Anda di halaman 1dari 14

KENDALI POSISI DI CEKUNGAN TERHADAP

GEOMETRI LAPISAN BATUBARA DI CEKUNGAN BENGKULU

B.Kuncoro Prasongko
Jurusan Teknik Geologi UPNVJ

SARI
Cekungan Bengkulu dapat dibagi menjadi beberapa cekungan kecil dan tinggian, yaitu Tinggian
Muko-muko, Sub-cekungan Ipuh, Tinggian Sebayur, Sub-cekungan Pagarjati, Tinggian
Masmambang dan Sub-cekungan Kedurang. Geometri lapisan batubara di Cekungan Bengkulu
dijumpai dengan ketebalan, kemenerusan, kemiringan, bentuk, parting dan splitting yang
bervariasi. Kondisi ini tentunya dapat menimbulkan masalah di dalam penentuan program
eksplorasi batubara.

Geometri lapisan batubara MS di daerah Air Sebayur: tebal GCT (gross coal thickness) 3,3-4,6 m
(rata-rata 4,08 m), tebal NCT (net coal thickness) 2-4,45 m, frekuensi seam 3, parting 2 atau 5%
GCT, splitting jarang, kemiringan <100, kemenerusan lebih dari 15 km, setempat terpotong oleh
channel, lapisan batubara teratur, roof terdiri dari batulanau karbonan, coaly clay, batupasir, floor
coaly clay, jarak cleat 4-10 cm (>>4-6 cm), mudah lapuk. Geometri lapisan batubara MS di
daerah Air Lalangi: tebal GCT 3,7-7,05 m (rata-rata 5,38 m), tebal NCT 2,6-4,65 m, frekuensi
seam 6, parting 5 atau 13,5% GCT, splitting jarang, kemiringan <150, kemenerusan lebih dari 15
km, setempat terpotong oleh channel, lapisan batubara teratur, roof terdiri dari batupasir
karbonan, coaly clay, floor gannister, jarak cleat 2-6 cm (>>3-4 cm), mudah lapuk. Geometri
lapisan batubara MS daerah Bukit Sunur-Kemumu: tebal GCT 3,89-10,81 m (rata-rata 7,05 m),
tebal NCT 3,63-6,8 m, frekuensi seam 8-11, parting 7-10 atau 14,5-23% GCT, splitting
berkembang, kemiringan 25-700, kemenerusan lebih dari 30 km, setempat terpotong oleh
channel, intrusi atau sesar, lapisan batubara tidak teratur, roof terdiri dari batulempung, batulanau
karbonan, batupasir, floor batupasir, jarak cleat 1-5 cm (>>1-3 cm), tidak mudah lapuk.

Posisi endapan batubara di Tinggian Sebayur (Air Sebayur), di tepi Sub-cekungan Ipuh (Air
Lalangi) dan di tengah Sub-cekungan Pagarjati (Bukit Sunur-Air Kemumu) merupakan kendali
yang dominan terhadap aspek geometri lapisan batubara. Model geometri lapisan batubara dapat
dipergunakan untuk mendukung program eksplorasi batubara di Cekungan Bengkulu.

ABSTRACT
Bengkulu Basin can be devided into sub-basins and highs, i.e. Muko-muko High, Ipuh Sub-basin,
Sebayur High, Pagarjati Sub-basin, Masmambang High and Kedurang Sub-basin. Geometry of
coal seam in Bengkulu Basin may various or irregularity in thickness, continuity, dipping, shape,
parting and splitting. This condition can be making a problem for coal exploration program.
Geometry of MS in Air Sebayur area: GCT 3,3-4,6 m (mean 4,08 m); NCT 2-4,45 m; frequency
of seam 3; parting 2 or 5% GCT; splitting rare; dipping <10 0; continuity of seam up to 15 km,
locally cut by channel; strike and dip regular; roof: carbonaceous siltstone, coaly clay, sandstone;
floor: coaly clay; spacing of cleat: 4-10 cm (>>4-6 cm); easy for weathered. Geometry of MS in
Air Lalangi area: GCT 3,7-7,05 m (mean 5,38 m); NCT 2,6-4,65 m; frequency of seam 6; parting
5 or 13,5% GCT; splitting rare; dipping <15 0; continuity of seam up to 15 km, locally cut by
channel; strike and dip regular; roof: carbonaceous sandstone and coaly clay; floor: ganister;
spacing of cleat: 2-6 cm (>>3-4 cm); easy for weathered. Geometry of MS in Bukit Sunur-Air
Kemumu area: GCT 3,89-10,81 m (mean 7,05 m); NCT 3,63-6,8 m; frequency of seam 8-11;
parting 7-10 or 14,5-23% GCT; splitting abundant; dipping 25-70 0; continuity of seam up to 30
km, locally cut by channel, intrusion and fault; strike and dip irregular; roof: claystone,
carbonaceous siltstone, sandstone; floor: sandstone; spacing of cleat: 1-5 cm (>>1-3 cm); not
easy for weathered.

Coal deposit position in Sebayur High (Air Sebayur), Margin of Ipuh Sub-basin (Air Lalangi)
and Mid of Pagarjati Sub-basin (Bukit Sunur-Air Kemumu) are dominant control for geometry of
coal seam aspects. A model of geometry can use support for coal exploration program in
Bengkulu Basin.

PENDAHULUAN
Lapisan batubara di Cekungan Bengkulu berada dalam suatu urutan bersama batuan sedimen
lainnya. Secara geometri, lapisan batubara ada yang hadir dengan ketebalan seragam, menebal,
menipis, terpatahkan, miring, horisontal, menerus atau terputus pada jarak tertentu. Kondisi
seperti ini dapat diketahui dari variasi kemiringan, ketebalan, kemenerusan, keteraturan,
perkembangan parting dan splitting pada lapisan batubara.

Adanya berbagai perbedaan geometri lapisan batubara tersebut, maka perlu diketahui hubungan
antara geometri lapisan batubara dan faktor-faktor pengendali geologi di Cekungan Bengkulu.
Tujuannya agar dapat diketahui model geometri lapisan batubaranya, sehingga kegiatan eksplorasi
batubara dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dengan biaya dan risiko yang seminimal
mungkin.

L.E Schlatter’s (1973) mengungkapkan bahwa pada daerah bertektonik kuat, maka penurunan
cekungan berjalan cepat, sehingga akan mempengaruhi geometri lapisan batubara dan menambah
kontaminasi mineral. Demikian pula Weisenfluh dan Ferm (1984) mengatakan bahwa ketebalan
lapisan batubara antara lain dikendalikan oleh sesar, sedangkan menurut Miao Fen (1984) sistem
tektonik aktif selama periode pengendapan batubara mengontrol keruangan dan sebaran formasi
pembawa lapisan batubara.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tektonik merupakan


faktor yang umum dan dominan karena mengendalikan aspek keruangan dan sebaran formasi
yang mengandung endapan batubara serta akhirnya akan mengendalikan aspek geometri lapisan
batubara.
Makalah ini membahas hubungan antara posisi endapan batubara di sub-cekungan dan tinggian
dengan geometri lapisan batubara yang diwakili oleh endapan batubara yang terletak di tinggian
(daerah Air Sebayur), tepi sub-cekungan (daerah Air Lalangi) dan tengah sub-cekungan (daerah
Bukit Sunur-Air Kemumu).

GEOLOGI CEKUNGAN BENGKULU


Cekungan Bengkulu merupakan cekungan batubara yang terletak memanjang sejajar Pulau
Sumatera. Dibatasi oleh Busur Kepulauan Pini di baratlaut, Pegunungan Barisan di timur, jalur
Tinggian Mentawai-Enggano di barat, dan Selat Sunda di tenggara.

Tatanama stratigrafi Cekungan Bengkulu di darat (Mangga dkk,. 1987) berbeda dengan tatanama di
lepas pantai yang mengacu pada tatanama stratigrafi Cekungan Palembang. Yulihanto dkk. (1996)
menyebandingkan tatanama stratigrafi lepas pantai dan darat (Gambar 1). Selanjutnya digunakan
tatanama dari Mangga dkk. (1987) yang stratigrafinya dari tua ke muda (Gambar 2): Hulusimpang
(Oligosen Akhir), Formasi Seblat (Miosen Awal-Miosen Tengah), Formasi Lemau (Miosen Tengah-
Miosen Akhir), Formasi Simpangaur (Miosen Akhir-Pliosen) dan Formasi Bintunan (Plio-Pleistosen).

Gambar 1 Stratigrafi regional Cekungan Bengkulu (Andi Mangga dkk., 1987 dan Yulihanto
dkk, 1996).

Gambar 2 Peta geologi daerah Bengkulu (Kusnama dkk., 1992; Yulihanto dkk., 1996;
Kuncoro, 1998).

Batuan alas di Cekungan Bengkulu tidak tersingkap, tetapi di timur Cekungan Bengkulu, batuan
alas tersingkap sebagai Formasi Garba, sedangkan di lepas pantai berdasarkan data lintasan
seismik ternyata memperlihatkan formasi batuan di daratan menerus hingga ke lepas pantai
(Gambar 3).

Gambar 3 Penampang melintang Cekungan Bengkulu bagian utara (atas) dan selatan
(bawah) berdasarkan gabungan data seismik (Komar K. & P. Aritonang, 1992) dan geologi
permukaan (Kusnama dkk., 1992; Yulihanto dkk., 1996; Kuncoro, 1998).

Yulihanto dkk. (1996) membagi Cekungan Bengkulu dari utara ke selatan menjadi beberapa
cekungan kecil (sub-basin), yaitu Sub-cekungan Ipuh, Sub-cekungan Pagarjati dan Sub-cekungan
Kedurang yang dipisahkan oleh Tinggian Muko-muko, Tinggian Sebayur dan Tinggian
Masmambang (Gambar 4). Hubungan antara sesar-sesar dengan pembentukan cekungan-
cekungan di busur muka adalah bahwa sesar NW-SE merupakan batas memanjang Cekungan
Bengkulu, sesar N-S berpengaruh terhadap sedimentasi di Miosen-Pliosen dan merupakan batas
utama antara sub-cekungan dan tinggian. Pada Pleistosen, terjadi pengangkatan dan terbentuk sesar-
sesar arah SW-NE yang juga merupakan batas sub-cekungan, sistem sesar ini juga dijumpai di
lepas pantai dari Cekungan Bengkulu.
Gambar 4 Konfigurasi sub-cekungan, tinggian dan pola struktur di Cekungan Bengkulu
(Yulihanto dkk., 1996).

ENDAPAN BATUBARA BENGKULU


Endapan batubara di Cekungan Bengkulu dapat dijumpai di Formasi Lemau, Formasi
Simpangaur dan Formasi Bintunan. Dari ketiga formasi pembawa batubara ini, endapan batubara
di Formasi Lemau lebih mempunyai nilai ekonomis, terbukti sudah diproduksi oleh beberapa
perusahaan tambang batubara. Batubara di Formasi Simpangaur dan Formasi Bintunan,
lapisannya tipis (<1 m), berderajat lignit sampai sub-bituminus.

Ubaghs (1941) mengelompokkan batubara di Bengkulu menjadi empat lapangan batubara, yaitu
lapangan Susup-Lemau, Bukit Puding, Bukit Sunur-Kemumu dan Pilubang-Andelas. Daerah
penelitian termasuk ke dalam lapangan batubara Susup-Lemau (daerah Air Sebayur), lapangan
Bukit Sunur-Kemumu (daerah Air Kemumu).

Untuk daerah Air Lalangi, penulis kelompokkan kedalam lapangan batubara Ketahun-Seblat
yang terletak di baratlaut lapangan batubara Susup-Lemau, yaitu meliputi daerah Tanjung Budi,
Pondok Bakil, Tanjung Alai dan Air Seblat.

Berdasarkan posisinya di cekungan, maka daerah Air Lalangi terletak di tepi Sub-cekungan Ipuh,
daerah Air Sebayur terletak di Tinggian Sebayur, sedangkan daerah Air Kemumu terletak di
tengah Sub-cekungan Pagarjati.

Batubara Formasi Lemau terdiri dari tiga kelompok lapisan batubara (coal zone), yaitu Lower
Seam (LS), Main Seam (MS) dan Upper Seam (US). Pada LS dan MS ditandai oleh hadirnya
parting batulanau kaolinitan atau tonstein: putih kekuningan, kilap lilin, mengandung detritus
vulkanik halus terkaolinitisasi, sebaran meluas diseluruh daerah penelitian. Hadirnya detritus
vulkanik halus ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanisma pada saat pembentukan batubara
dan selanjutnya dipakai sebagai lapisan penunjuk untuk korelasi.

PEROLEHAN DATA
Berdasarkan karakteristik geologi dan geometri lapisan batubara pada masing-masing daerah
telitian, maka dapat diketahui perbandingan desktiptif geometri lapisan batubara pada masing-
masing daerah telitian (Tabel 4.1).
DAERAH PENELITIAN AIR SEBAYUR AIR LALANGI AIR KEMUMU
TINGGIAN TEPI SUB- TENGAH SUB-
POSISI DI CEKUNGAN SEBAYUR CEKUNGAN CEKUNGAN
IPUH PAGARJATI
Penampang
Penampang Penampang
stratigrafi
stratigrafi terukur, stratigrafi profil
Sumber data terukur, profil
profil singkapan singkapan
singkapan
penampang bor penampang bor
penampang bor
eksplorasi eksplorasi
eksplorasi
KARAKTERISTIK GEOLOGI
Formasi Lemau
Tebal formasi (m)
Umur Miosen Tengah–Akhir (Mangga, 1987; Kusnama, 1992)
Satuan pembawa batubara
Satuan batuan pengapit batubara MS Penutup:
Alas:
Lingkungan pengendapan
Struktur geologi homoklin Sesar mendatar & Sesar mendatar dan
normal (N-S), normal (NW-SE dan
sesar naik (W-E) NE-SW)
Jurus perlapisan batuan Baratlaut - Tenggara
Terobosan batuan beku Tidak dijumpai Dike (NE-SW) dan
sill (NW-SE)
Coal zone MS dan LS US, MS dan LS
Lapisan penunjuk korelasi Batulempung kaolinitan
Bentuklahan Perbukitan berlereng sedang Perbukitan berle reng
miring-kuat
Singkapan batubara Di sungai atau air terjun Di dasar/dinding
sungai, air terjun
Lapangan batubara Susup-Lemau Ketahun-Seblat Bukit Sunur-Kemumu
Kompleksitas geologi sederhana kompleks
KARAKTERISTIK GEOMETRI LAPISAN BATUBARA
Tebal GCT (gross coal thickness)
Tebal NCT (gross coal thickness)
Frekuensi seam
Parting
Splitting
Coaly clay
Pola sebaran lapisan batubara
Kemenerusan lapisan batubara
Keteraturan lapisan batubara
Bentuk dan orientasi lapisan
Kondisi roof
dan floor
Kontak roof
Cleat
Tingkat pelapukan batubara

GEOMETRI LAPISAN BATUBARA CEKUNGAN BENGKULU


Kuncoro (2000) menyebutkan ada sembilan parameter geometri lapisan batubara yang perlu
diperhatikan untuk kepentingan dibukanya suatu industri pertambangan batubara, yaitu tebal,
kemiringan, pola sebaran, kemenerusan, keteraturan, bentuk, kondisi roof dan floor, cleat dan
pelapukan.

Berdasarkan deskripsi karakteristik geologi dan geometri lapisan batubara pada masing-masing
posisi di cekungan, maka geometri lapisan batubaranya dapat dibagi menjadi:
Geometri lapisan batubara di tinggian

Geometri lapisan batubara di tepi sub-cekungan

Geometri lapisan batubara di tengah sub-cekungan

1. Ketebalan: unsur yang langsung berhubungan dengan perhitungan sumberdaya atau


cadangan, perencanaan produksi, sistem penambangan dan umur tambang.
2. Kemiringan lapisan batubara: berpengaruh terhadap nisbah pengupasan, perhitungan
cadangan ekonomis dan sistem penambangan.
3. Pola sebaran lapisan batubara: berpengaruh pada penentuan batas daerah prospek,
perhitungan sumberdaya atau cadangan dan pembagian blok penambangan.
4. Kemenerusan lapisan batubara: mulai dari ratusan meter hingga dan ratusan ribu meter.
Pengendali kemenerusan antara lain dibatasi oleh proses pengendapan, split, sesar, intrusi
atau erosi.
5. Keteraturan lapisan batubara: ditentukan oleh pola kedudukan lapisan batubara (jurus dan
kemiringan), artinya pola kedudukan lapisan batubara dapat teratur atau tidak teratur.
6. Bentuk lapisan batubara: perbandingan antara tebal lapisan batubara dan kemenerusannya,
dapat berbentuk melembar, membaji, melensa atau bongkah.
7. Kondisi roof dan floor : meliputi jenis batuan, kekerasan, jenis kontak, kandungan
karbonannya, bahkan sampai tingkat kerekatannya dalam kondisi kering atau basah.
8. Cleat : kekar di dalam lapisan batubara (khususnya batubara bituminous) yang ditunjukkan
oleh serangkaian kekar sejajar. Kedudukan dan orientasi cleat akan mempengaruhi pemilihan
tata letak tambang, arah penambangan, penerapan teknologi penambangan, proses
pengolahan batubara, penumpukan batubara dan bahkan pemasaran batubara.
9. Tingkat pelapukan batubara: berhubungan dengan dimensi lapisan batubara, kualitas,
perhitungan sumberdaya atau cadangan dan penambangannya.
MODEL GEOMETRI LAPISAN BATUBARA

Tabel 4.1 Perbandingan model deskriptif geologi batubara pada masing-masing daerah
penelitian.

Selanjutnya hubungan antara lokasi daerah telitian dan posisinya di sub-cekungan adalah sebagai
berikut:
Endapan batubara di tinggian ditunjukkan oleh karakteristik batubara di daerah Air Sebayur,
yaitu di Tinggian Sebayur.
Endapan batubara di tepi sub-cekungan ditunjukkan oleh karakteristik batubara di daerah Air
Lalangi, yaitu di tepi Sub-cekungan Pagarjati.
Endapan batubara di tengah sub-cekungan ditunjukkan oleh karakteristik batubara di daerah Air
Kandis, Air Kemumu dan Air Pilubang, yaitu di tepi Sub-cekungan Pagarjati.

Akhirnya menjadi tampak jelas hubungan antara kendali geologi dengan geometri lapisan
batubara di Cekungan Bengkulu, yaitu:
Posisi endapan batubara
Berdasarkan korelasi dari masing-masing lokasi penelitian dengan batulempung kaolinitan pada
batubara MS sebagai lapisan kunci (Gb. 4.1), maka dapat diketahui bahwa:
Posisi endapan batubara di tinggian, tepi sub-cekungan atau tengah sub-cekungan merupakan
kendali yang umum dan dominan terhadap geometri lapisan batubara.
Dijumpai adanya 3 lapisan utama (coal zone), yaitu lapisan US, MS dan LS. Dalam penelitian ini
ditekankan pada lapisan yang prospek, yaitu MS.
Karakteristik endapan batubara dikendalikan oleh proses-proses geologi yang berlangsung
sebelum, bersamaan dan setelah endapan batubara diendapkan.

Geometri lapisan batubara MS


Diketahui adanya perbedaan geometri lapisan batubara, terutama ketebalan dan kehadiran parting pada
masing-masing posisi di sub-cekungan (Gb. 4.2), yaitu:
Pada posisi di tengah sub-cekungan, dijumpai lapisan batubara yang tebal disertai kehadiran
parting yang paling banyak (Gb. 4.3).
Posisi di tinggian kehadiran lapisan batubara dijumpai paling tipis diikuti kehadiran parting yang
paling sedikit.
Posisi di tepi sub-cekungan berada diantara karakteristik posisi tengah sub-cekungan dan
tinggian.

Terobosan batuan beku


Hadirnya terobosan batuan beku berbentuk sill dan dike berpengaruh terhadap kualitas batubara
di Air Kemumu, Air Pilubang dan Air Kandis.

Kondisi lingkungan pengendapan


Secara keseluruhan lingkungan pengendapannya hampir sama, sehingga tampak kurang
berpengaruh terhadap aspek geometri lapisan batubara dan kualitas batubaranya.

Gambar 4.1 Korelasi satuan pembawa batubara Formasi Lemau sekaligus memperlihatkan
perbandingan geometri lapisan batubara di tinggian, tepi sub-cekungan dan tengah sub-cekungan di
Cekungan Bengkulu.
Gambar 4.2 Korelasi satuan batubara MS di tinggian, tepi sub-cekungan dan tengah sub-cekungan di
Cekungan Bengkulu.

Gambar 4.3 Model ketebalan lapisan batubara dan perkembangan parting pada daerah tinggian, tepi
sub-cekungan dan tengah sub-cekungan di Cekungan Bengkulu.

Gambar 4.4 Perbandingan kualitas batubara antara daerah tinggian, tepi sub-cekungan dan
tengah sub-cekungan di Cekungan Bengkulu.

HUBUNGANNYA DENGAN ASPEK EKONOMI

KESIMPULAN
GEOMETRI LAPISAN BATUBARA CEKUNGAN BENGKULU
Formasi Lemau sebagai formasi pembawa batubara terdiri dari tiga kelompok lapisan batubara
(coal zone), yaitu Lower Seam (LS), Main Seam (MS) dan Upper Seam (US). Pada LS dan MS
ditandai oleh hadirnya parting batulanau kaolinitan atau tonstein: putih kekuningan, kilap lilin,
mengandung detritus vulkanik halus terkaolinitisasi, sebaran meluas diseluruh daerah penelitian.
Hadirnya detritus vulkanik halus ini menunjukkan adanya aktivitas vulkanisma pada saat
pembentukan batubara dan dipakai sebagai lapisan penunjuk untuk korelasi.

Geometri lapisan batubara daerah Air Lalangi


Ketebalan
Kemiringan lapisan batubara
Pola sebaran lapisan batubara
Kemenerusan lapisan batubara
Keteraturan lapisan batubara
Bentuk lapisan batubara
Kondisi roof dan floor
Cleat
Tingkat pelapukan batubara

Posisi tektonik daerah Air Lalangi terletak di tepi Sub-cekungan Ipuh. Dijumpai kumpulan
lapisan batubara MS dan LS yang dipisahkan interseam setebal 3-7 m (Gb. 3.4 dan 3.5). Batubara
LS terdiri dari 2 seam, tebalnya berkisar 35-80 cm dan 60-113 cm, dipisahkan oleh interseam
setebal 6-7 m. Batubara MS terdiri dari 6 seam yang dipisahkan parting batulempung dan
batulanau karbonan mengandung clay pellet, jejak tumbuhan dan pita batubara. Jumlah parting 5
atau 13,5% dari GCT (Gb. 3.6).

Gambar 3.3 Peta isopach batubara MS daerah Air Lalangi dan penampang ketebalan sejajar
serta tegak lurus jurus perlapisan.

Gambar 3.4 Korelasi penampang bor sejajar jurus perlapisan di daerah Air Lalangi.

Gambar 3.5 Korelasi penampang bor tegak lurus jurus perlapisan di daerah Air Lalangi.

Gambar 3.6 Profil batubara MS daerah Air Lalangi.

Tebal GCT (termasuk parting) berkisar 1,0–8,05 m dengan rata-rata 5,38 m (Lamp. A-1), sedangkan
NCT (tidak termasuk parting) berkisar 1,0–6,66 m.

Sebaran lapisan batubara teratur dan menerus. Splitting dijumpai antara titik 45, 44, 4 serta 61
yang terjadi karena penurunan dasar cekungan dan erosi yang berlangsung bersamaan dengan
sedimentasi.
Geologi batubara daerah Air Sebayur
Daerah Air Sebayur menempati bentuklahan perbukitan berlereng sedang: relief 1-4 m, lereng 4-10%
dan elevasi 30-100 m di atas muka laut. Posisi tektoniknya terletak di Tinggian Sebayur.

Lapisan batubara yang hadir adalah MS dan LS, keduanya dipisahkan oleh interseam setebal 8-
10 m (Gb. 3.9 dan 3.10). Batubara LS terdiri dari 3 seam, masing-masing dari bawah tebalnya
0,60 m, 1,2 m dan 2 m, dipisahkan oleh interseam setebal 1,2-2 m dan 13-14 m. Batubara MS
ditandai oleh tidak berkembangnya parting, karena hanya terdiri dari 2 parting tipis atau sekitar
5% dari GCT MS (Gb. 3.11). Parting terdiri dari batulempung dan batulanau karbonan yang
mengandung jejak tumbuhan dan pita batubara.

Diketahui GCT MS 3.3–4,6 m dengan rata-rata 4,08 m (Lamp. A-2), sedangkan NCT MS
berkisar 2,0–4,45 m. Tebal lapisan batubara seragam arah baratlaut-tenggara (Gb. 3.12).
Kemenerusan lapisan batubara dipotong channel pada jarak 350 m berdasarkan kelurusan bor 9
dan 8 serta 15, 14 dan 16.

Gambar 3.9 Korelasi penampang bor sejajar jurus perlapisan di daerah Air Sebayur.

Gambar 3.10 Korelasi penampang bor tegak lurus jurus perlapisan di daerah Air Sebayur.

Gambar 3.11 Profil batubara MS daerah Air Sebayur.

Gambar 3.12 Peta isopach dan penampang sejajar serta tegak lurus jurus perlapisan daerah Air
Sebayur.

Geologi batubara daerah Air Kandis

Daerah Air Kandis menempati bentuklahan perbukitan berlereng miring: relief 10-25 m, lereng
12-45% dan elevasi 300-520 m di atas muka laut. Posisi tektoniknya terletak di tengah Sub-
cekungan Pagarjati.

Kumpulan lapisan batubara hadir lengkap: LS, MS, dan US. Antara LS dan MS dipisahkan
interseam setebal 46 m, sedangkan antara MS dan US dipisahkan interseam setebal 5 m.
Batubara LS terdiri dari 2 seam, tebalnya 1,6 m dan 2,3 m. Batubara MS ditandai oleh banyaknya
parting, yaitu 23 % dari GCT atau terdiri dari 10 parting (Gb. 3.15) dan 11 ply yang dipisahkan
parting tipis batulanau dan batulempung karbonan.
Roof dan floor: batulempung karbonan atau batulempung batubaraan. Dibeberapa tempat kontak
alas langsung dengan batupasir (Gb. 3.16 dan 3.17). Coaly clay dijumpai merata pada urutan
batubara MS, terutama dekat lapisan batubara.

Batubara US terdiri dari 7-8 seam dengan tebal bervariasi antara 0,30-2,13 m, makin ke atas
semakin tipis. Masing-masing seam dipisahkan interseam setebal 2-11 m.

Diketahui bahwa tebal GCT MS 3,89–10,81 m (rata-rata 10,07 m), sedangkan NCT MS berkisar
3,63–8,8 m (Lamp. A-3). Daerah Air Kandis sengaja dipilih sebagai model daerah tengah
cekungan yang tidak terpengaruh langsung oleh intrusi dan erosi endapan vulkanik. Lapisan
batubara menebal searah kemiringan lapisan dan seragam searah jurus perlapisan (Gb. 3.18).
Kemenerusannya dibatasi intrusi andesit di utara bor 12, 150 m di baratlaut bor 14 dan 200 m di
timur bor 9.

Splitting hadir dalam bentuk simple splitting, yaitu pemisahan sederhana akibat hadirnya tubuh
lentikuler batulempung atau batulanau.

Geologi batubara Daerah Air Kemumu


Daerah Air Kemumu menempati bentuklahan perbukitan berlereng miring: 14-45%, relief 10-40
m dan elevasi 370-575 m di atas muka laut. Posisi tektoniknya terletak di tengah Sub-cekungan
Pagarjati.

Kumpulan lapisan batubara terdiri dari LS, MS, dan US. Antara LS dan MS dipisahkan
interburden setebal 25 m, sedangkan antara MS dan US juga dipisahkan interburden setebal 5 m.
Batubara LS terdiri dari dua seam, yaitu LS1 dan LS2. Tebal LS1 93 cm dan LS2 71 cm,
keduanya dipisahkan oleh interseam setebal 7 m. Batubara MS terdiri 8 ply yang dipisahkan 7
parting dengan kisaran tebal 13-66 cm yang terdiri dari batulempung dan batulanau karbonan
atau sekitar 14,5 % dari GCT MS (Gb. 3.21).

Karakteristik MS ditandai oleh banyaknya parting dan hadirnya batulempung kaolinitan (Foto
3.7) sebagai lapisan penunjuk korelasi. Roof berupa batulanau karbonan mengandung jejak
tumbuhan dan pita batubara, sedangkan floor berupa batupasir fluviatil. Batubara US terdiri dari
delapan seam, tebalnya bervariasi antara 0,58-1,68 m, makin ke atas semakin tipis. Antar seam
dipisahkan oleh interburden dengan tebal bervariasi antara 3-18 m.

Diketahui bahwa tebal GCT MS berkisar 1,15–8,65 m (rata-rata 5,2 m), sedangkan NCT MS
berkisar 0,4–5,6 m.

Sebaran lapisan batubara relatif barat-timur, setempat terganggu oleh sesar dan terobosan andesit.
Kemenerusannya juga banyak terganggu oleh adanya intrusi dan sesar. Lokasi ini memang dipilih
sebagai model untuk daerah tengah cekungan yang terganggu oleh intrusi dan sesar (Gb. 3.22).
Pola ketebalan lapisan batubara (Gb. 3.23) berhubungan oleh intrusi dan sesar, tampak bahwa
batas penebalan antara titik 21 dan 23 sejajar dengan batas sesar berarah NW-SE, sedangkan
antara titik 15 dan 5 sejajar dengan pola intrusi.

Splitting antara titik 14, 3, dan 12 terjadi karena penurunan dasar cekungan yang berlangsung
bersamaan dengan sedimentasi, dalam bentuk simple splitting.

Geometri lapisan batubara daerah Air Pilubang


Posisi tektonik daerah Air Pilubang terletak di tengah Sub-cekungan Pagarjati.

Dijumpai kumpulan lapisan batubara LS dan MS yang dipisahkan oleh interseam setebal 24 m.
Batubara LS tebal total berkisar antara 2,6-4,7 m dan dipisahkan parting setebal 8-20 cm.
Batubara MS terdiri dari 10 ply yang tebalnya berkisar 3,6–11,7 m (GCT) dengan,. tebal
bervariasi antara 0,19-1,10 m dengan 9 parting yang mengandung batulanau karbonan
mengandung lempung berpelet dan jejak tumbuhan atau sekitar 32 % dari GCT MS (Gb. 3.26).
sedangkan NCT MS berkisar 2,98–7,95 m

Pola ketebalan lapisan batubara berarah baratlaut-tenggara (Gb. 3.27), setempat-setempat menipis
akibat terpotong oleh terobosan dike. Dari korelasi penampang bor (Gb. 3.28) terlihat adanya
variasi ketebalan lapisan batubara.

Sebaran lapisan batubara berarah baratlaut-tenggara dan utara-selatan sesuai jurus perlapisan dan
relatif teratur. Kemenerusannya dapat diikuti sepanjang daerah penelitian.

Splitting pada batubara MS berkembang kearah tenggara (antara bor 32 dan 49) dari jenis simple
splitting (bor 9-44 dan 44-33-34) dan akibat erosi (bor 51).

GEOMETRI BATUBARA DAN KERANGKA STRUKTURAL CEKUNGAN BENGKULU

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

ABSTRACT
Bengkulu Basin can be devided into sub-basins and highs, i.e. Muko-muko High, Ipuh Sub-basin,
Sebayur High, Pagarjati Sub-basin, Masmambang High and Kedurang Sub-basin. Geometry of
coal seam in Bengkulu Basin may various or irregularity in thickness, continuity, dipping, shape,
parting and splitting. This condition can be making a problem for coal exploration program.

Geometry of MS in Air Sebayur area: GCT 3,3-4,6 m (mean 4,08 m); NCT 2-4,45 m; frequency
of seam 3; parting 2 or 5% GCT; splitting rare; dipping <10 0; continuity of seam up to 15 km,
locally cut by channel; strike and dip regular; roof: carbonaceous siltstone, coaly clay, sandstone;
floor: coaly clay; spacing of cleat: 4-10 cm (>>4-6 cm); easy for weathered. Geometry of MS in
Air Lalangi area: GCT 3,7-7,05 m (mean 5,38 m); NCT 2,6-4,65 m; frequency of seam 6; parting
5 or 13,5% GCT; splitting rare; dipping <15 0; continuity of seam up to 15 km, locally cut by
channel; strike and dip regular; roof: carbonaceous sandstone and coaly clay; floor: ganister;
spacing of cleat: 2-6 cm (>>3-4 cm); easy for weathered. Geometry of MS in Bukit Sunur-Air
Kemumu area: GCT 3,89-10,81 m (mean 7,05 m); NCT 3,63-6,8 m; frequency of seam 8-11;
parting 7-10 or 14,5-23% GCT; splitting abundant; dipping 25-70 0; continuity of seam up to 30
km, locally cut by channel, intrusion and fault; strike and dip irregular; roof: claystone,
carbonaceous siltstone, sandstone; floor: sandstone; spacing of cleat: 1-5 cm (>>1-3 cm); not
easy for weathered.

Coal position in Sebayur High (Air Sebayur), border of Ipuh Sub-basin (Air Lalangi) and mid of
Pagarjati Sub-basin (Bukit Sunur-Air Kemumu) are dominant control for geometry of coal seam
aspects. A model of geometry can used for support coal exploration activity in Bengkulu Basin.

Anda mungkin juga menyukai