Anda di halaman 1dari 11

Karakteritik sifat alir bubuk teh hijau yang diproses

dengan metode penepung berbeda


Characterization of flow properties of green tea powder processed by different
milling methods
M Iqbal Prawira-Atmaja, Sugeng Harianto, Hilman Maulana, Shabri,
Dadan Rohdiana

Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung


Desa Mekarsari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung 40972

Email: iqbalprawira06@gmail.com

Diajukan: 15 Maret 2019; direvisi: 15 Maret 2019; diterima: 6 Mei 2019

Abstrak dihasilkan dengan metode SM. Penentuan sifat


alir bubuk teh hijau diharapkan bisa diaplikasi
Dewasa ini minat masyarakat terhadap untuk pemanfaatan dan pengembangan produk
bubuk teh hijau (green tea powder) semakin pangan dan produk farmasi berbasis bubuk teh
meningkat. Bubuk teh hijau diproduksi melalui hijau.
tahapan pelayuan menggunakan uap panas,
pengeringan dan pengecilan ukuran. Proses Kata kunci: bubuk teh hijau, sifat alir, distribusi
pengecilan ukuran pada produksi bubuk teh ukuran partikel, metode penepung
hijau merupakan tahapan penting yang
mempengaruhi karakteristik sifat alir bubuk.
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat Abstract
alir bubuk teh hijau yang dihasilkan dari mesin Recently, the public interest in green tea
penepung berbeda. Dua tipe mesin penepung powder is increasing. Green tea powder is
yaitu tipe disc milling (DM) dan tipe stone produced through the process stage: withering
milling (SM) digunakan untuk menghasilkan in hot steam, drying, and reducing size. The size
bubuk teh hijau. Bubuk teh hijau dianalisis reduction process on green tea powder is an
meliputi kadar air, distribusi ukuran partikel important step because it will affect the
menggunakan metode dynamic laser scattering, characteristics of the powder flow properties.
pengukuran densitas kamba (ρb), dan densitas This study aims to determine the flow properties
mampat (ρtap) untuk mengetahui nilai Indeks of green tea powder processed by different
Carr (CI) serta Rasio Hausner (Hr). Selain itu milling method. The milling method used are
kecerahan warna serta bentuk dan morfologi disc milling (DM) and stone milling (SM).
bubuk teh hijau juga diamati menggunakan Green tea powder was analyzed including
SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa moisture content, particle size distribution
bubuk teh hijau yang dihasilkan dari dua using dynamic laser scattering method,
metode berbeda memiliki Indeks Carr sebesar determined of bulk density (ρb), and tapped
15 dengan sifat alir produk “Good”. Metode density (ρtap) to find out the Carr Index (CI)
DM dihasilkan bubuk teh hijau yang lebih gelap and Hausner Ratio (Hr). In addition, the
dengan nilai L (lightness) 49,91 dan ukuran lightness of color and shape and morphology of
partikel yang lebih besar (D50:38,6 µm) jika green tea powder were observed with SEM. The
dibandingkan dengan bubuk teh hijau yang results showed that green tea powder produced

85
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 21 (2), 2018: 85 - 95

from different milling methods have a Carr oxygen species) jika dibandingkan dengan
Index of 15 with “Good” flow properties. DM teh hijau biasa (Fujioka et al., 2016).
method produced darker green tea powder with
L value (lightness) 49.91 and larger particle Teh hijau bubuk menurut SNI 01-
size (D50: 38.6 µm) compared with green tea 4453-1998 didefinisikan sebagai bubuk
powder produced by the SM method. kering yang dihasilkan dari pengolahan
Determination of flow properties of green tea pucuk dan daun muda tanaman Camelia
powder can be applied for the utilization and
development of food products and sinensis tanpa melalui proses fermentasi.
pharmaceutical products based on green tea Bubuk teh hijau di negara Jepang lebih
powder. banyak dikenal sebagai matcha yang
Keywords: green tea powder, flow property, dikonsumsi pada kegiatan ritual tradisional.
particle size distribution, milling Matcha diproduksi dari daun teh yang telah
methods dinaungi selama waktu tertentu sehingga
tidak kontak dengan sinar matahari secara
langsung kemudian dilayukan dengan uap
panas, pengeringan, dan proses pengecilan
PENDAHULUAN
ukuran untuk menghasilkan bubuk teh hijau
Dewasa ini minat masyarakat (Hirai et al., 2008; Tontul et al., 2013;
terhadap bubuk teh hijau (Green tea Topuz et al., 2014).
powder) semakin meningkat. Hal tersebut Proses pengecilan ukuran pada
terlihat dari banyaknya keragaman jenis produksi bubuk teh hijau merupakan
produk pangan yang difortifikasi ataupun tahapan penting. Berbagai macam jenis
diperkaya dengan tepung teh hijau. Bubuk teknologi pengecilan ukuran untuk
teh hijau telah dimanfaatkan pada produk menghasilkan bubuk teh hijau telah
pangan seperti kue bolu (Sponge cake) (Lu dilaporkan pada penelitian sebelumnya.
et al., 2010), biskuit (Phongnarisorn et al., Metode yang digunakan meliputi: jet
2018), roti (Ning et al., 2017) dan produk milling dan ball milling (Haraguchi et al.,
es krim (Baruah et al., 2012). Penambahan 2003); spray drying (Pandey dan
bubuk teh hijau pada produk pangan Manimehalai, 2014); mikroenkapsulasi
mampu meningkatkan aktifitas antioksidan (Zokti et al., 2016); dan penggunaan bahan
dan signifikan mengurangi produksi keramik (ceramic milling) (Fujioka et al.,
peroksida selama penyimpanan produk 2016). Metode yang berbeda pada
(Ning et al., 2017). Selain itu, penambahan pengecilan ukuran tepung teh hijau akan
teh hijau juga menghambat pembentukan dihasilkan karakteristik fisik dan kimia dari
acrylamida pada ayam goreng (Demirok bubuk tepung teh hijau yang berbeda
dan Kolsarici, 2014). Dari segi kesehatan, (Topuz et al., 2014; Xiao et al., 2017).
penambahan bubuk teh hijau pada produk Salah satu Sifat penting dari produk
roti memiliki indeks glisemik rendah (Goh bubuk adalah kemudahan mengalir
et al., 2015) sehingga tidak menunjukkan (flowability). Sifat alir bubuk didefinisikan
perubahan yang signifikan terhadap gula sebagai kemampuan produk bubuk
darah postprandial (Phongnarisorn et al. mengalir pada berbagai kondisi (Schuck et
2018). Bubuk teh hijau juga memiliki al., 2012). Menurut Fitzpatrick, (2013)
aktivitas penghambatan ROS (reactive kemampuan mengalir bubuk yang

86
Karakteritik sifat alir bubuk teh hijau yang diproses....(M Iqbal Prawira-Atmaja et al.)

dipengaruhi oleh kontak antar partikel BAHAN DAN METODE


dengan permukan. Prescott dan Barnum,
(2000) mendefinisikan sifat alir bubuk Bahan
sebagai kemampuan produk bubuk Pucuk dan 3 daun muda (P+3) daun
mengalir pada perlakuan yang dikehendaki teh (Camellia sinensis var. Assamica) klon
pada alat yang spesifik. Kemampuan GMB 9, dipetik secara manual dengan
mengalir produk merupakan kombinasi dari tangan di Kebun Penelitian Gambung,
sifat fisik bahan yang mempengaruhi aliran PPTK. Daun teh yang telah dipetik
bahan, kondisi lingkungan, dan peralatan kemudian diolah di mini-processing
yang digunakan untuk menangani, pengolahan teh hijau yang berada di
menyimpan, dan proses produksi. Laboratorium Pengolahan & Pengujian
Mengetahui sifat alir produk bubuk bisa Mutu Teh PPTK. Tahap pengolahannya
bermanfaat untuk, proses produksi, meliputi, pelayuan dengan uap panas (2,5
penangganan produk, blending, dan menit; 100°C), proses pencacahan
penyimpanan (Barbosa-Canovas et al., menggunakan mesin CTC (CNS, Srilanka),
2005). Sifat alir bubuk merupakan syarat dan pengeringan tipe rak (CNC, Srilanka)
utama untuk industri farmasi khususnya pada suhu 85°C hingga diperoleh produk
dalam pembuatan obat berbentuk tablet teh hijau kering dengan kadar air 2-5%.
(Clayton, 2015; Shah et al., 2008). Produk keringan ini selanjutnya digunakan
Flowabilitas produk dipengaruhi oleh kadar sebagai bahan baku untuk pembuatan
air produk, kelembapan dan suhu, ukuran bubuk teh hijau.
partikel, dan kandungan senyawa kimia
Persiapan Bubuk Teh Hijau
(lemak, karbohidrat, protein) (Ganesan et
Pembuatan bubuk teh hijau dilakukan
al., 2008).
dengan 2 mesin penepung berbeda. Tipe
Hingga kini masih sedikit penelitian pertama adalah disc mill single screw (tipe
yang melaporkan sifat alir bubuk teh hijau. JY 09A-4, 1440 RPM, Cina) berbahan
Berdasarkan informasi di atas maka dasar logam stainless steel (DM). Teh
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kering dimasukkan melalui wadah corong
sifat alir bubuk teh hijau yang dihasilkan dan akan kontak dengan screw hingga
dari metode pengecilan ukuran yang dihasilkan bubuk teh hijau dan diulang
berbeda. Metode pengecilan ukuran yang sekali sehingga dihasilkan bubuk teh hijau
digunakan adalah menggunakan alat disc yang halus. Tipe kedua adalah stone mill
milling (DM) dan stone milling (SM). Sifat (SM) berbahan dasar batu granit yang
alir bubuk teh hijau ditentukan berdasarkan terdiri atas dua lapis yang saling
Indeks Carr (CI) dan Rasio Hausner (Hr). berhimpitan dengan diameter 90 cm, Tebal
Morfologi dan distribusi ukuran partikel 45 cm. Batu granit pada lapisan atas akan
bubuk teh hijau juga turut diamati untuk berputar searah jarum jam dengan
mengetahui pengaruhnya terhadap sifat alir kecepatan 13 RPM pada batu batu granit di
bubuk teh hijau. lapisan bawah yang dalam kondisi tetap.

87
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 21 (2), 2018: 85 - 95

Sampel teh hijau dimasukkan melalui Hue (H°), diperoleh dari:


corong pada bagian atas batu granit yang jika a*>0 & b*>0, H°= (arctan(b/a))degrees
berputar. Produk bubuk teh hijau akan jika a*<0, H°= 180°+(arctan(b/a))degrees
keluar melalui celah-celah kecil diantara jika a*>0 dan b*<0, H° = 360° +
dua lapisan batu. (arctan(b/a)) degrees
Bubuk teh hijau yang diperoleh dari
mesin penepung yang berbeda selanjutnya Analisis densitas bubuk teh hijau
langsung disimpan pada kemasan plastik Analisis densitas bubuk teh hijau
gelap dengan lapisan alumunium foil untuk dilakukan dengan mengacu pada Metode
meminimalisir paparan cahaya secara Sakurai et al. (2017) yaitu mengukur
langsung dan disimpan pada wadah tertutup densitas kamba (bulk density) dan densitas
dengan relative humidity <60% untuk mampat (Tapped Density). Sepuluh gram
dianalisis lebih lanjut. sampel bubuk teh hijau dimasukkan ke
dalam gelas ukur 50 ml dan catat volume
Analisis sifat fisik bubuk teh hijau awal bubuk teh hijau. Pengukuran densitas
Kadar air kamba bubuk teh hijau dari rerata
Kadar air bubuk teh hijau dianalisis pengulangan sebanyak 10 kali. Densitas
mengacu pada metode ISO 1572 dengan kamba dihitung berdasarkan:
metode gravimetri. Lima gram sampel
bubuk teh hijau diletakkan ke cawan petri
yang teh diketahui bobotnya. Masukkan Keterangan : ρb = densitas kamba (kg.m-3),
sampel bubuk beserta cawan petri ke dalam Wt = adalah berat sampel bubuk teh hijau
oven 103±1°C hingga diperoleh berat (gr); Vb = Volume bubuk teh hijau yang
konstan. Kadar air dihitung berdasarkan: terbaca di dalam gelas ukur (ml).
Pengukuran densitas mampat (Tapped
Density) bubuk teh hijau dilakukan dengan
Keterangan: % KA = persen kadar air; Wo cara sebanyak 10 gram sampel bubuk teh
= berat awal sampel bubuk teh hijau (gr); hijau dimasukkan ke dalam gelas ukur 50
Wt = berat sampel konstan bubuk teh hijau. ml. Gelas ukur kemudian diketuk-ketukkan
(dimampatkan sampai volumenya tetap)
Analisis kecerahan warna bubuk teh
sebanyak 10 kali. Pengukuran densitas
hijau
mampat bubuk teh hijau diulang sebanyak
Warna bubuk teh hijau dianalisis
10 kali untuk memperoleh rerata dan
menggunakan metode Hunter LAB
dihitung berdasarkan:
Cromameter (CR 4000, Conica Minolta).
Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan
warna, Nilai a* menunjukkan tingkat
Keterangan : ρtap = densitas mampat (kg.m-
kemerahan, sedangkan nilai b*
3), Wt = adalah berat sampel bubuk teh
menunjukkan tingkat kekuningan. Nilai
hijau (gr); Vt = Volume bubuk teh hijau
Chroma (saturation) dihitung berdasarkan
yang terbaca di dalam gelas ukur 50 setelah
C=(a^2+b^2 )^(1/2) sedangkan Arah warna,
dimampatkan (ml).

88
Karakteritik sifat alir bubuk teh hijau yang diproses....(M Iqbal Prawira-Atmaja et al.)

Pengukuran Indeks Carr (CI) dan Rasio HASIL DAN PEMBAHASAN


Hausner (Hr) bubuk teh hijau
Penentuan Indeks Carr (CI) dan Rasio Kecerahan bubuk teh hijau
Hausner (Hr) bertujuan untuk mengetahui Warna hijau pada bubuk teh hijau
skala flowabilitas bubuk teh hijau. Indeks merupakan salah satu karakteristik visual
Carr dan Rasio Hausner dihitung yang mudah diamati. Menurut
berdasarkan nilai dari densitas kamba (ρb) (Topuz et al., 2014) kecerahan warna
dan densitas mampat (ρtap) (Hou, 2015). dipengaruhi oleh perlakuan agronomi
Persamaan untuk menghitung Indeks Carr (pemberian naungan) dan jenis klon yang
adalah: digunakan. Hasil pengujian kecerahan
warna mengunakan color reader
menunjukkan bahwa metode penepung
Sedangkan persamaan rasio Hasuner menggunakan SM menghasilkan warna
adalah: yang lebih cerah dengan nilai L* 60,75 jika
dibandingkan dengan metode DM dengan
CI adalah indeks Carr; Hr: Rasio Hausner; nilai L* 49,91. Nilai hue dari bubuk teh
ρb: densitas kamba; dan ρtap: densitas hijau dengan 2 metode berbeda dihasilkan
mampat. nilai diatas 90 sedangkan nilai Chroma (C)
metode DM dan SM secara berurutan
Distribusi ukuran partikel dan morfologi adalah 13,53 dan 15,12. Berdasarkan nilai
bubuk teh hijau hue (sudut rona) dan nilai chroma, maka
Analisis distribusi ukuran partikel warna bubuk teh hijau yang dihasilkan dari
bubuk teh hijau menggunakan metode penepung berbeda cenderung
DelsaTMNano (Beckman Coulter) dengan berwarna kuning dengan kecendrungan
metode dynamic laser scattering dimana air cerah. Karakteristik kecerahan bubuk teh
deionisasi digunakan sebagai media hijau tersaji pada Tabel 1.
dispersi untuk pengukuran ukuran distribusi
partikel. Morfologi bentuk dari bubuk teh TABEL 1
hijau diamati menggunakan Scanning Karakteristik kecerahan bubuk teh hijau
Electron Microscopy (SEM; FEI type dengan metode penepung berbeda
Inspect S50) dengan perbesaran 2000x. Tipe Parameter warna
penepung L* Hue Chroma
Analisis data (H°) (C)
DM 49,91±0,22a 93,34a 13,53a
Data yang diperoleh selanjutnya SM 60,75±0,60b 96,96b 15,12b
dilakukan analisis statistik menggunakan Data±standar deviasi dari tiga ulangan. Angka yang diikuti
huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak
metode t-test dengan nilai p <0,05 yang berbeda nyata pada uji t-test P=0,05. SM= Stone milling;
dianggap menunjukkan perbedaan yang DM=Disc milling. Nilai L*: indikator kecerahan dengan
kisaran 0-100 (gelap-putih);C: chroma, intensitas warna;
signifikan. Seluruh data dianalisis dan Hue adalah sudut rona/arah warna
menggunakan perangkat lunak XLSTAT
2014 (Addinsoft, New York, USA) sebagai Berdasarkan skala warna Munsell,
Add-ins di Microsoft© excel 2016. nilai hue (H°) merupakan derajat parameter

89
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 21 (2), 2018: 85 - 95

warna (sudut rona) berdasarkan pada dengan metode DM. Penelitian oleh
lingkaran warna. Nilai hue 0 menunjukkan Fujioka et al. (2016) dimana penggunaan
warna merah sedangkan nilai 90 warna mesin penepung tipe ceramic milling dan
menandakan bahwa warna produk adalah ball milling dihasilkan ukuran partikel
kuning. Nilai hue 180 hingga 270 bubuk teh hijau yang berbeda.
menunjukkan bahwa warna produk adalah Hasil penelitian Hu et al. (2012)
hijau hingga biru. Sementara itu, nilai bubuk teh hijau yang halus memiliki ukuran
Chroma (C) menunjukkan intensitas warna partikel (D50) berkisar 6,3-32,5 µm dengan
atau dominasi nilai hue pada warna. Nilai densitas kamba 263-615 kg.m-3. Penelitian
chroma yang meningkat maka akan ada Topuz et al. (2014) melaporakan ukuran
kecendrungan warna menjadi lebih cerah partikel (D50) tepung teh hijau berkisar
(Anonim, 2007). 9,36-11,88 µm dengan densitas 584-609
kg.m-3. Ukuran partikel dan densitas
Sifat alir bubuk teh hijau merupakan dasar dalam mengontrol kualitas
Tabel 2 menunjukkan bahwa metode produk bubuk di industri pangan. Ukuran
penepung akan mempengaruhi kadar air, partikel digunakan untuk mengklasifikasi,
ukuran partikel dan densitas bubuk teh mengkategori, dan mengkarakterisasi
hijau. Kadar air bubuk teh hijau metode produk bubuk (Barbosa - Canovas et al.,
DM adalah 1,27% dan metode SM 2,60%. 2005). Parameter densitas berhubungan
Secara keseluruhan kadar air bubuk teh dengan perencanaan tempat penyimpanan,
hijau yang dihasilkan sangat rendah. ukuran kemasan, kemudahan penyimpanan,
Berdasarkan SNI 01-4453-1998 syarat dan transportasi (Lumay et al., 2012).
mutu bubuk teh hijau harus memiliki kadar
air maksimal 8%. Sedangkan untuk TABEL 2
densitas, Metode penepung SM memiliki Kadar air dan densitas bubuk teh hijau
densitas kamba 432,07 kg.m-3 lebih besar dengan metode penepung berbeda
jika dibandingkan dengan bubuk teh hijau Densitas (ρ) (kg.m-3) Ukuran
Tipe Kadar
yang dihasilkan dengan metode DM yaitu Densitas Densitas partikel
pene- air
Kamba (ρb) Mampat (D50)
373,48 kg.m-3. pung (%)
(ρtap) (µm)
Ukuran partikel (D50) bubuk teh hijau DM 1,27a 373,48±0,02a 439,38±0,02a 38,6a
SM 2,60b 432,07±0,01b 514,50±0,03b 1,4b
dengan metode SM lebih kecil jika Data±standar deviasi dari tiga ulangan. Angka yang diikuti
dibandingkan dengan metode DM yaitu huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
secara berurutan ukuran partikelnya adalah tidak berbeda nyata pada uji t-test P=0,05. SM= Stone
milling; DM=Disc milling
1,4 µm dan 38,6 µm. D50 merupakan rerata
diameter ukuran partikel bubuk yang setara Hasil pengukuran densitas kamba dan
mewakili volume diameter pada 50% dari densitas mampat (Tabel 2.) selanjutnya
volume kumulatif. Metode penepung SM digunakan untuk menentukan sifat alir
memiliki ukuran partikel bubuk yang lebih bubuk teh hijau. Sifat alir bubuk teh
kecil dan halus dikarenakan mesin tersebut ditetapkan berdasarkan persamaan 4 untuk
berputar dengan kecepatan RPM rendah indeks Carr (CI) dan persamaan 5 untuk
serta kontak sampel dengan permukaan rasio Hausner (Hr). Karakteristik sifat alir
batu yang lebih lama jika dibandingkan produk bubuk bisa dilihat pada Tabel 3.

90
Karakteritik sifat alir bubuk teh hijau yang diproses....(M Iqbal Prawira-Atmaja et al.)

Distribusi ukuran partikel dan morfologi frekuensi terbanyak (10,6%) pada ukuran
bubuk teh hijau partikel berukuran 1,38 µm dan 1,41 µm.
Karkateristik lain yang
mempengaruhi sifat alir bubuk teh hijau TABEL 3
adalah distribusi ukuran partikel dan bentuk Skala karakteristik sifat alir bubuk
morfologi bubuknya. Gambar 1. berdasarkan Indeks Carr dan Rasio Hausner
Indeks Rasio Karakteristik
menunjukkan frekuensi (%) dan kumulatif Carr (CI) Hausner (Hr) sifat alir
(%) dari ukuran partikel bubuk teh hijau ≤10 1,00-1,11 Excelent
dengan metode penepung yang berbeda. 11-15 1,12-1,18 Good
16-20 1,19-1,25 Fair
Bubuk teh hijau yang dihasilkan dengan 21-25 1,26-1,34 Possible
metode SM terlihat membentuk seperti 26-31 1,35-1,45 Poor
32-37 1,46-1,59 Very poor
kurva dengan ukuran partikel berkisar dari ≥ 38 >1,60 Very, very poor
1,1 µm-1,7 µm (Gambar 1., A1) dengan Sumber: Lumay et al. (2012).

GAMBAR 1
Volume ditribusi ukuran partikel bubuk teh hijau yang dianalisis dengan metode dynamic laser
scattering berdasarkan: (1) %frekuensi dan (2) %kumulatif. A1 & A2 metode SM (stone milling); dan
B1 & B2 metode DM (disc milling).
*Penentuan sifat alir bubuk berdasarkan Lumay et al.
(2012)
TABEL 4
Rasio Hausner, Indeks Carr dan sifat alir bubuk Jika dibandingkan dengan bubuk teh
teh hijau dengan metode penepung berbeda hijau dengan metode DM penyebaran
Metode Rasio Indeks Sifat alir
penepung Hausner Carr bubuk*
ukuran partikelnya tidak menyebar merata.
(Hr) (CI) Ukuran partikel bubuk teh hijau dengan
DM 1,18 15,00 Good metode DM diperoleh kisaran ukuran
SM 1,19 15,85 Fair/Good
partikel dari 0,54 µm hingga 46,50 µm.

91
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 21 (2), 2018: 85 - 95

Ukuran partikel terkecil (0,54 µm-0,8 µm) berpengaruh terhadap kecerahan warna
dari bubuk teh hijau metode DM bubuk teh hijau yang dihasilkannya. Hasil
frekuensinya tidak sampai hingga 0,3%. ini sejalan sebagaimana pada Tabel 1.
Bubuk teh hijau dengan frekuensi tertinggi dimana metode SM memiliki penampakan
pada ukuran partikel 39,76 µm sebesar bubuk dengan warna lebih cerah jika
30,2%. Menurut (Hu et al., 2012) distribusi dibandingkan dengan bubuk teh hijau yang
ukuran partikel bubuk teh hijau akan dihasilkan dengan metode DM.

GAMBAR 2
Morfologi bubuk teh hijau dengan penepung berbeda menggunakan Scanning electron
Microscopy (SEM) pada perbesaran 2000x. A) bubuk teh hijau dengan metode DM, dan B)
bubuk teh hijau dengan metode SM. DM: Disc miling; SM: Stone milling.

Gambar 2. menunjukkan Morfologi dengan permukaan yang lebih halus. Hasil


dan bentuk bubuk teh hijau yang diamati pengamatan menggunakan SEM ini sesuai
menggunakan Scanning electron dan konsisten dengan analisis ukuran
Microscopy (SEM) pada pembesaran partikel bubuk teh hijau (Tabel 2.) dan
2000x. Pengecilan ukuran dengan metode distribusi ukuran partikel (Gambar 1.).
DM (Gambar 2A) diperoleh ukuran partikel
yang tidak seragam dimana diperoleh
bubuk teh hijau yang berukuran besar dan
juga diperoleh bubuk teh hijau dengan KESIMPULAN
ukuran yang lebih kecil. Selain itu
Karakteristik sifat alir bubuk teh hijau
morfologi dan permukaan bubuk teh hijau
berdasarkan Indeks Carr (CI) dari 2 metode
hasil metode DM cenderung lebih kasar dan adalah “Good”. Metode penepung berbeda
berpori. Metode SM (Gambar 2B) secara secara signifikan berpengaruh terhadap
signifikan mampu memperkecil ukuran ukuran partikel, kecerahan warna, dan
bubuk teh hijau dan diperoleh permukaan morfologi bubuk teh hijau yang
pada bubuk teh hijau yang lebih halus dan dihasilkannya. Penentuan sifat alir bubuk
seragam. diperoleh bubuk yang lebih kecil teh hijau diharapkan bisa diaplikasi untuk

92
Karakteritik sifat alir bubuk teh hijau yang diproses....(M Iqbal Prawira-Atmaja et al.)

pemanfaatan dan pengembangan produk Powders Processes and properties


pangan dan produk farmasi berbasis bubuk (pp. 285–308). Woodhead Publishing.
teh hijau. Doi: 10.1533/9780857098672.2.285
Fujioka, K., Iwamoto, T., Shima, H.,
Tomaru, K., Saito, H., Ohtsuka, M.,
Yoshidome, A., Kawamura, Y., &
DAFTAR PUSTAKA Manome, Y. (2016). The powdering
process with a set of ceramic mills for
Anonim. (2007). A guide to understanding
green tea promoted catechin
color comunication, X-Rite.
extraction and the ROS inhibition
http://bit.ly/2VoZQqE. [tanggal
effect. Molecules, 21(4). Doi:
akses, 12 April 2019].
10.3390/molecules21040474
Barbosa-Canovas, G. V., Ortega-Rivas, E.,
Ganesan, V., Rosentrater, K. A., &
Juliano, P., & Yan, H. (2005). Food
Muthukumarappan, K. (2008).
Powders: Physical Properties,
Flowability and handling
Processing, and Functionality. Food
characteristics of bulk solids and
Engineering Series. New York City,
powders - a review with implications
NY, (USA): Kluwer
for DDGS. Biosystems Engineering,
Academic/Plenum Publishers. Doi:
101(4), 425–435. Doi:
10.1007/s13398-014-0173-7.2
10.1016/j.biosystemseng.2008.09.008
Baruah, S., Bordolor, A. K., Gogor, M. K.,
Goh, R., Gao, J., Ananingsih, V. K.,
Gogoin, R. C., dan Hazarika, M.
Ranawana, V., Henry, C. J., & Zhou,
(2012). Study of antioxidant property
W. (2015). Green tea catechins
in different types of tea and its
reduced the glycaemic potential of
utilization in the development of
bread: An in vitro digestibility study.
some popular items like tea ice
Food Chemistry, 180, 203–210. Doi:
cream. Two and Bud, 59(2), 102–105.
10.1016/j.foodchem.2015.02.054
Clayton, J. (2015). Reviewing Current
Hao, T. (2015). Understanding empirical
Practice in Powder Testing. Organic
powder flowability criteria scaled by
Process Research and Development,
Hausner ratio or Carr index with the
19(1), 102–109. Doi:
analogous viscosity concept. RSC
10.1021/op500019m
Advances, 5, 57212–57215. Doi:
Demirok, E., & Kolsarici, N. (2014). Effect 10.1039/C5RA07197F
of green tea extract and microwave
Haraguchi, Y., Imada, Y., & Sawamura, S.
pre-cooking on the formation of
(2003). Production and
acrylamide in fried chicken
characterization of fine Matcha for
drumsticks and chicken wings. Food
processed food. Journal of the
Research International, 63, 290–298.
Japanese Society for Food Science
Doi: 10.1016/j.foodres.2014.04.003
and Technology-Nippon Shokuhin
Fitzpatrick, J. (2013). 12 - Powder Kagaku Kogaku Kaishi, 50(10), 468–
properties in food production 473.
systems. In Handbook of Food

93
Jurnal Penelitian Teh dan Kina 21 (2), 2018: 85 - 95

Hirai, M., Yoshikoshi, H., Kitano, M., Phongnarisorn, B., Orfila, C., Holmes, M.,
Wakimizu, K., Sakaida, T., Yoshioka, & Marshall, L. (2018). Enrichment of
T., Nitabaru, J., Nakazono, K., Biscuits with Matcha Green Tea
Hayashi, M., & Maki, T. (2008). Powder: Its Impact on Consumer
Production of value-added crop Acceptability and Acute Metabolic
ofgreen tea in summer under the Response. Foods, 7(2), 17. Doi:
shade screen net: Canopy 10.3390/foods7020017
microenvironments. Acta Prescott, J. K., & Barnum, R. A. (2000). On
Horticulturae, 797, 411–418. Doi: powder flowability. Pharmaceutical
10.17660/ActaHortic.2008.797.59 Technology, (24 (10), 60-84+236.
Hu, J., Chen, Y., & Ni, D. (2012). Effect of Retrieved from
superfine grinding on quality and https://www.powderbulk.com/enews/
antioxidant property of fine green tea 2014/whitepaper/jenike042014.pdf
powders. LWT - Food Science and Sakurai, Y., Mise, R., Kimura, S., Noguchi,
Technology, 45(1), 8–12. Doi: S., Iwao, Y., & Itai, S. (2017). Novel
10.1016/j.lwt.2011.08.002 method for improving the water
Lu, T. M., Lee, C. C., Mau, J. L., & Lin, S. dispersibility and flowability of fine
D. (2010). Quality and antioxidant green tea powder using a fluidized
property of green tea sponge cake. bed granulator. Journal of Food
Food Chemistry, 119(3), 1090–1095. Engineering, 206, 118–124. Doi:
Doi: 10.1016/j.foodchem.2009.08.015 10.1016/j.jfoodeng.2017.03.010
Lumay, G., Boschini, F., Traina, K., Schuck, P., Anne, D., & Jeantet, R. (2012).
Bontempi, S., Remy, J. C., Cloots, R., Analytical Methods for Food and
& Vandewalle, N. (2012). Measuring Dairy Powder. A john Wiley & Sons,
the flowing properties of powders and Ltd., Publication. West Sussex, UK.
grains. Powder Technology, 224, 19– Doi:
27. Doi: 10.1017/CBO9781107415324.004
10.1016/j.powtec.2012.02.015 Shah, R. B., Tawakkul, M. A., & Khan, M.
Ning, J., Hou, G. G., Sun, J., Wan, X., & A. (2008). Comparative Evaluation of
Dubat, A. (2017). Effect of green tea Flow for Pharmaceutical Powders and
powder on the quality attributes and Granules. AAPS PharmSciTech, 9(1),
antioxidant activity of whole-wheat 250–258. Doi: 10.1208/s12249-008-
flour pan bread. LWT - Food Science 9046-8
and Technology, 79, 342–348. Doi: Tontul, I., Torun, M., Dincer, C., Sahin-
10.1016/j.lwt.2017.01.052 Nadeem, H., Topuz, A., Turna, T., &
Pandey, R. K., & Manimehalai, N. (2014). Ozdemir, F. (2013). Comparative
Production of Instant Tea Powder by study on volatile compounds in
Spray Drying. International Journal of Turkish green tea powder: Impact of
Agriculture and Food Scince tea clone, shading level and shooting
Technology, 5(3), 197–202. period. Food Research International,

94
Karakteritik sifat alir bubuk teh hijau yang diproses....(M Iqbal Prawira-Atmaja et al.)

53(2), 744–750. Doi:


10.1016/j.foodres.2012.12.026
Topuz, A., Dinçer, C., Torun, M., Tontul,
I., Şahin-Nadeem, H., Haznedar, A.,
& Özdemir, F. (2014).
Physicochemical properties of
Turkish green tea powder: Effects of
shooting period, shading, and clone.
Turkish Journal of Agriculture and
Forestry, 38(2), 233–241. Doi:
10.3906/tar-1307-17
Xiao, W., Zhang, Y., Fan, C., & Han, L.
(2017). A method for producing
superfine black tea powder with
enhanced infusion and dispersion
property. Food Chemistry, 214, 242–
247. Doi:
10.1016/j.foodchem.2016.07.096
Zokti, J., Sham Baharin, B., Mohammed,
A., & Abas, F. (2016). Green Tea
Leaves Extract: Microencapsulation,
Physicochemical and Storage
Stability Study. Molecules, 21(8),
940. Doi:
10.3390/molecules21080940

95

Anda mungkin juga menyukai