Anda di halaman 1dari 90

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Kadugede Kabupaten

Kuningan

SMA Negeri 1 Kadugede merupakan lembaga pendidikan tingkat

menengah atas yang berada di bawah naungan departemen pendidikan

nasional. Sekolah ini berdiri pada tahun 1987 sebagai kelas jauh SMA Negeri

2 Kuningan, dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 3 (tiga) kelas, yakni

kelas satu enam, satu tujuh, dan satu delapan melanjutkan murid kelas 1

(satu) di SMAN 2 Kuningan. Adapun ruangan untuk melaksanakan kegiatan

belajar mengajar menggunakan ruang kelas milik SMP Negeri 1 Kadugede,

proses belajar mengajar dilaksanakan di siang hari, dengan tenaga guru

pengajar guru-guru SMA Negeri 2 Kuningan dan guru-guru SMAN 2 untuk

Kadugede.

Dengan semakin tingginya minat masyarakat Kadugede dan

sekitarnya untuk menyekolahkan putra-putrinya, maka atas inisiatif para

tokoh masyarakat kecamatan Kadugede yang dimotori oleh H. Subana

sebagai ketua BP-3, serta memperoleh dukungan dari camat Kadugede

akhirnya berhasil diwujudkan pembangunan ruang belajar sebanyak 3 (tiga)

lokal ditambah 1 (satu) lokal untuk ruang guru dibiayai secara swadaya,

90
91

adapun tanah yang dipergunakan untuk mendirikan bangunan adalah tanah

bengkok desa Kadugede, dengan status tanah hak guna pakai.

Sejak tahun ajaran 1990-1991 ruang belajar sudah menggunakan

fasilitas gedung milik sendiri yang berlokasi di belakang gedung Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Kadugede dan Sekolah Dasar Negeri 1

Kadugede.

Pada tanggal 9 bulan Maret tahun 1991 bertempat di kabupaten

Purwakarta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. DR.

Fuad Hasan secara simbolik menandatangani prasasti penegrian terhadap

sejumlah SMA yang berada di wilayah propinsi Jawa Barat. Sejak Maret

tahun 1991 secara resmi SMA Negeri 1 Kadugede menjadi sekolah mandiri,

karena pemerintah telah mengangkat kepala sekolah definitif Drs. Manan

yang dialihtugaskan dari SMA Negeri Cipanas kabupaten Cianjur.

SMA Negeri 1 Kadugede pernah dipimpin oleh beberapa kepala

sekolah, yaitu :

1. Drs. Manan, periode 1991 – 1995

2. Drs. Tatang Iskandar periode 1995 – 1997

3. Zaenal Abidin, BA., periode 1997 – 2000

4. Drs. S. Sumardjo, M.Pd., periode 2000 – 2005

5. Drs. H. Kasiyo, M.Pd, periode 2005 – 2007

6. Drs. H. Suhaendi, M.M.Pd, periode 2007 – 2010

7. Drs, H. Maryanto, M.S.i, Periode 2010 – 2016

8. Drs, H. Endang Kandar, M.Pd. Periode 2016 sampai sekarang


92

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Negeri 1 Kadugede

a. Visi Sekolah

SMA Negeri 1 Kadugede sebagai suatu sekolah yang berada di

lingkungan kecamatan Kadugede kabupaten Kuningan mempunyai iklim

agamis yang sangat tinggi dan menyadari akan pentingnya upaya untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi guna

mensejajarkan diri dengan kebutuhan nyata masyarakat akan tenaga kerja

maka SMA Negeri 1 Kadugede menetapkan visinya sebagai berikut:

”UNGGUL DALAM PRESTASI, TANGGUH DALAM PERSAINGAN

GLOBAL, DAN PROFESIONAL DALAM PELAYANAN PENDIDIKAN

YANG BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA SERTA PEDULI DAN

BERBUDAYA LINGKUNGAN”

b. Misi Sekolah

Dalam upaya merealisasikan visi yang merupakan kristalisasi dari

nilai-nilai yang dimiliki, maka SMA Negeri 1 Kadugede menetapkan misinya

sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan bahan ajar, proses

pembelajaran yang efektif dan inovatif, metode dan strategi pembelajaran,

dan peningkatan sistem administrasi pembelajaran.

2. Meningkatkan prestasi akademik siswa

3. Meningkatkan penguasaan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

4. Meningkatkan akhlak karimah.


93

5. Meningkatkan prestasi non akademis meliputi olahraga, seni daerah,

kemampuan berbahasa Inggris, dan keterampilan bekal hidup aplikasi

komputer.

6. Meningkatkan sarana dan jaringan teknologi informasi dan komunikasi

untuk kegiatan pembelajaran, administrasi manajemen sekolah, dan

komunikasi internal maupun eksternal.

7. Meningkatkan sarana perpustakaan sekolah dan laboratorium yang lebih

representatif.

c. Tujuan Sekolah

Dalam upayanya untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan

SMA Negeri 1 Kadugede merumuskan beberapa tujuan diantaranya :

1. Meningkatkan kompetensi guru dan prestasi akademis siswa

 Meningkatkan kompetemsi guru terutama dalam

mengimplementasikan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) serta menghadapi pelaksanaan sertifikasi guru.

 Meningkatkan pencapaian proses pembelajaran yang efektif dan

inovatif yang meliputi peningkatan kompetensi dalam metode dan

strategi pembelajaran, sistem administrasi pembelajaran, dan

pengembangan bahan ajar.

 Meningkatkan perolehan nilai ujian nasional dan ujian sekolah

minimal kenaikan lima angka untuk setiap mata pelajaran.

 Meningkatkan perolehan daya serap ulangan blok sebesar 5 (lima)

angka untuk setiap mata pelajaran.


94

 Meningkatkan peringkat siswa dalam olimpiade semua mata

pelajaran di tingkat kabupaten minimal masuk peringkat lima besar.

2. Meningkatkan penguasaan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, serta pengembangan akhlak karimah.

 Mengembangkan sikap beretika dan beradab.

 Meningkatkan kemampuan membaca dan memahami Al-Quran.

 Meningkatkan kesadaran menjalankan ajaran agama dalam

kehidupan sehari-hari.

 Meningkatkan budaya hidup bersih.

 Mengembangkan sikap disiplin.

 Meningkatkan kehidupan yang agamis.

3. Meningkatkan prestasi non akademis siswa meliputi :

 Meningkatkan prestasi olahraga bola voli , bola basket, dan sepak

bola di tingkat kabupaten.

 Meningkatkan pembinaan seni daerah diantaranya degung dan

upacara adat.

 Membentuk tim paduan suara.

4. Meningkatkan keterampilan bekal hidup berupa keterampilan aplikasi

komputer, dan bahasa Inggris.

 Meningkatkan penguasaan aplikasi komputer, memperkenalkan

perakitan hardware komputer dan membuat jaringan internet.

 Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di kalangan siswa dan

guru.
95

5. Meningkatkan sarana dan jaringan teknologi informasi dan komunikasi

untuk kegiatan pembelajaran, administrasi manajemen sekolah, dan

komunikasi internal maupun eksternal melalui pembuatan jaringan internet

dan website sekolah.

6. Meningkatkan sarana perpustakaan yang lebih representatif dan sarana

laboratorium IPA, laboratorium bahasa, dan laboratorium komputer, dan

laboratorium multimedia.

3. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Kadugede

Struktur organisasi SMA Negeri 1 Kadugede adalah sebagai berikut:


96

STRUKTUR ORGANISASI
SMA NEGERI 1 KADUGEDE KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

KEPALA SEKOLAH
Drs. H. ENDANG KANDAR, M.Pd

KOMITE SEKOLAH
KEPALA URUSAN TU
MAMAN ABDUROHMAN
NUNUNG NURHAIDAH, S.Pd

WAKIL KEPALA SEKOLAH

BAG. KURIKULUM BAG. KESISWAAN BAG. SARANA BAG. HUMAS


KAMUS HIDAYAT, M.Pd. MAMAN, S.Pd UDIN SAHRUDIN, S.Pd Drs, H. JEJE SUDIAJI

BIMBINGAN PENYULUHAN
DEWANGURU
EVI ALFIAH, S.Pd

WALI KELAS

KELAS X KELAS XI KELAS XII


MIPA 1 Bayu Abdurahim, S.Pd IPA 1 Drs, Didi Juanedi IPA 1 Nyai Nuryani, S.Pd
MIPA 2 Dra, Hj. Siti Julaeha IPA 2 Rima Irmayanti N, S.Pd. IPA 2 Hj. Ice Kurniasih, S.Pd
MIPA 3 Drs, Koko Komarasyah IPA 3 Jaja Pujadi, S.Pd. IPA 3 Dra, Siti Nurlaeli
MIPA 4 Maya Kurniasari, S.Pd. IPA 4 Aan Anwar, S.Pd.I IPA 4 Maman, M.Pd.
IPS 1 N. Rochayati, S.Ag.
IPS 1 Eri Erianah, M.Pd. IPS 1 Hj. Mustikawati, S.Pd,
IPS 2 Tati Sriyatiningsih, S.Pd.
IPS 2 M. Nursyamsu Saloem, S.Pd IPS 2 Hernawati, S.Pd
IPS 3 Wiwin Widianingsih, S.Pd.
IPS 3 Ir. Asep Sopandi IPS 3 Dina Erliana, S.Pd
IPS 4 Drs, Sunardi, M.Pd.
IPS 4 Hj. Iim Khotimah, S.Pd. IPS 4 Dra, Lela Susilawati
IPS 5 Taryo, M.Pd.
IPS 5 Lilis Herlina, S.Pd. IPS 5 Drs, Aip Maolani
97

STRUKTUR ORGANISASI STAF TATA LAKSANA


SMA NEGERI 1 KADUGEDE KABUPATEN KUNINGAN
GambarTAHUN PELAJARAN
4.1 Struktur 2016/2017
Organisasi SMAN 1 Kadugede

KEPALA SEKOLAH
Drs. H. Endang Kandar, M.Pd

KEPALA TATA LAKSANA


Nunung Nurhaidah, S.Pd

STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA
Hj. CUCUN SUHARTINI NUR RAINI YANUA MULYADI SITI AISAH
INVENTARIS KESISWAAN ADM. SURAT / SISWA BENDAHARA RUTIN PENERIMAAN KEUANGAN

STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA
KOMARUDIN, SE ABDUL KARIM APANDI MUH. TAUFIQ MUNAWAR HEFI HAFIDIN, SH
ADM. KEPEGAWAIAN INFORMASI KOMPUTER LABORAN IPA
PUSTAKAWAN

STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA
SULASTRI, S.Pd WIWIT INTAN PRATIWI SAEFUL BAHRI MUHARDJO
PETUGAS KOPERASI PETUGAS LAB. BAHASA PETUGAS KEBERSIHAN
PETUGAS KEBERSIHAN

STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA STAF TATA LAKSANA
YONO SUYONO AGUS SAID NANA SUPIANA HALIT FAISAL EKA WIDODO
PETUGAS KEBERSIHAN PETUGAS KEBERSIHAN PETUGAS KEBERSIHAN SATPAM / KEAMANAN
SATPAM / KEAMANAN

Gambar 4.2
Struktur Organisasi Staf Tata Laksana SMAN 1 Kadugede
98

4. Uraian Tugas

Uraian tugas pokok dan fungsi jabatan di SMA Negeri 1 Kadugede

kabupaten Kuningan adalah sebagai berikut:

1) Kepala sekolah

Kepala sekolah berfungsi dan bertugas sebagai Edukator, Manajer,

Administrator, dan Supervisor (EMAS)

a. Kepala sekolah selaku edukator bertugas merencanakan, melaksanakan

dan mengevaluasi pembelajaran, menganalisis hasil evaluasi, dan

melaksanakan perbaikan dan pengayaan.

b. Kepala sekolah selaku manajer mempunyai tugas:

1. Merumuskan visi, misi, strategi; dan menerapkan strategi

pengelolaan dan pembelajaran.

2. Menetapkan kebijakan mutu pemenuhan standar dan keunggulan

sekolah.

3. Menyusun perencanaan jangka menengah, tahunan, dan semesteran.

4. Mengorganisasikan dan mengarahkan kegiatan pengelolaan dan

pembelajaran.

5. Melaksanakan pengawasan.

6. Melakukan evaluasi kinerja proses dan output.

7. Mengatur administrasi

a) ketatausahaan;
99

b) kesiswaan;

c) ketenagaan;

d) sarana dan prasarana

e) keuangan / RKAS

8. Mengatur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

9. Mengatur hubungan kerja sama dalam dan luar negeri.

10. Mengelola sistem penjaminan mutu.

c. Kepala sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan

administrasi :

1. Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembinaan bidang

pengelolaan dan pembelajaran dan bimbingan.

2. Perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembinaan kesiswaan dan

pengembangan prestasi siswa.

3. Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembinaan ketatausahaan

yang meliputi;

 kantor,

 kesiswaan

 kurikulum

 sarana

 ketenagaan

 keuangan,

4. Pengelolaan perpustakaan, labolatorium, ruang multimedia,

keterampilan, kesenian, UKS, OSIS, serbaguna, pusat sumber belajar


100

5. Pengelolaan 6K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan,

kerindangan dan kekeluargaan)

6. Pengelolaan kerja sama internal dan eksternal sekolah.

7. Pengelolaan penjaminan mutu pengelolaan dan pembelajaran

d. Kepala sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi

mengenai :

1. Program jangka menengah dan tahunan dalam pengelolaan dan

pembelajaran

2. Program peningkatan mutu dalam 8 standar nasional pendidikan

3. Program kegiatan bimbingan dan konseling

4. Program tata usaha

5. Pembinaan prestasi siswa, kegiatan OSIS dan Ekstrakurikuler.

6. Program kerja sama dengan pihak internal dan eksternal

7. Program penjaminan mutu

Dalam melaksanakan tugasnya, kepala sekolah dapat mendelegasikan

kepada wakil kepala sekolah pada bidangnya masing-masing .

2) Wakil kepala sekolah bidang kurikulum

Membantu kepala sekolah dalam :

a. Penetapkan kebijakan mutu dalam standar SKL, standar isi, proses,

dan penilaian.

b. Menyusun program, mengatur pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran.

c. Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran;


101

d. Mengelola informasi dan web bidang peningkatan mutu

pembelajaran.

e. Menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan harian, ulangan tengah

semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas serta ujian

akhir sekolah & nasional.

f. Menyusun anggaran kegiatan.

g. Menerapkan kriteria persyaratan naik/tidak naik dan kriteria

penjurusan serta kriteria kelulusan.

h. Mengatur jadwal penerimaan buku laporan penilaian hasil belajar

dan ijazah.

i. Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan administrasi

guru.

j. Membina kegiatan MGMP.

k. Menyusun laporan pendayagunaan MGMP.

l. Melaksanakan pemilihan guru teladan.

m. Membina kegiatan lomba-lomba bidang akademis, seperti: LPIR,

LKIR, OSN, TOFI, mengarang dan lain-lain.

n. Melaksanakan dan menyusun jadwal pelajaran tambahan.

o. Melaporkan persentase ketidak hadiran guru dalam PBM

p. Membuat jadwal pelaksanaan pembagian rapor

q. Mengkoordinasikan penyusunan dan revisi KTSP SMAN 1

Kadugede.
102

r. Memberikan pelayanan klinik akademik kepada para siswa sesuai

kebutuhannya dengan jadwal yang disepakati diluar jam pelajaran

s. Berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah bidang yang relevan.

t. Melaksanakan pelaporan pelaksanaan program secara berkala

kepada kepala sekolah.

u. Melaporkan hasil dan target kelulusan kepada kepala sekolah.

Dalam melaksanakan tugasnya wakasek kurikulum dibantu oleh 2

(dua) orang pembantu wakil kepala bidang.

3) Wakil kepala sekolah bidang kesiswaan

Membantu kepala sekolah dalam :

a. Merencanankan, melaksanakan dan mengevaluasi program

pembinaan kesiswaan/OSIS.

b. Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan

siswa/OSIS dalam rangka menegakan disiplin dan tata tertib sekolah

serta pemilihan pengurus OSIS.

c. Mengelola web sekolah dalam bidang kesiswaan.

d. Membina pengurus OSIS dalam berorganisasi.

e. Membina kegiatan OOSN.

f. Menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan

insidental.

g. Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan,

ketertiban, kerindangan keindahan dan kekeluargaan (6 K).


103

h. Melaksanakan pemilihan calon siswa teladan dan calon siswa

penerima bea siswa.

i. Mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam

kegiatan di luar sekolah.

j. Mengatur mutasi siswa.

k. Menyusun program kegiatan ekstrakulikuler, dan

l. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala.

m. Bekerjasama dengan humas untuk pelaksanaan kegiatan hari-hari

besar dan hari-hari keagamaan.

n. Melaksanakan kegiatan MOS

o. Melaksanakan kegiatan perpisahan siswa

p. Menyusun dan mengusulkan anggaran kegiatan

q. Melaksanakan evaluasi dan melaporkan kegiatan kepada kepala

sekolah

Dalam melaksanakan tugasnya wakasek kesiswaan dibantu oleh 2

(dua) orang pembantu wakil kepala bidang.

4) Wakil kepala sekolah bidang humas

Membantu kepala sekolah dalam :

a. Merencanakan, melaksanakan, dan mengvaluasi pengembangan

kerja sama dengan pemerintahan, lembaga masyarakat, lembaga

pendidikan di dalam negeri.

b. Menyusun dan mengusulkan anggaran.

c. Mengkoordinir sistem pengelolan informasi melalui web sekolah.


104

d. Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang

tua/wali siswa.

e. Membina hubungan antar sekolah dengan komite sekolah.

f. Menyusun data out-put/out-come beserta sebarannya di perguruan

tinggi.

g. Mengelola data prestasi siswa sebagai bahan publikasi dan

pencitraan sekolah.

h. Membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga

pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial lainnya; dan

i. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang terkait dengan

pengembangan pengetahuan siswa.

j. Melakukan publikasi informasi sekolah melalui media cetak dan

elektronik.

k. Menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala

kepada kepala seolah.

Dalam melaksanakan tugasnya wakasek humas dibantu oleh 2 (dua)

orang wakil kepala bidang.

5) Wakil kepala sekolah bidang sarana/prasarana

Membantu kepala sekolah dalam :

a. Menyusun rencana kebutuhan sarana prasarana sekolah yang

mengacu kepada rencana kerja tahunan sekolah.

b. Mengelola informasi dan web bidang peningkatan dan

pemberdayaan sarana.
105

c. Menyusun program dan mengkoordinir pemeliharaan inventaris

sekolah.

d. Merumuskan dan mengusulkan anggaran.

e. Mengkoordinasikan dan mengadministrasikan pendayagunaan

sarana prasarana sekolah.

f. Mengelola alat-alat pembelajaran.

g. Melakukan koordinasi dengan kepala tata administrasi sekolah (Kaur

TU) dalam pelaksanaan tugas staf tata administrasi sekolah.

h. Menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara

berkala.

Dalam melaksanakan tugasnya wakasek sarana/prasara dibantu oleh 2

orang wakil kepala bidang

6) Wali Kelas

Wali kelas membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai

berikut :

a. pengelolaan kelas yang meliputi ketersediaan :

1. denah tempat duduk siswa,

2. bendera merah putih,

3. papan absensi siswa,

4. daftar pelajaran kelas,

5. daftar piket kelas,

6. buku absensi kelas,

7. buku kegiatan pembelajaran / buku agenda kelas, dan


106

8. jam dinding,

9. tanaman/penghijauan kelas,

10. tata tertib kelas.

b. Penyusunan/pembuatan statistik kehadiran dan prestasi bulanan siswa,

c. pembuatan daftar kumpulan nilai siswa (legger),

d. pembuatan catatan khusus tentang siswa,

e. pencatatan mutasi siswa,

f. mengingatkan kewajiban administrasi keuangan siswa di kelasnya,

g. memproyeksikan peringkat calon siswa jalur PMDK,

h. pengisian buku laporan penilaian hasil belajar/rapor,

i. pembagian buku laporan penilaian hasil belajar/rapor,

j. Berkoordinasi dengan guru BK untuk melaksanakan penanganan

siswa dan home visit,

k. Berkoordinasi dengan seluruh wakabid.

7). Guru

a. Membuat dan menyiapkan program serta perangkat pembelajaran.

b. Melakukan sosialisasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL),

Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM), Sistem dan prosedur penilaian kepada siswa di

awal pertemuan sebelum proses belajar mengajar awal dimulai.

c. Melaksanakan kegiatan penilaian berkesinambungan.

d. Membuat daftar nilai.

e. Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.


107

f. Melaksanakan kegiatan membimbing siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

g. Membuat bahan ajar.

h. Membuat alat peraga/pelajaran.

i. Membuat media pembelajaran.

j. Melaksanakan tugas tambahan di sekolah.

k. Mengadakan pengembangan setiap bidang pelajaran yang menjadi

tanggungjawabnya.

l. Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing

siswa yang diajarnya.

m. Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.

n. Ikut berperan aktif dalam menegakan disiplin siswa.

o. Bertanggung jawab terhadap kebersihan dan penghijauan ruang

kelas dan ruang praktikum.

p. Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan

pangkatnya.

q. Berkoordinasi dengan guru BK untuk melaksanakan penanganan

siswa dan home visit.

r. Berkoordinasi dengan seluruh wakabid .

8) Pembina dan Pelatih

a. Menyusun rencana program pembinaan dan pelatihan kegiatan

masing-masing ekstrakurikuler.

b. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelatihan secara periodik


108

c. Membimbing siswa dalam kegiatan-kegiatan pertandingan/

perlombaan.

d. Mengadministrasikan dan melaporkan penilaian masing-masing

kegiatan ekstra kurikuler sebelum pelaksanaan UAS dan UKK.

e. Melaksanakan penelitian dan pengembangan masing-masing

kegiatan ekstra kurikuler.

f. Membuat laporan perkembangan prestasi setiap cabang

ekstrakurikuler secara berkala.

g. Melaksanakan koordinasi dan memberikan laporan kepada Wakabid

yang relevan.

h. Berkoordinasi dengan seluruh wakabid .

9) Piket

A. Piket wakil kepala sekolah

a. Bertanggungjawab atas kelancaran dan ketertiban selama

berlangsungnya PBM.

b. Mencatat ketidakhadiran guru yang bertugas pada hari yang

bersangkutan.

c. Menangani urusan-urusan Kepala Sekolah dalam keadaan

Kepala Sekolah tidak ada di tempat.

d. Mencatat identitas, menerima dan melayani tamu yang akan

berurusan dengan kepala sekolah.

e. Mengisi buku catatan pelanggaran yang dilakukan siswa.

f. Menangani pelanggaran yang dilakukan siswa.


109

g. Membuat laporan harian tentang kejadian-kejadian selama

menjalankan piket.

B. Piket Guru

a. Bertanggungjawab atas ketertiban dan kelancaran kegiatan

belajar mengajar.

b. Mencatat kehadiran guru yang bertugas pada hari yang

bersangkutan.

c. Mengontrol keadaan kelas.

d. Mencari dan mencatat guru pengganti yang sejenis berserta

jumlah jamnya.

e. Menandatangani surat ijin masuk/keluar bagi siswa yang

terlambat atau yang meninggalkan sekolah selama KBM

berlangsung.

f. Menerima dan melayani tamu.

g. Mengisi buku pelanggaran siswa sesuai dengan jenis

pelanggarannya.

h. Membuat laporan harian selama menjalankan tugas piket KBM

dalam buku piket harian.

C. Piket BK

a. Menerima dan melayani tamu orang tua siswa yang

berkonsultasi untuk kepentingan anaknya.

b. Menerima dan melayani siswa yang memerlukan konsultasi.


110

c. Menerima tamu dari instansi lain yang berhubungan dengan

kepentingan BK.

d. Menangani siswa yang bermasalah.

e. Mencatat setiap kejadian kasus yang terjadi selama menjalankan

piket untuk dilakukan tindak lanjutnya.

f. Mengisi buku catatan pelanggaran siswa sesuai dengan jenis

pelanggarannya.

g. Membuat laporan harian tentang kejadian-kejadian selama

menjalankan tugas piket.

Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Administrasi Sekolah

A. Tugas pokok Kepala Tata Usaha sebagai berikut :

1. Menyusun program kerja tata usaha sekolah.

2. Pengelolaan keuangan sekolah.

3. Pengurusan adminstrasi ketenagaan dan siswa.

4. Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah.

5. Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.

6. Penyusunan dan penyajian data/statistik sekolah.

7. Mengkoordinasikan dan melaksanakan 6 K.

8. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan, pengurusan ketatausahaan

secara berkala.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Administrasi Sekolah

1. Tugas Pokok Urusan Administrasi

Melaksanakan ketatatausahaan sekolah dan bertanggung jawab kepada


111

kepala tata usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Menyusun program kerja tata usaha sekolah.

b. Pengelolaan keuangan sekolah.

c. Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa.

d. Pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah.

e. Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.

f. Penyusunan dan penyajian data / statistik sekolah.

mengkoordinasikan dan melaksanakan 6 K.

g. Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan, pengurusan ketataushaan

secara berkala.

2. Tugas Pokok Bendaharawan Sekolah

Melaksanakan seluruh administrasi keuangan sekolah, meliputi keuangan

rutin/UYHD/BOPS, dana BOS, dana komite sekolah dan dana dari sumber

lainnya, bertanggung jawab langsung kepada kepala tata usaha, dengan

rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyimpan dokumen, rekening giro atau bank keuangan sekolah

b. Mengajukan Pembayaran

c. Membuat laporan penggunaan keuangan BOPS, BOS, komite sekolah

dan sumber lainnya.

d. Melaksanakan pengambilan dan pengembalian serta pembayaran

keuangan negara sesuai petunjuk.

e. Menyimpan arsip/dokumen dan SPJ keuangan.

f. Membuat laporan posisi anggaran (daya serap)


112

g. Membuat lembar hasil waskat

h. Menjadi / melaksanakan tugas kebendaharan dari setiap kepanitiaan

yang dibentuk sekolah.

i. Membentuk Keuangan berdasarkan sumber keuangannya pada buku

kas umum, pembantu dan tabelaris.

3. Tugas pokok urusan inventarisasi dan perlengkapan

Melaksanakan administrasi inventarisasi dan kelengkapan sekolah

bertanggung jawab kepada kepala tata usaha, dengan rincian tugas sebagai

berikut :

a. Mencatat penerimaan barang inventaris dan non inventaris

b. Mengisi buku induk inventaris

c. Mengisi buku golongan inventaris

d. Membuat buku penerimaan dan pengeluaran barang non inventaris

e. Membuat buku pengeluaran / penggunaan barang inventaris

f. Membuat kode / sandi pada barang inventaris

g. Membuat laporan keadaan barang inventaris

h. Mengisi kartu barang

i. Membuat berita acara penghapusan barang inventaris

j. Menyimpan dokumen kepemilikan barang-barang inventaris dan

dokumen lainnya

k. Membuat daftar kebutuhan sarana atau prasarana atau ruang

l. Membuat daftar pengumuman barang inventaris pada setiap ruangan


113

4. Tugas Pokok Urusan Adminstrasi Kepegawaian

Melaksanakan administrasi kepegawaian, bertanggung jawab kepada

kepala tata usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Mengisi buku induk pegawai

b. Membuat DUK, R7/R6(F-3) dan DSO (F-1,2) guru atau pegawai

c. Membuat daftar prediksi kenaikan tingkat atau golongan gaji berkata

guru/pegawai

d. Membuat dan mengajukan berkas usul permohonan kenaikan gaji

berkala guru atau pegawai 

e. Membuat daftar hadir guru dan pegawai

f. Menyimpan berkas data atau arsip kepegawaian

g. Membuat SK pembagian tugas dan surat tugas

h. Membuat daftar gaji

i. Membuat daftar pembayaran honorarium dan kesejahteraan

5. Tugas Pokok Urusan Adminstrasi Kesiswaan

Melaksanakan administrasi kesiswaan, bertanggung jawab kepada kepala

tata usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Membuat daftar nomor induk siswa

b. Mengisi buku klaper siswa

c. Mengisi buku induk siswa

d. Mengisi buku mutasi siswa

e. Membuat daftar keadaan siswa


114

f. Membukukan daftar keadaan siswa

g. Membukukan daftar siswa perkelas

h. Mencatat pendaftaran siswa baru

i. Membuat usulan peserta ujian

j. Menyimpan daftar lulusan

k. Menyimpan daftar penerimaan atau penyerahan sttb

l. Menyimpan daftar kumpulan nilai (leger)

m. Menyediakan blanko pemanggilan orang tua siswa

n. Membuat surat keterangan dan surat mutasi siswa

o. Menyediakan blanko izin keluar masuk kelas

p. Mengisi papan data keadaan siswa

6. Tugas Pokok Urusan Adminstrasi persuratan

Melaksanakan administrasi persuratan, bertanggung jawab kepada kepala

tata usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Membuat nomor agenda surat masuk dan keluar

b. Mengisi buku agenda surat masuk dan keluar

c. Menggandakan/tikrey surat atau dokumen sekolah

d. Mengisi buku ekspedisi

e. Menyimpan arsip dan menyampaikan surat

f. Memelihara dan menata kearsipan dan dokumen surat keputusan,

g. Laporan dan lainnya.

h. Membantu kelancaran administrasi sekolah

i. Membuat administrasi bendahara


115

j. Membuat administrasi kepegawaian

k. Menyimpan dan menjaga kerahasiaan data-data sekolah

7. Tugas Pokok Pengelola perpustakaan

Melaksanakan administrasi perpustakaan, bertanggung jawab kepada

kepala tata usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Mengisi buku induk perpustakaan dan buku paket

b. Membuat nomor / kode klasifikasi buku

c. Membuat buku pengunjung perpustakaan

d. Membuat kelengkapan kartu, date due slip, katalog anggota peminjam

e. Membuat statistik/grafik pengunjung dan peminjam

f. Membuat laporan keadaan buku

g. Membuat daftar pengunaan barang inventaris di perpustakaan

8. Tugas Pokok Pengelola Laboratorium

Melaksanakan administrasi laboratorium, bertanggung jawab kepada

kepala tata usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Mencatat / membukukan barang-barang laboratorium

b. Menyediakan buku penggunaan barang laboratorium

c. Membuat daftar penggunaan laboratorium

d. Melayani kebutuhan alat-alat praktikum

e. Menata, menjaga, dan merawat alat-alat lab

f. Membuat daftar laporan keadaan dan mutasi alat-alat

g. Membuat daftar kebutuhan bahan pratikum


116

9 . Tugas Pokok Pembantu/Penjaga sekolah/Petugas Kebersihan

Melaksanakan kegiatan kebersihan dan pengamanan sekolah, bertanggung

jawab kepada kepala tata usaha, dengan rincian tugas sebagai berikut :

a. Menjaga dan melaksanakan kebersihan ruang seluruh bangunan sekolah,

b. Membantu menyediakan kebutuhan guru/pegawai

c. Menyiapakan air minum

d. Mencuci dan menyimpan alat-alat minum dan makan

e. Membuka dan mengunci seluruh ruangan

f. Kebersihan WC siswa

g. Kebersihan WC guru dan kepala sekolah

h. Melaksanakan piket malam

5. Keadaan Rombel, Siswa, Guru dan Karyawan SMAN 1 Kadugede

Keadaan rombel, siswa, guru dan karyawan SMAN 1 Kadugede kabupaten

Kuningan dapat dirinci seperti pada bagan di bawah ini:


117

Gambar 4.3

Keadaan rombel, siswa, guru dan karyawan SMAN 1 Kadugede

B. Hasil Penelitian

Fenomena yang berkaitan dengan masalah pendidikan agama Islam

demokratik di SMA Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan menunjukkan

bahwa pendidikan masih perlu adanya perubahan dalam melaksanakan nilai-

nilai pendidikan secara Islami, baik peserta didik ataupun dalam


118

pembelajarannya yang menunjukkan pendidikan bernuansa demokratis. Hal

ini bisa dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung. Selama ini, masih

banyak guru yang selalu menganggap bahwa dirinya adalah orang yang

paling pintar, kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk

berkreativitas, kurangnya keterbukaan mengenai kelemahan guru, dan

menganggap paling berhak dalam memperlakukan peserta didik sesuai

dengan kemauannya, suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan,

sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif

dan tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kelelahan.

Fenomena tersebut menjadi landasan bagi SMA Negeri 1 Kadugede

untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan terutama menanamkan nilai-nilai

pendidikan Islam yang demokratik melalui kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dokumentasi dari program sekolah, upaya yang

dilakukan oleh SMA Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan, sebagai

berikut:

1. Konsep Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam bersumber pada nilai-nilai agama Islam

disamping menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai

tersebut, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an dan Al-hadist.

Sasaran dari pendidikan agama Islam adalah mengintegrasikan iman dan

taqwa dengan ilmu pengetahuan dalam pribadi manusia di akhirat.

Dari pengertian tersebut di atas, tampak bahwa output pendidikan

adalah terbentuknya kecerdasan dan keterampilan seseorang yang dapat


119

berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Artinya masa depan

bangsa dan negara ditentukan sejauh mana pendidikan bangsa Indonesia dan

seberapa kecerdasan maupun keterampilan yang dimilikinya untuk dapat

membangun negaranya agar maju dan berkembang. Pendidikan agama Islam

adalah bimbingan jasmani ruhani berdasarkan hukum-hukum agama menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama berdasarkan ukuran-ukuran Islam.111

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

agama Islam adalah suatu proses yang komprehensif dan pengembangan

kepribadian manusia secara keseluruhan, yang meliputi intelektual, spiritual,

emosi dan fisik, sehingga seseorang muslim disiapkan dengan baik untuk

dapat melaksanakan tujuan-Nya (khalifah-Nya) di dunia.

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

a. Dasar Pendidikan Agama Islam

1) Dasar Yuridis/Hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari

perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi

pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah

secara formal.

a. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila

pertama yang berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam bab XI

pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: a) Negara berdasarkan

111
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, PT AL-
MA’arif, 1989, 19.
120

atas Ketuhanan Yang Maha Esa; b) Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadat menurut agama dan

kepercayaannya itu.112

2) Dasar Religius

Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.

Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menunjukkan perintah untuk

mengajarkan ajaran Islam

3) Dasar Psikologis

Setiap manusia yang hidup didunia selalu membutuhkan adanya

suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan dalam

jiwanya ada suatu perasaan yang menyakini adanya suatu dzat yang maha

kuasa, tempat mereka memohon pertolongan. Hal ini terjadi pada

masyarakat yang masih primitive maupun yang masih modern, mereka

akan tenang dan tentram apabila mendekatkan diri kepada Allah.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan direkomendasikan sebagai pengembangan

pertumbuhan yang seimbang dari potensi dan kepribadian total

manusia, melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan

dan kepekaan fisik, sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat,

112
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Beserta Amandemen, 32.
121

berbangsa dan bernegara.

Tujuan pendidikan agama Islam adalah pencerminan dari ciri-

ciri agama untuk membentuk kepribadian manusia dari proses

pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga, keluarga, pemerintah

maupun masyarakat. 113

Pendidikan agama Islam berorientasi pada pemberdayaan

manusia dengan segenap potensinya untuk dipersembahkan bagi

kepentingan manusia tersebut, manusia dan kemanusiaan, masyarakat

dan alam semesta dengan mengacu kepada pemikiran yang kuat,

kemanfaatan manusia secara umum dan menjaga harmonitas

hubungan manusia sebagai khalifah dengan alam semesta sebagai

obyek yang harus terjaga kelestariannya.

Dalam kerangka perwujudan fungsi idealnya untuk

peningkatan kualitas bangsa berakhlak karimah/bermartabat tersebut,

sistem pendidikan agama Islam haruslah senantiasa mengorientasikan

diri kepada menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam

masyarakat kita sebagai konsekuensi logis dari perubahan. Prinsip-

prinsip yang diterapkan di SMA Negeri 1 Kadugede antara lain: 

a. Prinsip integrasi (tauhid)

Suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah bahwa dunia

ini merupakan jembatan menuju kampung akhirat. Karena itu


113
Arifin, Zainul, Ilmu Pendidikan Islam, Madiun, STAI Madiun, 2009, 13.
122

mempersiapkan diri secara utuh merupakan hal yang tidak dapat

dihindari agar masa kehidupan ini benar-benar bermanfaat untuk

bekal di akhirat. Perilaku yang terdidik dan nikmat Tuhan apapun

yang didapat dalam kehidupan harus diabdikan untuk mencapai

kelayakan-kelayakan itu terutama dengan mematuhi keinginan

Tuhan. Prinsip integrasi (tauhid) ini diimplementasikan dalam

setiap mata pelajaran dan tertuang dalam kuriklum sekolah. Prinsip

yang diterapkan di sekolah SMAN 1 Kadugede ini sesuai dengan

firman Allah SWT pada Qur’an surat Al-Qashash ayat 77:

         


          
         
Artinya :

”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) kampung akhirat, dan janganlah
kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan
duniawi...”

Ayat ini menunjukkan bahwa pendidikan akan meletakkan

porsi yang seimbang untuk mencapai keseimbangan dunia dan

akhirat.

b. Prinsip Keseimbangan

Prinsip keseimbangan merupakan kemestian, sehingga

dalam pengembangan dan pembinaan manusia tidak ada

kepincangan dan kesenjangan. Keseimbangan ini diartikan sebagai


123

keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan. Keseimbangan

antara material dan spritual, unsur jasmani dan ruhani. Prinsip

keseimbangan yang diimplementasikan di SMAN 1 Kadugede

berupa program Jum’at berseri (bersih, sehat dan religius) yang

dilaksanaan pada jam pertama (07.00 s.d. 07.45) setiap hari Jum’at.

Pada banyak ayat al-Qur’an Allah menyebutkan iman dan

amal secara bersamaan, diantaranya adalah QS.Al-‘Ashr:1-3:

        


    
  
Artinya :

”Demi masa sesungguhnya manausia dalam kerugian,


kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh”.

c. Prinsip kesetaraan 

Prinsip ini menekankan agar di dalam pendidikan Agama

Islam tidak terdapat ketidakadilan perlakuan, atau diskriminasi

tanpa membedakan suku, ras, jenis kelamin, status sosial, dan latar

belakang. Karena manusia diciptakan oleh Tuhan yang sama yaitu

Allah SWT. Prinsip kesetaraan sudah diterapkan di SMAN 1

Kadugede terbukti dari jumlah siswa yang berasal dari berbagai

daerah, jenis kelamin, status sosial dan latar belakang ekonomi.

d. Prinsip Pembaharuan

Prinsip pembaharuan merupakan perubahan baru dan

kualitatif yang berbeda dari hal sebelumnya. Serta diupayakan

untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu


124

pendidikan. Dalam proses pembaharuan umat Islam harus mampu

menciptakan model-model pendidikan yang dapat menyentuh

beberapa aspek, yaitu yang mampu mengembangkan agent of

technology and culture. Prinsip ini diterapkan di SMAN 1

Kadugede dalam bentuk kegiatan kesiswaan dalam bentuk

kelompok ilmiah remaja dan apresiasi seni baik seni tradisional

maupun keagamaan.

e. Prinsip Demokrasi

Demokrasi berasal dari kata demos; rakyat, cratein:

pemerintah, prinsip ini mengidealkan adanya partisipasi dan

inisiatif yang penuh dari masyarakat. Segala sesuatu yang

dibutuhkan dalam pendidikan seperti sarana prasarana,

infrastruktur, administrasi, penggunaan sarana dan sumber daya

manusia lainnya hanya akan diperoleh dari masyarakat. Prinsip

pendidikan yang berbasis masyarakat ini sejalan dengan undang-

undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa

pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, orang tua dan

masyarakat. Prinsip demokrasi diimplementasikan di SMAN 1

Kadugede yaitu dalam berbagai hal baik yang berkaitan dengan

manajemen sekolah maupun pengelolaan peserta didik.

f. Prinsip kesinambungan

Prinsip yang saling menghubungkan antara berbagai tingkat

dan program pendidikan.


125

g. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education)

Prinsip ini bersumber dari pandangan mengenai kebutuhan

dasar manusia dalam kaitan keterbatasan manusia di mana manusia

dalam sepanjang hidupnya dihadapkan pada berbagai tantangan

dan godaan yang dapat menjerumuskan dirinya sendiri kejurang

kehinaan. Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia berupa

kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan

kejahatan yang dilakukan, di samping selalu memperbaiki kualitas

dirinya, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Al-Maidah:39:

          
   
Artinya

”Maka siapa yang bertaubat sesudah kezhaliman dan


memperbaiki dirinya maka Allah menerima taubatnya....

h. Prinsip persamaan

Prinsip persamaan yang berakar dari konsep dasar tentang

manusia yang mempunyai kesatuan asal yang tidak membedakan

derajat, baik antar jenis kelamin, kedudukan sosial, bangsa maupun

suku, ras, atau warna kulit.

i. Prinsip keutamaan

Prinsip keutamaan yang menegaskan bahwa pendidikan

bukanlah hanya proses mekanik melainkan merupakan proses yang

mempunyai ruh di mana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan

kepada keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan tersebut

terdiri dari nilai-nilai moral yang paling tinggi adalah tauhid.


126

Sedangkan nilai moral yang paling buruk dan rendah adalah syirik.

Sehingga dengan prinsip ini pendidik bukan hanya bertugas

menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu

turut membentuk kepribadiannya dengan perlakuan dan

keteladanan yang ditunjukkan oleh pendidik tersebut. 

Jika dihubungkan dengan faktor-faktor pendidikan, maka antara

prinsip-prinsip pendidikan dengan faktor-faktor pendidikan itu sangat

berkaitan erat. Dalam kaidah-kaidah yang menunjukkan bahwa dalam

proses pendidikan itu ada pendidik yang berfungsi sebagai pelatih,

pengembang, pemberi atau pewaris. Kemudian terdapat bahan yang

dilatihkan, dikembangkan, diberikan dan diwariskan yakni pengetahuan,

keterampilan, berpikir, karakter yang berupa bahan ajar, serta ada murid

yang menerima latihan, pengembangan, pemberian dan pewarisan

pengetahuan, keterampilan, pikiran dan karakter.

c. Pendidik dalam Pendidikan Islam

Sebagaimana teori barat, pendidik dalam Islam adalah orang-orang

yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya, dengan

upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif

(rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).

Pendidik adalah subjek yang memberi pelayanan pengembangan

potensi terdidik. Sebagai pemberi pelayanan, SMA Negeri 1 Kadugede

menerapkan kode etik guru yang memuat aturan bahwa pendidik haruslah:
127

1) Orang yang mengenal dan menguasai konsep dasar tentang manusia

dan alam. Dalam hal pendidikan Islam, maka konsep dasar tersebut

diturunkan dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan Al-Qur’an

dan Hadits Nabi.

2) Sikap guru untuk tidak memutlakan pendapatnya manusia (guru,

gurunya guru atau murid), sebab sifat mutlak itu hanya milik Allah.

Implikasinya adalah bahwa manusia guru dan murid pastilah

mempunyai sifat berlebih dan berkurang antara satu dengan yang

lainnya. Namun antara guru dan murid tetap menuju upaya

mengerahkan kepada kesempurnaan, karena itu pergaulan pergaulan

manusia difungsikan untuk saling melengkapi.

3) Terus menerus melalui penelitian-penelitian atau bersama-sama

melalui halaqah-halaqah, mendorong minat dan memperkuat motivasi

terdidik untuk belajar dan terus belajar.

4) Teladan, khususnya dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan,

karena dengan terus belajar, pendidikpun akan lebih menguasai bahan

ajar secara lebih baik yang lama maupun yang baru dan akan lebih

menumbuhkan kepercayaan terdidik akan penguasaan bahan ajar

pendidik. Disadari atau tidak pendidik yang terus belajar akan

menyadari berbagai kekurangan dirinya.

5) Cara dan tehnik komunikasi yang lebih human, sesuai dengan adat

kebiasaan yang berlaku di tempat pendidik tesebut dilaksanakan.


128

6) Tidak terpaut secara terus menerus kepada harta kekayaan kekuasaan

dan popularitas, semuanya dikerjakan hanya megharap balasan

bimbingan dan penilaian dari Allah SWT, tentu saja tidak harus

diartikan bahwa si pendidik tidak boleh kaya, berkuasa dan populer,

namun yang penting tidak diperbudak oleh kekayaan, kekuasaan dan

popularitas pada saat pendidik tersebut kaya, berkuasa dan populer.

7) Zuhud yakni tidak sedih dan berduka karena sesuatu yang terlepas dan

luput darinya, serta tidak gembira berlebihan karena mendapatkan

atau menguasai sesuatu. 

d. Fungsi dan Tugas Pendidik

Fungsi dan tugas seorang pendidik meliputi: pertama sebagai

pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran

dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan

pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan. Kedua sebagai pendidik

(educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan

berkepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya.

Ketiga sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan

kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait terhadap

berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan,

pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program pendidikan

yang dilakukan.

Dalam proses belajar mengajar, menerapkan ketentuan bahwa

seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta


129

didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan, beberapa hal yang perlu

dipahami oleh Guru SMA Negeri 1 Kadugede kabupaten mengenai peserta

didik adalah:

 Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai

dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh

disamakan dengan orang dewasa. Orang dewasa tidak patut

mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala aturan

dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya, maka

menjadikan kehampaan hidup dikemudian hari.

 Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk

pemenuhan kebutuhan untuk semaksimal mungkin.

 Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan

individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor

endogen (fithrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi

jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat dan lingkungan yang

mempengaruhinya.

 Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia.

Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk

monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak

segi merupakan satu kesatuan jiwa raga, (cipta, rasa, karsa).

 Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam

pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif.

Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan


130

kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam pendidikan tidak

memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya hanya menerima

dan mendengarkan saja.

 Keenam, peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan

tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan

iramanya. Implikasinya dalam pendidikan adalah bagaimana proses

pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama

perkembangan peserta didik.

e. Sifat-sifat dan Kode Etik Peserta Didik dalam Pendidikan Agama

Islam

Sifat-sifat dan kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang

harus dilaksanakannya dalam proses belajar, baik secara langsung maupun

tidak langsung, berdasarkan studi dokumen, kode etik peserta didik yang

diberlakukan di SMA Negeri 1 Kadugede yaitu:

1) Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT,

sehingga dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk

menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela

(takhalli) dan mengisi dengan akhlak yang terpuji (tahalli).

2) Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibanding masalah ukhrawi

artinya belajar tidak semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan, tapi

juga belajar dengan berjihad melawan kebodohan demi mencapai

derajat kemanusiaan yang tinggi, baik di hadapan manusia atau Allah

SWT.
131

3) Bersikap tawadlu (rendah hati) dengan cara menanggalkan

kepentingan pribadi untuk untuk kepentingan pendidiknya, sekalipun

cerdas, tetapi ia bijak dalam menggunakan kecerdaannya, termauk

juga bijak kepada teman-temannya yang IQ-nya rendah.

4) Menjaga pikiran dan pertentangan yang timbul dari berbagai aliran,

sehingga ia fokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh

dan mendalam dalam belajar.

5) Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji (mahmudzah), baik untuk

ukhrawi maupun untuk duniawi serta meninggalkan ilmu ilmu yang

tercela (mazmumah).

6) Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran

yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak), atau

dari ilmu fardlu ‘ain menuju ilmu yang fardlu kifayah.

7) Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang

lainnya, sehingga peserta didik memiliki spesifikasi ilmu yang

pengetahuan secara mendalam.

8) Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari,

sehingga mendatangkan objektivitas dalam memandang suatu

masalah.

9) Memprioritaskan ilmu diniyah yang terkait dengan kewajiban sebagai

makhluk Allah SWT, sebelum memasuki ilmu duniawi.


132

10) Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu

ilmu yang bermanfaat dapat membahagiakan, mensejahterakan serta

memberi keselamatan hidup dunia akhirat.

11) Peserta didik harus tunduk pada nasehat-nasehat pendidik 

Berdasarkan studi dokumentasi, Penyelenggaraan pendidikan di

SMAN 1 Kadugede kabupaten Kuningan mengacu pada prinsip

penyelenggaraan umum dan prinsip penyelenggaraan pendidikan Islam.

a. Prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan umum

1) Pendidikan dilaksanakan secara demokratis dan berkeadilan serta

tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,

nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

2) Pendidikan diselenggarkan sebagai satu kesatuan yang sistemik

dengan sistem terbuka dan multimakna, terbuka: fleksibilitas

pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur

pendidikan, multimakna: proses pendidikan yang diselenggarakan

dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan,

pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan

hidup. 

3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan

dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

hayat.
133

4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta

didik dalam proses pembelajaran.

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya

membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga

masyarakat.

6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam

penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan masyarakat. 

b. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam

1) Prinsip pembebasan manusia dari ancaman kesesatan yang

menjerumuskan manusia pada api neraka.

    


    
       
    
Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.” (QS.at-Tahrim: 6)

2) Prinsip pembinaan ummat manusia menjadi hamba-hamba Allah

yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia

dunia dan akhirat, sebagai realisasi cita-cita bagi orang yang


134

beriman dan bertakwa, yang senantiasa memanjatkan do’a sehari-

harinya.

     


     
Artinya :

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu


dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
(QS.al-Baqarah: 21)

       


        
          
  
Artinya :

“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashash:77)

3) Prinsip pembentukan pribadi manusia yang memancarkan sinar

keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama

lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan diri

pada khaliknya. Keyakinan dan keimanannya sebagai penyuluh

terhadap akal budi yang sekaligus mendasari ilmu

pengetahuannya, bukan sebaliknya, keimanan dikendalikan oleh

akal budi.

      


       
      
135

       


 
Artinya :

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.al-
Mujadalah: 11)
 
4) Prinsip ‘amar ma’ruf nahi munkar dan membebaskan manusia

dari belenggu-belenggu kenistaan

     


     
   
Artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (QS.Ali-Imran: 104)

     


    
        
     
Artinya :

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk


manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” (QS.Ali-Imran: 110)
136

5) Prinsip pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa sehingga

dapat menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat

memfungsikan daya cipta, rasa dan karsanya. 

Selain prinsip-prinsip pendidikan Islam yang diterapkan di

SMAN 1 Kadugede kabupaten Kuningan, sebagai lembaga yang

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan,

menerapkan pula fokus penyelenggaraan lembaga pendidikan dengan

Tricentra dari Ki Hajar Dewantara yang merupakan tempat pergaulan

anak didik dan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya.

Tricentra itu adalah :

1. Alam keluarga yang membentuk lembaga pendidikan keluarga.

2. Alam perguruan yang membentuk lembaga pendidikan sekolah.

3. Alam pemuda yang membentuk lembaga pendidikan masyarakat.

Dalam implementasinya SMAN 1 Kadugede selalu bekerjasama

baik secara internal sekolah maupun dengan orang tua terutama untuk

menitikberatkan pada peran orang tua dalam pendidikan keluarga.

2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Demokratik di SMA Negeri

1 Kadugede Kabupaten Kuningan.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
137

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.114

Dengan dicantumkannya kata-kata keimanan dan ketakwaan

dalam tujuan pendidikan nasional di atas, menunjukkan bahwa keimanan

dan ketakwaan merupakan ciri utama kualitas manusia Indonesia,

disamping ciri-ciri kualitas yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa

bangsa Indonesia tidak bisa menafikan keberadaan agama Islam. Karena

konsep ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebenarnya berasal

dari ajaran Islam, begitu pula dengan budi pekerti dalam tujuan tersebut,

tidak lain juga harus sesuai dengan kriteria akhlaqul Islami. Oleh karena

itu, hendaknya Pendidikan Agama Islam ditujukan ke arah tercapainya

keserasian dan keseimbangan pertumbuhan pribadi yang utuh lewat

berbagai latihan yang menyangkut kejiwaan, intelektual, akal, perasaan

dan indera.

Islam sebagai sebuah agama memberikan konsep ajaran yang

komprehensif dan integral, tidak hanya pada persoalan ubudiyah (ibadah)

khusus seperti shalat, puasa dan lainnya, tetapi juga menyangkut kode

etik sosial yang digunakan manusia sebagai perangkat penataan sosial

yang diarahkan pada kemaslahatan manusia itu sendiri. Al Qur’an dan

Hadits adalah representasi dari ajaran Islam yang komprehensif tersebut,

yang di dalamnya memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek tak

terkecuali masalah keilmuan/pendidikan, bahkan Rasulullah Muhammad

114
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS): Beserta Penjelasannya, Bandung, Citra Umbara, 2003, 3.
138

SAW menerima wahyu pertama juga berkenaan dengan masalah

pendidikan :

         
        
     

Artinya :

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ketahuinya.” (Al
Alaq : 1 – 5) 115

Sebagai sumber bagi ilmu-ilmu Islam, kredibilitas Al Qur’an dan

Hadits menurut Azyumardi Azra, :

Pertama, bisa dilihat dari Al Qur’an sebagai suatu yang komprehensif,

sehingga prinsip-prinsip pendidikan juga terdapat didalamnya, disisi lain Al

Qur’an sebagai sebuah kitab suci juga tidak menutup adanya upaya

penafsiran secara esoteris (ma’nawi), yang berarti dalam masalah pendidikan

dimungkinkan adanya pengungkapan misteri-misteri yang terkandung di

dalamnya, untuk membangun paradigma ilmu.

Kedua, Al Qur’an dan Hadits menciptakan iklim yang kondusif bagi

pengembangan ilmu dengan menekankan kebajikan dan keutamaan menuntut

ilmu; pencarian ilmu dalam segi apapun berujung pada penegasan keesaan

Tuhan. Karenanya seluruh metafisika dan kosmologi yang terbit dari

kandungan Al Qur’an dan Hadits merupakan dasar pembangunan dan

pengembangan ilmu Islam, kedua sumber pokok ini singkatnya meciptakan

115
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Semarang, CV. Asy-Syifa’, 1992, 1079.
139

atmosfer khas yang mendorong aktivitas keintelektualan dalam “baju”

Islam.116

Pendidikan merupakan sistem yang mampu membantu

mengembangkan segenap potensi yang dimiliki manusia. Seiring berjalannya

waktu pelaksanaan pendidikan banyak mengalami problem padahal peranan

pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan kualitas

kehidupan manusia. Pendidikan agama Islam sebagai salah satu agen

perubahan sosial juga harus mampu menerjang problem yang bergerak

dinamis dan proaktif untuk kemajuan dan perbaikan umat Islam. Pendidikan

yang dipandang kurang humanis juga sering terjadi dalam proses pendidikan

yang berdampak pada perkembangan peserta didik. Tujuan-tujuan pendidikan

Islam yang telah dirumuskan dan harus diwujudkanpun jauh dari harapan.

Demokratisasi pendidikan dianggap mampu sebagai solusi dalam

mewujudkan pendidikan agama Islam yang humanis. Pendidikan yang tidak

membenarkan adanya intimidasi, pengekangan dan pembatasan terhadap

kreatifitas guru dan murid dapat diwujudkan dengan upaya dalam

menciptakan demokrasi pendidikan ditandai dengan adanya proses belajar-

mengajar yang terbuka dan penuh dialog yang sehat dan bertanggungjawab

antara guru dan peserta didik. Suasana humanis dalam pendidikan akan

mengantarkan tercapainya tujuan pendidikan Agama Islam.

Pendidikan agama Islam merupakan upaya mengembangkan,

mendorong serta mengajak seseorang lebih maju dengan berlandaskan nilai-

116
Azyumardi, Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Cet. ke – 1, Jakarta, PT Logis Wacana Ilmu, 1999, 13.
140

nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, agar terbentuk suatu pribadi yang

lebih sempurna, baik itu yang berkaitan dengan perbuatan, akal maupun

perasaan.

Secara organik pendidikan agama Islam tidak dapat dilepaskan dari

agama Islam sebagai landasan dasar terselenggarakannya pendidikan Islam

itu sendiri. Islam bersifat universal yang didalamnya telah tersaji prinsip-

prinsip dan aturan-aturan berbagai masalah bidang kehidupan termasuk pada

wilayah pendidikan. Dengan demikian umat Islam dituntut mampu menggali

prinsip-prinsip ajaran Islam tersebut untuk dijadikan sebagai kerangka atau

landasan teori dalam menyelenggarakan pendidikan agama Islam.

Dalam kaitannya dengan esensi pendidikan agama Islam yang

dilandasi filsafat pendidikan yang benar dan yang mengarahkan proses

kependidikan Islam. Pendidikan yang harus dilaksanakan oleh umat Islam

adalah pendidikan keberagamaan yang berlandaskan keimanan.

Pendidikan agama Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi

muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai

Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan

memetik hasilnya di akhirat.

Berdasarkan observasi langsung dan wawancara dengan guru PAI

(N. Rohayati, S.Ag) yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1

Kadugede kabupaten Kuningan pada tanggal 25 September 2016, tentang

bagaimanakah implementasi pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1

Kadugede ?.
141

“Implementasi pendidikan agama Islam saat ini memang


sudah terintegrasi pada semua mata pelajaran namun pada
pelaksanaannya yang paling banyak mempelajari tentang
Islamnya baru terpokus pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam”

Berkaitan dengan materi pendidikan agama Islam yang diterapkan,

apakah Ibu memilih materi berdasarkan skala prioritas?

“Saya menyampaikan materi-materi pendidikan Agama Islam


berdasarkan pada silabus, dan buku sumber yang ada. Saya
melakukan hal itu karena dianggap semua materi prinsipil,
jadi saya tidak terlalu memperhatikan sistematika
penyampaian materi yang harus disampaiakn lebih awal atau
materi mana yang disampaikan di akhir, bahkan pada saat
terjadi kekurangan waktu dalam penyampaian materi
terkadang saya memberikan tugas kepada siswa”

Bagaimanakah penyampaian penjelasan Ibu tentang istilah-istilah

kunci dan pokok dalam ajaran Islam, apakah ada penjelasan yang lebih

luas, agar peserta didik memahami makna yang mendalam tentang pokok

ajaran Islam ?

“Saya berusaha menyampaikan istilah-istilah kunci dan pokok


ajaran Islam seluas mungkin, namun saya juga dibatasi
dengan waktu pembelajaran yang terbatas, sehingga
kemungkinan penggalian makna memang belum maksimal
dan luas”

Bagaimana upaya Ibu sebagai guru PAI dalam pelaksanaan

Pembelajaran demokratik terutama di kelas dalam kaitan dengan

pemilihan metode atau strategi pembelajaran ?

“Dimulai sejak perencanaan pembelajaran saya berusaha


memilih metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi
aktif siswa yakni selalu berusaha menggunakan pembelajaran
cooperative learning sebab dalam pembelajaran ini jelas
menumbuh kembangkan kerjasama kelompok, menumbuhkan
nilai nilai menghargai keragaman individu dll.”
142

Menurut pandangan Ibu sebagi guru PAI apakah bisa

mengimplementasikan nilai atau sikap demokratis dari sisi materi

atau konten bahan ajar ?

“Jelas bisa dan harus sebab pada prinsipnya Islam itu sendiri
demokratis seperti istilah musyawarah (syura), kesepakatan
(ijma‟), dan penilaian interpretative yang mandiri (ijtihad), itu
contoh nilai- nilai yang selalu diamalkan oleh umat Islam
dalam setiap aspek kehidupan tidak terkecuali dalam kegiatan
proses belajar mengajar .”

Apakah Ibu selama ini dalam kaitan relasi interaksi antar guru

dan murid sudah mengimplementasikan nilai nilai demokratis ?

“Untuk istilah relasi antara murid dan guru yang ada masalah
dalam kaitan demokratis, sebenarnya ini menyangkut presepsi
yang beda, mungkin ada sebagian orang atau siswa yang
menganggap bahwa demokratis artinya guru dan siswa sejajar
,sedangkan menurut pendapat saya pribadi tetap harus ada
jarak sesusai dengan surat Al-Kahfi ayat 65-82 intinya
bagaimana prilaku siswa dalam menuntut ilmu dan bagaimana
peran dan tanggungjawab guru dalam melaksanakan
profesinya .”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan ibu N.

Rohayati, S.Ag (guru PAI kelas X), terdapat beberapa hal yang menurut

peneliti masih belum maksimalnya implementasi pendidikan Agama Islam

demokratik yang dilakukan. Peneliti menyimpulkan bahwa ada tiga hal

yang membuktikan kekurang-tepatan orientasi implementasi pendidikan

Agama Islam dimaksud, yaitu:

a. Implementasi pendidikan agama Islam saat ini lebih berorientasi pada

belajar tentang agama.


143

b. Tidak tertibnya penyusunan dan pemilihan materi-materi pendidikan

Agama Islam sehingga sering ditemukan hal-hal yang prinsipil yang

seharusnya dipelajari lebih awal, justru terlewatkan, misalnya

pelajaran keimanan/tauhid.

c. Kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam atas istilah-istilah

kunci dan pokok dalam ajaran Islam sehingga sering ditemukan

penjelasan yang jauh dan berbeda dari makna, spirit dan konteksnya.

        Mengenai faktor penyebab implementasi pendidikan Agama

Islam demokratik di SMA Negeri 1 Kadugede, peneliti melakukan

observasi dan wawancara dengan kepala sekolah, dan wakasek kurikulum.

Hasil wawancara dengan kepala sekolah Drs, H. Endang Kandar, M.Pd,

tanggal 27 September 2016 diperoleh informasi sebagai berikut:

Apakah dalam mengimplementasi pendidikan agama Islam di SMAN 1

Kadugede sudah efektif? Apakah dalam mengimplementasikan pendidikan

agama Islam demokratik di sekolah Bapak menghadapi kendala ?

“Implementasi pendidikan agama Islam demokratik di SMA


Negeri 1 Kadugede memang belum maksimal, oleh karena itu
pelaksanaan masih kurang efektif, hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya: faktor kompetensi guru yang
belum optimal yang ditandai dengan pendekatan metode
pembelajaran yang disampaikan oleh guru kurang mampu
menarik minat siswa terhadap pelajaran agama Islam, disadari
kemungkinan peserta didik lebih mengutamakan pengetahuan
dan teknologi. Waktu persiapan guru untuk mengajar
sepertinya dianggap kurang oleh guru, ini ditandai dari hasil
supervisi PBM yang dilakukan masih ada beberapa
kekurangan, seolah-olah hubungan guru dan peserta didik
hanya formal saja”.
144

Selain faktor kurang efektifnya implementasi pendidikan agama

Islam demokratik bersumber dari guru, apakah faktor eksternal juga

mempengaruhi?

“diakui atau tidak, faktor lingkungan seperti orang


tua/masyarakat sangat mempengaruhi dalam implementasi
pendidikan Agama Islam ini dikarenakan sebagian besar
masyarakat/orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA
Negeri 1 Kadugede mengharapkan tercapaiannya penguasaan
pengetahuan yang bersifat umum, artinya konsentrasinya
terhadap pencapaian keberhasilan ilmu pengetahuan umum
lebih diprioritaskan. Selain faktor orang tua, pengaruh
perkembangan teknologi seperti internet, Play Station, dan
lain-lain membawa dampak negatif".

Selain wawancara dengan kepala sekolah, tentang implementasi

pendidikan agama Islam demokratik, peneliti juga melakukan wawancara

dengan Bapak Kamus Hidayat, M.Pd. (wakasek kurikulum), tanggal 27

September 2016 dan diperoleh informasi sebagai berikut:

“Alokasi jam pelajaran pendidikan Agama Islam bedasarkan


kebijakan pemerintah dalam bentuk Kurikulum hanya 3 jam
pelajaran per minggu untuk kelas X (sepuluh), sementara
untuk kelas XI dan XII hanya disediakan 2 jam pelajaran.
Hal ini dianggap kurang efektif dalam mengimplementasikan
pendidikan agama Islam, karena waktu yang tersedia terbatas.
Selain jumlah jam pelajaran kurikulum yang diberlakukan
terkesan bongkar pasang, ini terjadi pada tahun pelajaran
2014/2015 sekolah termasuk tenaga pendidik, dan tenaga
kependidikan serta peserta didik dibuat bingung dengan
adanya kebijakan pemerintah yang memberlakukan kurikulum
2013 di semester 1 dan diubah lagi menjadi kurikulum 2006
di semester 2 ini berdampak pada ketidakkonsistenan
kebijakan yang digunakan, oleh karena itu efektivitas
pelaksanaan pendidikan Agama Islam dirasakan kurang
efektif”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan wakasek

kurikulum berbagai faktor penyebab kurang efektifnya implementasi


145

pendidikan agama Islam demokratik di SMA Negeri 1 Kadugede yang

dihimpun oleh peneliti sebagai berikut:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang muncul dari dalam diri guru, yang

meliputi: kompetensi guru yang relatif masih lemah, pendekatan

metodologi guru yang kurang mampu menarik minat peserta didik

kepada pelajaran agama, kurangnya waktu persiapan guru untuk

mengajar, dan hubungan guru agama dengan peserta didik hanya

bersifat formal saja.

b. Faktor eksternal, yang meliputi: sikap masyarakat/orang tua yang

kurang terpokus terhadap pendidikan agama yang berkelanjutan,

pengaruh negatif dari perkembangan teknologi, seperti internet, play

station dan lain-lain.

c. Faktor institusional yang meliputi sedikitnya alokasi jam pelajaran

pendidikan agama Islam, kurikulum yang terlalu overloaded,

kebijakan kurikulum yang terkesan bongkar pasang, alokasi dana

pendidikan yang sangat terbatas, alokasi dana untuk kesejahteraan

guru yang belum memadai dan lain sebagainya.

Secara lebih operasional implementasi pendidikan Agama Islam

demokratik dilihat dari sisi problem guru pendidikan agama Islam dalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Dari proses belajar-mengajar, guru pendidikan agama Islam lebih

terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keilmuan yang


146

bersifat kognitif semata dan lebih menekankan pada pekerjaan

mengajar/transfer ilmu.

b. Metodologi pengajaran pendidikan agama Islam selama ini secara

umum tidak kunjung berubah, ia bagaikan secara konvensional-

tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta didik.

c. Pelajaran PAI seringkali dilaksanakan di sekolah bersifat menyendiri,

kurang terintegrasi dengan bidang studi yang lain, sehingga mata

pelajaran yang diajarkan bersifat marjinal dan periferal.

d. Kegiatan belajar mengajar PAI seringkali terkonsentrasi dalam kelas

dan enggan untuk dilakukan kegiatan praktik dan penelitian di luar

kelas.

e. Penggunaan media pengajaran baik yang dilakukan guru maupun

peserta didik kurang kreatif, variatif dan menyenangkan.

f. Kegiatan belajar mengajar (KBM) PAI cenderung normatif, linier,

tanpa ilustrasi konteks sosial budaya di mana lingkungan peserta didik

tersebut berada, atau dapat dihubungkan dengan perkembangan zaman

yang sangat cepat perubahannya.

g. Kurang adanya komunikasi dan kerjasama dengan orang tua dalam

menangani permasalahan yang dihadapi peserta didik.

Berbagai problem tersebut muncul tentunya tidak terlepas dari

kebijakan yang berkaitan pelaksanaan pendidikan agama Islam di Sekolah,

baik yang berupa kebijakan ekternal yang berasal dari pemerintah maupun
147

kebijakan internal (institusional) sebagai bentuk operasionalisasi

pendidikan agama Islam di Sekolah.

Fenomena di atas nampaknya sudah mulai disadari oleh para

pelaksana pendidikan di SMAN 1 Kadugede kabupaten Kuningan.

Keterbatasan alokasi waktu untuk mata pelajaran PAI harus diperkaya

dengan berbagai strategi baik dalam kebijakan maupun dalam proses

pembelajarannya. Keberadaan PAI tidak hanya dipandang sebagai salah

satu mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi lebih dari itu keberadaanya

terkait dengan mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, porsi untuk mata

pelajaran PAI bisa lebih memadai dengan kebijakan tersebut.

Selanjutnya peneliti melakukan wawancara lebih lanjut dengan

wakasek kurikulum (Kamus Hidayat, M.Pd) tentang bagiamanakah upaya

yang dilakukan oleh sekolah untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapi sebagaimana digambarkan di atas? Adapun informasi yang

diperoleh melalui wawancara dengan wakasek kurikulum adalah sebagai

berikut:

“Dalam memecahkan masalah implementasi pendidikan


agama Islam demokratik , SMAN 1 Kadugede menggunakan
dua konsep pendekatan, yaitu: (1). Macrocosmis (tinjauan
makro) yakni pendidikan dianalisis dalam hubungannya
dengan kerangka sosial yang lebih luas. (2). Microcosmis
(tinjauan mikro), yakni pendidikan yang dianalisis sebagai
satu kesatuan unit yang hidup dimana terdapat interaksi di
dalam dirinya sendiri. Secara makro atau mikro hal-hal yang
diperbaiki mencakup: Kurikulum (KTSP), metode
pembelajaran, evaluasi dan sarana prasarana”.
148

Lebih lanjut wakasek kurikulum menjelaskan secara rinci mengenai

upaya yang dilakukan dalam implementasi pendidikan agama Islam secara

umum di SMAN 1 Kadugede melalui beberapa hal, sebagai berikut:

a. KTSP

“KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh

dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, sedangkan

pemerintah pusat hanya memberi rambu-rambu yang perlu dirujuk

dalam kurikulum. KTSP merupakan suatu ide tentang pengembangan

kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan

pembelajaran yakni sekolah dan satuan pendidikan. KTSP merupakan

paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi

luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam

rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otonomi

diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki

keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber

belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih

tanggap terhadap kebutuhan setempat. KTSP merupakan bentuk

operasional pengembangan kurikulum dalam konteks desentralisasi

pendidikan dan otonomi daerah, yang akan memberikan wawasan

terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Tujuan KTSP bisa

diwujudkan antara lain bagaimana sekolah dan satuan pendidikan dapat

mengoptimalisasikan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber

belajar, media, strategi belajar, profesionalisme tenaga kependidikan,


149

serta sistem penilaian. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

secara umum diterapkan dengan tujuan untuk memandirikan dan

memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan

(otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk

melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam

pengembangan kurikulum.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

dikembangkan di SMAN 1 Kadugede kabupaten Kuningan dalam

rangka implementasi pendidikan agama Islam menambah jam

pelajaran untuk PAI menjadi 3 jam pelajaran. Hal ini merupakan

salah satu upaya agar guru PAI tidak selalu mengeluh “kekurangan

jam” walaupun sebetulnya masih kurang jika dilihat dari banyaknya

materi yang akan diajarkan kepada siswa. Namun demikian,

tambahan 1 jam pelajaran menjadi 3 jam pelajaran setidaknya

memberi kesempatan kepada guru untuk berkreasi meramu materi

pelajaran sehingga target kurikulum yang selalu dijadikan alasan

tidak menjadi kendala lagi.

Untuk menutup kekurangan-kekurangan yang ada, SMA

Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan menambahkan 1 jam

pelajaran muatan lokal yaitu Baca Tulis Qur’an dengan target

capaian minimal siswa dapat membaca al-Qur’an dengan tartil.

Selain tambahan mata pelajaran mulok SMAN 1 Kadugede

melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler untuk menunjang kegiatan


150

Pendidikan Islam di sekolah. Adapun jenis-jenis kegiatan

ekstrakurikuler pendidikan agama Islam di sekolah adalah sebagai

berikut :

1)   Kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki kaitan dengan bidang

studi pendidikan agama Islam. Dalam hal ini, kegiatan

ekstrakurikuler tersebut diarahkan kepada kegiatan pengayaan

dan penguatan terhadap materi-materi pembahasan dalam bidang

studi pendidikan agama Islam, seperti program kegiatan

ekstrakurikuler membaca al-Qur’an. Kegiatan ini sangat penting

“mengingat kemampuan membaca al-Qur’an merupakan langkah

awal pendalaman dan pengakraban Islam lebih lanjut

2)   Kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki kaitan dengan bidang

studi pendidikan agama Islam. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

tersebut dapat berupa:

a)   Kesenian, Kesenian sebagai kegiatan ekstrakurikuler

pendidiakn agama Islam bisa berupa seni baca al-Qur’an,

qasidah, nasyd, kaligrafi, dan sebagainya. Di samping

memberikan keterampilan kepada siswa, seni bisa

membangun sesuatu perasaan keagamaan atau mengganti

perasaan yang telah melekat dengan perasaan yang baru.

b) Pesantren Kilat, Pesantren kilat adalah “kajian dasar Islam

dalam jangka waktu tertentu antara 2-5 hari tergatung situasi


151

dan kondisi. Kegiatan ini dapat diadakan di dalam atau di

luar lingkungan sekolah.

c)  Tafakur Alam. Biasanya berlangsung 1-3 hari dan diadakan

di dalam maupun diluar lingkungan sekolah: pegunungan,

perbukitan, taman, dan lain sebagainya.

d)   Shalat dzuhur atau Jum’at berjamaah. Hal ini bisa

menjadikan aktivitas ibadah sebagai bagian dari program

kegiatan esktrakurikuler.

e)    Majalah dinding. Sebagai kegiatan ekstrakurikuler, majalah

dinding memiliki dua fungsi, yaitu sebagai wahana

informasi keIslam an dan pusat informasi kegiatan Islam

baik internal sekolah maupun eksternal.

f) Kegiatan Jum’at yasinan, dan tadarus yang dilaksanakan di

jam pertama (07.00 s.d. 07.45)”.

b. Metode Pembelajaran

“Selain pengembangan dalam KTSP dan kegiatan

Ekstrakurikuler upaya yang dilakukan SMA Negeri 1 Kadugede

kabupaten Kuningan dalam implementasi pendidikan Agama Islam

yaitu memperbaiki atau meningkatan metode pengajaran melalui

kegiatan workshop atau IHT dan pemeberdayaan MGMP sekolah.

Metode Pengajaran merupakan cara yang telah diatur dan

terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan

pendidikan. Adapun metode yang dapat digunakan dalam


152

pengajaran/pendidikan Agama Islam antara lain adalah metode teladan,

metode cerita atau kisah, metode nasihat, metode pembiasaan, metode

hukuman dan ganjaran, metode ceramah, metode diskusi serta beberpa

model kurikulum pembelajaran yang disarankan dan sebagainya.

Penggunaan metode yang diterapkan mengacu pada beberapa

hal yang menjadi ciri utama metode pengajaran dalam pendidikan

Islam, yaitu sebagai berikut:

1) Berpadunya metode (baik dari segi tujuan dan alat), dengan jiwa

ajaran dan akhlak Islam yang mulia.

2) Metode tersebut bersifat luwes, disesuaikan dengan keadaan dan

perbedaan sifat individual siswa

3) Metode tersebut berusaha mengaitkan antara teori dan praktik,

hapalan dan pemahaman, serta memelihara aktivitas dan

kemampuan berfikir siswa dalam memperoleh ilmu dan

keterampilan

4) Memberi kebebasan kepada murid untuk berdiskusi, berdebat, dan

berdialog, dalam batas-batas kesopanan dan saling menghormati

5) Mengangkat derajat guru dan meletakkannya dalam tingkat

pimpinan dan teladan dalam bidang pikiran dan spritual.

Adapun penerapan metode pengajaran/pendidikan Agama Islam

demokratik di SMAN 1 Kadugede sangat variatif, metode mengajar

yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal

pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesinambungan dengan


153

perumusan tujuan pencapaian kompetensi. Jarang sekali terlihat guru

merumuskan tujuan hanya dengan satu tujuan, tetapi pasti guru

merumuskan lebih dari satu tujuan. Karenanya, guru selalu

menggunakan metode yang lebih dari satu.

Penggunaan metode pengajaranan ini harus disesuaikan dengan

kondisi peserta didik. Dengan menerapkan metode yang bervariasi ini

diharapkan titik sentral yang harus di capai oleh setiap kegiatan belajar

mengajar adalah tercapainya tujuan pengajaran. Apa pun yang termasuk

perangkat program pengajaran di tuntut secara mutlak untuk menunjang

tercapainya tujuan. Guru tidak di benarkan mengajar dengan kemalasan.

Anak didik pun di wajibkan mempunyai kreatifitas yang tinggi dalam

belajar, bukan selalu menanti perintah guru. Kedua unsur manusiawi ini

juga beraktifitas tidak lain karena ingin mencapai tujuan secara efektif

dan efisien.

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran

akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya

karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan

kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Guru yang selalu senang

menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengajarannya adalah

agar anak didik dapat memperagakan shalat adalah kegiatan belajar

mengajar yang kurang kondusif, seharusnya penggunaan metode dapat


154

menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus

menyesuaikan diri dengan metode”.

c. Evaluasi

“Dalam bidang pendidikan, evaluasi diartikan sebagai tindakan

atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan pendidikan. Dalam bahasa Arab evaluasi dikenal

dengan istilah ”imtihan” berarti ujian, dan dikenal juga dengan istilah

”khataman” sebagai cara untuk menilai hasil akhir dari proses

pendidikan. Menurut istilah evaluasi berarti proses membandingkan

situasi .

Secara teknis pelaksanaan evaluasi pendidikan Agama Islam di

SMA Negeri 1 Kadugede dilakukan berpedoman pada peraturan

menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 23 tahun 2016:

1. Penilaian sikap (spiritual dan sosial). Penilaian sikap merupakan

kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh

informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik

2. Penilaian pengetahuan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik.

3. Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan

dalam melakukan tugas tertentu.

Prinsip-prinsip dalam penilaian hasil belajar mencakup:

a. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


155

kemampuan yang diukur;

b. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria

yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta

didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang

agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan

gender.

d. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak

terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

e. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

berkepentingan;

f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup

semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik

penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan

kemampuan peserta didik;

g. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan

bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;

h. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran

pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan

i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik

dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya”.

d. Sarana dan Prasarana


156

“Salah satu yang menjadi momok menakutkan bagi sebagian

besar dari guru PAI adalah pemanfaatan media pelajaran yang

berbasis teknologi dalam pengajaran. Adanya paradigma yang

mengatakan bahwa guru agama cukuplah mengajar mengaji,

berwudlu serta shalat. PAI tidak ada sangkut pautnya dengan

teknologi (komputer, internet, dll) adalah paradigma yang harus

diubah.

Penerapan teknologi untuk membantu proses pendidikan

bukanlah fenomena baru lagi. teknologi telah membuktikan

kegunaannya sebagai alat belajar yang sangat berharga. Teknologi

mampu mengubah wajah masyarakat suatu bangsa. Dalam PAI pun,

pemanfataan teknologi akan sangat membantu para guru jika mampu

menguasai dan menggunakannya. Alangkah menariknya PAI jika

siswa menyaksikan praktik shalat lewat focus yang tersambung

dengan laptop. Atau mencari buku-buku refrensi di internet yang

connect ke perpustakaan.

Sarana pendidikan baik berupa fisik seperti tempat belajar,

alat peraga maupun non fisik seperti kurikulum, metode pendidikan,

suasana pendidikan dan sebagainya adalah suatu faktor yang sangat

menunjang keberhasilan pendidikan. Tanpa sarana yang cukup

memadai, proses pendidikan tidak akan berlangsung dengan baik dan

lancar.
157

Untuk kepentingan implementasi pendidikan agama Islam

SMAN 1 Kadugede menyediakan hotspot dan web sebagai sarana

untuk memudahkan peserta didik dalam melaksanakan proses

pembelajaran, termasuk sebagai sumber belajar”.

Berdasarkan informasi hasil wawancara dengan wakasek

kurikulum, dapat disimpulkan bahwa upaya yang dilakukan dalam

implementasi pendidikan Islam demokratik di SMA Negeri 1

Kadugede mencakup beberapa hal, diantaranya: (1) pengembangan

kurikulum yang menambah jumlah jam pelajaran PAI menjadi 3 jam

pelajaran, menerapkan mata pelajaran mulok Baca Tulis Qur’an dan

kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. (2) pelaksanaan workshop, IHT

dan pemberdayaan MGMP sekolah dalam meningkatkan kompetensi

guru mengenai perangkat administrasi guru, metode pembelajaran,

dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar yang berbasis IT. (3) evaluasi yang dilakukan mengacu

pada peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan yang terbaru

(Permendikbud no 23 tahun 2016) untuk kelas X sedangkan untuk

kelas XI dan XII menggunakan penilaian sesuai dengan kurikulum

2006. (4) pengadaan dan peningkatan sarana prasaran yang berkaitan

dengan sumber belajar bagi peserta didik seperti pengadaan buku

sumber dan peningkatan jaringan internet sebagai sarana yang dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan KBM.

3. Implementasi Pendidikan Agama Islam Demokratik di SMA Negeri


158

1 Kadugede Kabupaten Kuningan.

Pola pendidikan yang demokratis merupakan pola pendidikan dan

pembelajaran yang seharusnya berpegangan terhadap nilai-nilai demokrasi,

sebab demokrasi merupakan kata lain dari penghormatan terhadap manusia,

sehingga nilai-nilai tersebut (kebebasan, persamaan, musyawarah) perlu

dijadikan acuan dalam proses pendidikan dan pembelajaran, karena nilai-nilai

tersebut mempunyai makna yaitu:

1. Nilai-nilai kebebasan adalah prinsip atau standar yang dijadikan rujukan

dalam menata aktivitas dan praktik pendidikan di mana setiap orang

diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menyatakan dan

mengekspresikan diri, mengkomunikasikan keinginan, cita-cita, gagasan

dan pandangannya, serta menerima, menolak, atau berbeda pandangan

dan sikap dengan orang lain.

2. Nilai-nilai persamaan adalah prinsip atau standar yang dijadikan rujukan

dalam menata proses dan aktivitas pendidikan di mana setiap orang

diperlakukan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing secara tidak

berbeda antara satu dengan yang lainnya.

3. Nilai-nilai musyawarah adalah prinsip atau standar yang dijadikan rujukan

dalam menata proses atau praktik pendidikan guna menjamin tetap eksis

dan berlangsungnya keinginan bersama dalam menyelesaikan berbagai

persoalan secara dialogis dan urun rembug. Nilai-nilai musyawarah perlu

dikembangkan dengan berorientasi pada upaya mendorong peserta didik


159

agar mampu menyelesaikan berbagai perbedaan yang ada diantara

sesama secara damai, harmonis, dan rasional.

Dengan hal tersebut, maka akan tercipta pendidikan yang

menempatkan pendidik dan peserta didik sebagai subjek pendidikan yang

saling berintegrasi, saling mengisi, dan saling melengkapi satu sama lainnya,

dan juga menghargai perbedaan antara pendidik dengan peserta didik dan

peserta didik dengan peserta didik. Selain itu juga pendidikan yang

demokratis mengakui dan menghargai adanya kebebasan setiap individu

untuk mengaktualisasikan dirinya dan memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk bersaing di dalam perwujudan diri sendiri, sehingga menjadi

manusia yang otonom dan bisa bersosialisasi dengan sesamanya dan

masyarakat secara umum.

Apabila dalam proses pendidikan yang dilakukan seperti yang

dijelaskan di atas, ini akan membantu pada peserta didik agar bisa

mengembangkan kritisitas pemikiran dan keterampilan pemikiran, sehingga

menjadikan manusia-manusia yang mampu untuk menciptakan suasana yang

harmonis dalam dunia kemasyarakatan dan mampu untuk merubah realitas

soisial dari yang kurang baik menjadi lebih baik.

Dalam ukuran keberhasilan dalam dunia pendidikan Islam ,

sebenarnya bukan sejauh mana peserta didik sukses di dunia kerja, melainkan

sejauh mana peserta didik mampu menjadi manusia “individu” yang kritis,

aktif dan bertanggung jawab sebagai mana sesuai dengan fungsi

kemanusiaannya yaitu sebagai Abdullah dan Khalifah di muka bumi.


160

Adapun pelaksanaan pendidikan agama Islam demokratik tidaklah

harus mengubah kurikulum. Pelajaran pendidikan agama Islam demokratik

dapat terintegrasi pada mata pelajaran lainnya. Hanya saja diperlukan

pedoman bagi guru untuk menerapkannya, yang utama kepada para siswa

perlu diajari mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, dan saling menghargai.

Hal tersebut sangat berharga bagi bekal hidup mereka di kemudian hari dan

sangat penting untuk tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.

Observasi pada tanggal 25 September 2016, SMA Negeri 1 Kadugede

kabupaten Kuningan memiliki nuansa yang multikultur dan menjunjung adat

ketimuran. Hal ini tampak dari siswa yang berasal dari berbagai daerah baik

dari kabupaten Kuningan, Majalengka, Ciamis dan kabupaten lainnya, serta

mempunyai agama yang mayoritas agama Islam. Kesan pertama kali

memasuki lingkungan SMA Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan ini

warga-warga sekolahnya sangat ramah, terlihat siswa dari berbagai bentuk

tidak canggung untuk bermain bersama, dengan orang belum dikenal pun

kalau dirasa lebih tua dari mereka, mereka memberi salam dan menyapa

siapapun yang memasuki lingkungan sekolah dengan sangat sopan dan

hormat. Seperti halnya yang mereka lakukan dengan peneliti ketika

memasuki lingkungan sekolah.

Berdasarkan observasi peneliti dapat diketahui bahwa sekolah SMA

Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan sejak awal telah menerapkan

pendidikan Islam demokratik dilingkungan sekolah SMA Negeri 1 Kadugede

kabupaten Kuningan. Penerapan pendidikan Islam demokratik di SMA


161

Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan ini dilaksanakan baik melalui

kegiatan intrakurikuler maupun kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan untuk

kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan

ini adalah dua kurikulum yaitu kelas XII dan XI menggunakan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan yang biasa disebut dengan KTSP 2006 sedangkan

kelas X menggunakan Kurikulum 2013. Dalam hal ini peneliti melakukan

kegiatan wawancara dengan Bapak Kamus Hidayat, M.Pd. wakil kepala

sekolah bidang kurikulum, yang diperoleh informasi sebagai berikut :

“kurikulum yang digunakan disekolah ini dua kurikulum yaitu


kelas XII dan XI menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang biasa disebut dengan KTSP sedangkan kelas X
menggunakan Kurikulum 2013. Pada tahun pelajaran 2014/2015
semester ganjil sekolah kami sempat menggunakan Kurikulum
2013 untuk kelas X dan XI akan tetapi di semester genap
kembali menggunakan KTSP 2006. Kurikulum di sekolah ini
terintegrasi dengan kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler”

Proses pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar selalu

memperhatikan individu peserta didik serta menghormati harkat, martabat,

dan kebebasan berfikir dalam mengeluarkan pendapat, sehingga bagi peserta

didik belajar merupakan hal yang menyenangkan dan sekaligus mendorong

kepribadiannya berkembang secara optimal.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI (N.

Rohayati, S.Ag), dan hasilnya sebagai berikut :

“Ketika di dalam kelas saya tidak pernah membeda-bedakan


siswa dan tidak ada perlakuan istimewa kepada salah seorang
atau beberapa siswa, siapapun dia, berasal dari daerah mana,
saya rasa semua memiliki hak yang sama yaitu mendapatkan
pendidikan. siswa yang pandai, atau siswa yang tidak pandai
semuanya sama saja, mereka berhak mengeluarkan pendapatnya
162

ketika di dalam kelas. Justru saya berharap kalau anak-anak bisa


terbuka dengan saya baik dalam hal pelajaran atau hal apapun”

Untuk mengsinkronisasikan jawaban hasil wawancara dengan guru

PAI peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas X (Agi Rahaden

Ranu kelas X IPS 3), dan hasilnya sebagai berikut :

“Guru-guru disini memang ada menyenangkan ada juga yang


tidak menyenangkan, yang lebih saya sukai saat mengikuti
pelajaran Ekonomi, selain mata pelajarannya saya sukai,
gurunya juga, karena kalau menjelaskan mudah dipahami dan
dekat dengan siswa, beliau juga tidak pernah pilih kasih, semua
diperlakukannya sama, kita semua diberi kesempatan untuk
berpendapat tidak hanya yang pintar saja yang diberi
kesempatan. Jadi kita enjoy-enjoy aja dan sangat menikmati
kegiatan belajar di dalam kelas, sedangkan untuk mata pelajaran
yang lainnya sebagaian besar penyampaiannya monoton dan
tidak banyak menggunakan metode pembelajaran yang
bervariatif sehingga kami merasa ada kejenuhan dalam belajar ”

Pendapat di atas, diperkuat oleh Ilma Khoirul Zannah siswa kelas X

MIPA 1 yang menyatakan bahwa:

“Sebenarnya guru pada umumnya melaksanakan kegiatan KBM,


namun metodenya banyak ceramah sehingga kami terkadang
bosan dan ngantuk. Seharusnya guru memberikan kebebasan
kepada kami untuk belajar diskusi kelompok agar kami bisa
bermusyawarah dalam memecahkan masalah. Karena kalau
dengan ceramah saja kadang-kadang kesempatan untuk bertanya
atau mengemukakan pendapat tidak ada dan ada perasaan
takut”.

Sejalan dengan pendapat di atas, Dilla Fadilatul Hikmah (siswa kelas

X IPS 1) menyatakan bahwa:

“Guru jarang melaksanakan pembelajaran di luar kelas, sering-


seringnya ceramah saja di dalam kelas sehingga kami jenuh”

Observasi pada tanggal 25 September 2016, penerapan pendidikan


163

agama Islam demokratik bukan hanya dilakukan dalam kegiatan

intrakurikuler atau KBM saja melainkan juga dilakukan diluar KBM

(ekstrakurikuler). Dari hasil observasi tersebut diperoleh keterangan bahwa

di luar kegiatan KBM siswa juga melakukan berbagai kegiatan

keagamaan, kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk forum-forum

diskusi dan pembinaan ritual ibadah. Dalam hal ini peneliti melakukan

wawancara dengan bapak Drs, Sunardi, M.Pd. salah seorang pembina

Rismaka (Remaja Islam Masjid SMA Kadugede), hasilnya sebagai berikut :

“Di luar jam KBM banyak sekali kegiatan-kegiatan yang


dilakukan siswa, diantaranya yaitu kegiatan keagamaan mulai
dari Kesenian, Kesenian sebagai kegiatan ekstrakurikuler
Pendidiakn Agama Islam bisa berupa seni baca al-Qur’an,
qasidah, Nasyd, kaligrafi, dan sebagainya. Di samping
memberikan keterampilan kepada siswa, seni bisa
membangun sesuatu perasaan keagamaan atau mengganti
perasaan yang telah melekat dengan perasaan yang baru.
Pesantren Kilat, Tafakur Alam. Biasanya berlangsung 1-3 hari
dan diadakan di dalam maupun di luar lingkungan sekolah:
pegunungan, perbukitan, taman, dan lain sebagainya. Shalat
dzuhur atau Jum’at berjamaah. Jum’at yasinan atau tadarus,
Majalah dinding keagamaan. Namun karena adanya
keterbatasan dana terkadang ada kegiatan ekstrakurikuler
yang tidak dilaksanakan”.

Hal tersebut diperkuat oleh pengurus rismaka (Abdillah Rasyd kelas

X MIPA 2) yang menyatakan bahwa:

“Sebenarnya kegiatan-kegiatan rismaka memang sering


dilaksanakan namun ada juga beberapa kegiatan yang tidak
dilaksanakan dikarenakan anggaran yang tidak ada atau karena
kondisi lain yang tidak memungkinkan, dan kami juga tidak bisa
memaksa kepada pihak sekolah”.

Selain melalui kegiatan-kegiatan pendidikan Islam yang


164

dilaksanakan setiap hari, dalam perayaan-perayaan hari besar agama Islam

semua siswa ikut saling berpartisipasi, dalam hal ini peneliti melakukan

wawancara dengan Bapak Maman, S.Pd. (Pembina Kesiswaan) tanggal 28

September 2016 yang hasilnya sebagai berikut :

“Dalam perayaan-perayaan hari besar agama Islam , semua


siswa ikut berpartisipasi. Misalnya kalau ada perayaan hari
besar Islam, kegiatan tersebut diserahkan kepada siswa dengan
koordinasi Pembina kesiswaan, hal ini dimaksudkan agar siswa
memiliki tanggung jawab, saling menghargai, dan adanya
kebersamaan serta memiliki jiwa toleransi yang tinggi”.

Berkaitan dengan implementasi pendidikan Agama Islam demokratik,

peneliti melakukan wawancara dengan guru PAI (N. Rohayati, S.Ag) nilai-

nilai apa saja yang diterapkan di SMA Negeri 1 Kadugede dalam rangka

implementasi pendidikan agama Islam demokratik?

“Nilai-nilai yang diterapkan oleh saya secara pribadi dalam


implementasi pendidikan agama Islam demokratik dalam proses
belajar mengajar mencakup nilai-nilai, diantaranya: kebebasan,
persamaan, musyawarah, toleransi, keterbukaan, kesetaraan, dan
pluralitas”.

Lebih lanjut peneliti meminta penjelasan tentang nilai-nilai yang

disampaikan oleh Ibu N. Rohayati, S.Ag., dan jawabannya adalah:

“Kebebasan maksudnya adalah peserta didik diberikan


kesempatan untuk menyatakan dan mengekprsikan diri,
mengkomunikasikan keinginan, cita-cita, gagasan dan
pandangannya, serta menerima, menolak, atau berbeda
pandangan dan sikap dengan orang lain. Ini sering dilakukan
pada saat diskusi kelompok. Persamaan maksudnya adalah
setiap peserta didik diperlakukan sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing secara tidak berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Musyawarah, maksudnya adalah peserta didik
diberikan kesempatan untuk menyelesaikan berbagai masalah
yang harus diselesaikan secara bersama-sama dalam kelompok
165

dengan maksud agar peserta didik mampu menyelesaikan


berbagai perbedaan yang ada diantara sesama secara damai,
harmonis, dan rasional. Toleransi, maksudnya adalah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
menghormati dan menghargai terutama dalam mengemukakan
pendapat tanpa adanya anggapan bahwa pendapatnya adalah
satu-satunya yang benar, sehingga tidak memiliki perasaan
bahwa pendapatnya mesti lebih baik dari pendapat orang lain.
Keterbukaan, maksudnya adalah menanamkan sikap peserta
didik supaya tidak ada rahasia, mereka mau menerima
perbedaan dan kekurangan, mendengar sanggahan, memaafkan
kesalahan. Kesetaraan, maksudnya adalah tidak membedakan
pendapat, gagasan atau ide yang dikemukakan antara peserta
didik laki-laki atau perempuan. Pluralitas, maksudnya adalah
tidak membeda-bedakan suku, rasa tahu budaya, adat istiadat
dan tingkat ekonomi di kalangan peserta didik.”

Dalam implementasi pendidikan agama Islam demokratik di SMA

Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan memang menghadapi berbagai

faktor, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Untuk

mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat dalam implementasi

pendidikan agama Islam demokratik, peneliti melakukan wawancara dengan

guru PAI, mengenai “Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan

penghambat dalam implementasi pendidikan agama Islam demokratik di

SMA Negeri 1 Kadugede ?

“Faktor pendukung implementasi pendidikan Agama Islam


demokratik di SMAN 1 Kadugede kabupaten Kuningan
diantaranya : (1) Kurikulum, (2) Sarana dan Prasarana, (3)
Budaya Sekolah yang menganut pada budaya disiplin dan (4)
Kepemimpinan. Sedangkan Faktor penghambat implementasi
Pendidikan Agama Islam demokratik diantaranya: (1) Dukungan
orangtua, (2) Lingkungan masyarakat, (3) Keterbatasan biaya dan
(4) Perbedaan individual”.
166

Hal tersebut di perkuat lagi oleh Bapak Kamus Hidayat, M.Pd.

(wakasek kurikulum) sebagai berikut:

“Sebenarnya faktor pendukung dalam implementasi pendidikan


Islam demokratik di SMA Negeri 1 Kadugede banyak sekali,
diantaranya: kurikulum, dalam kurikulum sudah termuat kegiatan-
kegiatan selain mata pelajaran dikembangkan pula pengembangan
diri dalam bentuk ekstrakurikuler keagamaan, pada kegiatan
tersebut bisa dimanfaatkan untuk menanamkan nilai-nilai
pendidikan agama Islam demokratik, karena siswa diberikan
kebebasan untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
program dari kegiatan keagamaan tersebut. Secara tidak langsung
dengan adanya kebebasan tersebut siswa dapat belajar
musyawarah, toleransi dan saling menghormati serta saling
menghargai dengan sesama temannya. Selain kurikulum, sarana
prasarana seperti buku sumber, tempat sekretariat ekskul,
perpustakaan dan lain-lain sebenarnya sudah lengkap ditunjang
lagi dengan kepemimpinan kepala sekolah yang mengharapkan
siswa memiliki tanggung jawab disiplin, dan berfikir dewasa serta
mampu mengimplementasikan nilai-nilai sikap yang demokratis
dan Islami”

Selanjutnya faktor penghambat dalam implementasi pendidikan

agama Islam demokratik di SMA Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan

dipertegas lagi oleh Bapak Kamus Hidayat, M.Pd. (wakasek kurikulum)

sebagai berikut:

“Selain faktor pendukung sudah barang tentu ada faktor


penghambat dalam implementasi pendidikan agama Islam
demokratik di SMA Negeri 1 Kadugede ini, diantaranya:
dukungan orang tua, dikarenakan sekolah ini merupakan sekolah
umum dan terbatas dalam waktu pembelajaran, oleh karena itu
ada ketebatasan maka dukungan orang tua dalam menerapkan
nilai-nilai Islam demokratik ini menjadi sangat besar dalam
pendidikan keluarga.”

Setelah mengetahui faktor penghambat dalam implementasi

pendidikan Islam demokratik, peneliti mencari informasi melalui wawancara

untuk menggali upaya apa saja yang dilakukan baik oleh guru, maupun oleh
167

lembaga sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan agama Islam

demokratik di SMAN 1 Kadugede kabupaten Kuningan.

Hasil wawancara dengan guru PAI (N. Rohayati, S.Ag) mengenai

implementasi pendidikan agama Islam demokratik diperoleh informasi

sebagai berikut:

“Implementasi pendidikan Agama Islam demokratik dalam


pembentukan mental peserta didik dilakukan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hasil
belajar dilakukan melalui pengelolaan kelas karena kelas
merupakan forum yang strategis bagi saya dan siswa untuk
sama-sama belajar menegakkan pilar-pilar demokrasi. Prinsip
kebebasan berpendapat, kesamaan hak dan kewajiban, misalnya
siswa dan guru mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
menjaga kebersihan kelas, kenyamanan kelas, terlaksananya
kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Tumbuhnya semangat
persaudaraan antara siswa dan guru harus menjadi iklim
pembelajaran di kelas dalam mata pelajaran apapun. Interaksi
guru dan siswa bukan sebagai subjek-objek, melainkan subjek-
subjek yang sama-sama membangun karakter dan jati diri.
Dengan demikian kelas merupakan forum yang strategis bagi
guru dan murid untuk sama-sama belajar menegakkan pilar-pilar
demokrasi”.

Selain informasi yang diperoleh dari guru PAI, peneliti melakukan

wawancara dengan Bapak Drs, H. Endang Kandar, M.Pd. (Kepala Sekolah)

untuk mengetahui upaya yang dilakukan sekolah dalam implementasi

pendidikan Islam demokratik diperoleh informasi sebagai berikut:

“Upaya yang dilakukan untuk mengimplementasikan pendidikan


Islam demokratik adalah:
1. Keterbukaan saluran ide dan gagasan, sehingga semua
orang bisa menerima informasi seoptimal mungkin.
2. Memberikan kepercayaan kepada individu-individu dan
kelompok dengan kapasitas yang mereka miliki untuk
menyelesaikan berbagai persoalan sekolah.
3. Menyampaikan kritik sebagai hasil analisis dalam proses
penyampaian evaluasi terhadap ide-ide, problem-problem
dan berbagai kebijakan yang dikeluarkan sekolah.
168

4. Memperlihatkan kepedulian terhadap kesejahteraan orang


lain dan terhadap persoalan-persoalan publik.
5. Ada kepedulian terhadap harga diri, hak-hak individu dan
hak-hak minoritas.
6. Pemahaman bahwa demokrasi yang dikembangkan
belumlah mencerminkan demokrasi yang diidealkan,
sehingga demokrasi harus terus dikembangkan dan bisa
membimbing keseluruhan hidup manusia”.

Selain upaya yang dilakukan melalui kebijakan sekolah, peneliti

mencari informasi lebih lanjut kepada wakasek kurikulum, dan akhirnya

diperoleh informasi dari Bapak Kamus Hidayat, M.Pd, yang menyatakan

bahwa:

“Yang tidak kalah pentingnya dalam mengimplementasikan


pendidikan Islam demokratik adalah upaya perbaikan atau
peningkatan kompetensi guru. Sekolah bukan menjadi tempat
pertunjukan bagi guru tetapi tempat bagi siswa untuk menambah
dan memperkaya pengalaman belajarnya. Oleh sebab itu, guru
harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang
memberi peluang bagi siswa untuk belajar. Inilah makna lain
dari sekolah demokratis, yaitu sekolah itu untuk siswa bukan
untuk guru dan kepala sekolahnya. Sekolah harus
menjadi second home bagi siswa, mereka betah menghabiskan
waktunya di sekolah, dengan belajar, berdiskusi, menyelesaikan
tugas-tugas kelompok, membaca, dan melakukan aktivitas
lainnya. Untuk mewujudkan KBM yang kondusif secara umum
guru harus memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus
memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya,
memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari
mulai perencanaan, implementasi, sampai evaluasi. Memiliki
loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan
yang tidak hanya di dalam kelas”.

Lebih lanjut wakasek kurikulum menjelaskan bahwa:

“Paling tidak guru yang baik itu harus memenuhi kriteria


diantaranya yaitu:
1. Sifat; guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias,
stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat,
berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleran, sopan,
dan bijaksana, bisa dipercaya/ fleksibel dan mudah
169

menyesuaikan diri/ demokratis, penuh harapan bagi siswa,


tidak semata mencari reputasi pribadi, mampu mengatasi
stereotipe siswa, bertanggung jawab terhadap kegiatan
belajar siswa, mampu menyampaikan perasaannya, dan
memiliki pendengaran yang baik.
2. Bagaimana Mengajar; guru yang baik mampu menjelaskan
berbagai informasi secara jelas, dan terang, memberikan
layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara
momentum, menggunakan kelompok kecil secara efektif,
mendorong semua siswa untuk berpartisipasi, memonitor
dan bahkan sering mendatangi siswa, memonitor tempat
duduk siswa, melibatkan siswa dalam tutorial atau
pengajaran sebaya, menghindari kesukaran yang kompleks
dengan menyederhanakan sajian informasi, , menunjukkan
proses berpikir yang penting untuk belajar/ berpartisipasi
dan mampu memberikan perbaikan terhadap kesalahan
konsepsi yang dilakukan siswa.
3. Reaksi guru terhadap siswa; guru yang baik biasa menerima
berbagai masukan, risiko, dan tantangan, selalu memberikan
dukungan pada siswanya, konsisten dalam kesepakatan-
kesepakatan dengan siswa, bijaksana terhadap kritik siswa,
menyesuaikan diri dengan kemajuan-kemajuan siswa,
pengajaran yang memperhatikan individu, mampu mem-
berikan jaminan atas kesetaraan partisipasi siswa, mampu
menyediakan waktu yang pantas untuk siswa bertanya,
cepat dalam memberikan feed back bagi siswa dalam
membantu mereka belajar, peduli dan sensitif terhadap
perbedaan-perbedaan latar belakang sosial ekonomi dan
kultur siswa, dan menyesuaikannya pada kebijakan-
kebijakan menghadapi berbagai perbedaan.
4. Management; Guru yang baik juga harus mampu
menunjukkan keahlian dalam perencanaan, memiliki
kemampuan mengorganisasi kelas sejak hari pertama dia
bertugas, cepat memulai kelas, melewati masa transisi
dengan baik, memiliki kemampuan dalam mengatasi dua
atau lebih aktivitas kelas dalam satu waktu yang sama,
mampu memelihara waktu bekerja serta menggunakannya
secara efisien dan konsisten, dapat meminimalisasi
gangguan, dapat menerima suasana kelas yang ribut dengan
kegiatan pembelajaran, memiliki teknik untuk mengontrol
kelas, memberi hukuman dengan bentuk yang paling ringan,
dapat memelihara suasana tenang dalam belajar, dan tetap
dapat menjaga siswa untuk tetap belajar menuju sukses”.
170

Berkaitan dengan upaya perbaikan guru, bagaimana upaya yang

dilakukan agar tertanam nilai-nilai demokratis dalam pembelajaran, peneliti

melakukan wawancara Lebih lanjut dengan Bapak Kamus Hidayat, M.Pd.

dan diperoleh informasi bahwa:

“Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebaiknya menggunakan


model active learning atau belajar aktif, yaitu model
pembelajaran yang memberi peluang sangat luas bagi siswa
untuk belajar dengan mengurangi porsi guru untuk ceramah.
Guru harus dapat memberikan penugasan yang bermakna bagi
siswa, baik untuk diskusi, penyelasaian tugas, menyelasaikan
masalah atau lainnya. Serta model cooperate learning (belajar
secara kooperatif yang tidak hanya belajar bersama, namun
saling membantu) melalui diskusi dalam kelompok-kelompok
kecil, debat atau bermain peran. Biarkan siswa saling membantu
satu sama lain serta saling bertukar informasi yang mereka
dapatkan dari hasil akses informasinya. Melalui sebuah diskusi
akan terpupuk nilai-nilai demokrasi karena pelaksanaan diskusi
sangat memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa yang
lain, belajar mengemukakan pendapatnya, menghargai setiap
pendapat dan tidak memaksakan pendapatnya kepada orang lain.
Selain itu guru juga harus dapat membantu siswa befikir. Siswa
perlu diajak kritis terhadap bahan pelajaran dan juga masalah
yang dihadapi. Pikiran kritis ini sangat penting dalam
membangun suasana demokratis di sekolah dan di masyarakat
sekarang ini”.

Selain upaya yang dilakukan, cara yang lebih konkrit yang diterapkan

dalam mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi dijleaskan oleh Bapak

kamus Hidayat, M.Pd sebagai berikut:

“cara konkrit yang dapat dibuat guru dalam membantu siswa


antara lain:
1. Guru hendaklah mendengarkan gagasan dan pemikiran
siswa
2. Guru memajukan diskusi terbuka dimana siswa bebas
mengungkapkan pikirannya
3. Guru perlu memberikan waktu bagi siswa untuk berfikir
terlebih dahulu, apalagi bila mengajukan pertanyaan kepada
siswa
171

4. Guru memnupuk keyakinan siswa untuk berani tampil


dengan gagasannya yang otentik
5. Guru perlu memberikan umpan balik yang memajukan
pemikiran siswa, bukan yang mematikan
6. Ruang majalah dinding yang dapat diisi dengan macam-
macam gagasan siswa perlu dibuat
7. Siswa diberi kebebasan untuk mencari data dan masukan
dari sumber-sumber lain seperti perpustakaan atau internet.

Dalam menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi guru dapat

menjadi sosok pemodelan, dimana segala perilakunya dapat menjadi

tauladan bagi siswa dalam pembentukan karakter demokratis dalam

dirinya. Jika dalam KBM di dalam kelas tidak beriklimkan demokrasi,

maka dalam diri siswa tidak akan tertanam sikap-sikap yang

mencerminkan nilai-nilai demokrasi”

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam pembahasan hasil penelitian ini disajikan uraian bahasan sesuai

dengan hasil penelitian, sehingga pada pembahasan ini peneliti akan

mengintegrasikan hasil penelitian dengan teori yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya. Sebagaimana yang telah ditegaskan dalam teknik analisis

kualitatif deskriptif (pemaparan) dari data yang telah diperoleh baik melalui

observasi, dokumentasi, dan wawancara, diidentifikasi agar sesuai dengan

tujuan yang diharapkan, dari hasil tersebut dikaitkan dengan teori yang ada

dan dibahas sebagai berikut:

1. Konsep Pendidikan Agama Islam Demokratik


172

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa konsep

pendidikan agama Islam demokratik sudah diimplementasikan di SMA

Negeri 1 Kadugede. Hal ini ditunjukan dengan adanya visi sekolah yaitu

”Unggul Dalam Prestasi, Tangguh dalam Persaingan Global, dan Profesional

dalam Pelayanan Pendidikan yang Berdasarkan Iman dan Taqwa Serta

Peduli dan Berbudaya Lingkungan”.

Penjabaran visi iman dan taqwa kedalam misi sekolah yaitu

meningkatkan penguasaan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa serta meningkatkan akhlak karimah. Selanjutnya

sekolah memiliki tujuan dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta meningkatkan akhlakul karimah yaitu:

(1) mengembangkan sikap beretika dan beradab, (2) Meningkatkan

kemampuan membaca dan memahami Al-Quran, (3) Meningkatkan

kesadaran menjalankan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, (4)

Meningkatkan budaya hidup bersih, (5) Mengembangkan sikap disiplin, (6)

Meningkatkan kehidupan yang agamis.

Berdasarkan visi misi dan tujuan sekolah memegang prinsip yang

menjadi dasar dalam pendidikan yang dikembangkan di SMA Negeri 1

Kadugede yaitu prinsip yang berhubungan dengan watak alam jagat, watak

manusia, watak masyarakat, watak pengetahuan manusia, dan watak akhlak.

Prinsip-prinsip tersebut mencakup prinsip: integrasi (tauhid), keseimbangan,

kesetaraan, pembaharuan, demokrasi, kesinambungan, pendidikan seumur

hidup, persamaan, dan keutamaan. Prinsip-prinsip tersebut dituangkan dalam


173

penjabaran kode etik guru sebagai kewajiban guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar dan kode etik peserta didik sebagai kewajiban

peserta didik dalam proses belajar baik secara langsung maupun tidak

langsung menjadi acuan dalam kegiatan pendidikan di SMA Negeri 1

Kadugede Kabupaten Kuningan.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Abdurrahman An-Nahlawi, yang menyatakan bahwa prinsip yang menjadi

dasar dalam pendidikan yang dikembangkan secara filosofis, yaitu: pertama

prinsip filsafat yang berhubungan dengan watak (nature) alam jagat, watak

manusia, watak masyarakat, watak pengetahuan manusia, dan watak akhlak,

kedua prinsip-prinsip pendidikan berhubungan dengan konsep pendidikan

dan fungsinya dalam masyarakat, tujuan-tujuan, kurikulum, program,

metode-metode, pelayanan, administrasi dan penyiapan guru-gurunya.117

2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Kadugede

Kabupaten Kuningan

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan pendidikan agama Islam di

SMA Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan secara umum sudah baik,

yaitu tujuan umum yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan

baik melalui kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sudah dikaitkan

dengan tujuan pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Nasional.

Namun berdasarkan hasil observasi dan wawancara, implementasi

pendidikan Agama Islam demokratik di SMAN 1 Kadugede Kabupaten

117
An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam
Bandung, CV.Diponegoro, 1989, 15.
174

Kuningan masih terdapat beberapa hal yang belum maksimal. Peneliti

memperoleh informasi hasil wawancara bahwa ada beberapa faktor yang

membuktikan kekurang-tepatan orientasi pelaksanaan pendidikan Islam

yang dimaksud, yaitu:

a.    Implementasi pendidikan Agama Islam saat ini lebih berorientasi

pada belajar tentang agama.

b.   Tidak tertibnya penyusunan dan pemilihan materi-materi pendidikan

agama Islam sehingga sering ditemukan hal-hal yang prinsipil yang

seharusnya dipelajari lebih awal, justru terlewatkan, misalnya

pelajaran keimanan/tauhid.

c.   Kurangnya penjelasan yang luas dan mendalam atas istilah-istilah

kunci dan pokok dalam ajaran Islam sehingga sering ditemukan

penjelasan yang sudah sangat jauh dan berbeda dari makna, spirit dan

konteksnya.

d. faktor kompetensi guru terutama penggunaan pendekatan dan metode

pembelajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar,

e. peserta didik dan lingkungan seperti orang tua (masyarakat) yang lebih

menitikberatkan pada pencapaian penguasaan pengetahuan yang bersifat

umum menjadi prioritas.

Sebagai upaya dalam memaksimalkan pelaksanaan pendidikan agama

Islam demokratik di SMA Negeri Kadugede kabupaten Kuningan ada

beberapa hal yang dilakukan diantaranya: (1) pengembangan kurikulum

yang menambah jumlah jam pelajaran PAI menjadi 3 jam pelajaran,


175

menerapkan mata pelajaran muatan lokal Baca Tulis Qur’an dan kegiatan

ekstrakurikuler keagamaan. (2) pelaksanaan workshop, IHT dan

pemberdayaan MGMP sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru

mengenai perangkat administrasi guru, metode pembelajaran, dan

pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

yang berbasis IT. (3) evaluasi yang dilakukan mengacu pada peraturan

menteri pendidikan dan kebudayaan yang terbaru (Permendikbud no 23

tahun 2016) untuk kelas X sedangkan untuk kelas XI dan XII

menggunakan penilaian sesuai dengan kurikulum 2006. (4) pengadaan dan

peningkatan sarana prasaran yang berkaitan dengan sumber belajar bagi

peserta didik seperti pengadaan buku sumber dan peningkatan jaringan

internet sebagai sarana yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan KBM.

Dilihat dari upaya yang dilakukan seperti yang dijelaskan di atas,

hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Zamroni yang

menyatakan bahawa pendidikan agama Islam harus mulai berbenah diri

dengan menyusun strategi untuk dapat menyongsong dan dapat menjawab

tantangan perubahan. Dalam menyusun strategi untuk menjawab tantangan

perubahan tersebut, paling tidak harus memperhatikan beberapa ciri, yaitu: [a]

Pendidikan Islam diupayakan lebih diorientasikan atau “lebih menekankan

pada upaya proses pembelajaran [learning] daripada mengajar [teaching]”.

[b] Pendidikan Islam dapat “diorganisir dalam suatu struktur yang lebih

bersifat fleksibel”. [c] Pendidikan Islam dapat “memperlakukan peserta didik

sebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri”, dan [d]
176

Pendidikan Islam, “merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa

berinteraksi dengan lingkungan”. Keempat ciri ini, dapat disebut dengan

paradigma pendidikan sistematik-organik yang menuntut pendidikan bersifat

double tracks, artinya pendidikan sebagai suatu proses yang tidak dapat

dilepaskan dari perkembangan dan dinamika masyarakat118.

Dalam “pelaksanaan pendidikan senantiasa mengaitkan proses

pendidikan dengan kebutuhan masyarakatnya pada umumnya dan dunia kerja

pada khususnya. Karena keterkaitan ini memiliki arti, bahwa peserta didik

tidak hanya ditentukan oleh apa yang mereka lakukan di lingkungan sekolah,

melainkan peserta didik juga ditentukan oleh apa yang mereka kerjakan di

dunia kerja dan di masyarakat pada umumnya”. Dengan kata lain pendidikan

yang bersifat double tracks, menekankan pengembangkan pengetahuan

melalui kombinasi terpadu antara tuntutan kebutuhan masyarakat, dunia

kerja, pelatihan, dan pendidikan formal persekolahan, sehingga “sistem

pendidikan akan mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan

dan fleksibilitas yang tinggi untuk menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat

yang senantiasa berubah dengan cepat”119.

3. Implementasi Pendidikan Agama Islam Demokratik di SMA Negeri

1 Kadugede Kabupaten Kuningan

Implementasi pendidikan agama Islam demokratik di SMA

Negeri 1 Kadugede kabupaten Kuningan secara umum sudah berjalan

118
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta, Bigraf Publishing, 2000, 5.
119
Ibid…………., 6.
177

dengan baik yaitu ditandai dengan penerapan nilai-nilai kebebasan,

persamaan, musyawarah dalam proses pendidikan dan pembelajaran hal

tersebut ditandai dengan penerapan kurikulum, di dalam kurikulum sudah

termuat kegiatan-kegiatan selain mata pelajaran dikembangkan pula

pengembangan diri dalam bentuk ekstrakurikuler keagamaan.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh John

Dewey yang menyatakan bahwa Tingkat kedemokratisan sebuah

kehidupan sebuah kelompok masyarakat tergambar dalam: 1) sejauh

mana tujuan-tujuan (interests) kelompok masyarakat tersebut dianut dan

diyakini secara bersama oleh semua anggotanya; dan 2) sejauh mana

kelompok sosial tersebut memiliki kebebasan berinteraksi dengan

kelompok-kelompok lain di luarnya. Jadi, nilai-nilai dasar inilah

(kebebasan, kesetaraan, toleransi, cita-cita bersama, interaksi) beserta

beberapa nilai lain yang implisit atau fasilitatif terhadapnya (seperti

pluralitas, keadilan, keterbukaan, dan dialog)120.

Namun implementasi pendidikan agama Islam demokratik di SMA

Negeri 1 Kadugede belum maksimal, hal ini disebabkan Faktor penghambat

diantaranya: (1) dukungan orang tua, (2) lingkungan masyarakat, (3)

keterbatasan biaya dan (4) perbedaan individual, dan (5) kompetensi guru.

Berdasarkan uraian di atas ada beberapa hal yang dilakukan sebagai upaya

memaksimalkan implementasi pendidikan agama Islam demokratik yaitu

melalui kerja sama dengan orang tua peserta didik dan peningkatan

120
Berstein, Richard J, Dewey John, dalam. J. Ohoitimur, Aliran-Aliran Utama
Filsafat Barat Kontemporer, Traktat Kuliah SFT-SP, 2013, 76-79.
178

kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan, strategi metode dan model

pembelajaran pada kegiatan KBM melalui kegiatan IHT atau workshop.

Sekolah bukan menjadi tempat pertunjukan bagi guru tetapi tempat

bagi siswa untuk menambah dan memperkaya pengalaman belajarnya. Oleh

sebab itu, guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang

memberi peluang bagi siswa untuk belajar. Inilah makna lain dari sekolah

demokratis, yaitu sekolah itu untuk siswa bukan untuk guru dan kepala

sekolahnya. Sekolah harus menjadi second home bagi siswa, mereka betah

menghabiskan waktunya di sekolah, dengan belajar, berdiskusi,

menyelesaikan tugas-tugas kelompok, membaca, dan melakukan aktivitas

lainnya. Untuk mewujudkan KBM yang kondusif secara umum guru harus

memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan

dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang

mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi, sampai evaluasi.

Memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang

tidak hanya di dalam kelas.

Upaya-upaya yang dilakukan di atas, sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh A. Hassan yang mengatakan bahwa: proses pembelajaran

haruslah berlangsung secara terbuka dan penuh kebebasan dengan tetap saling

menghargai dan menghormati peran masing-masing antara guru dan siswa. A.

Hassan juga mengedepankan metode dialogis dalam teori pembelajarannya,

seperti yang pernah ia praktekkan di dalam kelas. Peran guru menurutnya

tetap sebagai kunci untuk mencerdaskan siswanya, begitupun dengan


179

kesuksesan belajar, maka guru muthlak harus mempunyai kualitas yang

tinggi121.

121
Armai, Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, cet.I, Jakarta, CRSD Press, 2005, 94.

Anda mungkin juga menyukai