Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan penggabungan, peleburan dan/atau pengambilalihan disadari atau tidak,


akan mempengaruhi persaingan antar para pelaku usaha di dalam pasar
bersangkutan dan membawa dampak kepada konsumen dan masyarakat.
Penggabungan, peleburan atau pengambilalihan dapat mengakibatkan meningkatnya
atau berkurangnya persaingan yang berpotensi merugikan konsumen dan
masyarakat. Penggabungan, peleburan atau pengambilalihan yang berakibat nilai
aset dan atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan
kepada Komisi, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal tanggal
penggabungan, peleburan atau pengambilalihan. Ketentuan tentang nilai aset dan
atau nilai penjualan serta tata cara pemberitahuan dimaksud telah diatur melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan
Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang Dapat Mengakibatkan
Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (PP No. 57/2010)
sebagai pelaksanaan amanat Pasal 28 dan 29 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU
No.5/1999).

Merger dan Akuisisi yang akan dilakukan oleh PT Surya Citra Media Tbk (SCTV)
terhadap PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar) telah menjadi perbincangan yang
hangat di kalangan masyarakat sejak berita ini berhembus daritahun 2008 lalu.
Seperti yang kita ketahui PT Surya Citra Media Tbk (SCTV)merupakan salah satu
stasiun televisi terkemuka yang berdiri pada tahun 1993, berbekal SK Menteri
Penerangan No 111/1992 SCTV melakukan siaran nasionalke seluruh Indonesia
sedangkan PT Indosiar Karya Media Tbk (Indosiar)merupakan salah satu stasiun
televisi swasta nasional di Indonesia yang tidak kalah terkemuka dan beroperasi dari
Jakarta sejak tahun 1994. Kedua perusahaantersebut sama-sama bergerak dalam
bidang pernyiaran pertelevisian di Indonesiadan tentu saja sepak terjang dari kedua
perusahaan tersebut sudah tidak bisadiragukan lagi.
Merger dan Akuisisi yang akan dilakukan kedua perusahaan ini didugadan
dikhawatirkan menimbulkan monopoli karena antara SCTV dan Indosiar dipandang
memiliki pangsa lumayan besar di Indonesia. Terlepas dari permasalahan monopoli
merger dan akuisisi yang akan dilakukan kedua perusahaan tersebut terhalang oleh
Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, dimana tidak
memperbolehkan dua stasiun televisi dimiliki satu pemilik. Dari permasalahan-
permasalahan inilah untuk itu kami akan melakukananalisis mengenai Merger dan
Akuisisi SCTV terhadap Indosiar, dimana apakah dampak dari Merger dan Akuisisi
yang dilakukan oleh kedua perusahaan tersebutmenghasilkan hasil positif maupun
negatif dan sebagai tugas akhir dari perkuliahan Merger dan Akuisisi.

B. Rumusan Masalah

Adapaun permasalahan yang akan dibahas dalam Penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah Merger dan Akuisisi yang dilakukan oleh SCTV terhadap Indosiar
melanggar ketentuan dalam Undang-undang tentang Penyiaran?
2. Apakah Merger dan Akuisisi yang dilakukan oleh SCTV terhadap Indosiar dapat
menyebabkan monopoli dan persaingan tidak sehat dalam persaingan bisnis
pertelvisian di Indonesia?
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Merger dan Akuisisi


1. Penegertian Merger dan Akusisi

Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan


yang me-merger mengambil atau membeli semua assets dan liabilities perusahaan
yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak
50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan mengaburkan
identitas yang dimilikinya, sedangkan perusahaan yang dominan dibanding dengan
perusahaan yang lain akan tetap mempertahankan identitasnya.

Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli


saham atau aset perusahaan tersebut, namun perusahaan yang dibeli tetap ada.

a. Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi


Berdasarkan hubungan usaha serta jenis perusahaan yang bergabung, merger
atau akuisisi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Horizontal merger adalah penggabungan dua jenis perusahaan atau lebih ketika
dua perusahaan tersebut bergerak di bidang industri yang sama dan bergabung.
Contohnya, Restoran cepat saji menggabungkan diri dengan perusahaan
peternakan ayam.

2. Vertikal merger adalah penggabungan dua jenis perusahaan atau lebih yang
terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau
customernya. Contohnya, pabrik komputer yang gabung dengan pabrik
komputer.
3. Congeneric merger adalah penggabungan dua jenis perusahaan atau lebih yang
terjadi ketika perusahaan yang bergerak dalam idustri yang sama tetapi tidak
dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya
adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama.

4. Conglomerate merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan


melakukan merger. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko. Contohnya,
perusahaan pengobatan alternatif bergabung dengan perusahaan operator
telepon seluler nirkabel.

2. Alasan Perusahan Melakukan Merger Dan Akuisisi


Menurut gitman (2003,p.714-716), ada beberapa alasan perusahaan yang perlu kita
keahui mengapa melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi,
yaitu :
1. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar
saham, maupun diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi.
Perusahaan tidak memiliki resiko adanya produk baru. Selain itu, jika
melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat
mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
2. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi
(economies of scale). Tingkat skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya
overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar daripada jumlah
pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika
perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena
fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat dihilangkan.
3. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi
internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal.
Perusahaan tersebut menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki
likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana
dengan biaya rendah.
4. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya
efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak
dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar untuk
mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan
yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli

5. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan
atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian
pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba
untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang
mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan
mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi.
Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi
berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
6. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang
lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan
saham lebih mudah diperoleh sehingga lebih likuid dibandingkan dengan
perusahaan yang lebih kecil.
7. Melindungi diri dari pengambilahlian
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang
tidak bersahabat. Target firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai
pengambilalihannya dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban
perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang

3. Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi


a. Kelebihan Merger
Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.641, merger pada dasarnya memiliki
kelebihan yaitu pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah
dibanding pengambilalihan yang lain.
b. Kekurangan Merger
Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.641, dibandingkan dengan akuisisi, merger
memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada persetujuan dari para pemegang
saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk mendapatkan persetujuan
tersebut diperlukan waktu yang lama

c. Kelebihan Akuisisi
Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644, akuisisi memiliki keuntungan
baik dari segi keuntungan akuisisi saham maupun akuisisi aset adalah sebagai
berikut:
1. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm,
mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
2. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung
dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender
offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
3. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover).
4. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada
halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.

d. Kekurangan Akuisisi
Menurut Harianto dan Sudomo, 2001, p.643, terlepas dari keuntungan yang dimiliki
akuisisi, akuisisi juga memiliki kerugian baik dari segi kerugian akuisisi saham
maupun kerugian akuisisi asset yang dimiliki seperti yang dijelaskan sebagai
berikut :
1. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran
dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara
setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
2. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka
terjadi merger.
3. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara
hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi

B. Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat

a. Pengertian
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat memberi arti kepada monopolis sebagai suatu
penguasaan atas produksi dan/ atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa
tertentu oleh salah satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha sesuai pada Pasal
1 ayat (1). Sementara yang dimaksud dengan “praktek monopoli” adalah suatu
pemusatan kekuatan ekonomi oleh salah satu atau lebih pelaku yang mengakibatkan
dikuasainya produksi dan/ atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu,
sehingga menimbulkan suatu persaingan usaha secara tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum, sesuai dalam Pasal 1 ayat (2). Undang- Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat juga memberikan arti kepada “persaingan usaha tidak sehat” sebagai
suatu persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/ atau
pemasaran barang dan/ atau jasa yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur
atau dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan usaha sesuai Pasal 1
ayat (6).

Secara sederhana persaingan usaha (bussiness competition) dapat didefinisikan


sebagai persaingan usaha antara para penjual di dalam merebut pembeli dan pangsa
pasar (Arie Siswanto, 2002 : 14) 4. Hukum Persaingan Usaha (bussiness
competition law) berisi ketentuan-ketentuan substansial tentang tindakan-tindakan
yang dilarang (beserta konsekuensi hukum yang timbul) dan ketentuanketentuan
prosedural mengenai penegakan hukum persaingan (Arie Siswanto, 2002 : 30) 5.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Hukum Persaingan Usaha
merupakan suatu ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai penegakan hukum
dalam persaingan usaha, yaitu persaingan antara para penjual di dalam merebut
pembeli dan pangsa pasar.

b. Teori-Teori Hukum Persaingan Usaha dalam Sejarah

Dalam hubungan dengan aplikasi dari hukum monopoli, dikenal beberapa teori
yuridis, yaitu sebagai berikut : ( Munir Fuady, 2003 : 46-50)

1) Teori Balancing
Teori Balancing atau teori keseimbangan ini lebih menitikberatkan kepada
pertimbangan apakah tindakan yang dilakukan seorang pelaku pasar menjurus
kepada pengebirian atau bahkan penghancuran persaingan pasar atau sebaliknya
bahkan dapat lebih mempromosikan persaingan tersebut. Teori ini juga
mempertimbangkan kepentingan ekonomi dan sosial, termasuk kepentingan pihak
pebisnis kecil, sehingga teori ini dijuluki sebagai teori Kemasyarakatan (populism).

2) Teori Per Se
Teori ini lebih menitikberatkan kepada struktur pasar tanpa terlalu
memperhitungkan kepentingan ekonomi dan sosial yang lebih luas. Menurut teori
ini, pertukaran informasi harga antara pihak kompetitor juga dianggap bertentangan
dengan hukum antimonopoli.

3) Teori Rule of Reason


Teori ini lebih luas dari teori Per Se. Teori ini lebih berorientasi kepada prinsip
efisiensi. Teori Rule of Reason ini diterapkan dengan menimbang-nimbang antara
akibat negatif dari tindakan tertentu terhadap persaingan dengan keuntungan
ekonomisnya.

4) Output Analysis
Output Analysis atau analisis keluaran ini dilakukan dengan cara menganalisis
apakah tindakan yang dilakukan pelaku usaha, misalnya penetapan harga harga
bersama (price fixing) dirancang atau mempunyai efek yang negatif terhadap
persaingan pasar. Dalam hal ini yang dilihat bukan penetapan harga bersama Per Se,
melainkan yang dilihat adalah efeknya terhadap persaingan pasar.
5) Market Power Analysis
Market Power Analysis atau analisis kekuatan pasar ini disebut juga dengan analisis
stuktural (structural analysis) merupakan suatau pendekatan di mana agar suatu
tindakan dari pelaku pasar dapat dikatakan melanggar hukum antimonopoli, maka di
samping dianalisis terhadap tindakan yang dilakukan itu, tetapi juga dilihat kepada
kekuatan pasar atau struktur pasar.

6) Ancillary Restraint
Ancillary Restraint atau doktrin pembatasan tambahan merupakan teori yang
mengajarkan bahwa tidak semua monopoli atau pembatasan persaingan dapat
dianggap bertentangan dengan hukum. Hanya perbuatan-perbuatan yang
mempengaruhi persaingan secara langsung dan segera (direct and immidate) yang
dapat dianggap bertentangan dengan hukum. Apabila efeknya terhadap persaingan
pasar terjadi secara tidak langsung atau hanya merupakan efek sampingan
(tambahan) semata-mata, maka tindakan tersebut, meskipun mempunyai efek
negatif terhadap persaingan pasar, tetap dianggap sebagai tidak bertentangan dengan
hukum antimonopoli. Sebaliknya jika efeknya (yang negatif ) terhadap persaingan
merupakan efek langsung, meskipun tindakan tersebut tergolong resonable tetap
dianggap sebagai melanggar hukum antimonopoli.

7) Rule of Reason yang Dikembangkan


Banyak usaha-usaha pengembangan terhadap teori Rule of Reason. Sebabnya adalah
karena Per Se dianggap dapat melarang apa yang seharusnya bahkan baik untuk
kepentingan persaingan, sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya efek
pemberantasan antimonopoli yang overdosis.

8) Teori Per Se Modern


Di lain pihak, teori Per Se banyak dikembangkan. Misalnya terhadap tindakan
penetapan harga bersama. Dalam hal ini penetapan harga (harga tetap, harga
maksimum, atau harga minimum) tetap dianggap bertentangan dengan hukum.
III. PEMBAHASAN

A. Merger dan Akuisisi yang Dilakukan Oleh SCTV Terhadap Indosiar


Melanggar Ketentuan Dalam Undang-Undang Tentang Penyiaran.

Industri televisi nasional saat ini cenderung mengarah kepada monopoli dan
konglomerasi yang akan mengganggu hak publik terhadap konten penyiaran dan
informasi. Dalam UU Penyiaran dan UU Telekomunikasi jelas disebutkan bahwa
frekuensi tidak boleh dipindahtangankan. Jika pun harus terjadi maka harus
memperoleh izin dari Menteri Komunikasi dan Informatika. Selain itu dalam UU
Penyiaran, Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) juga tidak boleh
dipindahtangankan.

Tetapi yang banyak terjadi sekarang sifatnya holding, izin masih tetap pemilik lama
kemudian dua perusahaan itu melakukan holding. Hal itu merupakan salah satu
upaya agar tidak terjadi benturan dengan dua UU tersebut. Terkait dengan pilihan
pola penggabungan seperti merger, akuisisi, atau holding, memang masih belum ada
pembicaraan lebih lanjut tentang pola yang akan dipilih.

Pembelian saham Indosiar oleh SCTV tidak melanggar undang-undang. Dalam PP


No 50 tahun 2005 pasal 32 ayat 1 disebutkan bahwa badan penyiaran yang memiliki
dua izin penyiaran harus berlokasi di dua provinsi berbeda. Selain pembelian saham
hanya dibatasi hingga 49 persen. Sementara itu SCTV membeli tidak lebih dari 50
persen saham Indosiar. Izin penyiaran SCTV diperoleh dari Provinsi Jawa Timur,
berbeda dengan Indosiar. Berdasarkan hal tersebut sangatlah jelas bahwa Merger
dan Akuisisi yang Dilakukan Oleh SCTV Terhadap Indosiar Melanggar Ketentuan
Dalam Undang-Undang Tentang Penyiaran.
B. Merger dan Akuisisi yang dilakukan oleh SCTV terhadap Indosiar tidak
menyebabkan monopoli dan persaingan tidak sehat dalam persaingan bisnis
pertelvisian di Indonesia

Pada rentang waktu 20 Juni 2011 hingga tanggal 20 Juli 2011, EMTek melengkapi
dokumen yang diminta dimana KPPU (pada akhir masa pemeriksaan dokumen ini)
melalui Surat Penetapan 48/KPPU/Pen/VII/2011 tanggal 20 Juli 2011 menyatakan
akan melakukan Penilaian atas Pemberitahuan ini mengingat transaksi telah
memenuhi batasan (threshold) omset dan asset minimal dilakukannya Penilaian.
Pasal 5 (2) PP 57/2010 menyatakan bahwa suatu transaksi akuisisi akan diadakan
Penilaian apabila : (a). asset gabungan dari transaksi ini melebihi Rp. 2,5 triliun
rupiah dan atau (b). omset gabungan melebihi Rp. 5 triliun.

Dalam proses pemeriksaan dokumen diketahui bahwa akuisisi/ Pengambilalihan


Saham Perusahaan IDKM oleh EMTEK ini memiliki nilai penjualan gabungan hasil
Pengambilalihan Saham Perusahaan IDKM oleh EMTEK sebesar Rp
4.102.547.754.000,- (Empat Triliun Seratus Dua Miliar lima Ratus Empat Puluh
Tujuh Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Empat Ribu Rupiah). Nilai aset gabungan hasil
Pengambilalihan Saham Perusahaan IDKM oleh EMTEK adalah sebesar Rp
5.276.059.997.000,- (Lima Triliun Dua Ratus Tujuh Puluh Enam Miliar Lima Puluh
Sembilan Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh Tujuh Ribu Rupiah), sehingga
ketentuan Pasal 5 ayat (2) PP 57/2010 ini terpenuhi.

Dalam proses Penilaian yang berlangsung sejak tanggal 20 Juli 2011- 24 November
2011, KPPU terlebih dahulu melihat (a) pasar bersangkutan (relevant market) dan
(b) konsentrasi pasar serta (c) checklist justifikasi. Dalam konteks pasar
bersangkutan, setelah melalui pengumpulan data, Komisi mengidentifikasi pasar
bersangkutan dari transaksi ini berdasarkan pasar produk dan pasar geografisnya
yaitu pasar jasa penayangan program melalui televisi free to air yang diukur melalui
pendapatan iklan, dan akan dilakukan penilaian checklist justifikasi bilamana
konsentrasi pasar yang ada sebelum akuisisi adalah melebihi batas 1800 HHI
(Hirschman-Herfindahl Index) dengan perubahan konsentrasi melebihi 150.

HHI (Hirschman-Herfindahl Index) adalah standar konsentrasi pasar yang diperoleh


dari jumlah atau gabungan dari kuadrat pangsa pasar masing-masing kompetitior
(pelaku usaha pada pasar bersangkutan) dimana dalam konteks ini, konsentrasi pasar
yang terhimpun dari 6 (enam) group lembaga penyiaran swasta(LPS) adalah sebesar
2355,26 (pra akuisisi). Group dimaksud meliputi :
a) RCTI, MNC TV, dan GLOBAL TV dimiliki oleh MNC Grup;
b) TRANS TV dan TRANS 7 dimiliki oleh PARA Grup;
c) AN TV dan TV ONE dimiliki oleh BAKRIE Grup;
d) SCTV dimiliki oleh EMTEK Grup;
e) IVM dimiliki oleh Salim Grup, dan;
f) METRO TV dimiliki oleh Media Grup.

Sementara perubahan konsentrasi pra dan post akuisisi menunjukkan bahwa


perubahan konsentrasi pasar akibat dari akuisisi ini adalah 216,01 atau melebihi 150
point yang diperoleh dari perubahan konsentrasi pra akuisisi sebesar 2355,26 dan
post akuisisi sebesar 2571,27.

Dengan demikian, kita dapat menilai justifikasi dari akuisisi ini dimana berdasarkan
parameter (1) besaran entry barrier (hambatan masuk pasar bagi pesaing), akuisisi
ini tidak menghambat masuknya kompetitior baru karena mekanisme masuknya
kompetitior berdasarkan ijin pemerintah dan slot (frekuensi) yang kini terbatas akan
berkembang dan disediakan oleh Pemerintah (2) efisiensi dimana komisi menilai
bahwa transaksi ini menimbulkan efisiensi karena akan terjadi pemakaian bersama
infrastruktur dan fasilitas produksi antara SCTV dan Indosiar sehingga efisien dan
meningkatkan kemampuan bersaing mereka dengan group LPS lain dan (3) potensi
perilaku kolutif, Komisi menilai bahwa potensi perilaku ini kecil karena industri
penyiaran mengedepankan diversifikasi program siaran dimana setiap LPS memiliki
target pemirsa dengan segmentasi tertentu. Di samping itu, stasiun televisi tidak
akan mampu mengontrol harga (bagian dari kolusi ini) atas iklan karena banyaknya
stasiun televisi menciptakan pilihan kepada perusahaan pengiklan dan konsumen
dalam memilih program. Atas dasar analisa inilah, dapat disimpulkan bahwa
akuisisi Indosiar ini tidak melanggar UU No. 5 tahun 1999.
.
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Komisi Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan
Komisi Nomor 13 Tahun 2010, setelah dilakukannya pengambilalihan saham
IDKM oleh EMTEK, maka dapat disimpulkan tidak terdapat dugaan adanya praktik
monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang diakibatkan oleh pengambilalihan
saham tersebut dengan alasan sebagai berikut:

a. Potensi unilateral conduct dan atau potensi perilaku anti persaingan lainnya
minimal karena di pasar penyiaran tersedia jumlah program yang bervariasi
dengan segmen pemirsa yang juga luas serta beragam. Konsumen (Perusahaan
iklan dan Perusahaan pengiklan) memiliki alternatif substitusi yang cukup
terkait dengan pasar bersangkutan penayangan program televisi;
b. Industri pasar penyiaran free to air merupakan industri kreatif yang
menawarkan program acara se-kreatif mungkin sehingga dapat diterima oleh
pemirsa yang berkorelasi positif dengan pendapatan dari iklan;
c. Stasiun televisi free to air tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol
pemirsa untuk memperoleh rating yang tinggi, dikarenakan pemirsa bebas untuk
memilih program mana yang disukai dan yang tidak disukai.
d. Pengambilalihan juga merupakan tindakan EMTEK untuk dapat bersaing
dengan grup televisi lainnya untuk menawarkan program acara yang berkualitas
untuk pemirsa.

Anda mungkin juga menyukai