03
5,5 2,31 15,41 4,42 72,26 800,52 1,67 616,25
6 2,30 16,34 4,34 73,82 881,36 2,00 520,86
6,5 2,16 21,90 9,63 56,14 878,91 2,33 479,84
Sumber: Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi III
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Marshall Penentuan KAO dengan Bahan Karang
%
Density VMA VIM VFA Stabilitas Flow MQ
Kadar
(gr/cc) (%) (%) (%) (kg) (mm) (kg/mm)
Aspal
4 1,80 20,77 14,61 34,93 3171,60 6,00 594,27
4,5 1,82 19,80 12,61 39,43 3624,75 8,33 432,85
5 1,79 21,79 13,85 39,14 4198,78 9,00 464,80
5,5 1,74 24,42 15,83 37,01 5495,89 10,00 448,03
6 1,81 21,68 11,82 45,49 5009,59 9,00 548,72
6,5 1,69 27,48 17,45 38,40 2689,90 6,33 307,91
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium, 2021.
Data diatas merupakan rata-rata dari tiga benda uji atau sampel untuk masing
masing variasi kadar aspal. Dari data diatas dibuatkan bentuk grafik
karakteristik marshall yaitu nilai density, VMA,VIM, VFA, stabilitas, flow
dan MQ yang dapat dilihat pada gambar 4.1 :
32
maka dari grafik density mengalami naik turun.
Nilai VMA yang diperoleh dari grafik menunjukan bahwa nilai VMA tidak
stabil tetapi kadar aspal 5% yang tidak termasuk syarat spesifikasi Bina Marga 2010
Revisi III yaitu dengan nilai VMA minimum 15%.
Nilai VIM tertinggi yang diperoleh dari grafik terdapat pada kadar aspal
4,5%, dari grafik tersebut ada didapatkan nilai VIM yang tidak memenuhi syarat
Bina Marga 2010 Revisi III yaitu sebesar 3-5%.
33
Gambar 4.4 Grafik Nilai VFA
Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019
Nilai stabilitas tertinggi yang didapatkan dari hasil grafik terdapat pada kadar
aspal 4,5%. Syarat nilai stabilitas menurut Bina Marga 2010 Revisi III minimal
800 kg sehingga nilai stabilitas yang tidak memenuhi syarat hanya pada kadar aspal
4%.
34
Gambar 4.6 Grafik Nilai Flow
Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019
35
Tabel 4.7 Menentukan KAO
N Kriteria Spesifika Kadar
o si Aspal
1 Stabilitas (kg) Min 800
1.85
Density (gr/Cc)
1.80
1.75
1.70
1.65
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
Pada kadar aspal 4% nilai density sebesar 1,80%, pada kadar aspal 4,% nilai
density mengalami kenaikan sebesar 1,82%, tetapi pada kadar aspal 5%, 5,5%, dan
6,5% nilai density mengalami penurunan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh
kadar aspal terhadap nilai density tidak menentu.
36
45.00
40.00
35.00
VIM ( % )
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
6300.00
Stabilitas (Kgr)
5200.00
4100.00
3000.00
1900.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
37
1400.00
50.00
45.00
40.00
35.00
VFA ( % )
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
VFA (Void Filled Asphalt), menyatakan presentase rongga udara yang terisi
aspal pada campuran aspal yang telah mengalami pemadatan. Dari grafik diatas
38
dapat dikatakan bahwa pengaruh kadar aspal terhadap nilai VFA tidak memberikan
trend turun dikarenakan hasil pengujian memberikan hasil yang tidak keseluruhan
atau aspal tidak selalu dapat mengisi rongga pada briket sesuai dengan kadar yang
diharuskan pada briket.
30.00
28.00
VMA (gr/Cc)
26.00
24.00
22.00
20.00
18.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
Voids in Mi- neral Agregate (VMA) merupakan persentase rongga yang ada
diantara butir agregat dalam campuran beton aspal yang dinyatakan dalam (%)
terhadap volume campuran beton aspal. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa
pengaruh kadar aspal terhadap nilai VMA mengalami naik turun atau dapat
dikatakan tidak menentu.
10.00
Flow ( Kelelehan )
8.00
6.00
4.00
2.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)
39
Kelelehan merupakan implementasi dari sifat fleksibilitas campuran yang
dihasilkan. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal, distribusi agregat dan
temperatur pemadatan. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai flow
meningkat sampai pada batas optimum yaitu kadar aspal 5,5% kemudian
mengalami penurunan kadar aspal .
Keterangan : √ = memenuhi
40
BAB V
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraiakan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil Pengujian marshall terhadap penggunaan material karang pada lapis
AC-WC Maka didapatkan nilai-nilai karakteristik marshall sebagai berikut :
density sebesar 1,74 gr/cm3, VMA sebesar 24,42%, VIM sebesar 15,83 %,
VFA sebesar 37,01%, stabilitas sebesar 5495,89 kg, flow sebesar 10,00 mm
dan MQ sebesar 348,03 mm/kg
2. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang digunakan sebagai lapis AC-WC
adalah 5,5%. Pembulatan dilakukan ke 5,5% dikarenakan pada kadar aspal
terbesut nilai stabilitas bergerak naik hingga mencapai nilai maksimum.
Kadar aspal yang ditambahkan berfungsi sebagai perekat antara butiran
agregat yang menyebabkan kerapatan campuran meningkat, sehingga
meningkatkan nilai stabilitas pada campuran. Sedangkan pada saat
penambahan kadar aspal sudah berlebihan, maka yang terjadi adalah
meningkatnya ketebalan flim aspal yang merubah fungsi aspal sebelumnya
sebagai perekat atau bahan pengikat menjadi licin antara agregat, sehingga
mengakibatkan turunnya nilai stabilitas campuran.
5.2 Saran
Berikut ini beberapa saran yang penulis usulkan untuk dijadikan bahan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya :
1. Perlu dilakukan pengujian dengan komposisi campuran yang sama tetapi
menggunakan variasi tumbukan yang berbeda yaitu, 2 x 75, 2 x 100, 2 x 125
dan 2 x 150 untuk melihat pengaruh tumbukan pada karakteristik marshall.
41
2. Kalibrasi alat dilakukan sesering mungkin untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
3. Perlu adanya konsistensi pengaturan suhu dan waktu perendaman benda uji
karena hal tersebut cukup berpengaruh pada hasil uji marshall campuran.
42
DAFTAR PUSTAKA
Silvia Sukirman, (1992). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Kota Surabaya.
RSNI M-06-2004. (2004). Cara Uji Campuran Beraspal Panas Untuk Agregat
Maksimum 25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5 inci) dengan Alat
Marshall. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.
SNI 2417-2008. (2008). Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
43
SNI 03-1969-1990. (1990). Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar. Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 03-1970-1990. (1990). Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Halus. Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 06-2433-1991. (1991). Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Dengan
Clevelang Open Cup. Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 06-2434-1991. (1991). Metode Pengujian Titik Lembek Dan Aspal Ter.
Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 06-2456-1991. (1991). Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen.
Pustran Balitbang Pekerjaan Umum.
44
LAMPIRAN
Nomor Contoh : Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
100.00 100
90
80
Persen Lolos
70
60
53.36
50
40
30
24.24
13.72 20
7.94
5.44 4.00 2.70 10
3.06 2.24 0.00
0
3/4' 1/2' 3/8' No. 4 No.8 No. 16 No.30 No.50 No. 100 No. 200 Pan
Nomor Saringan
45
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
46
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Analisa Saringan Filler Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
1' 3/4' 1/2' 3/8' No. 4 No.8 No. No.30No.50 No. No. Pan
16 100 200
Nomor Saringan
47
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan air Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Agregat Halus
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
𝐵𝐾
BERAT JENIS ( BULK ) 2.647
𝐵 + 0,5 − 𝐵
0.5
BERAT JENIS KERING PERMUKAAN JENUH 2.667
𝐵 + 0,5 − 𝐵
𝐵𝐾
BERAT JENIS SEMU (APPARENT) 2.700
𝐵 + 𝐵𝐾 − 𝐵
0,5 − 𝐵𝐾
PENYERAPAN × 100 % 0.746
𝐵𝐾
48
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Agregat Kasar
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
𝐵𝐾
BERAT JENIS ( BULK ) 2.775
𝐵𝐽 − 𝐵𝐴
𝐵𝐽
BERAT JENIS KERING PERMUKAAN JENUH 2.819
𝐵𝐽 − 𝐵𝐴
𝐵𝐾
BERAT JENIS SEMU (APPARENT) 2.904
𝐵𝐾 − 𝐵𝐴
𝐵𝐽 − 𝐵𝐾
PENYERAPAN (Absorption) × 100 % 1.600
𝐵𝐾
49
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Abrasi dengan Mesin Los Angeles Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
UKURAN SARINGAN I
I. A = 5000 Kg
B = 3798.6 Kg
A - B = 1201.4 Kg
A-B
I. KEAUSAN ( A ) x 100 % = 24.028 %
A
50
2. Hasil Pengujian Aspal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Sampel I:
Pengamatan 1 : 60 mm
Pengamatan 2 : 61 mm
Pengamatan 3 : 62 mm
Pengamatan 4 : 63 mm
Pengamatan 5 : 61 mm
Rata-rata = 60 + 61 + 62 + 63 + 61
5
= 61,40 mm
51
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Titik Lembek aspal Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
Waktu
Suhu Pengamatan (°C)
No (Detik)
I II I II
1 5 5 - -
2 10 10 127 127
3 15 15 192 192
4 20 20 313 313
5 25 25 378 378
6 30 30 438 438
7 35 35 506 506
8 40 40 548 548
9 45 45 616 616
10 50 50 662 662
11 53 54 716 726
52
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Titiik Nyala dan Titik Bakar Aspal Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
Suhu Titik Nyala Suhu Titik Bakar Waktu Titik Nyala Waktu Titik Bakar
No
(°C) (°C) (detik) (detik)
1 150 150 0 0
2 160 160 200 200
3 170 170 373 373
4 180 180 446 446
5 190 190 581 581
6 200 200 670 670
7 210 210 834 834
8 220 220 1011 1011
9 230 230 1142 1142
10 240 240 1321 1321
11 250 250 1445 1445
12 260 260 1627 1627
13 - 270 - 1623
14 - 275 - 1701
53
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Pengujian Berat Jenis Aspal Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
Sampel (gr)
No Pengukuran Indeks
1 2
1 Berat piknometer A 35.3 34.5
2 Berat piknometer + air B 61.6 59.9
3 Berat piknometer+benda uji C 52.3 47.6
Sampel
Perhitungan Rata-rata
1 2
54
3. Menghitung Kadar Aspal Rencana dan Komposisi Campuran
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru
Nomor Contoh : Perhitungan Job Mix Formula (JMF) Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
a. Perhitungan Job Mix Formula (JMF)
Pembagian Butir Agregat Halus Dan Agregat Kasar Pada Gradasi Batas
Tengah.
No.
No. Saringan 1'' 3/4'' 3/8 " No. 4 No.8 No.50
200
Agregat Kasar 100,00 100,00 3,30 0,30 5,44 0,24 2,24
Agregat Halus - - 100,00 98,75 84,76 18,95 1,00
Filler - - - - 100,00 98,50 50,50
Batas Spek 100 90-100 77-90 35-65 20-50 9-22 4-9
Ideal spek 100 95 70 50 35 11,5 5
Spesifikai :Bina Marga 2010 Revisi 3
55
Menentukan campuran agregat kasar, agregat halus dan filler :
▪ Contoh butiran No.8, sebagian besar di peroleh dari bahan agregat halus
84,76%
▪ Dari ideal spesifikasi di peroleh 35%
▪ Campuran agregat kasar dapat di hitung dengan rumus :
𝐹−𝑆
X= 𝑥 100%
𝐹−𝐶
Dimana :
X = % Berat agregat kasar yang diperlukan dalam campuran
F = % Berat agregat halus yang melewati No.8
S = % Berat agregat halus yang diperlukan lewat No.8
C = % Berat agregat kasar yang melewati No.8
Penyelesaian :
84,76 - 35
X= x 100%
84,76 - 5,44
= 62,73 %
56
Tabel Komposisi Campuran
57
DOKUMENTASI
58
Piknometer Timbangan Dalam Air
Hasil Penetrasi
59
Cincin Kuningan Berisi Aspal
60
Cawan Cleveland Proses Pengisian Cawan dengan Aspal
61
Penyiapan benda uji untuk pengujian tes abrasi Masukan benda uji kedalam
mesin los angeles
62
Berat Piknometer
63
Cetakan Benda Uji Spatula
Oven Termometer
64
Proses Pembuatan Benda Uji
65
Mengukur Diameter Benda Uji Tibang Kering
66
Rendam benda Uji Dengan Suhu 60°C Uji Marshall
67