Anda di halaman 1dari 2

PUISI BERANTAS

CITRA :Untuk memperkenalkan diri


Sebab disana tak ada yang mengenal
Apalagi peduli
Akulah orang yang tersesat kehilangan arah
Dari republik kebingungan
Hendak ku ceritakan padamu
Tentang tanah airku, perihal indah
Aku mengenalnya
Kebingungannya dan segala tentang katanya
FIRO :Terbayang dibenak dimasa silam akan cerita nyata
Kala kobaran takdir membahana
Serta kalimat menggelora merdeka, merdeka
Perjuangan para pahlawan
Pengorbanan jiwa dan dan tetes darah para syuhada’
Tak sia sia
LUBABA :Inilah negri kita republik kebingungan
Sebuah negri yang makmur subur
Ijo royo royo, negri yang aman, tota yang tentram
Karto raharjo
Hutannya paru paru dunia
Kebudayaannya akar peradaban manusia
Tapi segala faktanya
BARENG :Cuma wacana
MIA :Sekian puluh tahun kemerdekaan dalam genggaman
Tapi ikatan tali penjajahan serasa masih mencekik kehidupan
AISYAH :Kita hidup ditanah surga namun penuh lara dan sengsara
Sampai pulau pulau kami tak terjamah
Apalagi terkelola
Tuan pengelola pasti sang sipit atau sang pirang
MIA :Hingga kita tak mewariskan mata air
Melainkan air mata
FAIZ :Ilir ilir memang kita sudah ngelilir
Kita sudah bangun sudah bangkit
Bahkan kaki kita sudah melangkah berlari
Namun, akal pikiran kita belum
BARENG :Hati nurani kita belum
ARIN :Sayang beribu sayang tak terbesit dalam fikiran
Kita sudah membuat apa dan memberi berapa
Fikiran kita masih sebatas dapat apa dan berapa
Itu tak ubahnya fikiran
BARENG :sampah sampah perjuangan
ARIN :Kita selalu terkecoh akan harta, tahta, wanita, berita, senjata, toyota dan tata yang lainnya
MIA :Berapa republik kita terbelenggu
RARA :Di kepung serkualis, liberalis, komunis
BARENG : is is is
CITRA :Ditunggangi naga beruang
AISYAH :Hingga suatu sesekral agama bisa mengundang curiga
RARA :Mungkinkah, Mungkinkah kita telah menutup telinga pemberian nasehat ulama’
CITRA :Mengabaikan jasa kyai dan santrinya menutup hati pada
BARENG :Sejarah yang nyata
LUBABA :Atau mungkinkah kita lebih membuka hati dan telinga pada penjajah
Yang tak pernah menguntungkan
Melainkan untuk
BARENG :Kacaukan, kuasai, puas
LUBABA :Dan akhirnya mereka pun kenyang
Sementara kita terkapar kelaparan
FIRO :Sadarlah bahwa kita adalah bangsa yang terlalu pandai merasa
Merasa paling kuat, merasa paling dibutuhkan
ARIN :Merasa paling satu satunya, padahal kita hanya salah satunya
Bukankah, bukankah kita mengetahui asal mula negri kita
Pasalnya di bangun ulama’ dan auliya’
CITRA :Pilarnya di topang kyai dan santrinya
MIA :Atapnya di sanggah cindikia
RARA :Tapi detik ini semua telah berbeda
AISYAH :Ulama’ ulama’ jadi tersangka
LUBABA :Kyai dan santri di intai gerak geriknya
FAIZ :Pendapat cendekia tak lagi diterima
BARENG :Demikianlah republik kebingungan
Ke dzoliman dianggap keadilan
Kebatilan dianggap kebenaran
Kekacauan dianggap kedamaian
Beginilah perilaku dan tingkah kita
MIA :Wahai bangsa kebingungan
RARA :Saatnya bagi kita untuk membuka mata
FIRO :Membuka hati, membuka pikiran agar tak seperti orang
Bermata satu di kerumunan orang buta
LUBABA :Wahai bangsa kebingungan
CITRA :Ingatlah, kecamkanlah. Diatas hanya Allah dibawah hanya tanah
Wahai bangsa kebingungan
FAIZ :Kita harus kembali padanya hidup mati kita harus
AISYAH : ‫باسماهلل‬
ARIN ‫باهلل‬
CITRA ‫هلل‬
MIA ‫مع هللا‬
RARA ‫من هللا‬
LUBABA ‫الى هللا‬
FIRO ‫هلل‬
FAIZ ‫على هللا‬
AISYAH :Sehingga asah kita bukan sekedar asah, cita kita bukan
Sekedar cita
ARIN :Republik kebingungan
BARENG :Engkaulah sebenar benarnya penggalan firdaus di muka bumi ini
BARENG :AYAT

Anda mungkin juga menyukai