Anda di halaman 1dari 8

II.

TUJUAN DAN MANFAAT KEGIATAN


A. TUJUAN UMUM
Untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan kecacingan pada anak balita serta
mensosialisasikan dan meningkatkan pemahaman dan mengajak para ibu untuk
melakukan cuci tangan pakai sabun agar menjadi kebiasaan sehari-hari.

TUJUAN KHUSUS

Para ibu balita dapat memahami pentingnya CTPS serta memahami cara
melakukan CTPS yang benar serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

MANFAAT KEGIATAN

Kegiatan ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman ibu balita


tentang PHBS termasuk CTPS yang benar dan dapat dilakukan sebagai kebiasaan
sehari
hari, agar lingkaran penularan kecacingan juga dapat dikurangi serta pada akhirnya
akan
meningkatkan derajat kesehatan balita pada khususnya dan keluarga pada umumnya

HASIL KEGIATAN

Masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat di Dusun
Muntigunung, memerlukan sebuah intervensi untuk dapat mengubah perilaku yang
tidak
sehat menjadi perilaku sehat. Hal ini akan mendukung upaya pemberantasan
kecacingan di wilayah ini juga. Upaya perubahan perilaku dapat terjadi apabila
masyarakat memiliki pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
Meningkatnya pengetahuan, akan mempengaruhi sikap dan persepsi seseorang dan
natinya akan mengarah pada terbentuknya perilaku yang baru (Notoadmodjo, 2010).
Berdasarkan hal tersebut, maka bentuk intervensi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan adalah dengan sosialisasi edukasi kesehatan terkait PHBS.
Sebuah upaya edukasi, apabila dilakukan hanya sekedar memberikan ceramah
saja tentunya hanya akan membentuk ingatan sementara saja. Edgar Dale dalam
Looper (1999) di artikelnya yang berjudul Succesfull Learning Comes from Doing,
menyebutkan bahwa upaya yang dapat dilakukan dalam edukasi agar ingatan peserta
dapat bertahan lama adalah strategi partisipasi yang dapat melibatkan semua indra
peserta. Kerucut pengalaman dari Edgar Dale menyebutkan bahwa, dalam 2 minggu
setelah edukasi, apabila edukasi tersebut dilakukan dengan membaca saja maka
hanya menyisakan 10% materi dalam ingatan peserta; 20% materi akan diingat bila
penyampaian dilakukan hanya melalui indra pendengaran; 30 % materi diingat bila
penyampaian dilakukan dengan memberikan tontonan gambar, video atau demontrasi;
50% materi tersisa dalam ingatan bila peserta terlibat dalam diskusi; 70% maateri
masih diingat bila peserta melakukan presentasi dan 90% materi dapat iingat dalam 2
minggu berikutnya bila peserta ikut mengerjakan, melakukan simulasi atau bermain
peran (Widiari & Kurniati, 2013).

METODE KEGIATAN
Persiapan
Persiapan kegiatan ini dimulai dengan melakukan koordinasi kepala desa dan ketua-
ketua
kelompok di wilayah Muntigunung Kauh. Serta meminta ijin kepada aparat yang
berwenang di daerah ini. Selain itu, dilakukan juga koordinasi dengan puskesmas dan
bidan desa setempat. Pengurusan ijin dan koordinasi dilaksanakan pada tanggal 14 Juli
2015.
Setelah mendapatkan ijin, kemudian pelaksana kegiatan mempersiapkan diri dan
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk pengumpulan specimen/feses. Termasuk
10
menghubungi Bagian Parasitologi FK, Unud untuk bekerjasama dalam pemeriksaan
telur
dan cacing dewasa dalam feses balita. Juga mempersiapkan materi sosialisasi CTPS
dilakukan agar kegiatan berjalan lancar dan menyenangkan dengan menggunakan
edutainment.
Pelaksanaan
Dengan bantuan bidan desa setempat, berhasil dikumpulkan 47 buah specimen feses
dari
bayi dan balita di desa ini dengan memberi penjelasan kepada ibu bayi dan balita
tentang
bagaimana cara mengumpulkan spesimen pada wadah yang telah disediakan.
Diperlukan
beberapa kali pengambilan sehingga diperlukan pula proses pengawetan feses
sebelum
akhirnya diperiksa di Laboratorium Parasitologi, FK Unud. Pengumpulan feses
dilakukan
pada tanggal 8 September 2016 pada saat pelaksanaan sosialisasi tentang CTPS dan
PHBS. Sosialisasi tentang CTPS ini dilaksanakan saat diadakan posyandu. Awalnya
ibu-
ibu balita ditanyakan mengenai apa yang mereka ketahui tentang PHBS dan CTPS
(pretest) secara lisan, mengingat sebagian besar ibu bayi dan balita tidak bisa
membaca
dan menulis. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi dan iakhiri dengan diskusi
serta tanya jawab. Kegiatan ini melibatkan dan bekerja sama dengan bidan desa
setempat
dan puskesmas.
Selain post-test yang dilakukan secara lisan juga, evaluasi kegiatan ini juga dilakukan
dengan menghitung jumlah ibu balita yang hadir, jumlah balita yang diperiksa feses dan
dinyatakan positif kecacingan serta jumlah yang mendapat pengobatan.
Materi sosialisasi, pemeriksaan dan pengobatan kecacingan:
Metode kegiatan yang akan dilakukan adalah dengan edu-entertainment. Materi
edukasi akan diberikan dengan bahasa yang sederhana, dikemas dengan guyonan
(permainan) sederhana terkait materi yang akan membuat peserta menikmatinya dan
tidak bosan serta praktek.
Materi yang akan diberikan adalah tentang hal-hal yang terkait dengan perilaku
hidup bersih di rumah, termasuk CTPS. Bagaimana melakukan CTPS yang benar serta
kapan saja dilakukan. Dengan hal ini diharapkan ibu balita dapat menjadi pelopor
penggerak pelaksanaan CTPS di keluarga dan masyarakat atas dasar kesadaran
sebagai
hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit termasuk
kecacingan, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan
11
lingkungan sehat termasuk mencegah infeksi dan reinfeksi kecacingan. Ada beberapa
indikator yang ditekankan sebagai ukuran untuk menilai PHBS di rumah yaitu : 1.
Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun; 2. Menggunakan
jamban yang bersih dan sehat; 3. Membuang sampah pada tempatnya (Media
Pendidikan Indonesia, 2014).
Simulasi yang akan diberikan dan diikuti oleh peserta adalah cara mencuci tangan
pakai
sabun dengan benar mengikuti langkah-langkah yang sudah diterapkan World Health
Organization (WHO), yaitu ada 7 langkah mencuci tangan (Depkes RI, 2014).
Berikut ini adalah langkah-langkah cuci tangan pakai sabun:
1. Menggosok telapak tangan secara bersamaan
2. Menggosok punggung tangan
3. Jalinkan kedua telapak tangan lalu digosok-gosokkan
4. Tautkan jari-jari antara kedua telapak tangan secara berlawanan
5. Gosok ibu jari secara memutar dilanjutkan dengan daerah antara jari
telunjuk dan ibu jari secara bergantian
6. Gosok ujung jari pada telapak tangan secara bergantian
7. Gosok kedua pergelangan tangan dengan arah memutar, bilas dengan air
dan keringkan

Cara mencuci tangan langsung dicontohkan dan dipraktekkan oleh


peserta dengan diiringi lagu
sederhana. Lagu ini berfungsi untuk memudahkan para ibu balita
mengingat setiap
langkahnya dengan mendendangkan lagu, sehingga saat
mengajarkan ke keluarganya mereka
tidak mengalami kesulitan karena faktor lupa. Praktek juga
dilaksanakan oleh anak-anak yang
hadir disana, dan para ibu memperhatikan dengan seksama. Proses
belajar yang
mengkombinasi antara pemberian edukasi dan hiburan ini diharapkan
dapat meningkatkan
pengetahuan kelompok sasaran dan memperlama daya ingat mereka
tentang topik kesehatan
yang telah diberikan.
Indikator keberhasilan dari kegiatan ini peningkatan pengetahuan dan
perilaku ibu
balita di Dusun Muntigunung Kauh tentang PHBS dan CTPS.
Penilaian pengetahuan dan
perilaku sebelum dan setelah intervensi dilakukan secara lisan pre-tes
dan post tes
mengingat sebagian besar ibu balita itu tidak menamatkan sekolah
dasar.
D. EVALUASI KEGIATAN
Evaluasi pada kegiatan terdiri atas 3 bagian:
a. Evaluasi formatif (awal) : evaluasi terhadap persiapan pelaksanaan
kegiatan, meliputi
pengurusan ijin dan kerjasama dengan puskesmas, serta persiapan
materi promosi
kesehatan (penyuluhan) dan alat serta bahan yang diperlukan. Hasil
evaluasi ini cukup
baik, pengurusan ijin dan koordinasi berjalan dengan lancar. Materi
juga dapat disiapkan
tepat waktu tanpa adanya hambatan yang berarti.
b. Evaluasi proses: evaluasi dilaksanakan pada saat kegiatan
berlangsung/diselenggarakan,
indikatornya berupa:
1. Jumlah peserta yang hadir selama kegiatan berlangsung; saat
pelaksanaan kegiatan,
jumlah peserta sebanyak 50 orang ibu bayi dan balita dari des ini.
2. Keaktifan para peserta saat tanya jawab (pre dan post test);
beberapa pertanyaan dari
peserta muncul saat dilaksanakan kegiatan berlangsung diantaranya
tentang
bagaiman cara menjaga agar anak-anak mereka terhindar dari
kecacingan serta apa
yang dilakukan jika di rumah mereka tidak terdapat sarana untuk
mencuci tangan
yang memadai seperti keran.

c. Evaluasi output, diukur dengan indikator:


1. Dengan membandingkan hasil sebelum (pre test) dan setelah (post
test) pelaksanaan
pengabdian. Karena sebagian besar para peserta tidak bisa membaca
dan menulis
(buta huruf), maka pre test dan post test dilaksanakan secar lisan
dengan
melihat/menghitung tanggapan yang diberikan sebelum dan sesudah
pelaksanaan
kegiatan.
15
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari kegiatan pengabdian yang telah dilaksanakan di Desa
Muntigunung,
Kecamatan Kubu Karangasem dapat disimpulkan bahwa:
1. Terkumpul 47 spesimen feses dari bayi dan balita untuk diperiksa,
ditemukan 1
anak (2,1%) yang positif terinfeksi cacing tambang.
2. Terkumpul Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan sosialisasi
3. Hasil pretes menunjukkan, sebagian besar peserta tidak
mengetahui tentang hal-
hal terkait kecacingan dan CTPS
4. Setelah penyuluhan, didapatkan, para peserta lebih mengerti
tentang hal-hal
terkait kecacingan dan CTPS
5. Pengobatan diberikan pada anak yang positif kecacingan dan anak
lain yang
rumahnya berdekatan dengan anak yang positif tersebut untuk
menghindari
penularan/reinfeksi
B. SARAN
Pengabdian yang dilaksanakan di pedesaan dimana sebagian besar
peserta tidak bias
membaca/menulis, memang seyogyanya dilaksanakan secara
interaktif dengan
memberikan contoh dan praktek langsung kepada peserta.
Hal ini akan lebih efektif juga jika dibarengi dengan penyuluhan
(dengan bahasa
setempat) yang lebih menggunakan gambar-gambar daripada tulisan.

KENDALA
Tingkat kesadaran yang masih rendah akan pentingnya menjaga
kebersihan tubuh.
d. Mengatur para siswa untuk tertip dalam melakukan praktek mencuci
tangan dengan benar di halaman msekolah, karena para siswanya
kurang lebih tujuh puluh tuju siswa.

Pemecahan
Pemateri menanyakan kata-kata dalam bahasa Madura yang tidak
dipahami, memberi kesempatan untuk langsung bertanya apabila ada kata- kata
atau materi yang belum dipahami.
a. Menggunakan alat peraga seperti gambar
b. Memberikan materi menggunakan sedikit bahasa Madura.
c. Memberikan leaflet kepada para siswa – siswi perserta penyuluhan
d. Memanfaatkan waktu yang ada semaksimal mungkiN

2 HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


Dari pelaksanaan Kuliah Kerja Terpadu (KKT) yang telah dilakukan
selama empat puluh lima hari yang dimulai tanggal 18 Januari sampai dengan 03
maret 2011 di Desa Darungan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, penulis
telah melakukan beberapa kegiatan. Kegiatan utama mandiri yang telah penulis
lakukan adalah penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang benar dan menjaga
kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang benar
dan kesehatan gigi dan mulut ini dilakukan karena pada umumnya siswa siswi
kurang menyadari akan pentingnya kebersihan tubuh dan lingkungan
.
3.2 Pembahasan kegiatan
3.2.1 kegitan penyuluhan menjaga kesehatan gigi dan mulut
Program ini bertujuan untuk membuka wawasan siswa siswi terhadap
cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pada pelaksanaannya, diberikan
penyuluhan berdasarkan gambar. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Indonesia yang dapat dimengerti oleh siswa-siswi. pada bagian penjelasan yang
menggunakan istilah medispun diubah menjadi bahasa yang lebih mudah
dimengerti. Ada kalanya penulis menggunkan bahasa Madura untuk
mempermudah para siswa mengerti adapun pada bagian akhir penyuluhan
dibuka sesi Tanya jawab, sehingga, bagi yang belum mengerti diharapkan bisa
bertanya.
Kemudian, pengunaan gambar bertujuan agar siswa siswi ingat dan
memahami pada apa yang telah diberitahukan. Dan gambar yang dibuat secara
singkat dan jelas, tidak bertele-tele dan langsung pada pokoknya, kemudian,
dibuat menarik sehingga siswa-siswi yang melihatnya tertarik untuk
membacanya.
Pada pembagian leaflet, dibagikan secara langsung kepada siswa-
siswi. Kemudian dibawa pulang dan diharapkan, teman atau keluarganya
3 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah pelaksanaan program penyuluhan tentang cara mencuci tangan dan
kesehatan gigi dan mulut kepada siswa-siswi SD Darungan dapat diambil
kesimpulan bahwa siswa SD mampu memberikan respon yang positif dimana
siswa bisa mengerti dan mampu serta termotivasi untuk menerapakan
pengetahuan yang mereka dapat dalam kehidupan sehari-hari.
Respon positif tidak hanya diperoleh dari siswa tetapi juga dari
Kepala SDN Darungan 0I beserta dewan guru. Mereka menyampaikan terima
kasih atas kedatangan dan kegiatan yang kami laksanakan. Para siswa, pihak
sekolah, serta orang tua siswa juga mengucapkan terima kasih atas kontribusi
positif yang diberikan oleh Mahasiswa Kuliah Kerja Terpadu Universitas Jember
selama kurang lebih 45 hari di Desa Darungani, Kecamatan Tanggul, Kabupaten
Jember.
Selain itu dari pelaksanan program penyuluhan cara mencuci tangan
dan menjaga kesehatan gigi dan mulut yang benar tersebut dapat diambil
kesimpulan perlu adanya upaya promotif yang berupa penyuluhan agar dapat
meningkatkan status kesehatan yang terus menerus dan
berkesinambungan.sehingga derajat kesehatan siswa siswi Desa Darungan bisa
meningkat.
4.2 Saran
Dari program yang telah dilakukan selama Kuliah Kerja Terpadu (KKT) di
Desa Darungan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, penulis berharap agar
apa yang telah dilakukan selama ini mendapat perhatian dari pihak terkait untuk
dapat terus memberikan suatu motivasi dan bimbingan kepada siswa siswi serta
13
meningkatkan apa yang sudah ada sehingga nantinya siswa siswi Desa Darungan
memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan pentingnya kesehatan.
Perlunya adanya bimbingan – bimbingan bidang kesehatan yang terus
menerus memberikan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan tentang
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Lembaga Pengabdian kepada Siswa siswi Universitas Jember. 2008. “Pedoman Kuliah
Kerja Mahasiswa Universitas Jember”. Jember : LPM UNEJ.
Syamsur Manda, SKM, dkk. 2006. “Pedoman Pengembangan Kabupaten /Kota
Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)”. Makassar :
Dinas Kesehatan Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan.
http://duarasa.wordpress.com/2008/11/09/peningkatan-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-
phbs/
http://www.powerpoint-search.com/images/powerpoint/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat/

Anda mungkin juga menyukai