Sebab disana tak ada yang mengenal Apalagi peduli Akulah orang yang tersesat kehilangan arah Dari republik kebingungan Hendak ku ceritakan padamu Tentang tanah airku, perihal indah Aku mengenalnya Kebingungannya dan segala tentang katanya FIRO :Terbayang dibenak dimasa silam akan cerita nyata Kala kobaran takdir membahana Serta kalimat menggelora merdeka, merdeka Perjuangan para pahlawan Pengorbanan jiwa dan dan tetes darah para syuhada’ Tak sia sia LUBABA :Inilah negri kita republik kebingungan Sebuah negri yang makmur subur Ijo royo royo, negri yang aman, tota yang tentram Karto raharjo Hutannya paru paru dunia Kebudayaannya akar peradaban manusia Tapi segala faktanya BARENG :Cuma wacana MIA :Sekian puluh tahun kemerdekaan dalam genggaman Tapi ikatan tali penjajahan serasa masih mencekik kehidupan AISYAH :Kita hidup ditanah surga namun penuh lara dan sengsara Sampai pulau pulau kami tak terjamah Apalagi terkelola Tuan pengelola pasti sang sipit atau sang pirang MIA :Hingga kita tak mewariskan mata air Melainkan air mata FAIZ :Ilir ilir memang kita sudah ngelilir Kita sudah bangun sudah bangkit Bahkan kaki kita sudah melangkah berlari Namun, akal pikiran kita belum BARENG :Hati nurani kita belum ARIN :Sayang beribu sayang tak terbesit dalam fikiran Kita sudah membuat apa dan memberi berapa Fikiran kita masih sebatas dapat apa dan berapa Itu tak ubahnya fikiran BARENG :sampah sampah perjuangan ARIN :Kita selalu terkecoh akan harta, tahta, wanita, berita, senjata, toyota dan tata yang lainnya MIA :Berapa republik kita terbelenggu RARA :Di kepung serkualis, liberalis, komunis BARENG : is is is CITRA :Ditunggangi naga beruang AISYAH :Hingga suatu sesekral agama bisa mengundang curiga RARA :Mungkinkah, Mungkinkah kita telah menutup telinga pemberian nasehat ulama’ CITRA :Mengabaikan jasa kyai dan santrinya menutup hati pada BARENG :Sejarah yang nyata LUBABA :Atau mungkinkah kita lebih membuka hati dan telinga pada penjajah Yang tak pernah menguntungkan Melainkan untuk BARENG :Kacaukan, kuasai, puas LUBABA :Dan akhirnya mereka pun kenyang Sementara kita terkapar kelaparan FIRO :Sadarlah bahwa kita adalah bangsa yang terlalu pandai merasa Merasa paling kuat, merasa paling dibutuhkan ARIN :Merasa paling satu satunya, padahal kita hanya salah satunya Bukankah, bukankah kita mengetahui asal mula negri kita Pasalnya di bangun ulama’ dan auliya’ CITRA :Pilarnya di topang kyai dan santrinya MIA :Atapnya di sanggah cindikia RARA :Tapi detik ini semua telah berbeda AISYAH :Ulama’ ulama’ jadi tersangka LUBABA :Kyai dan santri di intai gerak geriknya FAIZ :Pendapat cendekia tak lagi diterima BARENG :Demikianlah republik kebingungan Ke dzoliman dianggap keadilan Kebatilan dianggap kebenaran Kekacauan dianggap kedamaian Beginilah perilaku dan tingkah kita MIA :Wahai bangsa kebingungan RARA :Saatnya bagi kita untuk membuka mata FIRO :Membuka hati, membuka pikiran agar tak seperti orang Bermata satu di kerumunan orang buta LUBABA :Wahai bangsa kebingungan CITRA :Ingatlah, kecamkanlah. Diatas hanya Allah dibawah hanya tanah Wahai bangsa kebingungan FAIZ :Kita harus kembali padanya hidup mati kita harus AISYAH : باسماهلل ARIN باهلل CITRA هلل MIA مع هللا RARA من هللا LUBABA الى هللا FIRO هلل FAIZ على هللا AISYAH :Sehingga asah kita bukan sekedar asah, cita kita bukan Sekedar cita ARIN :Republik kebingungan BARENG :Engkaulah sebenar benarnya penggalan firdaus di muka bumi ini BARENG :AYAT