1
KERANGKA ACUAN KERJA
1
Kabupaten Sumedang dalam rangka melaksanakan
pekerjaan Rekonstruksi Ruas Jalan Wilayah V di
Kabupaten Sumedang.
Tujuan
Tersedianya perencanaan rekonstruksi jalan terinci yang
berwawasan lingkungan, berkeselamatan, sesuai dengan
standar dan prosedur yang berlaku guna tercapainya mutu
pekerjaan perencanaan, dan meningkatkan pelayanan
jalan.
4
f) Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga Nomor
16.1/SE/Db/2020 tentang Spesifikasi Umum Bina Marga
2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan
(Revisi 2) tanggal 27 Oktober 2020.
g) Pt T-03-2002-B tentang Tata cara identifikasi awal di
daerah longsoran.
h) Pd T-09-2005-B tentang Rekayasa penanganan
keruntuhan lereng pada tanah residual dan batuan.
i) Pd. T-02-2006-B tentang Perencanaan Sistem Drainase
Jalan.
j) SNI 8460 : 2017 tentang Persyaratan perancangan
geoteknik.
k) SNI 8457:2017 Rancangan Tebal Jalan Beton Untuk
Lalu Lintas Rendah
5
B. SURVEI DAN INVESTIGASI
Survey lapangan dan investigasi harus dilaksanakan untuk
mendapatkan data di lapangan sampai dengan tingkat
ketelitian tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor,
seperti kondisi lapangan aktual yang ada dan sasaran
penanganan yang hendak dicapai. Konsultan Perencana
dengan persetujuan Pengguna Jasa harus menghindarkan
suatu kondisi bahwa informasi terlalu berlebihan atau
terlalu minimal. Jenis-jenis survey atau investigasi yang
harus dilaksanakan tersebut bergantung kepada jenis
pekerjaan penanganan yang akan dikerjakan oleh
Kontraktor Pelaksana Konstruksi kelak. Sebagai acuan
dasar, apabila tidak ditentukan lain oleh Pengguna Jasa
pada saat review hasil Survey Pendahuluan, jenis-jenis
survey dan investigasi yang harus dilaksanakan oleh
Konsultan Perencana adalah sebagaimana di bawah ini.
I. Survei Pendahuluan dan Detail Kondisi
1) Tujuan
Sasaran Survey Pendahuluan dan Detail Kondisi adalah :
(a) Pengumpulan informasi menyangkut ruas jalan dan
jembatan serta bangunan struktur yang ada, termasuk
data sekunder dari berbagai sumber yang relevan,
untuk maksud menetapkan survey detail berikutnya
yang diperlukan.
(b) Pencatatan kondisi perkerasan secara umum dan
prakiraan penyebab kerusakan yang telah dan
mungkin akan terjadi Perkiraan secara umum tentang
penanganan yang diperlukan, baik pada perkerasan
maupun pada pekerjaan-pekerjaan lainnya di luar
perkerasan, seperti bahu jalan, lajur pedestrian,
drainase, perbaikan lereng timbunan dan galian,
perbaikan geometri jalan, jembatan dan bangunan-
bangunan struktur lainnya, dan peningkatan
6
keselamatan jalan
(c) Identifikasi lebar ruang milik jalan, dan perkiraan
kebutuhan pembebasan lahan.
(d) Penyiapan koordinasi dengan institusi-institusi yang
berkaitan seperti Unit Pelaksana Teknis Dinas PUPR,
Kepala Desa, Perangkat Desa, Badan
Permusyawaratan Desa, Forum Delegasi Masyarakat,
atau Lembaga Pemerintahan Lainnya.
(e) Identifikasi lokasi-lokasi yang memerlukan penanganan
khusus untuk peningkatan keselamatan jalan.
2) Lingkup Pekerjaan
Sebelum Survey Pendahuluan dilaksanakan, terlebih
dahulu Tim Survey harus menyiapkan dan mempelajari
data pendukung, yang meliputi tetapi tidak terbatas pada
antara lain :
(a) As built drawing di lokasi yang bersangkutan dari
pekerjaan penanganan sebelumnya (jika ada);
(b) Peta-peta dasar yang relevan;
Tahapan dalam survei detail kondisi
(a) Menginventarisasi komponen-komponen melintang
jalan secara umum yang meliputi titik koordinat awal
dan akhir ruas jalan, panjang jalan, lebar perkerasan,
lebar bahu jalan. serta kondisi medan secara
stationing/urutan jarak dengan mengelompokkan
kondisi: medan datar, rolling, perbukitan, pegunungan/
bukit curam dalam bentuk tabelaris;
(b) Mengumpulkan data koordinat dan ketinggian
permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan
jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk
perencanaan geometrik jalan dengan ketentuan :
Penggambaran poligon harus dibuat dengan
skala 1:1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk
7
jembatan.
Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
Interval garis kontur maksimal 10 meter.
Sistem koordinat proyeksi yang digunakan
adalah sebagai Sistem koordinat proyeksi
Universal Transverse Mercator (UTM)
Koordinat grid terluar (dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (X) dan ordinat (Y)-
nya.
Pada setiap lembar gambar dan atau setiap 1
meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.
Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai
X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
(c) Mengidentifikasi nilai kondisi perkerasan jalan. Kondisi
perkerasan jalan dilakukan secara visual. Untuk nilai
kekasaran jalan IRI (International Roughness Index);
(d) Menentukan titik koordinat awal proyek (Sta. 0+000)
dan akhir proyek yang tepat untuk mendapatkan
overlaping yang baik dan memenuhi syarat geometrik
pada penentuan titik awal dan titik akhir pekerjaan,
diwajibkan mengambil data sejauh 200 m sebelum titik
awal dan 200 m setelah titik akhir pekerjaan seperti
disajikan dalam Gambar berikut:
8
penanganan yang diperlukan. (lihat format survei
inventarisasi jalan);
(f) Mengidentifikasi data histori penanganan jalan, tata
guna lahan dan utilitas yang diperkirakan terkena
dampak pekerjaan;
(g) Mengidentifikasi kebutuhan pekerjaan seperti lokasi:
galian/timbunan, sumber material, gorong- gorong dan
jembatan (oprit jembatan), persimpangan yang bisa
terlihat dengan dibuatnya sketsa-sketsa serta tabelaris
di lapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara
stationing dari awal sampai dengan akhir proyek;
(h) Jika terdapat masalah-masalah geoteknik, bahaya,
resiko-resiko, yang mempengaruhi keamanan/
kestabilan proyek seperti tanda - tanda/gejala – gejala
erosi maka dilengkapi dengan sketsa lokasi, foto –
foto, serta lakukan pengambilan data karakteristik
tanah, pengujian DCP, Test Pit, atau pengujian lainnya
serta membuat rekomendasi untuk mengantisipasi
lokasi yang mengalami masalah;
(i) Semua kegiatan ini harus disertai dokumentasi baik
berupa catatan-catatan khusus/ formulir survei, sketsa,
foto dan video serta dikonfirmasikan kepada anggota
tim yang saling terkait dengan pekerjaan ini.
3) Keluaran
Laporan lokasi survey dan cakupan yang diperlukan dalam
perencanaan teknis. Diagram Strip Longitudinal, mulai
dari titik awal ruas sampai dengan titik akhir ruas, yang
memuat gambaran :
a) Komponen melintang jalan secara umum meliputi titik
koordinat awal dan akhir ruas jalan, panjang jalan,
lebar perkerasan, lebar bahu jalan serta kondisi
medan.
b) Kondisi perkerasan, termasuk jenis-jenis kerusakan
yang terjadi
9
c) Lokasi dan kondisi dari struktur jembatan
d) Lokasi dan kondisi dari bangunan pelengkap lainnya
e) Lokasi yang membutuhkan perbaikan/peningkatan
f) Informasi dalam bentuk tabel atau daftar, yang lebih
memerinci hal-hal tersebut dalam diagram strip
longitudinal tersebut dalam butir berikut :
(1) Gambar-gambar atau peta-peta yang menunjukkan:
Sketsa alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal
Batas ruang milik jalan
Lokasi deposit material jalan yang diperkirakan
dapat dimanfaatkan, seperti quarry pasir, batu, atau
bahan timbunan
Kondisi alam tertentu yang dapat atau akan
mempengaruhi konstruksi jalan, seperti misalnya
sungai, danau, laut, lembah, jurang, bukit, gunung,
dan sebagainya yang disampaikan dalam peta
ikhtisar dengan kontur.
Lokasi bangunan-bangunan tertentu sepanjang
ruas jalan yang diperkirakan dapat atau akan
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan konstruksi
maupun pelayanan lalu lintas jalan
(2) Foto-foto lapangan, sesuai dengan keperluan.
10
dasar diperkirakan berupa tanah lunak (Soft Soil) atau
berpotensi mempengaruhi konstrusi.
a) Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji (Test
Pit)
Pada setiap test pit dilakukan pengamatan/deskripsi
struktur dan jenis tanah, dan diambil sampelnya serta
dilakukan pengujian laboratorium antara lain compaction
dan CBR laboratorium. Pengambilan contoh tanah dari
sumuran uji 25-40 kg untuk setiap contoh tanah. Setiap
contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor
sumur uji, lokasi, kedalaman). Penggalian sumuran uji
dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda
atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama, dengan
kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji yang digali dan
contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus
terlihat jelas identitas nomor sumur uji, dan lokasi. Ukuran
test pit panjang 1,5 m (Utara- Selatan) lebar 1,0 m, Log
sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang, dengan diskripsi
yang lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan batuan.
Jenis pengujian laboratorium yang diperlukan dalam
rangka penyelidikan tanah terinci, antara lain :
(a) Indeks properties tanah
(b) CBR rendaman Laboratorium
b) Pengambilan contoh tanah tak terganggu
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan
dengan cara bor tangan menggunakan tabung contoh
tanah (“split tube” untuk tanah keras atau “piston tube”
untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi
identitas yang jelas (nomor bor tangan, lokasi,
kedalaman). Pemboran tangan dilakukan pada setiap
lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan
penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter
dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali
(untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman
11
galian lebih dari 6 meter; dengan interval sekurang -
kurangnya 100 meter dan/atau setiap perubahan jenis
tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter.
Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil
harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor
bor tangan, dan lokasi. Semua contoh tanah harus
diamankan baik selama penyimpanan di lapangan maupun
dalam pengangkutan ke laboratorium.
c) Pemboran Mesin
Pengeboran adalah suatu proses pembuatan lubang
vertikal/miring/horisontal pada tanah/batuan dengan atau
tanpa menggunakan alat/mesin untuk keperluan deskripsi
tanah/batuan, biasanya dapat dilakukan bersama-sama
dengan Pengujian lapangan dan pengambilan contoh
tanah/batuan. Pemboran dilakukan dengan acuan SNI 03-
2436-1991 sedangkan cara mendeskripsikan contoh tanah
mengacu pada SNI 03-4148-1996. Metode pemboran
kering diterapkan dalam pekerjaan ini untuk mendapat
deskripsi tanah yang tepat. Pemboran antara pekerjaan ini
menggunakan Single Tube Core Barrels berdiameter 76
mm dan panjang 100 cm, dan Double Tube Core Barrels
dengan diameter core dalam. Thin Walled digunakan
dalam pengambilan contoh tanah tak terganggu. Dalam
pekerjaan ini juga dilakukan standard Penetration Test
(SPT) yang mengacu pada SNI 03-4153-1996.
(1) Pendalaman dilakukan dengan menggunakan
sistem putar (rotary drilling) dengan diameter mata
bor minimum 75 mm.
(2) Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan
kecepatan maksimum 1 putaran per detik.
(3) Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm
per detik
(4) Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah
deposit yang lunak dilakukan dengan menggunakan
12
bentonite (drilling mud) atau casing dengan
diameter minimum 100 mm
(5) Apabila drilling mud digunakan, harus menjamin
bahwa tidak terjadi tekanan yang berlebih pada
tanah
(6) Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah
mencapai 2 m atau lebih. Posisi dasar casing
minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan
sampel berikutnya.
Jenis pengujian laboratorium yang diperlukan dalam
rangka penyelidikan tanah terinci, antara lain :
(1) Indeks properties tanah
(2) Uji Triaxial UU, CU, CD (Disesuaikan dengan
kebutuhan analisis)
(3) Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compression
Test)
(4) Uji geser langsung
(5) Uji konsolidasi
d) Pemboran Tangan
Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM
D 4719
e) Pengujian Kompaksi Batu Gamping
Suatu studi untuk menilai kelayakan batu gamping sebagai
bahan timbunan dilakukan dengan memperhatikan:
(1) Perilaku pemadatan laboratorium.
(2) Persyaratan material untuk timbunan termasuk yang
berkaitan dengan kekuatan dan konsistensi
material.
(3) Sifat kimia yang berkaitan dengan pengaruh
lingkungan dan air terhadap durabilitas kinerja
timbunan.
f) Sondir (Pneutrometer Static)
Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan
tanah keras, menentukan lapisan-lapisan tanah
13
berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat tanah
setiap kedalaman yang diselidiki, alat ini hanya dapat
digunakan pada tanah berbutir halus, tidak boleh
digunakan pada daerah aluvium yang mengandung
komponen berangkal dan kerakal serta batu gamping yang
berongga, karena hasilnya akan memberikan indikasi
lapisan tanah keras yang salah.
Ada dua macam alat sondir yang digunakan :
(1) Sondir ringan dengan kapasitas 2,5 ton
(2) Sondir berat dengan kapasitas 10 ton
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa
sedalam 20 cm, pekerjaan sondir dihentikan apabila
pembacaan pada manometer berturut-turut menunjukan
harga >150 kg/cm2 , alat sondir terangkat keatas, apabila
pembacaan manometer belum menunjukan angka yang
maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang
diletakan pada baja kanal jangkar.
g) Survei DCP
Untuk mendapatkan nilai CBR lapisan tanah dasar yang
dilakukan pada jalan yang belum beraspal, seperti jalan
tanah, jalan kerikil atau jalan aspal yang telah rusak
sehingga tampak lapisan pondasinya. Pemeriksaan nilai
struktural jalan, yang dilakukan dengan alat Dynamic Cone
Penetrometer (DCP). Survei dilaksanakan mengacu
kepada SNI 03–1743–1989.
Prosedur Pelaksanaan Survei adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada
permukaan lapisan tanah dasar.
(1) Dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan
yang ada, seperti : sirtu, lapisan telford, lapisan
pasir dan sebagainya.
(2) Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm.
dari permukaan lapisan tanah dasar, kecuali bila
dijumpai lapisan tanah yang sangat keras.
14
(3) Selama pemeriksaan dicatat kondisi-kondisi khusus
yang perlu diperhatikan seperti : timbunan, kondisi
drainase dan sebagainya.
(4) Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini dicatat
dalam Formulir pengambilan data DCP.
15
2) Lingkup Pekerjaan
Hal hal yang menjadi lingkup pekerjaan adalah :
(a) Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada
peta, serta menarik beberapa Alternatif rencana As
Jalan/AIinyemen Horizontal dengan dilakukan
pengecekan Alinyemen Vertikal sesuai dengan kondisi
medan yang memenuhi Standar Perencanaan
Geometrik Jalan dan dibahas.
(b) Melakukan perencanaan alinyemen horizontal dan
vertikal berdasarkan alternatif yang dipakai dengan
tetap mengacu pada standar geometrik jalan antar
kota maupun perkotaan.
(c) Menentukan jenis perkerasan.
(d) Melakukan perencanaan dan perhitungan tebal
perkerasan baik perkerasan kaku maupun fleksibel
dengan mengacu pada pedoman perencanaan tebal
perkerasan lentur dan tebal perkerasan kaku.
(e) Melakukan perencanaan dan perhitungan drainase
atau bangunan perlengkapan jalan lainnya.
(f) Melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan yang
disusun menurut mata pembayaran didalam
Spesifikasi Umum yang dipakai.
(g) Menyampaikan laporan Analisa Harga Satuan
Pekerjaan untuk semua mata pembayaran yang
mengacu pada Analisa Harga Satuan terbaru yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
(h) Menentukan metode pekerjaan dan jadwal
pelaksanaan.
(i) Menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya
pekerjaan konstruksi.
3) Persyaratan
Proses perencanaan harus mengacu pada standar,
pedoman yang berlaku seperti standar atau pedoman
yang tertulis pada acuan normatif atau referensi lain yang
16
tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja. Pihak Konsultan
Perencana dalam proses perencanaan wajib membuat
perhitungan.
4) Penggambaran
Penggambaran yang dihasilkan berdasarkan kriteria:
Ukuran kertas minimal A3
Tata letak/Layout dengan Skala 1 : 2000
Alinyemen Horisontal dengan Skala 1:1000
Alinyemen Vertikal dengan Skala 1:100
Potongan Melintang Skala Horisontal 1:100, Skala
Vertikal 1:100
Gambar – gambar detail dengan skala sesuai dengan
kebutuhan.
Album Gambar terdiri dari :
(a) Cover
(b) Lembar Pengesahan
(c) Umum (Daftar Isi, Legenda, Singkatan, Peta Lokasi
Pekerjaan)
(d) Stripmap Penanganan dan Kerusakan yang disertai
Foto setiap awal dan akhir lokasi pekerjaan
(e) Situasi dan Potongan Memanjang
(f) Tipikal Potongan Melintang
(g) Detail Bangunan Pelengkap
(h) Standar Jalan dan Jembatan
5) Pengendalian Proses Perencanaan
Pengendalian pada saat proses perencanaan dilakukan
agar desain yang dihasilkan memenuhi persyaratan
secara teknis, proses pengendalian dilakukan terhadap :
(a) Konsep desain awal berdasarkan data sekunder harus
mendapat persetujuan dari Pejabat Pembuat
Komitmen.
(b) Konsep desain berdasarkan data survei pendahuluan
dan survei detail yang merupakan review terhadap
17
desain awal harus diperiksa dan diasistensikan
kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
(c) Pemeriksaan dan Asistensi perencanaan secara
bertahap wajib dilaksanakan oleh Konsultan
Perencana kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
(d) Pengecualian terhadap desain yang tidak memenuhi
standar harus mendapat persetujuan dari Pejabat
Pembuat Komitmen.
Kualifikasi
Pendidikan Sertifikat Pengalam Jumlah Waktu Jumlah
No Posisi
Keahlian an (Orang) (Bulan) (OB)
(Tahun)
I Tenaga Ahli
1 Team Leader S1-Teknik Ahli Madya 1-3 1 1.5 1.5
Sipil Teknik Jalan
II Tenaga
Pendukung
1 Asisten Tenaga S1-Teknik - 2 1 1 1
Ahli Sipil
2 Surveyor SMK/SMA - 1 3 0.5 1.5
18
c) Survei Penyelidikan Tanah (Jika diperlukan)
20