Email: naomifelicia94@gmail.com
ABSTRACT
The objective of this study is to observe the influence of leaves maturity and processing
methods to produce herb tea powder from avocado leaves with the best antioxidant activity and
sensory characteristics. The treatments consisted of leaves maturity including young and old leaves,
and processing methods including A method (steaming and drying) and B method (withering and pan
firing). This study was designed using randomized block factorial and all data were analyzed
statistically using ANOVA. The result of this study showed that old avocado leaves with A method
had the best antioxidant activity and characteristics with moisture content 8,08%, total phenolic 21,48
mg GAE/g dry weight, total flavonoid 61,83 mg QE/g dry weight, antioxidant activity 84,89%, and
sensory characteristics color was liked, flavor was slightly typical powdered tea and slightly liked,
taste was slightly bitter and slightly liked, and overall acceptance was liked.
85
steroid/triterpenoid (Maryati et al., 2007). diketahui (Pambayun et al., 2007), begitu juga
Ekstrak daun alpukat mengandung senyawa dengan daun alpukat. Proses pengolahan juga
flavonoid dan alkaloid yang dapat menentukan kualitas teh. Metode pengolahan
menghambat penyebaran virus herpeks yang berbeda dapat mempengaruhi
simpleks (HSV) (Miranda et al., 1997). Selain karakteristik fisik dari teh dan air seduhannya,
itu, Mardiyaningsih dan Ismiyati (2014) serta kandungan antioksidan dari teh tersebut.
menyatakan bahwa ekstrak daun alpukat dapat Selama proses pengolahan juga diharapkan
menghambat pertumbuhan sel kanker leher terjadi inaktivasi enzim polifenol oksidase
rahim HeLa. dalam daun secara sempurna karena enzim
Menurut Preedy (2013), terdapat tersebut akan mempercepat proses oksidasi
beberapa macam bentuk teh antara lain simpul senyawa antioksidan pada daun (Yulianto et al.,
(twist), bulat (round), pipih (flat), jarum 2006). Ada dua jenis metode pengolahan teh
(needle), serpihan (flaky), dan bubuk (ground hijau yang umum digunakan yaitu metode
powder). Teh dalam bentuk bubuk sangat pengukusan (steaming) dan penyangraian (pan
efisien dari segi pembuatan dan firing), tetapi pengaruh dari kedua metode ini
pengaplikasiannya. Meminum teh dalam terhadap aktivitas antioksidan dan karakteristik
bentuk bubuk (daun teh utuh yang dihaluskan) sensoris teh yang dihasilkan belum diketahui.
atau mencampurkannya sebagai bahan baku Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
pembuatan makanan dapat membantu kita mengetahui pengaruh ketuaan daun dan
mencerna senyawa-senyawa dalam teh yang metode pengolahan terhadap aktivitas
tidak larut dalam air seperti berbagai vitamin antioksidan dan karakteristik sensoris teh
larut lemak, serat makanan yang tidak larut air, herbal bubuk daun alpukat.
klorofil, protein, dan lain-lain. Teh hijau
biasanya diminum hanya dalam bentuk ekstrak METODE PENELITIAN
sehingga seluruh senyawa yang tidak larut air
terbuang (Preddy, 2013). Alat dan Bahan
Kualitas teh dipengaruhi oleh ketuaan Alat yang digunakan dalam penelitian
daun dan metode pengolahannya. Ketuaan ini adalah gelas beaker, labu takar, cawan oven,
daun berpengaruh pada kandungan dan jenis gelas ukur, tabung reaksi, rak tabung, pipet
polifenolnya. Pada daun teh (Camellia mikro, pipet ukur, desikator, pinset, vortex,
sinensis), kadar polifenol daun muda lebih spektrofotometer (Genesys 10S UV-Vis),
tinggi daripada kadar polifenol daun tua sonikator (Elma S450 H), rotary evaporator
(Izzreen dan Fadzelly, 2013), sedangkan (IKA® RV 10 basic), waterbath (J.P. Selecta,
menurut Mu’nisa et al (2011), daun sukun tua s.a.), oven (Labo DO 225), timbangan analitik
memiliki kadar polifenol lebih tinggi (Shimadzu ATY224), color reader
dibandingkan daun muda. Signifikansi tingkat (AccuProbe HH06), kompor, wajan,
perbedaannya sampai sekarang belum spatula/sutil, ayakan 120 mesh, dandang,
86
stopwatch, termometer, dan blender (Phillip). Variabel yang diamati yaitu kadar air
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode oven (AOAC, 2005), total
adalah daun alpukat jenis merah bundar baik fenol dengan metode Folin-Ciocalteu (Agbor
daun muda dengan kriteria berwarna hijau et al., 2014), total flavonoid dengan metode
muda, bertekstur liat, diambil 3 lembar di aluminium klorida (Patel et al., 2010), aktivitas
bawah pucuk, dan daun tua dengan kriteria antioksidan dengan metode DPPH (2,2-
berwarna hijau tua, permukaan daun halus dan diphenyl-1-picrylhidrazyl) (Khan et al., 2012),
kasap, di ambil dibawah daun muda ± 1 meter warna dengan kolorimeter (Topuz et al., 2014),
dari pucuk) yang diperoleh dari daerah serta karakteristik sensoris dengan metode
Blahbatuh, Gianyar, akuades, etanol (MERCK), skoring (aroma dan rasa) dan hedonik (warna,
DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhidrazyl) (Sigma- aroma, rasa, dan penerimaan keseluruhan)
Aldrich), NaNO2 (MERCK), AlCl3 (MERCK), (Kaneko et al., 2006).
NaOH (MERCK), standar kuersetin (Sigma-
Aldrich), Folin-Ciocalteu (MERCK), Na2CO3 Pelaksanaan Penelitian
(MERCK), standar asam galat (Sigma-Aldrich), Sampel daun alpukat dipisahkan antara
kertas Whatman No. 1, dan aluminium foil. daun yang muda dan yang tua, disortasi, dicuci,
dan disiapkan untuk diolah menjadi teh. Proses
Rancangan Penelitian
pembuatan teh dengan metode A dilakukan
Penelitian dilakukan dengan
sesuai dengan yang dikerjakan oleh Topuz et
menggunakan Rancangan Acak Kelompok
al. (2014). Sebanyak 100 gram daun alpukat
(RAK) pola Faktorial dengan dua faktor yang
dipisahkan batang dan tulang daunnya, lalu
terdiri dari dua taraf, yaitu ketuaan daun (A1 =
dikukus dengan suhu 100°C selama 90 detik.
Daun Muda, A2 = Daun Tua), dan metode
Daun didinginkan selama 5 menit, lalu
pengolahan teh (M1 = Metode A, M2 = Metode
dikeringkan dalam oven dengan suhu 95°C
B). Percobaan diulang sebanyak empat kali
selama 30 menit, kemudian daun diblender
ulangan, sehingga diperoleh 16 unit percobaan.
hingga menjadi bubuk. Teh bubuk diayak
Faktor tersebut dikombinasikan menjadi:
dengan ayakan 120 mesh.
(A1M1), (A1M2), (A2M1), dan (A2M2). Data
Metode B dilakukan sesuai dengan yang
yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik
dikerjakan oleh Setyamidjaja (2000), sebanyak
ragam ANOVA dan apabila terdapat pengaruh
100 gram daun alpukat dilayukan selama 24
perlakuan terhadap parameter objektif dan
jam dengan cara diangin-anginkan pada ruang
subjektif yang diamati, maka akan diuji lanjut
terbuka. Setelah layu, dilakukan pemisahan
dengan uji Duncan’s Multiple Range Test
batang dan tulang daun. Daun kemudian
(DMRT) dengan tingkat signifikansi p <0,05.
diletakkan di atas wajan dan disangrai selama
30 menit dengan suhu 110oC sambil terus
Variabel yang Diamati
dibolik-balik daunnya agar terkena panas
secara merata, kemudian daun digiling hingga
87
menjadi bubuk. Teh bubuk diayak dengan (p>0,05) terhadap kadar air teh herbal bubuk
ayakan 120 mesh. daun alpukat. Nilai kadar air dipengaruhi oleh
perlakuan metode pengolahan (p<0,05),
HASIL DAN PEMBAHASAN sedangkan ketuaan daun berpengaruh tidak
nyata (p>0,05). Nilai rata-rata kadar air (%) teh
Kadar Air
herbal bubuk daun alpukat pada perlakuan
Hasil analisis ragam menunjukkan
ketuaan daun dan metode pengolahan dapat
bahwa interaksi antara ketuaan daun dan
dilihat pada Tabel 1.
metode pengolahan berpengaruh tidak nyata
Tabel 1. Nilai rata-rata kadar air (%) teh herbal bubuk daun alpukat pada perlakuan ketuaan daun dan
metode pengolahan.
Metode Pengolahan Rata-rata
Ketuaan Daun
A B
Daun Muda 9,22 6,75 7,99 a
Daun Tua 8,08 7,20 7,64 a
Rata-rata 8,65 a 6,98 b
Keterangan : huruf berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Kadar air lebih rendah diperoleh dari suhu udara pengering, makin besar energi
perlakuan metode B yaitu sebesar 6,98% panas yang dibawa udara sehingga makin
dibandingkan dengan metode A sebesar 8,65%. banyak jumlah massa cairan yang diuapkan
Hal tersebut disebabkan karena proses dari permukaan bahan yang dikeringkan.
penyangraian dilakukan dengan menggunakan Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari
o
suhu yang lebih tinggi yaitu 110 C selama 30 permukaannya juga akan semakin besar
menit, sedangkan pada metode A, daun alpukat dengan meningkatnya suhu udara pengering
dikeringkan dengan suhu yang lebih rendah yang digunakan (Bradley, 2010).
o
yaitu 95 C dalam waktu yang sama yaitu 30
menit. Menurut Nugroho et al. (2009), selama Total Fenol
proses penyangraian terjadi perpindahan panas Analisis sidik ragam menunjukkan
secara langsung dari wajan (media interaksi antara ketuaan daun dan metode
penyangraian) ke bahan dan juga perpindahan pengolahan berpengaruh tidak nyata (p>0,05),
massa air dari bahan ke udara. Rendahnya namun masing-masing perlakuan menunjukkan
kadar air pada perlakuan metode B juga perbedaan yang sangat signifikan terhadap
disebabkan oleh adanya perlakuan kadar total fenol. Nilai rata-rata total fenol (mg
pendahuluan yaitu proses pelayuan. Pelayuan GAE/g bk bahan) teh herbal bubuk daun
berfungsi untuk menurunkan kadar air 55% - alpukat pada perlakuan ketuaan daun dan
70%. Menurunnya kadar air dalam bahan metode pengolahan dapat dilihat pada Tabel 2.
akibat dari proses penguapan. Makin tinggi
88
Tabel 2. Nilai rata-rata total fenol (mg GAE/g bk bahan) teh herbal bubuk daun alpukat pada
perlakuan ketuaan daun dan metode pengolahan.
Metode Pengolahan
Ketuaan Daun
A B Rata-rata
Daun Muda 13,25 9,58 11,42 b
Tabel 3. Nilai rata-rata total flavonoid (mg QE/g bk bahan) teh herbal bubuk daun alpukat pada
perlakuan ketuaan daun dan metode pengolahan.
Metode Pengolahan
Ketuaan Daun
A B Rata-rata
Daun Muda 41,83 29,25 35,54 b
Tabel 4. Nilai rata-rata aktivitas antioksidan (%) teh herbal bubuk daun alpukat pada perlakuan
ketuaan daun dan metode pengolahan.
Metode Pengolahan Rata-rata
Ketuaan Daun
A B
Daun Muda 83,98 81,98 82,98 a
Daun Tua 84,89 81,52 83,21 a
Rata-rata 84,44 a 81,75 b
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
Teh yang diolah dengan metode A merupakan salah satu faktor yang paling
memiliki aktivitas antioksidan lebih tinggi penting yang mempengaruhi aktivitas
yaitu sebesar 84,44%, dibandingkan dengan antioksidan. Umumnya, pemanasan
metode B yaitu sebesar 81,75%. Suhu menyebabkan percepatan reaksi inisiasi dan
penurunan aktivitas antioksidan (Pokorný, Ketuaan daun berpengaruh sangat nyata
1986). Menurut Winarno (2002), proses terhadap kadar total fenol dan flavonoid,
pengeringan dengan suhu yang lebih tinggi namun tidak berpengaruh nyata terhadap
seperti penyangraian mengakibatkan rusaknya aktivitas antioksidan dari teh herbal bubuk
zat aktif yang terkandung dalam suatu bahan daun alpukat. Hal ini mungkin disebabkan
pangan. Selain itu rendahnya aktivitas adanya senyawa lain pada daun alpukat muda
antioksidan pada perlakuan penyangraian juga selain senyawa fenol dan flavonoid seperti
disebabkan oleh adanya proses pendahuluan alkaloid dan saponin yang juga dapat berperan
yaitu pelayuan. Semakin lama waktu pelayuan sebagai antioksidan, tetapi kadarnya menurun
menunjukkan aktivitas antioksidan yang seiring peningkatan usia daun. Alkaloid dan
semakin menurun, diduga hal tersebut terjadi saponin merupakan senyawa antioksidan,
akibat adanya sumber senyawa antioksidan bahkan alkaloid memiliki aktivitas antioksidan
yang hilang selama proses pelayuan, dan yang lebih kuat dibandingkan dengan senyawa
adanya perubahan kimia yang dialami oleh bioaktif lain (Benhammou et al., 2013).
sumber antioksidan (Kusumaningrum, 2013). Menurut penelitian Achakzai et al. (2009)
Selama proses pelayuan juga terjadi oksidasi terhadap daun dari beberapa jenis tanaman,
polifenol oleh oksigen dari udara dengan daun muda memiliki kandungan alkaloid dan
bantuan enzim oksidase (Nasution dan saponin yang tinggi serta cenderung berkurang
Wachyuddin, 1975). seiring bertambahnya usia daun, sedangkan
Tingginya aktivitas antioksidan teh kandungan senyawa fenolik dan flavonoid
herbal bubuk daun alpukat juga dipengaruhi pada daun tua lebih tinggi dibandingkan
kadar total fenol dan flavonoid. Aktivitas dengan daun muda.
antioksidan meningkat seiring dengan
meningkatnya kadar total fenol dan flavonoid Warna dan Karakteristik Sensoris
yang merupakan senyawa bioaktif yang Nilai rata-rata warna dan karakteristik
berperan sebagai antioksidan (Yondra et al., sensoris air seduhan teh herbal bubuk daun
2014). Menurut Owolabi et al. (2010), alpukat dapat dilihat pada Tabel 5.
senyawa flavonoid yang terdapat pada daun Warna
alpukat adalah isorhamnetin, luteolin, rutin, Analisis ragam menunjukkan bahwa
kuersetin, dan apigenin. Kuersetin yang perlakuan ketuaan daun dan metode
merupakan senyawa flavonol dalam daun pengolahan berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
alpukat memiliki kemampuan menangkap terhadap warna air seduhan teh herbal bubuk
radikal bebas dan aktivitas antioksidan yang daun alpukat. Nilai rata-rata uji warna objektif
sangat tinggi (Es-Safi et al., 2007). Kapasitas dan hedonik dapat dilihat pada Tabel 5.
menangkap radikal bebas DPPH sebagian Perlakuan terbaik terhadap warna yang disukai
besar terkait dengan gugus hidroksil dari oleh panelis adalah daun muda dengan metode
senyawa fenolik (Nakiboglu et al., 2007). A dengan nilai 6,28 (suka) (L, a, b = 4,76; -
47,38; 34,81), yang tidak berbeda nyata lebih rendah sehingga warna sampel semakin
dengan daun tua dengan metode A dengan hijau. Tingkat kesukaan lebih rendah terdapat
nilai 6,32 (suka) (L, a, b = 4,31; -44,00; 33,72). pada perlakuan daun muda atau tua dengan
Daun muda dengan metode A memiliki metode B dengan nilai masing-masing 3,48
kecerahan yang paling tinggi. Metode A (agak tidak suka) dan 2,88 (agak tidak suka).
menghasilkan air seduhan yang berwarna lebih Menurut Yulianto et al. (2006), keuntungan
hijau yang ditunjukkan oleh nilai a yang dari proses pengukusan ialah dihasilkannya
semakin negatif. Daun muda dengan metode A warna teh yang lebih kehijauan dan warna air
memiliki nilai a dan b yang lebih tinggi seduhan yang lebih terang (hijau kekuningan).
sehingga memiliki warna yang lebih kuning Proses penyangraian dapat mengakibatkan
(hijau kekuningan), sedangkan daun tua degradasi klorofil menjadi feofitin sehingga
dengan metode A memiliki nilai a dan b yang menghasilkan teh yang berwarna lebih gelap.
Tabel 5. Nilai rata-rata warna dan karakteristik sensoris air seduhan teh herbal bubuk daun alpukat.
Nilai Rata-Rata Warna dan Penilaian Perlakuan
Sensoris
Daun Muda, Daun Muda, Daun Tua, Daun Tua,
Metode A Metode B Metode A Metode B
L 4,76 a 4,51 b 4,31 c 4,17 c
a -47,38 a -37,43 c -44,00 b -37,00 c
Warna b 34,81 a 34,29 b 33,72 c 33,32 d
Hedonik***) 6,28 a 3,48 b 6,32 a 2,88 b
Aroma Skor *) 2,68 b 3,72 a 3,44 a 3,60 a
Hedonik***) 4,64 a 5,64 a 5,08 a 5,44 a
Rasa Skor **) 3,80 a 3,76 a 3,84 a 3,64 a
***)
Hedonik 4,44 a 4,52 a 4,76 a 4,12 a
Penerimaan Keseluruhan***) 5,56 a 4,24 b 5,72 a 4,00 b
Keterangan: Huruf yang berbeda di belakang nilai rata-rata pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).
*
) 1 = sangat tidak khas teh bubuk, 2 = tidak khas teh bubuk, 3 = agak khas teh bubuk, 4 = khas teh
bubuk, 5 = sangat khas teh bubuk.
**
) 1 = sangat tidak pahit, 2 = tidak pahit, 3 = agak pahit, 4 = pahit, 5 = sangat pahit.
***
) 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = netral, 5 = agak suka, 6 = suka, 7 =
sangat suka.