Santri
kompi pasukan dengan senjata lengkap, masing-masing terdiri dari satu kompi
(Kempetai), dua kompi Heiho dari luar Jawa Barat dan satu kompi pasukan
sepeda, buku dan apa saja yang berharga kepunyaan santri, rakyat dan
Jepang yang melayang berputar-putar selama dua hari dua malam dengan
dikawal oleh empat buah pesawat pemburu yang mengawasi dan menakut-
72
73
disebar dari udara berisi hukuman mati bagi mereka yang simpatik membantu
kepada pemerintah fasis Jepang. Pada tanggal 26-29 Februari 1944 semua
harus diusahakan agar dapat menyelamatkan diri mereka sendiri dan jangan
sampai merugikan orang lain, kalau mereka harus menyebutkan nama maka
demikian tentara Jepang tidak akan membawa korban yang lebih banyak
karena jelas orang yang sudah meninggal tidak dapat ditanyai. Apabila rakyat
tiga bulan dari Maret sampai dengan Mei. Selama itu pula cara-cara seperti
ejekan, hinaan dan siksaan untuk mengorek keterangan dari yang terlibat,
menjadi kegiatan Jepang sepanjang hari. Pada pertengahan bulan Mei 1944
74
pemeriksaaan dianggap selesai dan para tahanan oleh tentara Jepang dibagi
mereka:
1. Golongan yang dianggap tidak penting atau tidak bersalah. Golongan yang
diantara mereka yang mengalami cacat fisik seperti tuli, rontok gigi, gegar
d. Syamsuddin n. Namri
h. Endin r. Amma
l. Hambali v. Hadori
Sampai tahun 1970 sejak terjadinya protes tidak ada seorang pun yang
rombongannya itu. Baru pada 23 Maret 1970 atas jasa Nugroho Notosusanto,
kepala pusat sejarah ABRI, misteri itu terkuak. Menurutnya, K.H. Zainal
Mustafa telah menjalani hukuman mati pada tanggal 25 Oktober 1944 dan
Sukamanah ini tidak mendapat simpati dari masyarakat Indonesia secara luas,
tetap tidak mempersalahkan atau menuduh para pemimpin Islam akibat aksi
tentang agama, dan dalam hal itu diikuti oleh sebahagian penduduk diwilayah
itu. Kiai itudahulu pernah mendapat hukuman 8 tahun yang lalu, ia telah jatuh
yang baik di Singaparna. Akhirnya pada tanggal 8 bulan 2 yang lalu, ia telah
berusaha memecah belah umat Islam. Mereka mencoba menafikan figur Kiai
Usaha lain guna menawan hati ummat Islam, pengusa Jepang semakin
alim ulama di sana. Kurang lebih 150 alim ulama diundang di kediamannya di
Suatu langkah yang jauh lebih penting diambil para penguasa militer
kontak lebih rapat dengan penganut Islam pedesaan. Bahkan untuk menduduki
tersebut adalahn berupa kerugian jiwa bagi masyarakat dan santri Sukamanah
di satu pihak dan juga penguasa militer Jepang di pihak yang lain. Masing-
Pihak Sukamanah
Sukamanah 86 orang
maasing 35 orang
Pihak Jepang
seorang cucu KH. Zainal Musthafa ,di perkirakan pasukan yang musuh yang
tewas berjumlah 300 orang karena dilihat dari jumlah trukyang datang ke
kekalahan mereka maka yang tewas tersebut dibawa kedalam truk dan
(Hazim, 2019).
Dampak lebih jauh dapat dirasakan sebagai akibat sikap Jepang yang
perlawanan K.H. Zainal Musthafa , akan tetapi bila ditilik dari waktu berdiri
tujuan dua arah. Pertama, penguasa Jepang ingin mengadakan kontak lebih
rapat dengan daerah dengan harapan agar rakyat di Jawa dapat sadar akan
kesalah pahaman yang menurut Jepang masih dipunyai banyak orang Islam
(Benda, 1980:198).
dipundak para pejabat pemerintah Jepang terutama para bupati dan penghulu,
mulai dihapuskan. Dan hal ini sejak dulu menjurus kepada perpecahan antar
izin "mengatur rumah sendiri" (home rule) kepada orang-orang Islam. Hal
tersebut dimaksudkan :
dengan para pemimpin agama yang akan ditunjuk untuk duduk di kantor ini
80
militer Dai Nippon … karena kepala kantor yang baru tersebut (shumuka cho)
Islam pedesaan, Jepang telah melakukan sebuah penyesuaian besar dalam pola
Penyesesuaian ini menyebabkan Islam memiliki posisi yang lebih baik lagi
pada satu tingkat yang istimewa. Pemerintahan militer merupakan suatu aparat
elit priyayi. Para pejabat di Tasikmalaya dan dengan implikasi seluruh korps
dianggap bertangguing jawab atas kerusuhan rakyat pedesaan pada awal tahun
1944.
Sementara itu dua pejabat lain juga dikenakan hukuman jabatan oleh
Gunseikan No. 8 Tahun 1944. Kedua pejabat itu di antaranya adalah R. Otong
hukuman berupa pemotongan gaji sebesar 10% selama tiga bulan (Kanpo, 6
Mei 1944:44)
kebetulan terjadi pada tanggal dan bulan yang sama dengan perlawanan
Ditinjau dari segi sejarah dan sosial politik, maka perlawana K.H.
bahwa jiwa dan cita- cita untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka tetap
Agustus 1945 adalah bukan hadiah dari Dai Nippon, tetapi benar-benar
pesantren.
4. Perlawanan K.H. Zainal Musthafa dan Santri telah menjadi salah satu