Anda di halaman 1dari 20

Keperawatan Medikal Bedah II

Manajemen Sirosis
Hepatis
Kerja Kelompok bersama Ibu Ns. Nuri Nazari M.Kep
Pengertian Sirosis Hepatis
Sirosis hepatis adalah penyakit yang
ditandai dengan adanya peradangan
difus dan membrane pada hati, diikuti
dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regresi sel-sel hati,
sehingga timbul kekacauan dalam
susunan parenkim hati.

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis


progresif yang dikarakteristikan oleh
penyebaran inflamasi dan fibrosis pada
hepar.

t o mi dan f is io lo g i
Ana

Hati berfungsi pada metabolisme, yaitu


menghasilkan produk sintesis yang
dilepaskan ke dalam aliran darah (ex:
glukosa dari glikogenesis, protein plasma,
faktor pembekuan dan urea), atau yang
diekskresikan ke saluran usus (empedu).

Hati terletak di sudut kanan atas perut, terdiri dari lobus kanan dan kiri. Lobus
kanan lebih besar dan lobus kiri yang lebih kecil. Permukaan atas berbentuk
cembung dan terletak di bawah diafragma; permukaan bawah tidak rata dan
memperlihatkan lekukan, fisura transversus.
Etiologi

1. Konsumsi alkohol atau minuman keras.


2. Defisisensi gizi dgn penurunan asupan protein.
3. Faktor lain yaitu pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftul terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi
skistosomia yang menular.
Klasifikasi
Klasifikasi sirosis berdasarkan morfologinya :
1. Sirosis mikronodular
2. Sirosis makronodular
3. Sirosis campuran

Klasifikasi sirosis berdasarkan fungsional :


1. Sirosis kompensasi
2. Sirosi dekompensasi
Manifestasi klinis

Keluhan pasien :
1. Pruritis
2. Urin berwarna gelap
3. Ukuran lingkar pinggang meningkat
4. Turunya selera makan dan berat badan
5. Ikterus (kuning pada kulit dan mata)

Tanda klasik :
1. Telapak tangan merah
2. Pelabaran pembuluh darah
3. Onset enselopati hepatitis dengan gagal hati
kronik lebih lambat dan lemah.
4. Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas
Patofisiologi
Hati pada awal perjalanan penyakitnya cenderung
membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak-lemak.
Hati tersebut menjadi keras dan dapat diketahui
melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi akibat
pembesaran hati yang cepat sehingga menyebabkan
regangan pada selubung fibrosa hati (kapsule
glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut
ukuran hati akan mengecil setelah jaringan parut
menyebabkan pengerutan jaringan. Apabila dapat
dipalpasi maka permukaan hati akan teraba benjol-
benjol.
Pathway
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan untuk mendiagnosis sirosis, yaitu :


1. Tes darah
2. Tes pencitraan
3. Analisis jaringan
4. Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT, dan AST
5. Peningkatan kadar amonia darah
6. PT memanjang
7. Peningkatan bilirubin serum
Penatalaksanaan
1. Mencegah dan memantau perdarahan.
2. Meningkatkan status nutrisi
3. Meningkatkan pola pernapasan efektif
4. Menjaga keseimbangan volume cairan
5. Menjaga integritas kulit
6. Mencegah Infeksi
Komplikasi

1. Perdarahan dan hemorargia


2. Ensefalopati hepatic
3. Hematemisis melena
4. Koma hepatikum
5. Gangguan endokrin
6. Sindrom hepatorenal
Pencegahan
Pencegahan
Primer
1. Tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung
alkohol secara berlebihan.
2. Hindari kontak dengan darah atau cairan tubuh
Yang berasal dari penderita Hepatitis B.

3. Menghindari penggunaan narkoba suntik dan pemakaian


suntik yang secara berganti-gantian.

4. Melakukan transfusi darah yang aman dan steril.


Pencegahan Sekunder

1. Tidak mengonsumsi obat-obatan anti inflamasi nonsteroid.


2. Pada sirosis yang mengalami edema dan asites, pasien
dianjurkan membatasi asupan garam dan air.
3. Pasien dengan siklus tidur abnormal, gangguan berpikir,
perubahan kepribadian, atau ensefalopati hepatikum
biasanya diobati dengan diet rendah protein dan laktulosa
oral antibiotik oral seperti neomisin atau metronidazol.
Pencegahan
Tersier

Pencegahan yang dapat dilakukan biasanya dapat berupa


rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Jika kerusakan hati sangat
parah dan mengancam nyawa maka satu-satunya cara adalah
dengan transplantasi hati.
Askep

Pengkajian
Pengkajian Keperawatan menurut Brunner & Suddart, 2022 yaitu
berfokus pada awitan gejala dan faktor-faktor pencetus khususnya
penyalah gunaan alcohol dalam waktu yang lama.

Yang harus dikaji antara lain :


Pola penggunaan alcohol dan masa lampau
Riwayat kontak dengan zat-zat toksit selama melakukan aktivitas
status mental
Orientasi terhadap pasien, tempat dan waktu yang harus
diperhatikan
Lanjutan

a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
c. Pemeriksaan Fisik
Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anorexia.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan
berat
badan.
d. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
e. Risiko kerusakan integritsa kulit berhubungan dengan imobilitas
sekunder
terhadap kelemahan
f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, retensi natrium, hematemesis, melena.
perencanaan

Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan


perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Implementasi keperawatan
esuai
dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya. (Brunner & Suddart. 2002).

Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Brunner
& Suddart. 2002)

Evaluasi yang diharapkan antara lain :


1. Nyeri terkontrol
2. Keseimbangan nutrisi terpenuhi
3. Toleransi terhadap aktivitas terpenuhi
4. Ventilasi, jalan napas normal
5. Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa
6. Balans cairan seimbang

Demikianlah ulasan kita


mengenai Managemen Sirosis Hepatis.
Terimakasih🙏🏻

Anda mungkin juga menyukai