Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Sekolah
SMP Negeri 1 Kuningan merupakan Sekolah Menengah Pertama yang
berstatus negeri dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah
Kabupaten Kuningan. Sekolah dengan alamat di jalan Siliwangi nomor 74 ini berada di
pusat kabupaten dan berada dekat dengan Kantor Bupati Kabupaten Kuningan. Sekolah
ini memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Berdasarkan bukti dokumen eigendom
Nomor : 5238 Tahun 1928 Sr. Ukur No. 15 Tanggal 26 – 2 – 1938, SMP Negeri 1
Kuningan didirikan pada tahun 1918. Sebagian bangunan merupakan bekas peninggalan
kolonial Belanda, yakni masing-masing empat ruang kelas di sebelah utara dan selatan,
serta 1 aula bawah yang masih dipertahankan struktur keasliannya sampai dengan
sekarang. Kemudian berdasarkan bukti Surat Putusan Menteri Pendidikan, Pengajaran
dan Kebudayaan RI Nomor : 2160/BIP tanggal 23 Juli 1951, maka SMP Negeri 1
Kuningan mulai beroperasi secara resmi pada tahun 1951 dengan kepala sekolah
pertama adalah Bapak Setia Miharja.38
SMP Negeri 1 Kuningan memperoleh akreditasi sekolah “A” pada tahun 2021
dan memiliki tenaga guru yang berjumlah 48 orang, 41 diantaranya guru tetap
(PNS/P3K), 7 diantaranya guru tidak tetap. Dibantu oleh tenaga tata usaha yang
berjumlah 13 orang, 7 orang diantaranya berstatus PNS/P3K dan 6 orang berstatus tidak
tetap. SMP Negeri 1 Kuningan merupakan salah satu sekolah penggerak angkatan 2
yang ada di Kabupaten Kuningan, sehingga ada kewajiban untuk mengimplementasikan
kurikulum merdeka yang dalam proses pembelajarannya terdapat tambahan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) untuk peserta didik.39
Dalam menjalankan manajemen untuk mencapai visi bersama, memudahkan
kinerja serta melancarkan proses pembelajaran, SMP Negeri 1 Kuningan membentuk
tim kerja yang tersusun dalam struktur organisasi. Hal tersebut dilakukan menegaskan
dan menjelaskan garis kerja yang bertanggung jawab. Struktur organisasi yang
dimaksud tersusun sebagai berikut :40

38
https://www.kuninganoke.com/2022/06/smpn-1-kuningan-didirikan-tahun-1918.html
39
Dokumentasi Profil Sekolah SMP Negeri 1 Kuningan, Tahun Pelajaran 2022/2023.
40
Dokumentasi Profil Sekolah SMP Negeri 1 Kuningan, Tahun Pelajaran 2022/2023.
26
Tabel 4.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Kuningan
Tahun Pelajaran 2022/202341

Kepala Sekolah

H. Adang Kusdiana, M.Pd.

Wakabid Kurikulum Wakabid Kesiswaan Wakabid Sarpras

Hamduli, S.IP., S.Pd., M.Pd. H. Mohammad Sidi, M.Pd. H. Ahmad Nurdin, M.Pd.
Wahyu Husen Derajat, S.Pd. Budi Santosa, M.Pd. Hendrayanto, S.Kom.

Wakabid Humas Wakabid Lingkungan

Hj. Neni Triana, S.Pd. Deni Herdiana, M.Pd.


Ade Suarsa, S.Pd. Satum, S.Pust.

Tata Usaha

Bendahara Gaji Bendahara BOS Kepegawaian

Nani Sumarni, S.E. Enin Sulasmini, S.E. Dewi Maya, S.Pd.

Kesiswaan Pustakawan Sarana Prasarana

Uswatun Hasanah Satum, S.Pust. Dodi Sudiono

Satpam Kebersihan

Asep Gunawan Ari Koesnandar


Tata Mas’ud

41
Dokumentasi Profil Sekolah SMP Negeri 1 Kuningan, Tahun Pelajaran 2022/2023.
27
SMP Negeri 1 Kuningan memiliki visi dan misi yang dirumuskan sebagai
berikut.42 Visi sekolah “Terwujudnya Lulusan Yang Berbudaya, Agamis, Berwawasan
Global, Unggul dan Sehat”, dengan indikator penjabaran visi sebagai berikut :
1. Sopan, Santun, dan Salam terhadap warga sekolah.
2. Kepedulian terhadap lingkungan sekolah yang bersih.
3. Taat pada tata tertib sekolah.
4. Aktif dan kreatif dalam pengamalan ajaran agama di sekolah.
5. Memiliki rasa kepedulian terhadap sesama warga sekolah.
6. Mengikuti perkembangan kemajuan media informasi dalam pembelajaran di
sekolah.
7. Terbuka dalam menerima perbedaan di lingkungan sekolah.
8. Peduli dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat.
9. Mengembangkan pola hidup sehat jasmani dan rohani warga sekolah.
Sementara misi sekolah sebagai berikut :
1. Mewujudkan peserta didik yang berbudaya mandiri dan gotong royong.
2. Mewujudkan peserta didik yang agamis dengan beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia.
3. Mewujudkan peserta didik yang berwawasan global dengan menyadari prinsip
kebhinnekaan.
4. Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam kreatifitas dan bernalar kritis.
5. Mewujudkan peserta didik yang sehat jasmani dan rohani.
Sedangkan tujuan sekolah dalam 5 tahun ke depan, terhitung mulai tahun 2020
sampai dengan 2025 adalah sebagai berikut :
1. Memfasilitasi terwujudnya peserta didik yang memiliki jiwa mandiri dan
menghargai nilai – nilai gotong royong.
2. Mendorong pelaksanaan berbagai kegiatan yang dapat mewujudkan peserta didik
yang agamis, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
3. Memberikan motivasi kepada peserta didik guna menyadari nilai kebhinnekaan di
dalam lingkungan masyarakat global.
4. Memberikan layanan kegiatan pengembangan minat dan bakat, dalam mewujudkan
peserta didik yang unggul dalam kreatifitas dan bernalar kritis.

42
Dokumentasi Profil Sekolah SMP Negeri 1 Kuningan, Tahun Pelajaran 2022/2023.
28
5. Menunjukkan keteladanan dalam mewujudkan peserta didik yang sehat dalam
pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Berdasarkan kajian terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah, SMP Negeri 1
Kuningan berupaya menyelaraskan lulusan dengan proses implementasi kurikulum
merdeka dalam kaitannya dengan pencapaian projek penguatan Profil Pelajar Pancasila
(P3). Dimana peserta didik memiliki karakter yang mencerminkan dimensi profil
beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinnekaan global,
mandiri, gotong royong, kreatif, dan bernalar kritis.

B. Deskripsi Data Penelitian


Berdasarkan hasil temuan di sekolah yang dilaksanakan oleh penulis terkait
implementasi kurikulum merdeka belajar di SMP Negeri 1 Kuningan yang
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan
dokumentasi, berikut adalah hasil temuan deskripsi data penelitian.
1. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Mata Pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan
Kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum kebijakan baru di Indonesia yang
dibuat oleh Kemendikbud, dalam kurikulum ini terdapat perbedaan dari kurikulum
sebelumnya yakni adanya projek penguatan Profil Pelajar Pancasila (P3). SMP
Negeri 1 Kuningan menjadi salah satu sekolah penggerak angkatan 2, sehingga
kegiatan belajar mengajar sudah mengimplementasi kurikulum merdeka belajar
pada tahun 2022 bagi peserta didik kelas tujuh.
Adanya penerapan kurikulum merdeka, proses pembelajaran bagi setiap
peserta didik dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dan karakternya. Pada masa
sekarang, teknologi semakin canggih sehingga peserta didik dapat menggunakan
teknologi tersebut sebagai projek yang diberikan oleh guru, dengan berbagai macam
konten yang dibuat siswa terkait dengan materi pembelajaran. Implementasi
kurikulum merdeka sudah sesuai dengan kebijakan yang dibuat pemerintah dan
proses pembelajarannya telah berdiferensiasi, sehingga proses pembelajaran lebih
berpusat pada peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan paparan Bapak Hamduli
selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum.
Proses pembelajaran di SMP Negeri 1 Kuningan sudah mengimplementasikan
kurikulum merdeka belajar untuk semua mata pelajaran terutama kegiatan

29
pembelajaran IPS. Kurikulum merdeka belajar yang sudah diimplementasikan di
SMP Negeri 1 Kuningan berjalan dengan baik meskipun belum sepenuhnya optimal
karena proses penerapannya dilakukan secara bertahap per tingkatan kelas.
Penerapan kurikulum merdeka belajar dalam mata pelajaran IPS mempergunakan
berbagai macam metode pada kegiatan pembelajaran di kelas. Metode tersebut
diantaranya adalah model ceramah yang tidak bisa ditinggalkan, metode inkuiri,
kemudian model cooperative jigsaw, dan model berdiferensiasi.
Pada pembelajaran IPS di kurikulum merdeka ini membuat para siswa diajak
untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pelajaran biasa maupun pada saat membuat
projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Alokasi waktu kegiatan intrakurikuler
mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan yaitu selama 4 jam pelajaran dalam
satu minggu. Terdapat berbagai kegiatan dalam penerapan kurikulum merdeka
belajar yang dilaksanakan oleh guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan,
antara lain sebagai berikut :
a. Persiapan guru mata pelajaran IPS dalam implementasi kurikulum
merdeka
Implementasi kurikulum merdeka sebelum dilaksanakan dalam proses
pembelajaran tahun pelajaran baru 2022/2023, guru mata pelajaran IPS
mempersiapkan berbagai perihal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
Mulai dari kesiapan guru IPS dalam memulai pembelajaran, perangkat
pembelajaran, dan media pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis kurikulum
merdeka perlu untuk diperhatikan, karena kurikulum ini terdapat perubahan
dengan kurikulum sebelumnya. Persiapan yang dilakukan oleh para guru IPS
antara lain sebagai berikut :
1. Mengikuti pelatihan
Para guru di SMP Negeri 1 Kuningan mempersiapkan
implementasi kurikulum merdeka belajar dengan mengikuti pelatihan-
pelatihan yang telah diadakan pemerintah melalui webinar atau
pembelajaran secara mandiri melalui platform merdeka mengajar, maupun
kegiatan yang difasilitasi dari sekolah. Mulai dari pelatihan dalam
menyusun Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), cara
menyusun perangkat pembelajaran modul ajar, dan terkait dengan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Hal tersebut dilakukan supaya para

30
guru dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam mengikuti
perkembangan kurikulum merdeka dengan belajar secara bersama-sama.

2. Menyusun perangkat pembelajaran


Selain mengikuti pelatihan-pelatihan yang diberikan sekolah
maupun pemerintah, guru mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan
dalam implementasi kurikulum merdeka belajar menyiapkan berbagai
perangkat pembelajaran untuk menunjang proses belajar, tahap ini menjadi
tahap awal desain perencanaan yang dibuat oleh guru. Perangkat
pembelajaran yang dibuat meliputi alur tujuan pembelajaran (ATP), modul
ajar, bahan ajar, dan dokumen pendukung lainnya seperti buku nilai.

b. Pelaksanaan pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di sekolah terkait implementasi
pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut proses
pembelajaran IPS di kelas VII A yang dilakukan oleh Ibu Leta Wulan Dari, S.Pd
selaku guru mata pelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka.
1. Kegiatan awal
Sebelum memulai pembelajaran, guru menyiapkan modul yang
sudah dibuat sesuai dengan ketentuan implementasi kurikulum merdeka
terkait materi yang diajarkan untuk peserta didik. Masuk ruang kelas dengan
menyapa peserta didik dan mengenali karakter setiap peserta didik serta
kesiapannya dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan
oleh guru IPS dengan memberikan arahan bagi peserta didik agar
mendengarkan gurunya saat menjelaskan materi.
2. Kegiatan inti
Pada proses pembelajaran dalam kegiatan inti yang dilaksanakan
oleh guru IPS di SMP Negeri 1 Kuningan sudah berjalan cukup baik
meskipun belum optimal, guru masih merasa kurang percaya diri dalam
melakukan implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembelajaran
IPS. Selain melaksanakan pembelajaran intra, guru IPS juga memandu

31
peserta didik dalam membuat projek penguatan Profil Pelajar Pancasila
yang sudah diagendakan oleh pihak sekolah. Hal tersebut senada dengan
penuturan dari guru pengajar IPS.
Pada pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka
memberikan kebebasan bagi peserta didik agar tidak tertekan dalam belajar.
Sehingga bapak/ibu guru menggunakan berbagai metode dalam
pembelajaran untuk menarik para peserta didik saat mendengarkan materi.
Metode yang digunakan diantaranya yakni metode ceramah. Namun, guru
dalam menyampaikan materi melakukan modifikasi dengan
mempergunakan berbagai media pembelajaran atau cara lainnya seperti ice
breaking. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan
mengantuk dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Selain menggunakan metode ceramah, guru menggunakan metode
Project Based Learning. Pendekatan ini dilakukan dengan pembelajaran
yang mempergunakan projek atau kegiatan yang menjadi media, sehingga
sesuai dengan kurikulum merdeka yang terdapat kegiatan membuat projek
sebagai penguatan profil pelajar yang sesuai dengan pancasila. Para peserta
didik melakukan berbagai cara untuk membuat berbagai bentuk dari hasil
belajar dalam proses pembelajaran IPS. Proses pembelajaran dengan metode
PBL memberikan kesenangan tersendiri dan dorongan bagi peserta didik
dalam menumbuhkan kreativitas, tanggung jawab, mandiri, dan berpikir
kritis.
Kegiatan pembelajaran pastinya membutuhkan sumber dan media
pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran. Proses belajar IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan menggunakan buku paket yang telah disediakan
sekolah dan lembar kerja siswa (LKS). Sumber lainnya juga menggunakan
HP peserta didik untuk mencari lebih banyak informasi dari internet yang
terkait dengan materi yang telah diberikan guru dan video pembelajaran dari
YouTube. Dengan adanya sumber belajar bagi siswa maupun guru membuat
produktivitas dalam proses pembelajaran menjadi meningkat.
Saat pembelajaran berlangsung, guru IPS melakukan tanya jawab
dengan memberi beberapa soal singkat terkait materi yang akan atau sudah
dipelajari peserta didik. Hal tersebut dilakukan untuk mengingatkan memori

32
dan pemahaman peserta didik. Tidak hanya untuk menggali pemahaman,
tetapi juga mengajari peserta didik untuk lebih berani berpendapat dengan
mengacungkan tangan ke atas terlebih dahulu.
3. Kegiatan penutup
Pada akhir pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan, guru
melakukan refleksi atau kegiatan dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan bagi peserta didik supaya memberikan umpan balik dengan
menjawab dari pertanyaan yang telah diberikan. Hal tersebut dilakukan
untuk mengukur pemahaman para peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru IPS
menyimpulkan hasil belajar dari materi tertentu bersama peserta didik.
Adanya kesimpulan tersebut membuat siswa mengingat kembali materi
yang telah dipelajari.
Selain kegiatan intrakurikuler, terdapat juga kegiatan projek sebagai
penguatan profil pelajar Pancasila bagi peserta didik. Supaya menjadi pelajar
generasi penerus bangsa yang mempunyai keterampilan global dan memiliki
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. SMP Negeri 1 Kuningan sudah
mencoba untuk menerapkan profil pelajar Pancasila dalam setiap mata pelajaran
maupun projek. Untuk penguat profil pelajar Pancasila, sekolah memasukkannya
pada projek-projek yang dibuat oleh para peserta didik. Sehingga proses belajar
peserta didik beragam dan produk-produk yang dihasilkan juga beraneka ragam,
misal ada berupa makanan, minuman, video konten, sabun, gerakan senam dan
lainnya.
Adanya pembelajaran dengan kurikulum merdeka, membuat para peserta
didik menyukai karena memberikan kebebasan bagi peserta didik dalam
berkreativitas, berpendapat, berinovasi yang sesuai dengan minatnya.
Pelaksanaan kurikulum merdeka juga membuat peserta didik menjadi berani
dalam hal sikap untuk tampil ke depan dalam persentasi maupun berani untuk
berpendapat. Implementasi kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan
membuat peserta didik menjadi generasi muda yang mandiri, bernalar kritis dan
kreatif berinovasi sesuai dengan minat dan bakatnya.
Pada pembelajaran yang menerapkan kurikulum merdeka khususnya
pelajaran IPS, guru juga mengintegrasikan penerapan profil pelajar Pancasila

33
sebagai upaya pendidikan karakter pada proses belajar di dalam kelas. Materi
IPS untuk kelas VII ini diaplikasikan pada lingkungan sekitar, sehingga guru
menerapkan kesabaran, kerja sama dan pemahaman para siswanya untuk peduli
dengan lingkungan sekitar maupun sesama manusia. Kegiatan yang dilakukan
guru IPS untuk membentuk profil pelajar Pancasila dilakukan dengan penugasan
kelompok dan mandiri. Dari kegiatan yang dilakukan, peserta didik dapat
bergotong-royong dengan teman, berpikir kritis dan kreatif yang sesuai dengan
ciri dalam dimensi profil pelajar Pancasila. Peserta didik juga sudah memahami
indikator yang terdapat dalam profil pelajar Pancasila. Terkait projek yang
dilakukan peserta didik untuk memperdalam materi mata pelajaran IPS yang
telah dipelajari yakni membuat gambar dan mewarnainya peta Indonesia yang
dilakukan secara berkelompok.
Proses pembelajaran IPS yang menerapkan kurikulum merdeka bisa
menjadi efektif maupun tidak efektif, tergantung pada proses pembelajarannya.
Sehingga para guru tidak hanya memberi dan menjelaskan materi IPS, tetapi
juga bisa memberikan dan menerapkan penguatan karakter yang baik bagi
peserta didiknya serta memberikan motivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran sehari-hari.

c. Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran IPS yang Berbasis Kurikulum


Merdeka
SMP Negeri 1 Kuningan melakukan evaluasi atau penilaian pembelajaran
secara mandiri dengan memanfaatkan portal penilaian secara online. Portal
tersebut merupakan kreasi dari pengembangan salah seorang guru SMP Negeri 1
Kuningan. Dengan portal penilaian secara mandiri, guru dan peserta didik dapat
mengaksesnya kapan dan di mana saja selama mendapatkan akses secara resmi
dari sekolah berupa akun. Setiap guru dan peserta didik memiliki akun yang
disediakan oleh sekolah.
Terkait evaluasi implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran
IPS, guru IPS SMP Negeri 1 Kuningan melakukan evaluasi atau penilaian pada
proses pembelajaran secara formatif dan setelah selesai materi pembelajaran
sumatif. Penilaian secara formatif adalah penilaian yang dilakukan dengan
tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan oleh

34
guru IPS sepanjang proses pembelajaran, dan harapannya dapat dijadikan
sebagai umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Sementara
penilaian sumatif adalah proses penilaian yang dilakukan pada akhir periode
pembelajaran, misalnya akhir suatu materi pembelajaran, akhir semester atau
akhir tahun pelajaran. Fokus penilaian sumatif yang dilakukan oleh guru IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan menekankan pada hasil atau pencapaian akhir siswa
dalam materi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan regulasi yang dikeluarkan
oleh pemerintah terkait standar penilaian dalam implementasi kurikulum
merdeka, yakni Permendikbudristek Nomor 21 tahun 2022.
Sedangkan bentuk penilaian lain yang dilakukan oleh guru IPS dalam
pembelajaran yakni refleksi, dimana peserta didik diberi kesempatan untuk
memberikan umpan balik baik berupa saran maupun kritik terkait dengan cara
guru dalam mengajar di kelas. Adanya umpan balik dari peserta didik menjadi
tolok ukur bagi guru dalam mengajar. Sehingga dalam pertemuan berikutnya
dapat mengajar dengan lebih teliti dan baik.
Adanya implementasi kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan ini
membuat kreativitas maupun hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.
Pada kurikulum merdeka memberikan kebebasan pada peserta didik, sehingga
dalam proses belajar maupun penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru
membuat peserta didik menjadi lebih kreatif. Hal tersebut dapat dilihat pada
produk tugas yang beraneka ragam sesuai dengan potensi peserta didik. Selain
itu, implementasi kurikulum merdeka membuat peserta didik menjadi lebih
kreatif dan berani dalam menyampaikan pendapat.

2. Faktor pendorong dan penghambat implementasi kurikulum merdeka


dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan
Implementasi kurikulum merdeka belajar dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kuningan, terdapat berbagai faktor pendorong maupun faktor penghambat
dalam pelaksanaannya yakni sebagai berikut.
a. Faktor Pendorong
Implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran di SMP Negeri 1
Kuningan mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Kuningan. Hal tersebut karena sekolah ini menjadi sekolah

35
penggerak yang memang harus mendapat dukungan dari pemerintah daerah.
Orang tua atau Wali murid dari peserta didik melalui Komite Sekolah juga
memberikan dukungan untuk penerapan kurikulum merdeka yang berupa tenaga,
gagasan dan partisipasi keuangan.
Para guru di sekolah juga menjadi pendorong dalam implementasi
kurikulum merdeka, sebab kurikulum merdeka merupakan suatu kebijakan baru
yang harus dijalankan, sehingga membuat guru-guru harus penuh dengan
kreativitas dalam mengajar peserta didik. Dukungan wadah komunitas belajar
disediakan bagi para guru yang ada di sekolah dalam upaya untuk memberikan
fasilitas terbaik bagi para guru, supaya bisa saling berbagi dan berkarya bersama
diantara para guru terkait pembelajaran yang berbasis kurikulum merdeka.
Sehingga dapat terjadi proses pengembangan diri dengan bantuan rekan sejawat,
guna meningkatkan kompetensi pembelajaran saat mengajar di kelas.
Di SMP Negeri 1 Kuningan juga terdapat guru penggerak yang berasal dari
Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 3 dan 8 sebanyak 5 orang.
Dimana keberadaan mereka diharapkan bisa memberikan kontribusi berupa
motivasi bagi guru lainnya. Dengan adanya kolaborasi belajar antara guru-guru
penggerak maupun belum penggerak bisa saling bekerja sama dan bertukar
pikiran terkait proses pembelajaran yang menyenangkan dan berpihak pada
pengalaman belajar peserta didik yang menyenangkan dengan menggunakan
media tertentu. Hal ini dilakukan supaya membuat peserta didik menjadi kreatif,
inovatif, dan lebih mandiri dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran IPS yang menerapkan kurikulum merdeka membuat peserta
didik menjadi termotivasi, karena proses pembelajarannya yang lebih merdeka
dan memberikan kesempatan untuk bisa mengetahui maupun untuk
meningkatkan minat dan bakat yang dimiliki peserta didik. Semula peserta didik
belum mengetahui minat dan bakatnya, namun sekarang selama implementasi
kurikulum merdeka memberikan peserta didik SMP Negeri 1 Kuningan diberi
kesempatan untuk mengetahui dan mengembangkan minat bakatnya. Hal
tersebut memotivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran sebab diberi
kebebasan mulai dari pemberian tugas ataupun lainnya yang dapat diselesaikan
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.

36
Berdasarkan fasilitas pembelajaran mulai dari buku paket utama, LKS,
buku-buku penunjang, LCD, atau lainnya yang terkait dengan pembelajaran IPS
sudah tersedia dengan baik untuk para guru dan para peserta didik dalam
mendukung pembelajaran di ruang kelas. Melalui buku paket maupun LKS yang
berbasis kurikulum merdeka bisa menjadi referensi, memberi arahan dalam
proses pembelajaran IPS. Apabila tidak terdapat informasi dalam buku paket,
bisa mencari tambahan referensi yang ada di internet guna melengkapi
pengetahuan terkait materi IPS yang diajarkan guru.

b. Faktor Penghambat
Selain faktor pendorong terdapat juga penghambat dalam implementasi
kurikulum merdeka di SMP Negeri 1 Kuningan, mulai dari pihak guru sampai
dengan peserta didik. Beberapa guru terutama yang senior di SMP Negeri 1
Kuningan menjadi faktor penghambat karena belum terbiasa dengan perubahan
kurikulum, kurang berpengalaman dan harus mengubah pemikiran kalau
pembelajaran yang berbasis kurikulum merdeka memberikan kebebasan bagi
para peserta didik untuk belajar dan mengerjakan tugas sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki peserta didik. Pembelajaran yang berbasis kurikulum
merdeka mendorong para guru menanyai para peserta didik yang mempunyai
kesulitan atau kekurangan dalam perihal mengikuti pembelajaran, sehingga para
guru tidak memarahi peserta didik.
Selain tenaga pendidik, peserta didik juga dapat menjadi penghambat
dalam implementasi kurikulum merdeka di sekolah ini, karena jumlah peserta
didik dalam satu kelas yang cukup banyak yakn 38 orang per kelas. Kondsi
tersebut membuat para guru tidak dapat memahami kondisi anak satu dengan
yang lain. Para guru mata pelajaran tidak dapat membimbing dan melayan
peserta ddik satu per satu secara optmal karena setiap harinya mengajar di kelas
yang berbeda, sehingga membuat peserta didik tidak dapat sepenuhnya
mendapatkan bimbingan secara individual dalam pembelajaran yang berbasis
kurikulum merdeka.
Faktor penghambat lainnya yakni berasal dari faktor kemampuan peserta
didik SMP Negeri 1 Kuningan yang belum muncul kreativitasnya maupun
belum berani tampil, hal ini membuat para guru merasa perlu untuk menggugah

37
dan membimbing dengan cara pelan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik. Dalam proses pembelajaran IPS kemampuan para
peserta didik tidak merata, karena setiap peserta didik memiliki kemampuan di
bidangnya masing-masing. Kemampuan peserta didik yang mengikuti
pembelajaran IPS ada yang sudah memahami materi yang diajarkan guru, namun
ada juga peserta didik yang kemampuannya tidak sama dengan temannya karena
sulit memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
Alokasi waktu juga menjadi salah satu penghambat dalam implementasi
kurikulum merdeka dalam pelajaran IPS. Dengan adanya projek penguatan
profil pelajar pancasila (P5), guru-guru IPS harus terlibat dalam melaksanakan
projek yang telah dibuat sekolah bagi peserta didik. Adanya kegiatan projek
sebagai upaya penguatan profil pelajar pancasila yang dilaksanakan dengan
mengambil 1 jam pelajaran atau sistem blok dalam tiap semester, proses
pembelajaran menjadi berkurang dalam alokas waktu tahunan. Hal tersebut
membuat kegiatan pembelajaran tidak berjalan secara maksimal dan para guru
harus mempergunakan waktunya sebaik mungkin untuk menjelaskan materi bagi
peserta didiknya.
Kurangnya referensi dalam proses pembelajaran menjadi penghambat juga
dalam penerapan kurikulum merdeka. Informasi dari bahan ajar cetak seperti
buku paket dan buku penunjang lainnya, isinya tidak sama dan kurang lengkap
sehingga peserta didik maupun para guru kesulitan untuk mencari informasi
akurat terkait dengan pembelajaran IPS. Dalam hal ini menjadi tanggung jawab
para guru IPS untuk membimbing dan mengarahkan materi pembelajaran
dengan cara memberikan informasi yang memudahkan untuk dipahami bagi para
peserta didik.

C. Analisis Data Penelitian


Berdasarkan hasil sajian data peneltian yang telah dipaparkan terkait dengan
implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan,
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, guna memperoleh data-data dengan
melakukan analisa data dalam menguraikan lebih lanjut hasil penelitian. Berikut adalah
penjelasan hasil dari analisis data dengan menggunakan metode kualitatif.

38
1. Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar dalam Mata Pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kuningan
Berdasar pada Surat Edaran No. 0574/H.H3/SK.02.01/2023, menindaklanjuti
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik
Indonesia Nomor 262/M/2022 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Satuan
pendidikan dapat mengimplementasikan kurikulum merdeka secara bertahap sesuai
kesiapan masing-masing.
Hal ini mempunyai tujuan guna memperbaiki proses pembelajaran pasca
pandemi melalui penerapan kurikulum merdeka. Hal tersebut sebagai bentuk
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Penerapan kurikulum merdeka
memberikan keleluasaan yang salah satunya yakni satuan pendidikan dberikan
akses pengembangan kurikulum dengan keberagaman prinsip yang sesuai dengan
situasi pendidikan, kebutuhan peserta didik dan potensi daerah. Kurikulum merdeka
dibentuk sebagai upaya dari pemerintah guna mengatasi krisis pembelajaran yang
dihadapi selama masa pandemi. Krisis tersebut dijumpai dengan hasil belajar
peserta didik yang rendah, bahkan pada hal yang esensial seperti literasi membaca.
Kurikulum merdeka pada implementasinya memberikan kesempatan berpikir
dan berkreativitas baik bagi guru maupun peserta didik dalam kegiatan belajar yang
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan gagasan
merdeka belajar Ki Hadjar Dewantara, bahwa esensi dari merdeka belajar adalah
kebebasan dalam berpikir yang tertuju pada murid, sehingga dapat mengeksplorasi
pengetahuan dari lingkungannya. Pendidik dalam mendidik para peserta didiknya
dilakukan dengan cara among dan memegang tiga semboyan pendidikan, yakni Ing
Ngarsa Sung Tulodho (dimuka memberi contoh), Ing Madya Mangun Karso (di
tengah membangun cita-cita), Tut Wuri Handayani (mengikuti dan
mendukungnya). Hal tersebut dilakukan para pendidik dalam mendidik peserta
didik dengan jiwa-jiwa kekeluargaan, berdasar pada kodrat, dan kemerdekaan.
Gagasan tersebut memperlihatkan keadaan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru dengan memberikan kebebasan bagi peserta didik dalam berpikir
maupun berkreativitas, sehingga hasil dari proses pembelajarannya menghasilkan
produk-produk yang beraneka ragam sesuai dengan minat dan bakat dari peserta

39
didik. Pada proses pembelajaran para guru juga mengajar dengan menuntun penuh
kasih sayang, tidak menuntut dengan perintah atau paksaan, menjadi figur dalam
memimpin kegiatan pembelajaran yang baik dengan memberikan kemerdekaan
belajar bagi siswa serta menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya. Selain itu, guru
juga harus memberikan semangat dan dorongan moral bagi peserta didik untuk
menjadi siswa yang lebih baik. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik dapat
leluasa dalam belajar, mendorong sikap untuk lebih percaya diri dan berani serta
mempunyai moral yang sesuai dengan profl pelajar pancasila.
SMP Negeri 1 Kuningan merupakan salah satu sekolah negeri menengah
pertama yang menjadi sekolah penggerak di Kabupaten Kuningan. Sekolah ini
sudah mengimplementasikan kurikulum merdeka, karena termasuk sekolah
penggerak yang diwajibkan untuk menerapkan kurikulum merdeka. Sekolah ini
mulai menerapkan kurikulum merdeka pada tahun pelajaran baru bulan Juli
2022/2023. Implementasi kurikulum merdeka termasuk pada proses pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial, meskipun belum optimal karena menjadi tahap awal
dalam penerapannya.
Berdasar hasil observasi dan wawancara berikut tiga tahapan pembelajaran IPS
yang dilaksanakan SMP Negeri 1 Kuningan dalam implementasi kurikulum
merdeka :
a. Perencanaan guru IPS dalam implementasi kurikulum merdeka
Pada kegiatan perencanaan sebelum dilakukan implementasi kurikulum
merdeka, sekolah mempersiapkan para guru termasuk guru mata pelajaran IPS
untuk mengkuti berbagai pelatihan baik yang diadakan oleh sekolah maupun
pelatihan yang diadakan pemerintah. Hal ini dilakukan supaya pada proses
pembelajaran tenaga pendidik sudah memahami dan mampu untuk menerapkan
kurikulum merdeka dengan baik yang sesuai dengan aturan yang ditetapkan.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik dalam
implementasi kurikulum merdeka. Adanya pelaksanaan pelatihan, menjadi
wadah bagi guru untuk penguatan pengetahuan dan keterampilan supaya para
guru dapat memahami lebih mendalam terkait kurikulum merdeka sehingga
bisa dipertanggungjawabkan. Hal tersebut dilakukan dengan saling berbagi
praktik baik pengalaman menerapkan kurikulum merdeka. Pada kegiatan ini
dilaksanakan dengan pendampingan oleh fasilitator pada penataan administrasi

40
atau dengan mengadakan IHT yang melibatkan komite pembelajaran di
sekolah yang sudah mendapatkan pelatihan lebih awal.
Perencanaan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS
kurikulum merdeka berkaitan dengan perangkat pembelajaran yang sudah
dibuat oleh guru dan mengikuti petunjuk perangkat pembelajaran berbasis
kurikulum merdeka yang disediakan oleh pemerintah dalam platform merdeka
mengajar. Seperti prajurit yang akan pergi ke medan perang dengan membawa
senjata, perangkat pembelajaran menjadi hal yang wajib atau harus ada bagi
seorang guru sebelum proses kegiatan pembelajaran. Penyusunan perangkat
pembelajaran juga menjadi salah satu perencanaan sebagai indikator
keberhasilan dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru.
Melalui perangkat pembelajaran kualitas pembelajaran bisa meningkat dan
mengetahui arah yang akan dicapai peserta didik pada setiap proses belajarnya.
Para guru dalam pembelajaran IPS melakukan identifikasi awal untuk
mengetahui kebutuhan, karakteristik, potensi dan tahap pencapaian peserta
didik. Sehingga pembelajaran bisa dirancang sesuai dengan kondisi dan
kompetensi dari peserta didiknya. Istilah yang terdapat dalam kurikulum
merdeka berbeda apabila dulunya RPP berganti menjadi modul ajar, namun
dari segi isi atau pembahasannya sama. Maka hal tersebut memerlukan
pemahaman dari para guru dalam implementasi kurikulum merdeka untuk
lebih cepat dalam pengaplikasiannya. Bapak ibu guru IPS menyusun perangkat
pembelajaran secara mandiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
kurikulum merdeka yakni memilih capaian pembelajaran (CP) menjadi tujuan
pembelajaran (TP) sehingga tersusun suatu alur tujuan pembelajaran (ATP),
mengembangkan modul ajar yang sesuai dengan tahapan capaian dan
karakteristik dari peserta didiknya, serta menyusun kurikulum operasional
satuan pendidikan (KOSP).

b. Pelaksanaan pembelajaran IPS yang berbasis kurikulum merdeka


Pada pelaksanaan kurikulum merdeka belajar sesuai dengan struktur
kurikulum merdeka yakni melalui pembelajaran intrakurikuler dalam mata
pelajaran IPS, pendidikan karakter melalui kegiatan projek penguatan profil
pelajar pancasila, dan kegiatan ekstrakurikuler. Sementara berikut adalah

41
tahapan yang dilakukan guru oleh IPS SMP Negeri 1 Kuningan dalam
implementasi kurikulum merdeka pada proses pembelajaran :
1. Kegiatan awal
Kegiatan awal menjadi langkah yang penting saat proses pelaksanaan
pembelajaran, karena menjadi penentu pada kegiatan selanjutnya. Melalui
pembukaan yang baik saat pelaksanaan pembelajaran akan memberikan
kesan untuk kegiatan selanjutnya supaya menjadi kegiatan yang
berkualitas dan lancar. Pada kegiatan awal proses pembelajaran, bapak ibu
guru IPS memulai pembelajaran sesuai dengan modul ajar. Guru IPS
memeriksa kehadiran peserta didik di kelas, lalu dilanjutkan dengan
melakukan apersepsi yakni menghubungkan pengalaman yang dialami
dengan materi yang telah dipelajari. Hal tersebut dilakukan untuk
membuat awal pembelajaran menjadi efektif, sehingga membuat peserta
didik sepenuhnya mengikuti langkah pembelajaran selanjutnya.
Guru IPS juga mengamati kesiapan peserta didiknya dalam menerima
materi yang akan dijelaskan oleh guru saat proses pembelajaran. Hal ini
dilakukan guru dalam memulai menjelaskan materi dan menarik perhatian
peserta didik, karena peserta didik belum sepenuhnya siap untuk memulai
pelajaran. Selain itu, guru juga memberikan pertanyaan-pertanyaan
pemantik yang mudah dan singkat sebagai penggugah semangat peserta
didik untuk memulai proses belajar di ruang kelas.
2. Kegiatan inti
Kegiatan inti pada proses pembelajaran dilakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, menyenangkan, dan
memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Hal ini
membutuhkan kolaborasi antar guru serta peserta didik untuk saling
terhubung supaya proses pembelajaran menjadi mudah dan mengarah pada
tujuan yang hendak dicapai. Guru IPS di sekolah ini menggunakan
berbagai metode dalam menyampaikan materi bagi peserta didik. Sehingga
metode pembelajaran menjadi daya tarik bagi peserta didik agar dapat
memahami dengan mudah materi yang diajarkan.
Kegiatan inti merupakan tahap pendalaman konsep dalam proses
pembelajaran, dalam tahap ini guru IPS diberikan kebebasan untuk

42
memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan materi
maupun kebutuhan belajar peserta didiknya. Beberapa metode yang biasa
dipakai diantaranya :
a. Metode ceramah, menjadi metode yang klasik disukai oleh peserta
didik, karena penjelasan materi yang dilakukan dengan cara
menggunakan bahasa lisan dan biasanya berupa cerita. Metode ini
dikaitkan dengan cerita-cerita yang nyata, sehingga membuat peserta
didik menjadi memahami materi yang dijelaskan oleh para guru.
b. Metode tanya jawab, sebagai strategi dalam menyajikan materi
pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan dari
guru dan peserta didik harus menjawab. Hal tersebut dilakukan untuk
menguji pemahaman dalam membaca dari peserta didik.
c. Metode penugasan, sebagai proses belajar yang dilakukan guru
dengan memberikan tugas bagi peserta didik. Melalui metode ini
dapat mendorong anak untuk aktif dalam pembelajaran serta
memperluas dan memperdalam pengetahuannya.
d. Metode problem based learning, metode ini dilakukan dengan
memberikan masalah untuk membangkitkan pengetahuan peserta
didik. Sehingga peserta didik dapat mencoba pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru.
e. Metode inkuiri, metode dengan menyertakan peserta didiknya untuk
mengembangkan keterampilan berpikir dan kreatif yang merujuk pada
kegiatan eksperimen. Seperti contoh dalam pembelajaran IPS, peserta
didik dibimbing untuk membuat peta nasonal Indonesia.
f. Metode cooperative jigsaw, model ini dilakukan dengan kerja
kelompok, agar peserta didik dapat bekerja sama untuk menuntaskan
materi yang harus dipelajari. Serta, peserta didik mempunyai
tanggung jawab untuk menyampaikan dan mengajarkan materi kepada
kelompok lainnya.
Para guru saat kegiatan inti berlangsung, dalam menerangkan materi
juga memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat atau kuis bagi peserta

43
didiknya untuk mendorong partisipasi aktif serta mempertahankan
perhatian dalam proses pembelajaran.
3. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup menjadi kegiatan yang dilakukan dalam mengakhiri
kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk simpulan atau
rangkuman, refleksi dan penilaian, umpan balik serta tindak lanjut. Para
guru IPS melakukan tanya jawab dengan memberikan soal-soal kepada
peserta didik baik secara mandiri maupun kelompok untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terkait materi yang dipelajari. Guru IPS
melakukan refleksi kepada peserta didik saat pembelajaran untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan pada kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan. Peserta didik juga dipersilahkan untuk memberikan
tanggapan terkait bapak ibu guru dalam mengajar IPS. Hal tersebut
dilakukan agar bapak ibu guru mengetahui permasalahan yang dihadapi
dan memperbaiki proses pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.
Para guru juga di akhir pelajaran memberikan dan menyampaikan
kesimpulan untuk peserta didiknya dari pembahasan materi. Pada akhir
kegiatan belajar, pendidik menutup proses pembelajaran dengan
menyampaikan gambaran materi untuk pertemuan selanjutnya,
memberikan atau mengingatkan tugas yang diberi oleh para guru dan
memberikan salam maupun menyanyikan lagu wajib nasional sebagai
penguat profil pelajar pancasila.
Sumber belajar yang dipergunakan beraneka ragam antara lain buku
paket bagi guru dan peserta didik yang telah dibagikan oleh kementerian,
buku LKS (lembar kerja siswa), atlas dan peta, buku panduan lainnya
dalam menunjang proses pembelajaran, dan internet. Penggunaan sumber
belajar internet didukung oleh sekolah yang diperbolehkan untuk
menggunakan HP pada kondisi tertentu dan atas perintah dari bapak ibu
guru. Adapun media pembelajaran yang dipergunakan oleh para guru
antara lain LCD proyektor, laptop, papan tulis, video pembelajaran dari
youtube, maupun media lainnya yang mendukung proses pembelajaran
IPS. Hal tersebut digunakan untuk menarik perhatian para peserta didik
agar menyimak proses pembelajaran.

44
Struktur kurikulum merdeka belajar selain kegiatan intrakurikuler, juga
terdapat kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila. Dengan
adanya profil pelajar pancasila diharapkan para peserta didik dapat
mengembangkan nilai karakter sehingga mempunyai perilaku pelajar yang
baik sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila serta
melekat pada diri peserta didik untuk kehidupan masa depannya. Pada
pembelajaran IPS terkait dengan materi yang diajarkan seperti sumber
daya alam sekitar, maka para guru membentuk karakter siswanya untuk
peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal tersebut sejalan dengan salah satu
tema dalam kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila, yakni gaya
hidup berkelanjutan. Selain itu, guru juga membentuk karakter akhlakul
karimah para peserta didik di sekolah ini yang sesuai dengan nilai-nilai
pancasila melalui pelibatan peserta didik dalam tema projek beriman,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Meskipun kegiatan projek penguatan profil pelajar pancasila bersifat
lintas disiplin ilmu, ada beberapa bentuk projek yang berkaitan dengan
materi dalam pembelajaran IPS. Sehingga para guru IPS memberikan
projek penguatan profil pelajar pancasila yang dilakukan dengan cara
berkelompok maupun mandiri. Projek diberikan untuk memperdalam atau
menjadi pengayaan bagi para guru dalam mata pelajaran yang telah
dipelajari. Projek yang dibuat peserta didik dalam pembelajaran IPS yakni
membuat projek peta Indonesia. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik
dapat mengetahui dan memperdalam materi dalam mengenal lokasi.
Bentuk proyek dalam pembelajaran IPS juga berupa tulisan-tulisan yang
dilakukan secara berdiskusi. Adanya kerja kelompok, menjadi bentuk
penguatan profil pelajar pancasila yakni saling bergotong-royong dan
saling bermusyawarah, berpikir kritis, serta kreatif.

c. Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran IPS yang Berbasis Kurikulum


Merdeka
Evaluasi diadakan bagi seluruh tenaga pendidik di sekolah ini secara
bersama agar dapat mengatasi hambatan saat proses pembelajaran maupun
projek. Evaluasi ini juga dilakukan dari setiap tenaga pendidik setelah

45
mengajar di dalam kelas terutama pada guru mata pelajaran IPS secara mandiri.
Evaluasi dilakukan dengan memberikan kebebasan berupa saran maupun kritik
dari peserta didik untuk menilai guru IPS saat mengajar. Hal tersebut dilakukan
untuk guru IPS, supaya menjadi masukan sendiri dalam memperbaiki proses
pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Evaluasi dilakukan sebagai penentu
hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melalui pengukuran
atau penilaian tertentu pada proses pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran kurikulum merdeka terdapat dua
penilaian yang digunakan yakni penilaian formatif dan penilaian sumatif.
Penilaian formatif dilaksanakan pada awal kegiatan pembelajaran maupun saat
pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui proses
perkembangan peserta didik. Melalui penilaian formatif, guru dapat
mengetahui perkembangan dan pemahaman peserta didiknya selama
pembelajaran serta mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik, sehingga
menjadi umpan balik. Seperti guru memberikan kuesioner yang berkaitan
dengan materi yang sudah dipelajari baik tertulis maupun lisan. Dalam
penilaian formatif juga guru melakukan pengamatan secara langsung untuk
mengetahui perilaku peserta didik, atau dengan penilaian antar teman sejawat.
Sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut untuk proses pembelajaran
berikutnya.
Selanjutnya penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran IPS
yakni penilaian sumatif. Penilaian ini dilaksanakan setelah proses pembelajaran
selesai melalui beberapa materi yang sudah dipelajari. Penilaian dilakukan
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dan menjadi penentu kelulusan
atau nilai rapot. Penilaian ini dilakukan pada beberapa capaian tujuan
pembelajaran IPS dari sumatif setiap lingkup materi maupun sumatif akhir
semester. Penilaian sumatif dalam proses pembelajaran IPS yang dilakukan
guru berupa tes tertulis, penugasan, menjalankan proyek serta menghasilkan
produk.

2. Faktor pendorong dan penghambat implementasi kurikulum merdeka


dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuningan

46
Implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1
Kuningan, terdapat faktor pendorong dan faktor penghambat. Berikut faktor
pendorong dan penghambat implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran
IPS di SMP Negeri 1 Kuningan.
a. Faktor Pendorong
Ada beberapa faktor pendorong dalam implementasi kurikulum merdeka,
yakni ;
1. Dukungan dari Dinas
Adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan. Pemerintah daerah
memberikan dukungan bagi sekolah dalam bentuk kegiatan pelatihan,
pengadaan sarana pembelajaran, dan pengadaan buku dalam menunjang proses
pembelajaran. Hal tersebut membuat proses implementasi kurikulum merdeka
berjalan lebih baik dan memberikan pengaruh positif untuk kemajuan mutu SMP
Negeri 1 Kuningan.
2. Guru Penggerak
Adanya guru penggerak di sekolah ini karena sudah lulus seleksi maupun
telah mengikuti berbagai pelatihan dan memahami terkait kurikulum merdeka,
menjadi pengajar praktik dalam mengajar bagi guru-guru yang belum
penggerak, menjadi pendorong dan motivator kepemimpinan bagi peserta didik,
serta bertukar pikiran dengan guru-guru lainnya untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
Guru penggerak menjadi faktor pendorong dalam implementasi
kurikulum merdeka, karena dapat menjalankan proses pembelajaran dengan
mempergunakan teknologi yang ada, membuat proses belajar menjadi kreatif
dan menarik dengan menggunakan model dan media yang ada, sehingga
pembelajaran lebih berpihak pada peserta didik dan mereka dapat terdorong
untuk mengikuti pembelajaran serta membuat kegiatan belajar yang sesuai
dengan profil pelajar pancasila.
Guru penggerak menjadi motivator bagi guru lainnya dalam
mengembangkan proses pembelajaran yang mengimplementasikan kurikulum
merdeka. Mereka menjadi role model yang mampu untuk mendesain proses

47
belajar dapat menarik sehingga peserta didik termotivasi mengikuti
pembelajaran.
3. Dukungan dari sekolah
Lahirnya kebijakan kurikulum merdeka belajar memunculkan peran
sekolah dalam implementasinya, yakni dibentuknya komunitas belajar bagi
tenaga pendidik. Melalui komunitas belajar ini para guru dapat belajar dan
berkarya bersama, berdiskusi dan sharing terkait proses pembelajaran. Sehingga
guru penggerak berperan menjadi fasilitator dan motivator untuk menggerakkan
dan menjalankan komunitas belajar. Guru penggerak maupun guru belum
penggerak sama-sama berkontribusi, berbagi tanggung jawab dalam
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan menggunakan media
dan menerapkan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif melalui beragam
praktik baik.
4. Dukungan orang tua
Pendorong lain keberhasilan implementasi kurikulum merdeka belajar
ialah dukungan dari orang tua peserta didik yang responsif. Hal tersebut terlihat
dari aktifnya para orang tua dari peserta didik berperan serta dalam agenda-
agenda yang diadakan oleh sekolah. Orang tua juga mendukung penuh
implementasi kurikulum merdeka secara finansial.
5. Sarana dan prasarana
Keberadaan sarana dan prasarana menjadi penunjang dalam keberhasilan
implementasi kurikulum merdeka. Sekolah penggerak memperoleh bantuan dana
guna melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana dalam menunjang proses
pembelajaran terutama tersedianya buku pelajaran. Sehingga sarana dan
prasarana pembelajaran sangat diperlukan baik bagi seorang guru maupun
peserta didik dalam mempermudah proses pembelajaran. Adanya fasilitas yang
sudah lengkap, mulai dari bangunan sekolah, buku-buku, perpustakaan, internet
dan lainnya yang menunjang proses belajar membuat kegiatan belajar mengajar
pada mata pelajaran IPS maupun lainnya di sekolah ini berjalan dengan nyaman
dan menyenangkan bagi peserta didik maupun tenaga pendidiknya.
6. Motivasi peserta didik
Pendorong implementasi kurikulum merdeka juga berasal dari peserta
didiknya, antusias dan motivasi peserta didik untuk lebih kreatif dalam proses

48
pembelajaran. Adanya kurikulum merdeka, peserta didik termotivasi dan diberi
ruang untuk mempunyai kesempatan dalam mengembangkan potensi yang
sesuai dengan minat dan bakatnya.

b. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung, ada beberapa faktor penghambat dalam
implementasi kurikulum merdeka, yakni ;
1. Guru senoir
Terdapat pemikiran dari tenaga pendidik yang memasuki masa pensiun
atau guru senior menjadi faktor penghambat implementasi kurikulum merdeka,
sebab guru senior tidak dapat berubah maupun tidak dapat melaksanakan proses
pembelajaran yang sesuai dengan panduan dari kurikulum merdeka. Berdasar
hasil penelitian, terdapat tenaga pendidik di SMP Negeri 1 Kuningan terutama
guru senior yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan mengajar
yang sesuai dengan panduan kurikulum merdeka, mulai dari kurangnya
pengalaman yang baik dalam menggunakan teknologi terkait media
pembelajaran yang basisnya digital, hingga dalam merancang proses
pembelajaran yang berdiferensiasi belum paham secara maksimal dan masih
mempunyai pemikiran memarahi siswa yang kesulitan mengikuti pelajaran.
Sehingga para guru terutama guru senior tidak mudah beradaptasi meningkatkan
keterampilan dalam mengajar sesuai kurikulum merdeka.
2. Pemahaman dan jumlah peserta didik
Kurangnya pemahaman dari peserta didik di SMP Negeri 1 Kuningan
membuat proses implementasi kurikulum merdeka belajar tidak dapat tercapai
sesuai dengan konsepnya. Pemahaman dari setiap peserta didik berbeda-beda,
ada yang sudah memahami pembelajaran, ada juga siswa yang belum
memahami, sehingga membuat proses pembelajaran menjadi tidak maksimal.
Hal tersebut karena peserta didik menyesuaikan dengan kebutuhannya masing-
masing, padahal dalam implementasi kurikulum merdeka peserta didik dituntut
untuk mandiri dalam proses pembelajaran.
Banyaknya jumlah peserta didik juga menjadi penghambat implementasi
kurikulum merdeka. Hal tersebut terjadi karena para guru yang mengajar dalam

49
ruang kelas dan memegang jumlah peserta didik yang banyak kesulitan untuk
mengamati kemampuan dan karakteristik dari peserta didik yang berbeda-beda.
3. Alokasi waktu terbatas
Penghambat lainnya yang dirasakan oleh para guru ialah berkurangnya
jam pelajaran, sehingga proses kegiatan belajar tidak berjalan maksimal. Hal
tersebut disebabkan karena terdapat proyek yang menjadi bagian dari kegiatan
belajar. Tenaga pendidik sekarang tidak hanya menjelaskan materi bagi peserta
didik, tetapi berbagi fokus juga pada aksi nyata dalam membuat proyek untuk
mencapai penguatan profil pelajar pancasila. Guru di sekolah ini dalam
implementasi kurikulum merdeka dituntut untuk adaptif dengan perubahan yang
dilaksanakan.

50

Anda mungkin juga menyukai