Anda di halaman 1dari 9

Lampiran Perdir RSIA Catherine Booth Makassar

Nomor : 1132/RSIACB/DIR/PER/XII/2021

Tanggal : 2 Desember 2021

Tentang : Pedoman kamar Steril

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya
untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah
sakit. salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah
sakit.
Kamar Steril merupakan salah satu mata rantai yang panting untuk
mengendalikan infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, pusat sterilisasi sangat
bergantung pada unit penunjang lainnya yang ada dirumah sakit. apabila
terjadi hambatan pada salah satu unit tersebut maka pada akhirnya akan
mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Bila ditinjau dari volume alat dan bahan yang harus disterilkan dirumah
sakit sedemikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu
Kamar Steril tersendiri dan mandiri. Kamar Steril bertugas untuk memberikan
pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari semua
mikroorganisme termask endospora secara tepat dan cepat.
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna
menekan kejadian infeksi di Rumah Sakit
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan dalam melaksanakan sterilisasi di Rumah Sakit
b. Untuk mengadakan pengawasan dan control mutu terhadap hasil
sterilisasi.

1.3 Pengertian
1. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada prmukaan kulit dan
membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
2. Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi
dengan menggunakan uap bertekanan.
3. Bacillus stearothermophyulus adalah mikroorganisme yang dapat
membentuk spora serta resistensi terhadap panas dan digunakan untuk uji
efektifitas sterilisasi uap.
4. Bacillus subtilis adalah mikroorganisme yang dapat membentuk spora dan
digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi Etilen Oksida.
5. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi.
6. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi
uap, penemu metodenya adalah J.H.Bowie dan J. Dick.
7. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi
sampai sterilisasi.
8. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
(panas) atau kimia.
9. Goggle adalah alat proteksi mata.
10. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai
dengan adanya perubahan warna.
11. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana
pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa
inkubasi. *(1) (literature Panduan CSSD Moderert 2003)
12. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia.
13. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
14. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur
perbedaan suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin
sterilisasi.

BAB II
RUANG LINGKUP
2.1 Ruang Lingkup
Kamar Sterilisasi atau Kamar Steril memberikan pelayanan untuk melayani
dan membantu semua unit di rumah sakit yang membutuhkan barang dan alat
medik dalam kondisi steril
Batasan Operasional
Pengelolaan peralatan Kamar Steril Rumah Sakit meliputi :
1. Pembilasan : Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan
diruang perawatan
2. Pembersihan : Semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik
sebelum dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi.
3. Pengeringan : dilakukan sampai kering
4. Inspeksi dan pengemasan : Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa
kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas
maksimumnya.
5. Memberi Label : Setiap kemasan harus mempunyai label yang
menjelaskan isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan
kadaluarsa proses sterilisasi.
6. Sterilisasi : Sebaiknya diberikan kepada staf yang terlatih
7. Penyimpangan : harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi
penyimpangan yang baik
8. Distribusi : Dapatdilakukan berbagai system distribusi sesuai dengan
Rumah Sakit masing-masing

2.2 Kebijakan Pelayanan Kamar Steril


1. Pelayanan kamar steril selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan
pasien.
2. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
3. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional yang berlaku.
4. Proses dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi wajib dilakukan sesuai
prosedur.
5. Waktu untuk sterilisasi harus disesuaikan dengan jenis peralatan dan
jumlah peralatan yang akan disterilisasi, yaitu 15 menit, 30 menit dan 45
menit.
6. Semua bahan peralatan yang tidak bisa atau tidak kuat sterilisasi panas
harus dilakukan desinfeksi tingkat tinggi, contoh : mayo, selang lendir,
acepto.
7. Penggunaan alat-alat sterilisator harus sesuai dengan prosedur.
8. Pengeolaan dan penggunaan bahan berbahaya harus sesuai dengan
prosedur.
9. Semua mesin dan peralatan yang ada di kamar steril wajib dikalibrasi dan
dilakukan perawatan sesuai prosedur.
10. Pengelolaan peralatan single use yang di re-use harus disesuaikan dengan
prosedur yang ada.
11. Maksimal pemakaian peralatan single use yang di re-use adalah 5 kali.
12. Pemakaian pertama kali selang suction oleh pasien wajib langsung
dibuang dan tidak boleh di re-use.
13. Semua kemasan peralatan dan linen yang akan disterilkan harus
menggunakan indicator internal
14. Semua kemasan wajib diberi labeling
15. Pemakaian lembar bowie dick harus digunakan pada mesin sterilisasi
16. Masa kadaluarsa kemasan :
- Kemasan linen dan kertas selama 1 bulan
- Kemasan peaches berlaku 6 bulan
17. Monitoring masa kadaluarsa, inventarisasi peralatan steril dan evaluasi
pemakaian peralatan single use yang di reuse dilakukan secara berkala
stiap 1 (satu) bulan sekali
KATEGORI RESIKO METODE ANJURAN CONTOH
DEKONTAMINASI PROSES
High Risk Cuci dan St erilisasi Autoclave Instrumen bedah
Kontak dengan mukosa dan lapararoscope,
membrane/masuk kedalam Arthroscope, Kasa dan
jaringan Implant
Intermediet Risk Cuci dan didesinfeksi Uap suhu rendah Alat pernafasan dan
Kontak dengan mukosa bila perlu sterilisasi DTT anestesim gastroscope,
membrane, cairan tubuh bronchoscope, bedpan
(pispot-urinal)
Low Risk Cuci secara adekuat Pencucian secara Trolley, meja operasi,
Kontak dengan kulit normal manual dengan baskom, kursi dan
dterjen kamar mandi/wastafel
Minimal Risk Bersihkan dengan lap Bersihkan dari Lantai, dinding
Remote TV dan segala basah (sabun dan air) debu dengan lap furniture, plafond an
sesuatu yang ada disekitar kemudian keringkan pel saluran air
pasien dan tidak kontak
dengan bahan pathogen
BAB III
TATA LAKSANA
3.1 Tata Laksana Penyediaan Barang Steril, Terdiri dari
1. Perencanaan dan Penerimaan Barang
a. Linen
b. Instrumen
c. Sarung tangan dan bahan habis pakai
2. Pencucian
a. Instrumen dilakukan di Unit pelayanan
b. Linen dilakukan oleh pihak III
c. Sarung tangan tidak dicuci, satu kali pakai langsung dibuang
(disposable)
3. Pengemasan dan Pemberian Tanda
a. Linen
b. Instrumen
4. Proses Sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
5. Penyimpanan dan Distribusi
6. Pemantauan Kualitas Sterilisasi meliputi :
a. Pemantauan proses sterilisasi : indicator kimia
b. Pemantauan hasil sterilisasi : tidak dilakukan
7. Pencatatan dan Pelapoaran
a. Petugas kamar steril mendistribusikan linen / instrumen sesuai dengan
permintaan
b. Petugas sterilisasi mencatat semua instrumen/yang di distribusikan
c. Petugas menandatangani buku pengeluaran alat
3.2 Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan – urutan dalam memproses alat/bahan. Alur kerja
dibuat sedemikian rupa sehingga :
1. Pekerjaan dapat efektif dan efisien
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang sehingga daerah bersih dan
kotor hendaknya terpisah
3. Jarak yang ditempuh pekerja sependek mungkin dan tidak bolak – balik
4. Memudahkan dalam pemantauan

User

Penerimaan Alat

Tidak
Seleksi /
Pencatatn

Perendaman
Ya

Pencucian

Pengeringan

Pengemasan

Labeling

Sterilisasi

Tidak
Kontrol
Indikator
Ya

Gudang Alat

Distribusi
3.3 Sistem Sterilisasi
1. Sterilisasi Panas Kering
Digunakan untuk bahan yang bersifat termostabil, contoh : alat gelas,
sediaan farmasi. Untuk instrumen yang terbuat dari logam tidak dianjurkan
untuk disterilisasi dengan cara ini. Waktu sterilisasi yang umum 160°C
selama 60 – 150 menit dan 170°C selama 20 – 30 menit.
2. Sterilisasi Dengan Panas Uap
Jenis sterilisasi ini paling banyak digunakan di rumah sakit karena :
 Mudah pelaksanaannya
 Diterapkan hamper 80% kebutuhan (instrumen bedah, linen, dll)
 Biaya operasional rendah
 Hasil sterilisasi kering
 Waktu proses relatif pendek
 Temperatur yang diperlukan pada sterilisasi jenis ini :
- 130°C selama 2 menit
- 121°C selama 5 menit
- 116°C selama 30 menit

3.4 Tahap – Tahap Sterilisasi Alat / Bahan Medik


1. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan
benda-benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya
bagi kehidupan, sehingga aman untuk proses – prose selanjutnya. Tujuan
proses dekontaminasi ini adalah untuk melindungi pekerja yang
bersentuhan langsung dengan alat – alat kesehatan yang sudah melalui
proses dekontaminasi tersebut, dari penyakit – penyakit yang dapat
disebabkan oleh mikroorganisme pada alat – alat kesehatan tersebut.
Menangani, Mengumpulkan dan Transportasi Benda – Benda Kotor
Peralatan dan alat – alat kesehatan pakai ulang yang sudah
terkontaminasi, harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang
dekontaminasi sedemikian rupa sehingga menghindari kontaminasi
terhadap pasien pekerja, dan fasilitas lainnya.
Oleh karena itu ditetapkan sehingga :
 Peralatan pakai ulang diisahkan dari limbah/buangan di tempat
pemakaian oleh pekerja yang mengetahui potensi terjadinya infeksi
dari benda – bdenda tersebut.
 Benda – benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam
container yang baik
 Kain – kain pakai ulang dititipkan ditempatkan kotor dan
dikembalikan ke laundry.
 Peralatan yang terkontaminasi langsung dibungkus dan dibawa ke
ruang dekontaminasi.
 Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastic
tertutup dan tahan bocor, kantong tertutup, atau kontaioner untuk
menghindari tumpahan atau penguapan dan dibawa segera
mungkin setelah digunakan ke ruang dekontaminasi dengan kereta
tertutup. Setiap container diberi label untuk memudahkan proses,
peralatan ini harus dijaga kelembabannya supaya kotoran tidak
mongering yang mana akan suka dibersihkan.

Anda mungkin juga menyukai