Anda di halaman 1dari 78

PENGGUNAAN KARANG (BATU GUNUNG) POLIMAK SEBAGAI

AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN


LASTON (AC) WC

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


Pendidikan pada Jurusan / Program Studi Teknik Sipil Jenjang Strata Satu dan
memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Cenderawasih

Disusun Oleh :

YUSUF BENYAMIN KARETH

NIM: 20160611014008

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STRATA SATU TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGGUNAAN KARANG (BATU GUNUNG) POLIMAK SEBAGAI


AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN
LASTON (AC) WC

Disusun Oleh :
Yusuf Benyamin Kareth
NIM : 20160611014008

Telah dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan dalam Sidang Ujian Tugas
Akhir Semester Ganjil Tahun Ajaran 2020/2021 Pada Jurusan Teknik Sipil
Program Studi Strata Satu Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih
Disetujui Oleh :

Pembimbing I
Tanggal : .......................................

Dr. Bahtiar, ST., MT


NIP : 19710606 200812 1 001

Pembimbing II,
Tanggal : ........................................

David , ST., MT
NIP : 19630403 199803 1 001

Mengetahui:
Ketua Program Studi Strata Satu Teknik Sipil

Dr. Dewi Ana Rusim, ST., MT


NIP : 19830301 200912 2 002

ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
PENGGUNAAN KARANG (BATU GUNUNG) POLIMAK SEBAGAI
AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN
LASTON (AC) WC

Oleh :
Yusuf Benyamin Kareth
NIM : 20160611014008

Telah diujikan dalam Sidang Tugas Akhir pada Jurusan Teknik Sipil Program
Studi Strata Satu Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih

Tanggal Ujian : 20 Maret 2021


Disetujui Oleh :

Dr. Bahtiar, ST.,MT


Pembimbing I
NIP : 19710606 200812 1 001
…………………

Pembimbing II
David , ST., MT
NIP : 19630403 199803 1 001
…………………
Wika Matana Nion, ST., M.Eng
Penguji I
NIP : 19690921 200312 1 002
…………………
Alfian Adie Chandra, ST., M.Eng
Penguji II
NIP : 19830310 200801 1 010
…………………

Jayapura, 20 Maret 2021


Disahkan Oleh :
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan
Universitas Cenderawasih Teknik Sipil

Dr. Ir. Jhoni J. Numberi, M.Eng Dr. Duha A. Kurnniatullah, ST., MT


NIP : 19760826 200912 1 002 NIP: 19730220 199903 1 001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Yusuf Benyamin Kareth

NIM : 20160611014008

Program Studi : Teknik Sipil

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
merupakan hasil karya tulis ilmiah atau pemikiran saya sendiri, bukan hasil karya
orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa tugas
akhir ini adalah hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.

Jayapura, 30 Maret 2021

Yang menyatakan

Yusuf Benyamin Kareth

iv
PENGGUNAAN KARANG (BATU GUNUNG) POLIMAK SEBAGAI AGREGAT
KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON (AC) WC

Yusuf Benyamin Kareth


Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Cenderawasi
Jl. Kampwolker Perumnas 3 Waena Jayapura, Papua, 99351, Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik Marshall campuran AC-


WC yang menggunakan karang (batu gunung) polimak sebagai pengganti agregat kasar.
Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) pada
penggunaan karang (batu gunung) polimak sebagai agregat untuk campuran Laston AC-
WC. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan karang (batu
gunung) polimak sebagai agregat kasar dalam pembuatan lapisan aspal beton (Laston)
Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) kemudian dilakukan uji marshall standart
dengan 2x75 tumbukan. Pengaruh dari penggunaan karang (batu gunung) polimak
sebagai agregat kasar terhadap lapisan aspal beton terlihat pada nilai density yang
menunjukan bahwa penambahan kadar aspal yang terlalu tinggi dapat membuat
penurunan pada nilai density. Kadar aspal optimum yang didapatkan pada penggunaan
karang (batu gunung) polimak sebesar 5,5% dengan nilai density sebesar 1,74 gr/cc, VMA
sebesar 24,42%, VIM sebesar 15,83%, VFA sebesar 37,01%, stabilitas sebsar 5494,89 kg.

Kata kunci : campuran aspal beton, karang (batu gunung) polimak, karakteristik
Marshall.

1Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih


2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus
atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
dengan judul “Penggunaan Karang (Batu Gunung) Polimak Sebagai Agregat Kasar
Terhadap Karakteristik Campuran Laston (Ac) Wc” sebagai syarat dalam
menyelesaikan pendidikan jenjang Strata Satu (S1) pada program studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Cenderawasih.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini banyak hambatan dan rintangan yang
penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya motivasi,
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak selama proses penulisan Tugas Akhir
ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT selaku dosen pembimbing I dan Bapak
David, ST., MT selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu dan memberikan arahan serta motivasi selama
penyusunan Tugas Akhir.
2. Bapak Wika Matana Nion, ST., M.Eng dan Bapak Alfian Adie Chandra,
ST., M.Eng yang telah memberikan masukkan untuk perbaikan penulisan
Tugas Akhir ini.
3. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberi semangat dan doa yang
tiada henti kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir.
4. Kakak Edon Wanewar, ST yang telah membimbing penulis selama
melaksanakan pengujian.
5. Loudriel G. Yngwie, Gabriel A. Pakombong, Febriady M. Paat, Soni
Kamande, Yosua R. Bless, Fandy N. Mangeke, Herman F.P. Safanpo, Dwi
R.J Waromi, Ronaldo S. Purba, Raam D.P. Rumbouw, Mario M. Tamonob,
Kenthia Aruan, Ribka A.L. Yoteniyang telah membantu dalam pengujian di
Lab.
6. Teman-teman Empire16 untuk kebersamaannya selama masa perkuliahan.

vi
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang
pernah dilakukan. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat untuk
mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.

Jayapura, 20 Maret 2021

Yusuf Benyamin Kareth

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………………………………ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………iii

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR………………………………….………iv

ABSTRAK………………………………………………………………………………...v

KATA PENGANTAR…………………………………………………..………………...vi

DAFTAR ISI............................................................................................................... vviiii


DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………..….x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………..…xi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2

1.3 Batasan Masalah ......................................................................................................2

1.4 Tujuan Penulisan......................................................................................................2

1.5 Manfaat Penulisan....................................................................................................3

1.6 Sistematika Penulisan ..............................................................................................3

BAB 2 LANDASAN TEORI ........................................................................................4


2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan ....................................................................................4

2.2 Lapisan Aspal Beton (Laston)..................................................................................5

2.2.1 Teori Lapisan Aspal Beton/Asphalt Concrete ...........................................5

2.2.2 Filosofi laston ...........................................................................................6

2.2.3 Pembagian Laston (AC)............................................................................6

2.3 Bahan Penyusun Campuran Aspal Beton .................................................................8

2.3.1 Agregat .....................................................................................................8

2.3.2 Aspal....................................................................................................... 10

2.4 Gradasi ................................................................................................................... 12

viii
2.5 Karakteristik Campuran Aspal Beton..................................................................... 15

2.6 Kadar Aspal Rencana ............................................................................................. 16

2.7 Sifat Volumentrik Campuran Aspal Beton............................................................. 17

2.8 Metode Marshall .................................................................................................... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 23


3.1 Tahapan Persiapan Penelitian ................................................................................ 23

3.2 Pengambilan Data .................................................................................................. 23

3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................ 24

3.4 Persiapan Material ................................................................................................. 24

3.5 Metode Penelitian .................................................................................................. 25

3.6 Jadwal penelitian.................................................................................................... 26

BAB 4 ......................................................................................................................... 27
4.1 Pemeriksaan Bahan Penyusun Laston .................................................................... 27

4.1.1 Hasil Pengujian Aspal............................................................................. 27

4.1.2 Hasil Pengujian Agregat ......................................................................... 28

4.2 Perencanaan Campuran .......................................................................................... 28

4.3 Pengujian Marshall untuk Kadar Aspal Optimum.................................................. 29

4.4 Analisa Data Hasil Pengujian Marshall .................................................................. 31

BAB 5 ......................................................................................................................... 41
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 41

5.2 Saran ...................................................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 43


LAMPIRAN..................................................................................................................... 45
DOKUMENTASI………………………………………………………………58

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Satu set saringan (Sumber : Google Image) ...................................... 13
Gambar 2.2 Skematis Berbagai Jenis Volume Beton Aspal (Sumber : Google
Image ) .................................................................................................................. 21
Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Karang (Batu Gunung) (Sumber : Google Earth)
............................................................................................................................... 23
Gambar 4.1 Grafik Nilai Density. ......................................................................... 32
Gambar 4.2 Grafik Nilai VMA ............................................................................. 33
Gambar 4.3 Grafik Nilai VIM............................................................................... 33
Gambar 4.4 Grafik Nilai VFA .............................................................................. 34
Gambar 4.5 Grafik Nilai Stabilitas........................................................................ 34
Gambar 4.6 Grafik Nilai Flow .............................................................................. 35
Gambar 4.7 Grafik Nilai MQ ................................................................................ 35
Gambar 4.8 Grafik Nilai Density .......................................................................... 36
Gambar 4.9 Grafik Nilai VIM............................................................................... 37
Gambar 4.10 Grafik Nilai Stabilitas...................................................................... 37
Gambar 4.11 Grafik Nilai Marshall Quotient ....................................................... 38
Gambar 4.12 Grafik Nilai VFA ............................................................................ 38
Gambar 4.13 Grafik Nilai VMA ........................................................................... 39
Gambar 4.14 Grafik Nilai Flow (Kelelehan) ........................................................ 39

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Beraspal Panas (AC)........................... 7


Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Kasar ........................................................................ 9
Tabel 2.3 Ketentuan Agregat Halus ........................................................................ 9
Tabel 2.4 Spesifikasi Aspal Kera Pen 60/70. ........................................................ 12
Tabel 2.5 Ukuran Bukaan Saringan ...................................................................... 13
Tabel 2.6 Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal ............................................. 14
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................... 26
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Aspal Pen 60/70 .......................................................... 27
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Agregat ....................................................................... 28
Tabel 4.3 Komposisi Campuran............................................................................ 29
Tabel 4.4 Data Agregat Digunakan dalam Campuran .......................................... 29
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Marshall Penentuan KAO .......................................... 32
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Marshall Penentuan KAO dengan Bahan Karang...... 32
Tabel 4.7 Menentukan KAO ................................................................................. 36
Tabel 4.8 Menentukan KAO pada Penggunaan Karang ....................................... 40

xi
BAB
BAB1 I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan pertumbuhan masyarakat Indonesia yang semakin hari
semakin meningkat, kebutuhan akan layanan transportasi darat semakin tinggi pula.
Mengenai hal ini perlu peningkatan pelayanan mutu dari kondisi jalan yang intinya
adalah kinerja jalan yang berkualitas dari sisi konstruksi, struktur perkerasan,
keamanan dan kenyamanan masyarakat pengguna. Perencanaan yang baik,
terkadang tidak sesuai dalam pelaksanaannya, yang akibatnya akan berdampak
pada konstruksi jalan. Salah satunya komposisi gradasi perkerasan lentur yang
digunakan sering tidak sesuai dengan desain perencanaan dan peruntukkannya.
Agregat sangat berperan penting dalam pembentukan lapisan perkerasan, dimana
interlocking/saling kunci agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkersan
yang dibentuk oleh agregat tersebut. Setiap jenis campuran aspal untuk lapisan
perkerasan jalan mempunyai gradasi agregat tertentu. Gradasi agregat dinyatakan
dalam persentase lolos, atau persentase tertahan, yang dihitung berdasarkan berat
agregat dengan menggunakan satu set agregat saringan.
Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat
merupakan hal penting dalam menentukan stabilitas perkerasan. Gradasi agregat
mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan
kemudaahan dalam proses pelaksanaan. Setiap jenis campuran aspal untuk lapisan
perkerasan jalan mempunyai gradasi agregat tertentu dan agregat mempunyai batas-
batas gradasi tersebut, memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap
karakteristik Laston.
Agregat kasar (batu gunung) bisa digunakan sebagai material perkerasan
jalan apa bila memenuhi syarat spesifikasi yang berlaku. Penelitian ini
menggunakan agregat batu gunung yang berasal dari daerah polimak Kota Jayapura
Prov. Papua.

1
Penelitian dilakukan untuk menentukan apakah agregat dari daerah polimak
kota jayapura memenuhi syarat yang digunakan dalam Laston (AC) WC. Alasan
saya mengguanan karang (batu gunung) polimak karena harga dan jarak tempuh
yang dapat digunakan bagi masyarakat sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas kita dapat merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana karakteristik Marshall campuran AC-WC yang menggunakan
karang (batu gunung) polimak sebagai pengganti agregat kasar?
2. Berapa nilai Kadar Asapal Optimum (KAO) pada penggunaan karang (batu
gunung) Polimak sebagai agregat kasar untuk campuran Laston AC-WC?

1.3 Batasan Masalah


Beberapa batasan masalah yang digunakan dalam penelitian demi tercapainya
tujuan yang dinginkan batasan tersebut sebagai berikut ini :
1. Campuran aspal yang dipakai berupa Laston (AC-WC)

2. Tumbukan yang digunakan adalah Marshall standart (2x75 tumbukan)

3. Pengunan material lolos saringan no. ¾ tertahan disaringan no. 8

4. Penggunaan filler berupa semen

5. Pengujian menggunakan pasir sungai doyo

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan-tujuan yang akan dipakai dalam penelitan ini, tujuan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik Marshall campuran AC-WC yang
menggunakan karang (batu gunung) polimak sebagai pengganti agregat
kasar.

2. Mengetahui nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) pada penggunaan karang


(batu gunung) polimak sebagai agregat untuk campuran Laston AC-WC.

2
1.5 Manfaat Penulisan
Penelitian ini memberikan manfaat tentang pengaruh penggunaan karang
(batu gunung) polimak sebagai pengganti agregat kasar pada campuran Laston
Asphalt Concrete-Weearing Course (AC-WC) dalam batas sifat-sifat Marshall
akibat tumbukan, Marshall standart (2x75 tumbukan).

1.6 Sistematika Penulisan


Sitematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah,


tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil
dari kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi
serta beberapa literature review yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang alur pemikiran pada saat penelitian, tahapan dan tata
cara pelaksanaan penelitian serta metode analisis yang digunakan.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisikan dua hal yaitu tema penelitian berdasarkan hasil
pengolahan data dengan berbagai kemungkinan bentuk sesuai dengan
rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian
untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil


analisa temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang
dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut.

3
BAB II
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konstruksi Perkerasan Jalan


Konstruksi perkerasan jalan adalah suatu lapisan agreagat yang dipadatkan
dengan atau tanpa lapisan pengikat diatas lapisan tanah pada suatu jalur jalan.
Apabila konstruksi perkerasan direncanakan menggunakan lapisan pengikat, maka
lapisan pengikat yang umum digunakan adalah lapisan aspal atau semen. Dengan
adanya konstruksi perkerasan jalan, maka badan jalan akan terlindung dari
kerusakan terutama yang disebabkan oleh air dan beban lalu lintas dimana
konstruksi perkerasan jalan akan memperkuat daya dukung tanah dasar yang
melemah akibat air. Selain itu lapisan-lapisan pada konstruksi perkerasan jalan juga
akan membantu lapisan tanah dasar sehingga beban yang diterima lapisan tanah
dasar tidak terlalu besar (Silvia Sukirman,1992).
Pada dasarnya konstruksi perkerasan jalan dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu:
1. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible pavement), yaitu perkerasan yang
menggunakan campuran aspal panas atau Hot Mix Asphalt (HMA) sebagai
lapis permukaan.
2. Konstruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang pada
lapisan permukaannya menggunakan semen Portland atau portland cement
concrete. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar
dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar
dipikul oleh pelat beton (slab beton).
Proses desain campuran beraspal adalah suatu proses yang dilakukan untuk
mendapatkan komposisi campuran beraspal yang paling menguntungkan.
Campuran aspal yang didesain pada kadar aspal yang tepat diharapkan dapat
memberikan

4
kinerja layanan yang baik. Berdasarkan analisi parameter dan karakteristik
Marshall didapatkan suatu range (batas) nilai kadar aspal yang memenuhi semua
persyaratan (Mesiriawati danYeti,2007)
Agregat bergradasi rapat adalah agregat yang bergradasi baik mulai dari
kasar hingga halus. Ada perbedaan nilai stabilitas campuran terhadap pemilihan
grading, sedang pengaruh interaksi antar grading dan material terhadap stabiitas
tidak berbeda (Kisharto dan Harry,2007).

2.2 Lapisan Aspal Beton (Laston)


Lapisan aspal beton (Laston) merupakan jenis tertinggi dari perkerasan
bitumen bergradasi menerus dan cocok untk jalan yang banyak dilalui kendaraan
berat. Aspal beton biasanya dicampur dan dihamparkan pada temperature tinggi
dan membutuhkan bahan pengikat aspal semen. Agregat minimal yang digunakan
yang berkualitas tinggi dan menurut proporsi didalam batasan yang ketat.
Spesifikasi untuk pencampuran, penghamparan kepadatan akhir dan pedatan akhir
penyelesaian akhir permukaan memerlukan pangawasan yang ketat atas seluruh
tahap konstruksi.

2.2.1 Teori Lapisan Aspal Beton/Asphalt Concrete


Menurut Binamarga Departemen Pekerjaan Umum, laston merupakan suatu
lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat
yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan
digunakan. Sedangkan yang dimaksud gradasi menerus adalah komposisi yang
menunjukan pembagian butiran yang merata mulai dari ukuran yang terbesar
sampai yang terkecil. Lapis aspal beton pertama kali dikembangkan di Amerika
oleh Asphalt Institude degan nama Asphalt Concrete (AC).
Adapun sifat-sifat laston (AC) adalah kedap terhadap air, tahan terhadap
keausan akibat lalu lintas, mempunyai nilai structural, mempunyai stabilitas yang
tinggi serta peka terhadap penyimpanan perencanaan dan pelaksanaan. Dari hal
tersebut tentu laston (AC) mempunyai fungsi sebagai pendukung beban lalu lintas,

5
laston juga berfungsi sebagai lapisan aus atau yang terletak diatas pada perkerasan
sehingga melindungi perkerasan dibawahnya selain itu laston berfungsi sebagai
penyedia permukaan jalan yang rata dan tidak licin.

2.2.2 Filosofi laston


Menurut Binamarga Departemen Pekerjaan Umum (2010) laston mempunyai
latar belakang :
1. Yang diutamakan adalah stabilitas, yang merupakan sasaran lapisan aspal
beton.
2. Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi harus menerus (well graded),
agar interlocking antar butir besar.
3. Karena gradasi yang digunakan adalah gradasi menerus maka menyebabkan
rongga antar butir menjadi kecil.
4. Kebutuhan campuran terhadap aspal adalah sedikit, agar mencegah bleeding.
Karena kebutuhan aspal sediki maka selimut aspal (Film Thickness) menjadi
tipis, sehingga aspal akan mudah teroksidasi, menyebabkan laston lapisan aus
akan cepat lelah (Fatique). Akibatnya campuran tidak awet sehingga
menyebabkan lapisan aus mudah retak-retak, daya lekat aspal berkurang dan
umur jalan berkurang.

2.2.3 Pembagian Laston (AC)


Menurut spesifikasi campuran beraspal Departement Pekerjaan Umum
(2010), laston dibagi menjadi :
1. Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt Concrete-
Wearing Course), diameter butir maksimal 19,0 mm, bertekstur halus.
2. Laston sebagai lapisan antara/pengikat, dikenal dengan nama AC-BC
(Asphalt Concrete-Binder Course), diameter butir maksimal 25,4 mm,
berekstur sedang.
3. Laston sebagai lapisan pondasi, dikenal dengan nama AC-Base (Asphalt
Concrete-Base), diameter butir maksimal 37,5 mm, bertekstur kasar.

6
Lapisan aspal beton terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang
mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
tertentu. Bahan laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler (jika
diperlukan) dan aspal keras. Bahan harus terlebih diteliti mutu dan gradasinya.
Penggunaan hasil pencampuran aspal dari beberapa pabrik yang berbeda tidak
dibenarkan walaupun jenis aspal sama. Laston AC-Binder course adalah lapisan
perkerasn yang letaknya dibawah lapisan aus (AC-WC) dan tidak berhubugan
langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk memikul beban lalu-
lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan (Sukirman,S 2003). Tebal
minimum lapis AC-BC adalah 5 cm. Ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas
di Indonesia sperti campuran beraspal jenis AC-BC (Binder Course) adalah
ketentuan yang telah dikeluarkan oleh departemen permukiman dan prasarana
wilayah bersama-sama dengan Bina Marga, hal itu menjadi acuan dalam penelitian
ini,yaitu seperti tertera dalam Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Beraspal Panas (AC)

Laston
Lapis
Sifat-sifat Campuran Lapis Lapis
pengikat/
Aus Antara Pondasi
Kadar aspal efektif Min 5,1 4,3 4,0
Penyerapan aspal (%) Max 1,2
Jumlah tumbukan perbidang 75 112
Rongga dalam campuran (VIM) Min 3,5
(%) Max 5,0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (VFA) (%) Min 65 63 60
Stabilitas Marshall (kg) Min 800
Max - -
Pelelehan (mm) Min 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min 250 300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60°C
Rongga dalam Campuran(%) Min 2,5
(Sumber :Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal)

7
2.3 Bahan Penyusun Campuran Aspal Beton
Jenis perkerasan lapisan aspal beton ini merupakan campuan merata antara
agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu (Sukirman,S.1992).
Bahan laston terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler (jika diperlukan) dan
aspal keras. Berikut bahan penyusun konstruksi perkerasan jalan.

2.3.1 Agregat
Agregat atau biasa disebut batuan didefinisi secara umum sebagai formasi
kulit bumi yang keras dan solid. ASTM (1974) mendefiniskan batuan sebagai suatu
bahan yang terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa
fragmen-fragmen. Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan
jalan yaitu mengandung 90-95% agregat.
Agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana
transpotasi, khususnya pada konstruksi perkerasan jalan. Daya dukung perkerasan
jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan. Dengan
pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat akan sangat menentukan
keberhasilan pembangunan jalan. Secara umum agregat yang digunakan dalam
campuran beraspal dibagi atas 2 (dua) fraksi, yaitu:

1. Agregat kasar
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36 mm).
agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih,
kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing
lainnya serat mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar
dapat memberikan sifat interlocking yang baik dengan material yag lain.
Tingginya kandungan agregat kasar membuat lapis perkerasan lebih
permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara meningkat dan menurunnya
daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari batuan.
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.2
di bawah ini.

8
Tabel 2.2 Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian standart Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan Maks. 12
natrium dan magnesium SNI 3407:2008
%
Abrasi dengan Campuran AC Maks. 30
mesin bergradasi kasar %
Los Angeles semua jenis campuaran SNI 2417:2008 Maks. 40
aspal bergradasi lainnya %
Kelekatan agegat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min 95%
Angularitis (kedalam dari permukaan < 10
DoT's Pennsy Test 95/90
cm)
Angularitis (kedalam dari permukaan ≥ 10 Method, PTM
80/75
cm) no.621
ASTM D4791 Maks.
Partikel pipih dan lonjong
perbandingan 1:5 10%
Maks.
Material lolos ayakan no. 200 SNI 03-4142-1996
1%
(Sumber: Bina Marga,2010.)

2. Agregat Halus
Agregat halus atau pasir alam merupakan hasil desintegrasi alami batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industry pemecah batu. Agregat halus adalah
material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm). agregat dapat meningkatkan
stabilitas campuran dengan penguncian (interlocking) antara butiran. Selain
itu agregat halus juga mngisi ruang antara butir, bahan ini dapat terdiri dari
butir-butiran batu pecah atau pasir alam atau campuran dari keduanya.
Agregat halus pada umumnya harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan
sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Ketentuan Agregat Halus

Pengujian Standar Nilai


Min 50% untuk SS, HRS
SNI 03-4428- dan AC bergradasi halus
Niai setara Pasir
1997 min 70% untuk AC
bergradasi kasar

9
Materia lolos ayakan no. SNI 03-4428-
Maks 8%
200 1997
Kadar lempung SNI 3423: 2008 Maks 1%
Angularitis (kedalam dari AASHTO TP-33
Min. 45
permukaan < 10 cm) atau
Angularitis (kedalam dari
ASTM C1252-93 Min. 40
permukaan 10 cm)
(Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga,2010)

3. Bahan Pengisi
Bahan pengisi (filler) adalah bahan yang harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan mempunyai sifat non plastis. Filler harus
mengandung bahan yang lolos saringan no.200 (0,075) tidak kurang dari 75%
terhadap beratnya (Bina Marga,2010).

2.3.2 Aspal
Aspal atau bitumen merupakan material yang berwarna hitam kecoklatan
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelumuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi
dan masa pelayanannya. Pada dasarnya asapa terbuat dari rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen. Oleh sebab iti aspal sering disebut sebagai material berbituminou.
Umumnya aspal dihasilkan dari penyulingan minyak bumi, sehingga disebut
aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusu yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal.
Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah :
1. Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri
2. Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antar butir-butir agregat dan pori-pori
yang ada dari agregat itu sendiri.

Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan asapal alam,
yaitu:

10
1. Aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis
sehinggga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya.
2. Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan
pelarut berbasis minyak.
3. Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada
proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan dalam
air.
4. Aspal alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa melalui
serangkaian proses pengolahan.

Campuran beraspal diatas harus memenuhi spesisfikasi yang telah dibuat


sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang pekerjaan jalan diatas
mengalami tingkat penurunan pelayanan jalan yang disebabkan terjadi kerusakan
dini perkerasan diawal umur pelayanan. Akibatnya tingkat kemanan dan
kenyamanan berkendara berkurang karena kondisi bentuk dan hasil pemeliharaan
rutin maupun peningkatan jalan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh
sebab itu dilakukan evaluasi dengan cara mengontrol kualitas perkerasan konstruksi
pada spesifikasi yang ditetapkan pada perkerasan jalan.
Aspal pada umumnya harus meenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan yang ada, seperti tertera pada Tabel 2.4. di bawah ini :

11
Tabel 2.4 Spesifikasi Aspal Kera Pen 60/70.

No. Jenis pengujian Metode pengujian Persyaratan


1 Penetrasi, 25°C, 100 gr, 5 detik SNI 06-2456-1991 60-70
2 Viskositas 135°C SNI 06-6441-1991 385
3 Titik Lembek (°C) SNI 06-2434-1991 ≥ 48
4 Indeks penetrasi - ≥ -1,0
5 Daktilitas pada 25°C, (cm) SNI 06-2432-1991 ≥ 100
6 Titik nyala (°C) SNI 06-2433-1991 ≥ 232
7 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 ≥ 1,0
8 Berat yang hilang SNI 06-2440-1991 ≤ 0,8
(Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga,2010)

2.4 Gradasi
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya, umuran butir agregat
dapat diperoleh melalui pemeriksaan analisi saringan. Gradasi agregat dinyatakan
dalam persentase lolos, atau persentase tertahan, yang dihitung berdasarkan berat.
Gradasi agregat menentukan besarnya rongga atau pori yang mungkin terjadi dalam
agregat campuran. Seluruh spesifikasi perkerasan mensyaratkan bahwa partikel
agregat halus berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing
ukuran partikel harus dalam proporsi tertentu. Distribusi dari variasi ukuran butir
agregat ini disebut gradasi agregat. Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga
dalam campuran dan menentukan workability (sifat mudah dikerjakan) dan
stabilitas campuran. Untuk menentukan apakah gradasi agregat memenuhi
spesifikasi atau tidak, diperlukan suatu pemahaman bagaimana ukuran partikel dan
gradasi agregat diukur.
Gradasi agregat agregat ditentukan oleh analisa saringan, dimana contoh
agregat harus melalui satu set saringan. Ukuran saringan menyatakan ukuran
bukaan jaringan kawatnya dan nomor saringan menyatakan banyaknya bukaan
jaringan kawat per inchipersegi dari saringan tersebut. Satu set saringan dan ukuran
bukaan agregat, seperti tertera pada Gambar 2.1. Dan Tabel 2.5 di bawah ini.

12
Gambar 2.1 Satu set saringan (Sumber : Google Image)

Tabel 2.5 Ukuran Bukaan Saringan

Ukuran Bukaan Ukuran Bukaan


Saringan (mm) Saringan (mm)
4 inci 100 3/8 inci 9,5
3⅟₂ inci 90 No. 4 4,75
3 inci 75 No. 8 2,36
2⅟₂ inci 63 No. 16 1,18
2 inci 50 No. 30 0,6
1⅟₂ inci 37,5 No. 50 0,3
1 inci 25 No. 100 0,15
³∕₄ inci 19 No. 200 0,075
⅟₂ inci 12,5
(Sumber : Google Image)

Gradasi agregat dinyatakan dalam persentase berat masing-masing contoh


yang lolos pada saringan tertentu. Persentase ini dinyatakan dengan menimbang
agregat yang lolos atau tertahan pada masing-masing saringan. Gradasi agregat
dapat dibedakan atas :
1. Gradasi seragam (uniform graded)
Gradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama.
Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka (open graded) karena hanya
mengandung sedikit agregat halus sehinga terdapat banyak rongga atau ruang
kosong antar agregat. Campuran beraspal yang dibuat dengan gradasi ini

13
bersifat porus atau memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas yang rendah
dan memiliki berat isi yang kecil.
2. Gradasi rapat (dense graded)
Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat
kasar sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus atau gradasi
baik (weel graded). Campuran dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang
tinggi, agak kedap terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.
3. Gradasi senjang (gap graded)
Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak
lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali.
Campuran agregat dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan dari kedua
gradasi yang disebut diatas.
Gradasi agregat gabungan dalam campuran aspal ditunjukan oleh persen
terhadap berat agregat dan bahan pengisi. Garadasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah laston AC-WC gradasi agregat kasar. Berikut campuran
gradasi agregat kasar AC-WC pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal

% Berat Yang Lolos LASTON (AC)


Ukuran Ayakan
Gradasi Halus Gradasi Kasar
(Inci) (mm) AC-WC AC-BC AC-Base AC-WC AC-BC AC-Base
1⅟₂ " 37,5 - - 100 - - 100
1" 25 - 100 90-100 - 100 90-100
³∕₄ " 19 100 90-100 73-90 100 90-100 73-90
⅟₂ " 12,5 90-100 74-90 61-79 90-100 71-90 55-76
³∕₈ " 9,5 72-90 64-82 47-67 72-90 58-80 45-66
No. 4 4,75 54-69 47-64 39,5-50 43-63 37-56 28-39,5
No. 8 2,36 39,1-53 34,6-49 30,8-37 28-39,1 23-34,6 19-26,8
No. 16 1,18 31,6-40 28,3-38 24,1-28 19-25,6 15-22,3 12-18,1
No. 30 0,6 23,1-30 20,7-28 17,6-22 13-19,1 10-16,7 7-13,6
No. 50 0,3 15,5-22 13,7-20 11,4-16 9-15,5 7-13,7 5-11,4
No. 100 0,15 9-15 4-13 4-10 6-13 5-11 4,5-9
No. 200 0,075 4-10 4-8 3-6 4-10 4-8 3-7
(Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga,2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal)

14
2.5 Karakteristik Campuran Aspal Beton
Untuk menghasilkan campuran perkerasan yang baik harus diperhatikan
mengenai karakteristik campuran yang dimiliki oleh aspal beton. Menurut
Sukirman,S.(1992), terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh
aspal beton yaitu:
1. Stabilitas (stability)
Stabilitas perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima
beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang atau,
alur atau bleeding. Nilai stabilitas yang terlau tinggi menyebabkan lapis
perkerasan menjadi kaku dan cepat mengalami retak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas aspal beton adalah :
a. Gesekan internal yang dapat berasal kekasarn permukaan butir-butir
agregat, luas bidang kotak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat,
kepadatan campuran dan tebal film aspal.
b. Kohesi yang merupakan gaya ikat aspal yang berasal dari daya
lekatnya, sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir
agregat.

2. Keawetan (durability)
Durabilitas atau kemampuan aspal beton menerima repetisi beban lalu lintas
seperti berat kendaraan dan gesekan antar roda kendaraan dan permukaan
jalan serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara,
air atau perubahan suhu.
3. Kelenturan (fleksibility)
Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan aspal beton untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan
dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak.
4. Tahanan Geser/Kekesatan (skid resistance)
Kekesatan adalah kemampuan permukaan aspal beton terutama pada kondisi
tanah basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehigga kendaraan
tidak tergelincir, ataupun slip.
5. Kedap air (impermeability)

15
Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air
ataupun udara lapisan aspal beton. Air dan udara dapat mengakibatkan
percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan selimut aspal dari
permukaan agregat.
6. Ketahaan Terhadap Kelelahan (fatique resistance)
Ketahanan campuran beraspal terhadap lelah adalah kemampuan lapisan
aspal beton menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadi
kelelahan berupa alur ataupun retak.
7. Kemudahan pelaksanaan (workability)
Workabilitas adalah kemampuan campuran aspal beton untuk mudah
dihamparkan dan dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan menentukan tingkat
efisiensi pekerjaan. Faktor kemudahan dalam proses pelaksanaan adalah
viskositas aspal, kepekan aspal terhadap perubahan temperature dan gradasi
serta kondisi agregat. Namun kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi
menyebabkan pelaksanaan lebih sukar.
Ketujuh sifat campuran aspal beton ini tidak mungkin dapat dipenuhi
sekaligus oleh satu campuran. Sifat-sifat aspal beton mana yang lebih diinginkan
akan menentukan jenis aspal beton yang akan dipilih. Hal ini sangat perlu
diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani lalu
lintas ringan seperti mobil penumpang sepantasnya memilih jenis perkerasan aspal
beton yang mempunyai sifat durabilitas dan fleksibilitas yang tinggi dari pada
memilih jenis perkerasan beton dengan stabilitas tinggi.

2.6 Kadar Aspal Rencana


Perkiraan awal kadar aspal optimum dapat direncanakan setelah dilakukan
pemilihan dan penggabungan pada tiga fraksi agregat. Sedangkan perhitungannya
adalah sebagai berikut:

Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K (1)

Keterangan :

16
Pb : perkiraan kadar aspal optimum
CA : nilai persentase agregat kasar
FA : nilai persentase agregat halus
FF : nilai persentase filler
K : konstanta (kira-kira 0,5-1,0)

Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% ke atas terdekat.

2.7 Sifat Volumentrik Campuran Aspal Beton


Kinerja aspal beton sangat ditentukan oleh volumetric campuran aspal beton
yang terdiri dari :
1. Berat Jenis Bulk Agregat
Berat jenis bulk adalh berat jenis perbandingan antara berat bahan diudara
(termasuk rongga yang cukup kedap dan menyerap air) pada satuan volume dan
suhu tertentu dengan berat air suling serta volume yang sama pada suhu tertentu
pula.
Karena agregat total terdiri dari atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus
dan bahan pengisi yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda maka
berat jenis bulk (Gsb) agregat total dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑃1+𝑃2+⋯+𝑃𝑛
Gsb = 𝑃1𝑃2 𝑃𝑛 (2)
+ +⋯+
𝐺2 𝐺2 𝐺𝑛

Keterangan :
Gsb : berat jenis bulk total agregat
P1, P2… Pn : persentase masing-masing fraksi agregat
G1, G2… Gn : berat jenis bulk maisng-masing fraksi agregat

2. Berat Jenis Efektif Agregat


Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan diudara (tidak
termasuk rongga yang menyerap aspal) pada satuan volume dan suhu tertentu degan

17
berat air destilasi dengan volume yang sama dan suhu tertentu pula, yang
dirumuskan :
𝑃𝑚𝑚−𝑃𝑏
Gse =𝑃𝑚𝑚 𝑃𝑏 (3)

𝐺𝑚𝑚 𝐺𝑏

Keteragan :
Gse : berat jenis efektif agregat
Pmm : persentase berat total campuran (=100%)
Gmm : berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (nol)
Pb : kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum
Gb : berat jenis aspal

3. Berat Jenis Maksimum Campuran


Berat jenis maksimum campuran untuk masing-masing kadar aspal dapat
dihitung dengan menggunakan berat jenis efektif (Gse) rata-rata sebagai berikut :
𝑃𝑚𝑚
Gse = 𝑃𝑠 𝑃𝑏 (4)

𝐺𝑠𝑒 𝐺𝑏

Keterangan :
Gse : berat jenis efektif agregat
Pmm : persentase berat total campuran (=100%)
Gmm : berat jenis maksimum campuran, rongga udara 0 (nol)
Pb : kadar aspal berdasarkan berat jenis maksimum
Gb : berat jenis aspal
Ps : kadar agregat persen terhadap berat total campuran

4. Penyerapan Aspal
Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total titik
terhadap campuran yang dirumuskan sebagi barikut:
𝐺𝑠𝑒−𝐺𝑠𝑏
Pba =100 × 𝐺𝑠𝑏 ×𝐺𝑠𝑒 × Gb (5)

Keterangan :
Pba : penyerapan aspal, persen total agregat

18
Gsb : berat jenis bulk agregat
Gse : berat jenis efektif agregat
Gb : berat jenis aspal

5. Kadar Aspal Efektif


Kadar efektif campuran beraspal adalah kadar aspal total dikurangi jumlah
aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini akan menyelimuti
permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya menentukan kinerja perkerasan
aspal.
Kadar aspal efektif dirumuskan sebagai berikut :
𝑏𝑎
Pbe = Pb× 100× Ps (6)

Keterangan :
Pbe : kadar aspal efektif, persen total agregat
Pb : kadar aspal persen terhadap berat total campuran
Pba : penyerapan aspal, persen total agregat
ba : kadar agregat, persen terhadap berat total campuran

6. Rongga diantara Mineral Agregat (VMA)


Rongga diantara mineral agregat atau dalam Bahasa inggris disebut voids in
mineral agregat (VMA) adalah ruang diantara partikel agregat pada suatu
perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak
termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung berdasarkan berat
jenis bulk agregat dan dinyatakan sebagai persen volume bulk campuran yang
dipadatkan. VMA dapat dihitung pula terhadap berat campuran total atau terhadap
berat agregat total. Perhitungan VMA terhadap campuran total dengan persamaan :
a. Terhadap Berat Campuran Total
𝐺mb x Ps
VMA = 100 × (7a)
Gsb

Keterangan :
VMA : rongga diantar ,ieral agregat, persen volume bulk

19
Gsb : berat jenis bulk agregat
Gmb : berat jenis bulk campuran padat
Ps : kadar agregat, persen terhadap berat total campuran

b. Terhadap Berat Agregat Total


𝐺mb 100
VMA = 100 - × × 100 (7b)
𝐺sb (100+Pb)

Keterangan :
VMA : rongga diantar ,ieral agregat, persen volume bulk
Gsb : berat jenis bulk agregat
Gmb : berat jenis bulk campuran padat
Pb : kadar aspal persen terhadap berat total campuran

7. Rongga di Dalam Campuran ( VIM)


Rongga didalam campuran atau dalam Bahasa inggris void in mix (VIM)
adalah dalam campuran perkerasan beraspal terdiri atas ruang udara diantara
partikel agregat yang terselumuti aspal. Volume rongga udara dalam persen dapat
ditentukan dengan rumus :
𝐺mm x𝐺mb
VIM = 100 × (8)
𝐺mm

Keterangan :
VIM : rongga udara campuran, persen total campuran
Gmm : berat jenis maksimum campuran agregat rongga udara 0 (nol)
Gmb : berat jenis bulk campuran padat

8. Rongga Terisi Aspal (VFA)


Rongga terisi aspal atau dalam Bahasa inggris void filled with asphalt (VFA)
adalah persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat yang terisi oleh aspal,
tidak termasuk aspal yang diserap oleh agregat. Untuk mendapatkan rongga terisi
aspal (VFA) dapat ditentukan dengan persamaan :
100(VMA − VIM)
VFA = 100 × (9)
𝐺mm

20
VFA (void filled with asphalt) : rongga terisi aspal
VMA ( voids in mineral agregat) : rongga diantara mineral agregat
VIM (void in mix) : rongga undara campuran, oersen total
campuran

Secara skematik berbagi volume yang terdapat didalam campuran beton aspal
dapat dilihat pada Gambar 2.2. di bawah ini :

Gambar 2.2 Skematis Berbagai Jenis Volume Beton Aspal (Sumber : Google
Image )

Keterangan :
Vmb : volume bulk dari campuran aspal beton padat
Vsb : volume agregat, adalah volume bulk dari agregat (volume bagian masif +
pori yang ada didalam masing-masing butir agregat).
Vse : volume agregat, adalah volume aktif dari agregat (volume bagian massif +
pori yang tidak terisi aspal didalam masing-masing butir agregat.
VMA : volume pri diantara butir agregat didalam aspal beton padat.
Vmm : volume tanpa pori dari aspal beton padat
Va : volume aspal dalam aspal beton padat.
VIM : volume pori dalam aspal beton padat.
VFA : volume pori aspal beton yang terisi oleh aspal.

21
Vab : volume aspal yang terabsorsi kedalam agregat dari aspal beton padat.

2.8 Metode Marshall


Konsep pengujian marshall pertama kali oleh Bruce Marshall, yang bekerja
sebagai bitumios Engineering pada departemen jalan raya negeri bagian Missisipi.
Pada tahun 1948, uji tersebut telah diadopsi oleh beberapa organisasi maupun
pemerintahan pada banyak Negara, selanjutnya dikembangkan oleh U.S Corps of
Engineering dan mengikuti prosedur PC-0201-76, AASHTO T 245-74 atau ASTM
D 1559-62T. pengujian marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan (stabilitas)
campuran agregat dan aspal terhadap kelelahan plastis (flow). Flow didefinisikan
sebagai perubahan deformasi atau regangan suatu campuran mulai dari tanpa beban,
sampai beban maksimum.
Alat marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan Proving ring
(cincin penguji ) berkapasitas 22,2 KN (5000 Ibs) dan flowmeter. Proving ring
digunakan untuk mengukur stabilitas, dan flowmeter untuk mengukur kelelahan
palstis atau flow. Benda uji marshall berbentuk silinder berdiameter 4 inchi (10,16
cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm). prosedur pengujian marshall mengikuti SNI 06-
2489-1991, atau AASHTO 245-90.
Pada kondisi lalu lintas berat perencanaan Marshall menetapkan pemadatan
benda uji 2 x 75 tumbukan dengan batas rongga 3,0 sampai 5,5% (spesifikasi Bina
Marga 2010). Hasil pengamatan selama beberapa tahun ruas-ruas jalan di Indonesia
mengindikasikan rongga dalam campuran (VIM) setelah beberapa tahun dilalui lalu
lintas mencapai kurang dari 1% sehingga terjadi perubahan plastis.

22
BAB III
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahapan Persiapan Penelitian


Sebagai awal dari seluruh tahapan penelitian dibutuhkan tahapan persiapan,
dengan tahapan persiapan ini diharapkan penelitian berjalan lancer tanpa kendala
yang berat. Secara umum dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yaitu :
1. Survey lokasi pengambilan sampel
2. Pengumpulan informasi dan studi pustaka
3. Pengambilan material karang (batu gunung) Polimak
4. Pengujian di Laboratorium

Lokasi pengambilan
sampel

Gambar 3.1 Lokasi Pengambilan Karang (Batu Gunung) (Sumber : Google Earth)

3.2 Pengambilan Data


Untuk mendukung penelitian ini penulis memerlukan beberapa data
pendukung yaitu:
1. Data Primer

23
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung. Dalam
hal ini data primer merupakan hasil dari gradasi agregat kasar yang tertahan di
saringan no.8.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data
dari hasi literature dengan mempelajari penelitian-penelitian sejenis yang pernah
dilakukan, teori-teori yang berkaitan dengan Laston AC-WC, metode-metode,
prosedur penelitian dan teknik analisis data yang menunjung penelitian penggunaan
karang (batu gunung) polimak sebagai agregat kasar.

3.3 Prosedur Penelitian


Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan karang
(batu gunung) polimak sebagai agregat kasar dalam pembuatan lapisan aspal beton
(Laston) Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) kemudian dilakukan uji
marshall standart dengan 2x75 tumbukan.

3.4 Persiapan Material


Tahapan ini merupakan kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan
pengolahannya. Tahap persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Menentukan keperluan data primer dan data sekunder.
2. Studi pustaka dengan Laston AC-WC sebagai referensi dan tambahan
pengetahuan.
3. Pembuatan proposal Tugas Akhir.
4. Proses penelitian disusun dalam tahapan-tahapan pengujian dengan urutan
sebagai berikut :
a. Pengambilan karang (batu gunung) polimak.
b. Pemeriksaan terhadap material yang akan digunakan.
c. Merencanakan lapis aspal beton AC-WC.
d. Melakukan pengujian dengan alat Marshall Test.
e. Analisa hasil pengujian sehingga diperoleh hasil dari pengujian.

24
3.5 Metode Penelitian
Bagan alir ini merupakan bagan yang secara rinci menjelaskan langkah-
langkah dari proses penelitian tersebut :

Mulai

Studi Pendahuluan

Pengadaan :
Agregat kasar (batu gunung) Polimak
Agregat halus pasir sungai doyo

Pemeriksaan agregat kasar Pemeriksaan aspal


Pemeriksaan agregat halus

Tidak
Memenuhi
spesifikasi

Ya
Pembuatan sampel

Pengujian karakteristik

Stabilitas Flow Marshall VIM VMA VFA


Ouotient

Pembahasan dan analisa

Kesimpulan dan saran

Selesai

25
3.6 Jadwal penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Tahun 2020
NO. Uraian Kegiatan JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penentuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Seminar Proposal
4 Revisi
5 Pengambilan Data
6 Analisi Data
7 Pembahasan
8 Seminar Hasil
9 Revisi

26
4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Bahan Penyusun Laston


Sebelum digunakan sebagai bahan campuran Laston, semua material atau
bahan penyusun laston harus diuji karakteristiknya terlebih dahulu. Pengujian ini
bertujuan untuk melihat apakah material yang digunakan layak untuk bahan
campuran laston dan apakah telah memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010
Revisi III. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jalan Raya Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Spili Universitas Cenderawasi.

4.1.1 Hasil Pengujian Aspal


Aspal yang digunakan adalah aspal pertamina penetrasi 60/70 yang yang telah
dilakukan beberapa pengujian aspal. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1
dan untuk data lengkap hasil pengujian aspal dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Aspal Pen 60/70


Spesifikasi Umum
Jenis Bina Marga 2010 Hasil
No Standar Uji Satuan Revisi III
Pemeriksaan Uji
Min Max
1 Penetrasi SNI 2456:1991 mm 60 70 61,40
2 Titik Lembek SNI 2434:1991 °C 48 58 53,5
3 Titik Nyala SNI 2433:2011 °C 232 - 260
4 Titik Bakar SNI 2433:2011 °C 232 - 275
5 Berat Jenis Aspal SNI 06-2441-1991 1 - 1
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium, 2021.

Dari hasil pengujian aspal Pertamina Penetrasi 60/70 dapat dilihat pada
tabel diatas menunjukan bahwa karakteristik aspal telah memenuhi Spesifikasi
Umum Bina Marga 2010 Revisi III. Maka aspal tersebut dapat digunakan sebagai
bahan penyusun Laston.

27
4.1.2 Hasil Pengujian Agregat
Agregat yang diuji dalam penelitian ini adalah agregat kasar dan agregat
halus. Hasil pengujian agregat tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dan untuk data
lengkap hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus dapat juga dilihat pada
lampiran.
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Agregat

Jenis Spesifikasi Umum Bina


No Standar Uji Satuan Hasil Uji
Pemeriksaan Marga 2010 Revisi 3
Min Max
Agregat Kasar
1 Berat Jenis (Bulk) 2,775
2 Berat Jenis SSD 2,819
SNI 1969:1990
3 Berat Jenis Semu 2,904
4 Penyerapan % 3 1,600
5 Tes Abrasi SNI 2417:2008 % 40 24,03

Agregat Halus
1 Berat Jenis (Bulk) 2,647
2 Berat Jenis SSD 2,667
SNI 1970:1990
3 Berat Jenis Semu 2,700
4 Penyerapan % 3 0,746
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium, 2021.

Dari hasil pengujian agregat kasar dan agregat halus yang dapat dilihat pada
tabel diatas menunjukan telah memenuhi Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi III.
Maka agregat kasar dan agregat halus dapat digunakan sebagai bahan campuran
beraspal laston.

4.2 Perencanaan Campuran


Kadar aspal rencana dapat dilihat pada tabel 4.3 yang didapatkan dengan
variasi kadar aspal dalam pengujian adalah 4%, 4,5%, 5%, 5,5%, 6% dan 6,5%.
Perhitungan proporsi masing-masing agregat untuk setiap benda uji yaitu agregat
kasar 62,73%, agregat halus 30,89% dan filler 6,4%. Filler yang digunakan dalam
pengujian ini adalah semen Portland merek tiga roda. Perhitungan proporsi lebih
lengkap dapat dilihat pada lampiran.

28
Tabel 4.3 Komposisi Campuran

Kadar aspal rencana (Pb) 4% 4.5% 5% 5.5% 6% 6.5%


Total campuran (gr) 1200 1200 1200 1200 1200 1200
Berat Aspal (gr) 48 54 60 66 72 78
Berat Agregat (gr) 1152 1146 1140 1134 1128 1122
Agregat Kasar 62.73% 722.66 718.90 715.13 711.37 707.60 703.84
Agregat Halus 30.89% 355.85 353.99 352.14 350.29 348.43 346.58
Filler (semen) 6.4% (gr) 73.61 73.23 72.85 72.46 72.08 71.70
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium, 2021

4.3 Pengujian Marshall untuk Kadar Aspal Optimum


Karakteristik campuran aspal beton dapat diketahui dengan menganalisa nilai
density, stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA dan MQ melalui Marshall Test. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Data Agregat Digunakan dalam Campuran


Berat Jenis
Proporsi Dalam
Uraian Kering Semu Campuran (%)
(Bulk) (Apparent)
Agregat Kasar (19,0 mm s.d 2,36 mm) 2,775 2,904 62,73
Agregat halus (1,18 mm s.d 0,075 mm) 2,647 2,700 30,89
Filler Semen 3,15 6,4
Aspal Pen 60/70 1,0
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium, 2021.

Persamaan yang digunakan dalam perhitungan Marshall dapat dilihat pada contoh
perhitunagan dan hasil perhitungan secara keseluruhan terdapat didalam lampiran.
Dari data diatas untuk menentukan karakteristik Marshall dapat dijelaskan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
1. Berat jenis kering total agregat (Gsb)
%Agregat kasar + %Agregat halus + %Filler
𝐺𝑠𝑏 =
Agregat Kasar 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
𝐵𝐽 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 + +
𝐵𝐽 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐵𝐽 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
62,73 + 30,89 + 6,4
= = 2,755
62,73 30,89 6,4
2,775 + 2,629 + 3,15

29
2. Berat jenis semu dari total agregat (Gsa)
%Agregat kasar + %Agregat halus + %Filler
𝐺𝑠𝑎 =
Agregat Kasar 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
𝐵𝐽 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 + +
𝐵𝐽 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠 𝐵𝐽 𝐹𝑖𝑙𝑙𝑒𝑟
62,73 + 30,89 + 6,4
= = 2,852
62,73 30,89 6,4
+ +
2,904 2,700 3,15

3. Berat jenis efektif dari total agregat (Gse)


𝐺𝑠𝑏 + 𝐺𝑠𝑎 2,755 + 2,852
𝐺𝑠𝑒 = = = 2,803
2 2

4. Berat Jenis teoritis maksimum campuran (Gmm) (sampel A, Pb 5% karang)


𝑃𝑚𝑚 100
𝐺𝑚𝑚 = = = 2,37
𝑃𝑠 𝑃𝑏 95 5
𝐺𝑠𝑒 + 𝐺𝑏 2,558 + 1

5. Penyerapan aspal (sampel A, Pb 5%)


2,803 − 2,755
𝑃𝑏𝑎 = 100 × × 1 = 0,627
2,755 × 2,803

6. Kadar aspal efektif (sampel A, Pb 5%)


0,627
𝑃𝑏𝑎 = 5 × × 95 = 2,979
100

7. Berat isi benda uji (Gmb) (sampel A, Pb 5%)


1162,5
𝐺𝑚𝑏 = = 2,217
1183,5 − 659,2

8. Rongga dalam mineral agregat (VMA) (sampel A, Pb 5%)


2,217 × 95
𝑉𝑀𝐴 = 100 − = 23,539 %
2,755

30
9. Rongga dalam campuran (VIM) (sampel A, Pb 5%)
2,373 − 2,217
𝑉𝐼𝑀 = 100 × = 6,569%
2,373

10. Rongga terisi aspal (VFA) (sampel A, Pb 5%)


23,539 − 6,569
𝑉𝐹𝐴 = 100 × = 72,093 %
23,539

11. Stabilitas (MS) (sampel A, Pb 5%)


Bacaan Alat = 286,61 mm
Koreksi Benda Uji = 3,33
Kalibrasi Alat = 3,431 kg/mm
MS = 286,61 × 3,33 × 3,431 = 3274,6 kg

12. Hasil bagi marshall quotient (MQ) (sampel A, Pb 5%)


3274,6
𝑀𝑄 = = 404,27 𝑘𝑔/𝑚𝑚
8.1

4.4 Analisa Data Hasil Pengujian Marshall


Dalam menentukan kadar aspal optimum (KAO) menggunakan metode yang
digunakan berdasarkan RSNI M-06-2004 dengan karakteristik marshall yang
diantaranya adalah density, stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA dan MQ.
Dari hasil analisa data dan hasil pengujian marshall dapat menentukan kadar
aspal optimum dan setiap nilai yang didapatkan diatur menurut Spesifikasi Bina
Marga 2010 Revisi III. Hasil pengujian marshall dapat dilihat pada tabel 4.5 :

31
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Marshall Penentuan KAO
% MQ
Density VMA VIM VFA Stabilita Flow
Kadar (kg/mm
(gr/cc) (%) (%) (%) s (kg) (mm)
Aspal )
4 2,23 17,09 9,62 43,73 679,40 2,33 301,26
4,5 2,15 20,44 12,23 40,22 892,40 2,00 446,20
5 2,32 14,80 4,87 67,07 810,37 1,33 678,03
5,5 2,31 15,41 4,42 72,26 800,52 1,67 616,25
6 2,30 16,34 4,34 73,82 881,36 2,00 520,86
6,5 2,16 21,90 9,63 56,14 878,91 2,33 479,84
Sumber: Spesifikasi Bina Marga 2010 Revisi III

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Marshall Penentuan KAO dengan Bahan Karang

%
Density VMA VIM VFA Stabilitas Flow MQ
Kadar
(gr/cc) (%) (%) (%) (kg) (mm) (kg/mm)
Aspal
4 1,80 20,77 14,61 34,93 3171,60 6,00 594,27
4,5 1,82 19,80 12,61 39,43 3624,75 8,33 432,85
5 1,79 21,79 13,85 39,14 4198,78 9,00 464,80
5,5 1,74 24,42 15,83 37,01 5495,89 10,00 448,03
6 1,81 21,68 11,82 45,49 5009,59 9,00 548,72
6,5 1,69 27,48 17,45 38,40 2689,90 6,33 307,91
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium, 2021.

Data diatas merupakan rata-rata dari tiga benda uji atau sampel untuk masing
masing variasi kadar aspal. Dari data diatas dibuatkan bentuk grafik
karakteristik marshall yaitu nilai density, VMA,VIM, VFA, stabilitas, flow
dan MQ yang dapat dilihat pada gambar 4.1 :

Gambar 4.1 Grafik Nilai Density.


Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019
Nilai density tertinggi pada kadar aspal 5% dan yang terendah kadar aspal 4,5%

32
maka dari grafik density mengalami naik turun.

Gambar 4.2 Grafik Nilai VMA


Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019

Nilai VMA yang diperoleh dari grafik menunjukan bahwa nilai VMA tidak
stabil tetapi kadar aspal 5% yang tidak termasuk syarat spesifikasi Bina Marga 2010
Revisi III yaitu dengan nilai VMA minimum 15%.

Gambar 4.3 Grafik Nilai VIM


Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019

Nilai VIM tertinggi yang diperoleh dari grafik terdapat pada kadar aspal
4,5%, dari grafik tersebut ada didapatkan nilai VIM yang tidak memenuhi syarat
Bina Marga 2010 Revisi III yaitu sebesar 3-5%.

33
Gambar 4.4 Grafik Nilai VFA
Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019

Nilai VFA cenderung mengalami peningkatan tetapi mengalami penurunan


pada kadar aspal 4,5% dan 6,5%. Syarat nilai VFA menurut Bina Marga 2010
Revisi III minimal 65% sehingga yang memenuhi syarat hanya kadar aspal 5% -
6%.

Gambar 4.5 Grafik Nilai Stabilitas


Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019

Nilai stabilitas tertinggi yang didapatkan dari hasil grafik terdapat pada kadar
aspal 4,5%. Syarat nilai stabilitas menurut Bina Marga 2010 Revisi III minimal
800 kg sehingga nilai stabilitas yang tidak memenuhi syarat hanya pada kadar aspal
4%.

34
Gambar 4.6 Grafik Nilai Flow
Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019

Nilai flow membentuk grafik seperti huruf V yang artinya mengalami


penurunan dan kenaikan. Nilai flow yang tidak memenuhi syarat Bina Marga 2010
Revisi III hanya kadar aspal 5% dan 5,5% denan spesifikasi flow 2-4 mm.

Gambar 4.7 Grafik Nilai MQ


Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019

Nilai MQ yang diperoleh seperti huruf V terbalik yang artinya mengalami


kenaikan dan penurunan dan nilai tertinggi pada kadar aspal 5%.

35
Tabel 4.7 Menentukan KAO
N Kriteria Spesifika Kadar
o si Aspal
1 Stabilitas (kg) Min 800

2 Flow (mm) 2-4

3 VIM (%) 3-5

4 VFA (%) Min 65

5 VMA (%) Min 15

KAO = 4 4,5 5 5,5 6 6,5


6%
Keterangan : berwarna = memenuhi
Tidak berwarna = tidak memenuhi
Sumber: hasil pengujian Vikram M. P. Sigalingging, 2019

Berikut adalah grafik karakteristik Marshall dengan bahan karang polimak


sebagai agregat kasar:

1.85
Density (gr/Cc)

1.80

1.75

1.70

1.65
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)

Gambar 4.8 Grafik Nilai Density


Sumber: Hasil pengujian laboratorium, 2021.

Pada kadar aspal 4% nilai density sebesar 1,80%, pada kadar aspal 4,% nilai
density mengalami kenaikan sebesar 1,82%, tetapi pada kadar aspal 5%, 5,5%, dan
6,5% nilai density mengalami penurunan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh
kadar aspal terhadap nilai density tidak menentu.

36
45.00
40.00
35.00

VIM ( % )
30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)

Gambar 4.9 Grafik Nilai VIM


Sumber: Hasil pengujian laboratorium, 2021.

Void In Mixture (VIM) merupakan persentase rongga udara dalam


campuran antara agregat dan aspal setelah dilakukan pemadatan. Nilai VIM
menjadi indikator durabilitas atau memberi pengaruh terhadap keawetan dari
campuran beton aspal. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa penambahan kadar
aspal terhadap nilai VIM mengalami naik turun atau tidak menentu.

6300.00
Stabilitas (Kgr)

5200.00

4100.00

3000.00

1900.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)

Gambar 4.10 Grafik Nilai Stabilitas


Sumber: Hasil pengujian laboratorium, 2021.

Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan menerima beban lalu


lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) seperti
gelombang, alur (rutting), maupun mengalami bleeding. Dari hasil pengujian
menunjukkan bahwa nilai stabilitas yang diperoleh cenderung mengalami kenaikan
sampai pada batas optimum kemudian mengalami penurunan. Nilai stabilitas
optimum terjadi pada kadar aspal 5,5% dengan nilai stabilitas sebesar 5495,89 kg.

37
1400.00

Marshall Quotient (Kg/mm)


1200.00
1000.00
800.00
600.00
400.00
200.00
0.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)

Gambar 4.11 Grafik Nilai Marshall Quotient


Sumber: Hasil pengujian laboratorium, 2021.

Nilai MQ adalah hasil bagi antara Stabilitas dengan Flow. Nilai MQ


menunjukan fleksibilitas campuran yaitu semakin besar nilai MQ pada suatu
campuran maka akan semakin kaku (bila terlalu kaku cenderung mudah retak)
campuran tersebut, demikian juga bila semakin kecil nilai MQ maka tingkat
kelenturan dan plastisitas (terlalu lentur cenderung kurang stabil). Dari hasil
pengujian nilai MQ mengalami kenaikan sampai pada batas optimum yaitu dikadar
aspal 6% dan mengalami penurunan.

50.00
45.00
40.00
35.00
VFA ( % )

30.00
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0

Kadar Aspal (%)

Gambar 4.12 Grafik Nilai VFA


Sumber:Hasil pengujian laboratorium, 2021.

VFA (Void Filled Asphalt), menyatakan presentase rongga udara yang terisi
aspal pada campuran aspal yang telah mengalami pemadatan. Dari grafik diatas

38
dapat dikatakan bahwa pengaruh kadar aspal terhadap nilai VFA tidak memberikan
trend turun dikarenakan hasil pengujian memberikan hasil yang tidak keseluruhan
atau aspal tidak selalu dapat mengisi rongga pada briket sesuai dengan kadar yang
diharuskan pada briket.

30.00
28.00
VMA (gr/Cc)

26.00
24.00
22.00
20.00
18.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)

Gambar 4.13 Grafik Nilai VMA


Sumber: Hasil pengujian laboratorium, 2021.

Voids in Mi- neral Agregate (VMA) merupakan persentase rongga yang ada
diantara butir agregat dalam campuran beton aspal yang dinyatakan dalam (%)
terhadap volume campuran beton aspal. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa
pengaruh kadar aspal terhadap nilai VMA mengalami naik turun atau dapat
dikatakan tidak menentu.

10.00
Flow ( Kelelehan )

8.00

6.00

4.00

2.00
3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0
Kadar Aspal (%)

Gambar 4.14 Grafik Nilai Flow (Kelelehan)


Sumber: Hasil pengujian laboratorium, 2021.

39
Kelelehan merupakan implementasi dari sifat fleksibilitas campuran yang
dihasilkan. Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal, distribusi agregat dan
temperatur pemadatan. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai flow
meningkat sampai pada batas optimum yaitu kadar aspal 5,5% kemudian
mengalami penurunan kadar aspal .

Tabel 4.8 Menentukan KAO pada Penggunaan Karang

NO. Kriteria Spesifikasi kadar Aspal


1 Stabilitas (kg) Min 800 √ √ √ √ √ √
2 Flow (mm) 2-4
3 VIM (%) 3-5
4 VFA (%) Min 65
5 VMA (%) Min 15 √ √ √ √ √ √
KAO = (5+5,5+6+6,5)/4=5,75~ 5,5% 4 4,5 5 5,5 6 6,5

Keterangan : √ = memenuhi

Sumber: hasil pengujian, 2021. Menentukan KAO pada Penggunaan Karang

40
BAB V
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah diuraiakan dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil Pengujian marshall terhadap penggunaan material karang pada lapis
AC-WC Maka didapatkan nilai-nilai karakteristik marshall sebagai berikut :
density sebesar 1,74 gr/cm3, VMA sebesar 24,42%, VIM sebesar 15,83 %,
VFA sebesar 37,01%, stabilitas sebesar 5495,89 kg, flow sebesar 10,00 mm
dan MQ sebesar 348,03 mm/kg
2. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) yang digunakan sebagai lapis AC-WC
adalah 5,5%. Pembulatan dilakukan ke 5,5% dikarenakan pada kadar aspal
terbesut nilai stabilitas bergerak naik hingga mencapai nilai maksimum.
Kadar aspal yang ditambahkan berfungsi sebagai perekat antara butiran
agregat yang menyebabkan kerapatan campuran meningkat, sehingga
meningkatkan nilai stabilitas pada campuran. Sedangkan pada saat
penambahan kadar aspal sudah berlebihan, maka yang terjadi adalah
meningkatnya ketebalan flim aspal yang merubah fungsi aspal sebelumnya
sebagai perekat atau bahan pengikat menjadi licin antara agregat, sehingga
mengakibatkan turunnya nilai stabilitas campuran.

5.2 Saran
Berikut ini beberapa saran yang penulis usulkan untuk dijadikan bahan
pertimbangan untuk penelitian selanjutnya :
1. Perlu dilakukan pengujian dengan komposisi campuran yang sama tetapi
menggunakan variasi tumbukan yang berbeda yaitu, 2 x 75, 2 x 100, 2 x 125
dan 2 x 150 untuk melihat pengaruh tumbukan pada karakteristik marshall.

41
2. Kalibrasi alat dilakukan sesering mungkin untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
3. Perlu adanya konsistensi pengaturan suhu dan waktu perendaman benda uji
karena hal tersebut cukup berpengaruh pada hasil uji marshall campuran.

42
DAFTAR PUSTAKA

Sukarman, sumiati, (2014). Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Karakteristik


Aspal Beton. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Polsri.

Widhiawari, Made Ariawan, (2010). Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap


Karakteristik Campuran Laston. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Unversitas
Udayana, Denpasar.

(2010). Spesifikasi pelaksanaan teknis bina marga 2010. Kementrian pekerjaan


umum dirjen bina marga.

Kusharto, harry,(2007). Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Perilaku Campuran


Beton Aspal. Jurnal Teknik Sipil Dan Perencanaan No 1vol 9-Janiari 2007,
Hal 55-63. Universitas Negeri Semarang.

Mesiriawati, Yeti,(2007). Pengaruh Penentuan Kadar Aspal Optimum Terhadap


Kualitas Desain Campuran Beraspal. Symposium Iii Fstpt, Isbn No. 979-
96241-0-X. Universitas Lampung.

Sukirman, S, (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung.

Sukirman, S, ( 2003). Beton Aspal Campuran Panas. Nova. Bandung.

Silvia Sukirman, (1992). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Kota Surabaya.

SNI 06-2489-1991. (1991). Metode Pengujian Campuran Aspal Dengan Alat


Marshall. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

RSNI M-06-2004. (2004). Cara Uji Campuran Beraspal Panas Untuk Agregat
Maksimum 25,4 mm (1 inci) sampai dengan 38 mm (1,5 inci) dengan Alat
Marshall. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.
SNI 2417-2008. (2008). Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.

43
SNI 03-1969-1990. (1990). Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar. Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 03-1970-1990. (1990). Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Halus. Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 06-2433-1991. (1991). Metode Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Dengan
Clevelang Open Cup. Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 06-2434-1991. (1991). Metode Pengujian Titik Lembek Dan Aspal Ter.
Pustran-Balitbang Pekerjaan Umum.
SNI 06-2456-1991. (1991). Metode Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen.
Pustran Balitbang Pekerjaan Umum.

44
LAMPIRAN

1. Hasil Pengujian Agregat

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Analisa Saringan Agregat Kasar Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT KASAR
Berat Contoh = 5,000 gr
Nomor Berat Tertahan Jumlah Berat Jumlah Persen
Saringan (gram) tertahan Tertahan (%) Lolos %
3/4' 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2' 2332.00 2,332.00 46.64 53.36
3/8' 1456.00 3,788.00 75.76 24.24
No. 4 526.00 4,314.00 86.28 13.72
No.8 289.00 4,603.00 92.06 7.94
No. 16 125.00 4,728.00 94.56 5.44
No.30 72.00 4,800.00 96.00 4.00
No.50 47.00 4,847.00 96.94 3.06
No. 100 18.00 4,865.00 97.30 2.70
No. 200 23.00 4,888.00 97.76 2.24
Pan 112.00 5,000 100.00 0.00
Jumlah total 5,000
MODULUS KEHALUSAN 8.83

Analisa Gradasi Agregat Kasar 110

100.00 100

90

80
Persen Lolos

70

60
53.36
50

40

30
24.24
13.72 20
7.94
5.44 4.00 2.70 10
3.06 2.24 0.00
0
3/4' 1/2' 3/8' No. 4 No.8 No. 16 No.30 No.50 No. 100 No. 200 Pan
Nomor Saringan

45
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

Berat contoh = 1000 gr


Nomor Berat Tertahan Jumlah Berat Jumlah Persen
Saringan (gram) tertahan Tertahan (%) Lolos %
No. 3/8' 0.00 16.50 1.65 98.35
No. 4 16.50 16.50 1.65 98.35
No.8 135.89 152.39 15.24 84.76
No. 16 181.20 333.59 33.37 66.63
No.30 324.03 657.62 65.79 34.21
No.50 247.00 904.62 90.50 9.50
No. 100 68.00 972.62 97.30 2.70
No. 200 17.00 989.62 99.00 1.00
Pan 10.00 1,000 100 0.00
Jumlah total 1,000
MODULUS KEHALUSAN 5.03

46
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Analisa Saringan Filler Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PENGUJIAN ANALISA SARINGAN FILLER
Berat Contoh = 200 gr
Nomor Berat Jumlah Jumlah Persen
Saringan Tertahan Berat Tertahan (%) Lolos %
1' 0.00 0.00 0.00 100.00
3/4' 0.00 0.00 0.00 100.00
1/2' 0.00 0.00 0.00 100.00
3/8' 0.00 0.00 0.00 100.00
No. 4 0.00 0.00 0.00 100.00
No.8 0.00 0.00 0.00 100.00
No. 16 0.00 0.00 0.00 100.00
No.30 0.00 0.00 0.00 100.00
No.50 5.00 5.00 2.50 97.50
No. 100 41.00 46.00 23.00 77.00
No. 200 53.00 99.00 49.50 50.50
Pan 101.00 200 100.00 0.00
Jumlah total 200 100.00 0.00
MODULUS KEHALUSAN 1.75

Analisa Saringan Filler


120.00
100.00
Persen Lolos %

80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
1' 3/4' 1/2' 3/8' No. 4 No.8 No. No.30No.50 No. No. Pan
16 100 200
Nomor Saringan

47
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan air Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Agregat Halus
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT HALUS

Berat contoh = 500 gr

BERAT BENDA UJI KERING PERMUKAAN JENUH (SSD)………….500 500.0

BERAT BENDA UJI KERING OVEN …………………………..………. BK 496.3

BERAT PIKNOMETER DIISI AIR ( 25O C …………………..…………. B 756.4

BERAT PIKNOMETER + BENDA UJI (SSD) + AIR ( 25O C ) …..……. BT 1068.9

𝐵𝐾
BERAT JENIS ( BULK ) 2.647
𝐵 + 0,5 − 𝐵
0.5
BERAT JENIS KERING PERMUKAAN JENUH 2.667
𝐵 + 0,5 − 𝐵
𝐵𝐾
BERAT JENIS SEMU (APPARENT) 2.700
𝐵 + 𝐵𝐾 − 𝐵
0,5 − 𝐵𝐾
PENYERAPAN × 100 % 0.746
𝐵𝐾

48
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Agregat Kasar
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AIR AGREGAT KASAR

Berat contoh = 5000 gr

BERAT BENDA UJI KERING OVEN……………………………………..……BK 5000

BERAT BENDA UJI KERING PERM. JENUH ………………………….......…. BJ 5080

BERAT BENDA UJI DIDALAM AIR ………………..…………………………. BA 3278

𝐵𝐾
BERAT JENIS ( BULK ) 2.775
𝐵𝐽 − 𝐵𝐴
𝐵𝐽
BERAT JENIS KERING PERMUKAAN JENUH 2.819
𝐵𝐽 − 𝐵𝐴
𝐵𝐾
BERAT JENIS SEMU (APPARENT) 2.904
𝐵𝐾 − 𝐵𝐴
𝐵𝐽 − 𝐵𝐾
PENYERAPAN (Absorption) × 100 % 1.600
𝐵𝐾

49
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Abrasi dengan Mesin Los Angeles Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PENGUJIAN ABRASI DENGAN MESIN LOS ANGELES

Berat contoh = 5000 gr


GRADASI PEMERIKSAAN : Grading " B " 11 Bola Baja 500 Putaran Mesin LA

UKURAN SARINGAN I

LOLOS TERTAHAN BERAT ( a )


76,2 MM (3") 63,5 MM (2,5")
63,5 MM (2,5") 50,8 MM (2")
50,8 MM (2") 37,5 MM (1,5")
37,5 MM (1,5") 25,4 MM (1")
25,4 MM (1") 19,0 MM (3/4") 2500
19,0 MM (3/4") 12,5 MM (1/2")
12,5 MM (1/2") 9,5 MM (3/8") 2500
9,5 MM (3/8") 6,3 MM (1/4")
6,3 MM (1/4") 4,75 MM (No.4)
4,75 MM (No.4) 2,36 MM (No.8)

JUMLAH BERAT (A) 5000

BERAT TERTAHAN SARINGAN


3798.6
NO. 12 SESUDAH PERCOBAAN (B)

I. A = 5000 Kg
B = 3798.6 Kg
A - B = 1201.4 Kg

A-B
I. KEAUSAN ( A ) x 100 % = 24.028 %
A

NILAI RATA RATA = 24.028 %

50
2. Hasil Pengujian Aspal
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Penetrasi Aspal Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth


Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL

Sampel I:
Pengamatan 1 : 60 mm
Pengamatan 2 : 61 mm
Pengamatan 3 : 62 mm
Pengamatan 4 : 63 mm
Pengamatan 5 : 61 mm

Rata-rata = 60 + 61 + 62 + 63 + 61
5
= 61,40 mm

Hasil Uji Rata- Spesifikasi Umum Bina


Jenis Cara Rata Marga 2010 Revisi 3
Satuan
Pemeriksaan Pemeriksaan Sampel Pen 60/70
I Min Maks
Penetrasi Apal SNI 2456:1991
61,40 60 70 mm
Nilai Penetrasi

51
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Titik Lembek aspal Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK

Waktu
Suhu Pengamatan (°C)
No (Detik)
I II I II
1 5 5 - -
2 10 10 127 127
3 15 15 192 192
4 20 20 313 313
5 25 25 378 378
6 30 30 438 438
7 35 35 506 506
8 40 40 548 548
9 45 45 616 616
10 50 50 662 662
11 53 54 716 726

Spesifikasi Umum Bina


Hasil Uji
Jenis Cara Marga 2010 Revisi 3
Satuan
Pemeriksaan Pemeriksaan Sampel Pen 60/70
I II Min Maks
Titik Lembek SNI 2434:1991 53 54
48 58 °C
Nilai Titik Lembek Rata-rata 53,5

52
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Titiik Nyala dan Titik Bakar Aspal Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR ASPAL

Suhu Titik Nyala Suhu Titik Bakar Waktu Titik Nyala Waktu Titik Bakar
No
(°C) (°C) (detik) (detik)
1 150 150 0 0
2 160 160 200 200
3 170 170 373 373
4 180 180 446 446
5 190 190 581 581
6 200 200 670 670
7 210 210 834 834
8 220 220 1011 1011
9 230 230 1142 1142
10 240 240 1321 1321
11 250 250 1445 1445
12 260 260 1627 1627
13 - 270 - 1623
14 - 275 - 1701

Hasil Uji Spesifikasi Umum Bina


Jenis Cara
Titik Titik Marga 2010 Revisi 3 Satuan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Nyala Bakar Min Maks
Titik Nyala dan
SNI 2433:2011 260 275 232 - °C
Titik Bakar

53
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Pengujian Berat Jenis Aspal Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.

DATA HASIL PERCOBAAN ANALISA


PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL

Sampel (gr)
No Pengukuran Indeks
1 2
1 Berat piknometer A 35.3 34.5
2 Berat piknometer + air B 61.6 59.9
3 Berat piknometer+benda uji C 52.3 47.6

4 Berat piknometer +Benda uji + air D 61.3 59.1

Sampel
Perhitungan Rata-rata
1 2

0.9827 0.9424 1,0

Hasil Uji Spesifikasi Umum Bina Marga 2010


Jenis Cara
Revisi 3
Pemeriksaan Pemeriksaan I II
Min Maks
Berat Jenis Aspal SNI 06-2441-1991 0,9827 0,9424
1 -
Berat Jenis Aspal Rata-rata 1,0

54
3. Menghitung Kadar Aspal Rencana dan Komposisi Campuran
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
LABORATORIUM FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS CENDERAWASIH
Jalan Kamwolker Perumnas III Waena, Kampus Baru

Nomor Contoh : Perhitungan Job Mix Formula (JMF) Dikerjakan : Yusuf Benyamin Kareth
Tanggal Penggujian : - Dihitung : Yusuf Benyamin Kareth
Lokasi : Gedung Laboratorium Fakultas Teknik Diperiksa : Dr. Petrus Bahtiar, ST., MT.
a. Perhitungan Job Mix Formula (JMF)
Pembagian Butir Agregat Halus Dan Agregat Kasar Pada Gradasi Batas
Tengah.

Nomor Tertahan Lolos


Diameter
Saringan (%) %

3/4' 19 0.38 0.00


1/2' 12.5 46.64 0.00
3/8' 9.5 75.76 98.35
No. 4 4.75 86.28 98.35
No.8 2.36 92.06 84.76
No. 16 1.18 94.56 66.63
No.30 0.6 96.00 34.21
No.50 0.3 96.94 9.50
No. 100 0.15 97.30 2.70
No. 200 0.075 97.76 1.00

Pb = 0,035 x (%CA) + 0,045 x (%FA) + 0,18 x (%FF) + K


= (0,035 x 92,06) + (0,045 x 5,70) + (0,18 x 2,24) + 0,75
= 4,6 ~ 5%
b. Perhitungan Komposisi Campuran
Data Perhitungan Agregat Gabungan Cara Analitis

No.
No. Saringan 1'' 3/4'' 3/8 " No. 4 No.8 No.50
200
Agregat Kasar 100,00 100,00 3,30 0,30 5,44 0,24 2,24
Agregat Halus - - 100,00 98,75 84,76 18,95 1,00
Filler - - - - 100,00 98,50 50,50
Batas Spek 100 90-100 77-90 35-65 20-50 9-22 4-9
Ideal spek 100 95 70 50 35 11,5 5
Spesifikai :Bina Marga 2010 Revisi 3

55
Menentukan campuran agregat kasar, agregat halus dan filler :
▪ Contoh butiran No.8, sebagian besar di peroleh dari bahan agregat halus
84,76%
▪ Dari ideal spesifikasi di peroleh 35%
▪ Campuran agregat kasar dapat di hitung dengan rumus :

𝐹−𝑆
X= 𝑥 100%
𝐹−𝐶
Dimana :
X = % Berat agregat kasar yang diperlukan dalam campuran
F = % Berat agregat halus yang melewati No.8
S = % Berat agregat halus yang diperlukan lewat No.8
C = % Berat agregat kasar yang melewati No.8
Penyelesaian :
84,76 - 35
X= x 100%
84,76 - 5,44
= 62,73 %

Jadi dari perhitungan di atas dapat di peroleh:


Agregat kasar = 62,73%
Agregat halus = 37,27%
Butiran lewat No.200 :
▪ Dari agregat kasar = 62,73 / 100 x 2,24% = 1,41%
▪ Dari agregat halus = 37,27 / 100 x 1% = 0,37%
+
Jumlah butiran lewat No.200 = 1,78%
Kekurangan butiran lewat No.200 = 5% – 1,78% = 3,22%

Jadi butiran lewat No.200 yang diperlukan dalam campuran :


= 3,22 / 50,50 x 100% = 6,4%

Jadi komposisi campuran yang di dapatkan adalah sebagai berikut:


▪ Agregat Kasar = 62,37%
▪ Agregat Halus = 37,27% - 6,4% = 30,89%
▪ Filler = 6,4%

56
Tabel Komposisi Campuran

Kadar aspal rencana


4% 4.5% 5% 5.5% 6% 6.5%
(Pb)
Total campuran (gr) 1200 1200 1200 1200 1200 1200
Berat Aspal (gr) 48 54 60 66 72 78
Berat Agregat (gr) 1152 1146 1140 1134 1128 1122
Agregat Kasar 62.73% 722.66 718.90 715.13 711.37 707.60 703.84
Agregat Halus 30.89% 355.85 353.99 352.14 350.29 348.43 346.58
Filler (semen) 6.4% (gr) 73.61 73.23 72.85 72.46 72.08 71.70

57
DOKUMENTASI

Agregat Halus Agregat Kasar

Filler (Semen) Alat Uji Saringan

Perendaman Agregat Halus Perendaman Agregat Kasar

58
Piknometer Timbangan Dalam Air

Cawan Berisi Aspal Proses Pengujian Penetrasi Aspal

Hasil Penetrasi

59
Cincin Kuningan Berisi Aspal

Proses Pengujian Titik Lembek Aspal Hasil Uji Titik Lembek


Aspal

60
Cawan Cleveland Proses Pengisian Cawan dengan Aspal

Hasil Uji Titik Nyala dan Titik Bakar

61
Penyiapan benda uji untuk pengujian tes abrasi Masukan benda uji kedalam
mesin los angeles

Keluarkan benda uji dan bola baja


Hasil pengujian tes abrasi

62
Berat Piknometer

Berat Piknometer + Aspal Hasil Pengujian Berat Jenis Aspal

63
Cetakan Benda Uji Spatula

Oven Termometer

Teremometer Alat Pemadat

64
Proses Pembuatan Benda Uji

Dongkrak Hidrolik Mengukur Tinggi benda


Uji

65
Mengukur Diameter Benda Uji Tibang Kering

Rendam Benda Uji

Timbang Berat Jenuh

66
Rendam benda Uji Dengan Suhu 60°C Uji Marshall

67

Anda mungkin juga menyukai