TINJAUAN PUSTAKA
4. Affection
Dalam dimensi keempat dapat dijelaskan bahwa Affection merupakan bagian
dari The Dyadic, dimana Keintiman pernikahan mengacu pada tingkat afektif
(Affective). Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap,
emosi, dan nilai. Dibenarkan bahwa pasangan yang intim satu sama lain dapat
mengapresiasi dan memberikan aspek kognitif dalam hubungan mereka untuk
dapat saling melakukan interaksi yang baik dan stabil (Hatfield, 1982).
5. Commitment
Dimensi terakhir ini lebih mengacu kepada The Social Group/ Network Level,
dalam berinteraksi dengan pihak lain, seperti keluarga atau relasi, pasangan yang
intim dapat mengidentifikasikan hubungan mereka sebagai satu bagian. Hal ini
diungkapkan ketika mereka menggunakan istilah “kami” untuk memperlihatkan
keyakinan hubungan mereka dan biasanya memerlukan aspek eksklusivitas
(Exclusiveness) dimana secara simbolis dapat diterima oleh jaringan sosial melalui
keterlibatan dalam acara upacara pernikahan yang menandakan mereka akan
memiliki hubungan perspektif jangka panjang, dapat diartikan sebagai sebuah niat
untuk saling mengakui antara pasangan serta mengupayakan untuk selalu menjaga
hubungan mereka secara terkonsep (konseptual) yang terkait dengan sebuah
kesepakatan atau komitmen (Commitment).
Keintiman menurun
1. Meningkat
Jumlah Media Sosial yang Digunakan
Keintiman meningkat
Menurun
Intimacy Problems
2. Meningkat meningkat
Jumlah Media Sosial yang Digunakan
Intimacy Problems
Menurun menurun
3.
Consensus menurun
Meningkat
Jumlah Media Sosial yang Digunakan
4. Openness menurun
Meningkat
Jumlah Media Sosial yang Digunakan
5.
Affection
Meningkat
Jumlah Media Sosial yang Digunakan menurun
Affection
Menurun
meningkat
6.
Commitment meningkat
Jumlah Media Sosial yang Meningkat
Digunakan
Menurun
Commitment menurun
Dari kerangka diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin meningkatnya jumlah media sosial yang digunakan, maka keintiman rumah
tangga pada pasangan dewasa muda akan menurun, disebabkan oleh berkurangnya
komunikasi tatap muka dengan pasangan dan apabila semakin berkurangnya jumlah media
sosial yang digunakan maka keintiman pasangan akan meningkat, karena pasangan dapat
berkomunikasi secara tatap muka dan tidak memunculkan adanya kesalah pahaman dalam
berkomunikasi.
2. Semakin meningkatnya jumlah media sosial yang digunakan, maka dimensi intimacy
problems pada pasangan dewasa muda akan meningkat, karena masalah-masalah dalam
keintiman pasangan bermunculan, melainkan semakin berkurangnya jumlah media sosial
yang digunakan maka intimacy problems pada pasangan akan menurun, karena berkurangnya
rasa cemas untuk sesuatu hal yang menyangkut keintiman dalam hubungan serta rasa takut
secara emosional ketika berada dekat dengan orang lain akan menurun.
3. Semakin meningkatnya jumlah media sosial yang digunakan, maka dimensi
Consensus pada pasangan dewasa muda akan menurun khususnya dalam hal penggabungan
ide, memecahkan masalah, berfikir, mengingat dan kemampuan cognitive lainnya. Sementara
itu, semakin berkurangnya jumlah media sosial yang digunakan maka Consensus pasangan
akan meningkat, karena pasangan dapat saling menyamakan pendapat, mengevaluasi
hubungan dan lebih memperhatikan untuk lebih mengenal satu sama lain.
4. Semakin meningkatnya jumlah media sosial yang digunakan, maka dimensi Openness
pada pasangan dewasa muda akan menurun, karena pasangan cenderung menjadi tidak jujur,
tidak terbuka dan berfikiran negatif. Apabila semakin berkurangnya jumlah media sosial yang
digunakan maka dimensi Openness pada pasangan akan meningkat, karena pasangan
cenderung akan lebih jujur, terbuka dan positif serta mampu untuk menjadi diri sendiri dalam
segala situasi dan kondisi.
5. Semakin meningkatnya jumlah media sosial yang digunakan, maka dimensi Affection
pada pasangan dewasa muda akan menurun karena pasangan akan kehilangan aspek afektif
yang membuat pasangan tidak terarah dalam hal-hal tertentu. Apabila semakin berkurangnya
jumlah media sosial yang digunakan maka dimensi Affection pada pasangan akan meningkat,
karena pasangan dapat saling mengapresiasi dan memberikan aspek kognitif dalam hubungan
mereka untuk dapat melakukan interaksi yang baik dan stabil.
6. Semakin meningkatnya jumlah media sosial yang digunakan, maka Commitment
rumah tangga pada pasangan dewasa muda akan menurun, dan apabila semakin berkurangnya
jumlah media sosial yang digunakan maka dimensi Commitment pada pasangan akan
meningkat.
Dari keenam bagan kerangka berfikir diatas, dapat disimpukan bahwa semakin
banyak dan berkembangnya media sosial pada dasawarsa terakhir hingga saat ini, terlebih
dengan munculnya media sosial baru yang lebih menarik, inovatif dan semakin kreatif yang
membuat pasangan dewasa muda yang telah menikah dapat mengandalkan media sosial
sebagai landasan untuk berkomunikasi dengan pasangan serta menjadikan media sosial
sebagai suatu kebutuhan (Laohapensang, 2009). Hogan (2008) menyarankan untuk
diperlukan adanya batasan dalam penggunaan media sosial yang mereka gunakan untuk
berkomunikasi agar dapat meningkatkan hubungan serta keintiman dalam hubungan
pernikahan. Karena jumlah penggunaan media sosial bagi masing-masing individu akan
sangat berpengaruh terhadap keintiman pasangan dalam hubungan pernikahan.
Media sosial digunakan oleh pasangan dalam kesehariannya, dari mengaali aktifitas
hingga mengakhiri aktifitas. Berkomunikasi melalui media sosial juga sudah menjadi tradisi
dan kebiasaan bagi para pasangan. Individu dapat saling melakukan atau memperlihatkan
segala kegiatan, aktifitas atau hal-hal yang ingin diperlihatkan kepada pasangan maupun
relasi secara spontan dengan pengharapan respon yang juga cepat (Beatty & Ferrel, 1998).
Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat kontribusi dari teori Van den Broucke
(1995) mengenai lima dimensi marital intimacy dengan jumlah media sosial yang digunakan
pada pasangan dewasa muda yang sudah menikah. Terdapat dimensi-dimensi yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu : (1) Intimacy problems, (2) Consensus, (3) Openess, (4) Affection
dan (5) Commitment yang akan dikaitkan dengan lima jumlah media sosial yang digunakan,
yaitu : (1) Facebook, (2) Twitter, (3) Path, (4) WhatsApp, (5) Blackberry Messanger (BBM),
(6) Line, dan (7) KakaoTalk.
Terlihat bahwa lima dimensi tersebut kemudian dapat dijadikan tolak ukur dalam
menciptakan keintiman dalam hubungan pernikahan dewasa muda. Semakin rendah intensitas
penggunaan media sosial yang dilakukan oleh suami dan istri setiap harinya, maka
kemungkinan masing-masing komponen keintiman tersebut akan meningkat serta
menciptakan keintiman di usia pernikahan tiga tahun pertama. Sebaliknya, apabila intensitas
penggunaan media sosial yang dilakukan suami/istri setiap harinya semakin tinggi, maka
kemungkinan masing-masing dimensi marital intimacy tersebut memiliki kemungkinan kecil
dalam menciptakan keintiman di usia pernikahan tiga tahun pertama.