Anda di halaman 1dari 29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Desa Tanjung Gusta

1. Letak Geografi

Pada jaman penjajahan Belanda, mulanya Desa Tanjung Gusta adalah

kampung Manggusta. Timbulnya sebutan kampung Manggusta oleh orang-orang

Belanda disebabkan karena banyaknya pohon manggis didaerah tersebut. Setelah

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, maka nama kampung Manggusta

berubah menjadi Desa Tanjung Gusta oleh masyarakat setempat sampai sekarang

ini. Kemudian pada tahun 1953 dipilihlah seorang kepala kampung yang bernama

bapak Yahya Somet Surbakti.

Secara geografis Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara berada pada 98o 37’ 50” Bujur Timur dan 3o 36’

10” Lintang Utara. Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang Provinsi Sumatera Utara memiliki luas wilayah 278,57 Ha. Adapun

batas-batas dari Desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Klambir V Kebun

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lalang/Medan Helvetia

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Purwodadi

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Helvetia/Kecamatan Medan Helvetia

2. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk Desa Tanjung Gusta Tahun 2021 berjumlah 28.570 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga sebanyak 6.517 KK yang terdiri dari penduduk dengan
jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Secara terperinci keterangan mengenai

penduduk Desa Tanjung Gusta dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


Di Desa Tanjung Gusta
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
Laki – Laki 14.065
Perempuan 14.505
Jumlah 28.570
Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Gusta, 2022

Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan

lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Selain itu jumlah

penduduk daerah penelitian berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Bedasarkan Agama


Di Desa Tanjung Gusta
Agama Jumlah (Jiwa)
Islam 15.761
Kristen 10.797
Katholik 1.972
Hindu 23
Budha 17
Jumlah 28.570
Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Gusta, 2022

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Tanjung

Gusta adalah Agama Islam dengan jumlah penduduk 15.761 jiwa dari 28.570 jiwa

Berikut ini distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian :

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di


Desa Tanjung Gusta
Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)
Petani 2.761
Pedagang 3.641
PNS 4.61
Tukang 10
Guru 20
Bidan / Perawat 5
TNI / Polri 6
Pensiunan 5
Sopir Angkutan 7
Buruh 3.408
Pegawai Swasta 7.698
Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Gusta, 2022

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa jumlah tenaga kerja di Desa

Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera

Utara adalah sebanyak 28.570 jiwa, dimana mayoritas mata pencaharian

penduduk adalah pegawai swasta 7.698 jiwa dan minoritas mata pencaharian

penduduk adalah bidan/perawat dan pensiunan dengan jumlah masing-masing di

antaranya berjumlah 5 jiwa.

3. Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana umum merupakan fasilitas yang disediakan oleh

pemerintah untuk kepentingan masyarakat. Hal tersebut untuk mendukung setiap

kegiatan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal

fasilitas umum. Desa Tanjung Gusta memiliki beberapa fasilitas yang disediakan

oleh pemerintah setempat. Dari tabel berikut dapat dilihat apa saja bentuk sarana

dan prasarana yang terdapat di Desa Tanjung Gusta. Berdasarkan data yang

diperoleh dari Kantor Kepala Desa Tanjung Gusta bahwa sarana dan prasarana di

Kelurahan Tanjung Gusta cukup memadai dan layak digunakan oleh masyarakat.

Berikut ini sarana dan prasarana umum di Desa Tanjung Gusta :


Tabel 4.4 Lembaga Pendidikan di Desa Tanjung Gusta
Lembaga Pendidikan Jumlah (Unit)
TK/PAUD 6
SD 6
SMP/MTS 2
SMA/MA 1
Sumber : Kantor Kepala Desa Tanjung Gusta, 2022

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah lembaga pendidikan Desa

Tanjung Gusta adalah sebanyak 15 unit dimana unit terbanyak adalah TK dan SD

dengan jumlah masing-masing 6 unit dan unit terendah adalah SMA dengan

jumlah 1 unit

4. Visi dan Misi Desa Tanjung Gusta

a. Visi

Visi : Terwujudnya Desa Tanjung Gusta yang "MMASSTER" Maju,

Mandiri, Aman, Sehat, Sejahtera, Tertib, dan Religius.

b. Misi

1. Terwujudnya pelayanan masyarakat yang baik, Optimal, dengan

mengedepankan Aparatur pemerintahan Desa yang bersih, berwibawa,

disiplin, kreatif

2. Menumbuhkan dan meningkatkan roda perekonomian masyarakat

dengan mengoptimalkan potensi yanh dimiliki baik sektor pertanian

dan industri berskala rumah tangga dengan diimbangi pelestarian

lingkungan

3. Membangun kawasan atau wilayah untuk mempermudah akses

masyarakat ke sentra produksi dengan tetap mengedepankan

pelestarian lingkungan
4. Meningkatkan derajat hidup masyarakat kerah yang lebih baik melalui

program kesehatan ibu dan anak dan kesehatan lingkungan

5. Mengoptimalkan peran lembaga ditingkat desa dan menjalin kemitraan

dengan pemerintahan desa dan berpedoman kepada peraturan

perundang-undangan yang berlaku

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan keagamaan

7. Meningkatkan infrastruktur desa melalui peningkatan prasarana jalan,

energi listrik, pengolahan sumber daya air, pengelolaan lingkungan,

penataan ruang dan perumahan

8. Menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi

kerakyatan dan perekonomian pedesaan

9. Menyusun regulasi desa dan menata dokumen yang menjadi kewajiban

desa sebagai payung hukum pembangunan desa

B. Bentuk – Bentuk Pergaulan Bebas Remaja Di Desa Tanjung Gusta

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti temukan dilapangan bahwa

bentuk pergaulan bebas yang ada di Desa Tajung gusta yakni :

a. Berpacaran

1) Pacaran dengan gaya berduaan di tempat sepi

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Setia Budia selaku aparat

pemerintah desa Tajung Gusta menyatakan bahwa :

Sesuai dengan realita bahwasannya pergaulan bebas terjadi dikalangan


remaja adalah meningkatnya hubungan antara laki – laki dan perempuan
yang bukan muhrim atau dikenal dengan pacaran, kadang itu terjadi di
tempat yang sepi dan melakukan zina, akhirnya hamil di luar nikah. Beliau
mengatakan bahwa beberapa bulan yang lalu ada kedapatan sepasang
remaja yang melakuka perbuatan zina tersebut dan diserahkan ke pihak
yang berwenang dan di beri sangsi serta diberitahu kepada orang tuanya
kemudian diberi nasihat.

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa perilaku remaja sudah

tidak baik. Remaja membiasakan berhubungan dengan lawan jenis yang bukan

muhrim di tempat sepi. Begitulah lebarnya ruang dan pintu perzinaan yaitu pintu

pacaran. Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa pacaran dengan gaya pacaran

bagaimapun bisa mendekati zina.

Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan Tiwi Marinda selaku remaja

di Desa Tanjung Gusta mengungkapkan bahwa :

Bentuk pergaulan bebas yang terjadi dikalangan remaja adalah perilaku


pacaran antara laki – laki dan perempuan yang bukan muhrim. Perilaku
pacaran tersebut semakin sering terjadi dengan beberapa kali terdapat
pasangan yang bukan muhrim berdua – duaan di tempat sepi dan bahkan
sampai melakukan hal yang tidak senonoh seperti melakukan hubungan
badan.

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa bentuk pergaulan bebas

remaja adalah pacaran. Perilaku pacaran sering terjadi di tempat sepi antara dua

orang bukan muhrim, yang pada akhirnya tergoda oleh bisikan orang ketiga yaitu

syaitan sehingga keduanya melakukan hal tidak baik seperti zina.

2) Pacaran dengan gaya berboncengan dan berpegangan tangan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sadikiun selaku masyarakat

di desa Tajung Gusta menyatakan bahwa :

Pergaulan bebas yang terjadi pada remaja saat ini adalah adanya hubungan
berpacaran antara lawan jenis yang bukan muhrim dikalangan remaja dan
hal tersebut semakin meningkat dan yang sangat dikhawatirkan mereka
hilang kesadaran sehingga mereka tidak merasa malu untuk bermesraan di
tempat umum. Seperti berboncengan bahkan berpengangan tangan.
Namun hal tersebut tidak terlalu dipedulikan baik oleh masyarakat maupun
tokoh masyarakat.
Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa perilaku pacaran atau

hubungan antara laki – laku dan perempuan yang bukan muhrim di kalangan

remaja semakin meningkat. Remaja banyak yang berboncengan dan berpegangan

tangan di depan umum, bahakan hal tersebut sudah di anggap hal yang biasa di

lingkungan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya upaya yang

efektif tokoh masyarakat dalam mengontrol perilaku pacaran dan menghindari

perbuatan yang melanggar syari’at islam.

3) Pacaran dengan gaya menggunakan gadget

Berdasarkan wawancara dengan Bunga selaku remaja di Desa Tanjung

Gusta mengungkapkan bahwa :

Bentuk pergaulan bebas saat ini adalah perilaku pacaran di kalangan


remaja yang bukan muhrim. Dengan gaya pcaran yang dilakukan
melakukan video call yang dapat memperlihatkan aurat antara laki – laki
dan perempuan, bahkan lebih. Laki – laki tidak menggunakan pakaian dan
perempuan tidak menggunakan hijab.

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa pacaran dikalangan remaja

yang bukan muhrim dilakukan dengan cara video call, dimana keduanya dapat

melihat rupa, bahkan meperlihatkan aurat satu sama lain. Zaman sekarang alat

teknologi semakin canggih yang dapat melakukan apa saja dan dapat melihat

apapun didalamnya salah satunya seperti handphone. Memandang wajah lawan

jenis yang dapat menimbulkan hasrat menyukainya adalah bentuk dari zina mata.

4) Pacaran dengan gaya berpelukan

Berdasarkan wawancara dengan Fuzimaluna selaku remaja di Desa

Tanjung Gusta mengungkapkan bahwa :

Pergaulan bebas dikalangan remaja adalah pacaran. Gaya pacaran yang


dilakukan adalah berpelukan, dimana akan remaja yang saya lihat banyak
melakukan gaya pacaran seperti berpelukan baik itu di tempat umum
maupun di tempat sepi. Bahkan mereka mengatakan itu adalah hal yang
biasa terjadi dan sering dilakukan.

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa pergaulan bebas yang

terjadi adalah pacaran. Pacaran yang terjadi bukan hanya dari kalangan orang

dewasa lagi tetapi sudah dilakukan oleh anak – anak remaja. Pacaran anak remaja

yang terjadi seperti ungkapan di atas adalah berpelukan antara remaja laki – laki

dan perempuan yang bukan muhrim. Adapun gaya pacaran yang demikian sudah

menjadi hal yang biasa dilakukan.

b. Merokok dan Minum – Minuman Keras

Kebiasaan merokok dan minum – minuman keras sudah bisa dilakukan

oleh para remaja yang ada di Desa Tanjung Gusta. Sebagaimana hasil wawancara

dengan Dodi selaku remaja yang ada di Desa Tanjung Gusta mengungkapkan

bahwa :

Saya sudah merokok dan minum-minuman keras dan nongkrong-


nongkrong dengan teman-teman saya. Faktor yang membuat saya
melakukan hal ituawalnya ketika saya dikecewakan oleh pacar saya dan
ada masalah keluarga sehingga saya melampiaskannya dengan melakukan
hal seperti itu karena teman-teman bergaul saya pun begitu, saya di ajak
teman saya untuk mencobanya dan kata teman saya ketika kita meminum
minuman keras maka kita sejenak akan melupakan masalah yang sedang
kita hadapi dan akhirnya saya merasa keenakan dan ingin terus
meminumnya. Saya melakukan hal itu di bendungan dan itu sudah biasa di
lihat oleh orang lain. Kalau untuk berhenti meminum minuman keras saya
tidak bisa menjamin karena lama kelamaan itu sudah menjadi kebiasaan
saya dan bagi saya dan teman-teman saya melakukan hal tersebut adalah
untuk menyambung tali silaturahim dengan teman-teman saya.

Lebih lanjut peneliti mewawancari Bapak Mukmin selaku aparat

pemerintahan desa beliau menyatakan bahwa :

Yang saya ketahui tentang pergaulan bebas di desa Tanjung Gusta adalah
mabuk-mabukan, tawuran dan ada juga yang hamil diluar nikah. Dari
beberapa remaja desa Tanjung Gusta yang saya ketahui bahwa remaja
yang melakukan pergaulan bebas itu dari keluarga yang ekonominya
kurang. Akhirnya remaja tersebut putus sekolah dan tidak mendapatkan
pendidikan. Kemudian remaja itu memutuskan untuk merantau kejakarta
untuk bekerja dan sesampainya di rumah dalam kesehariannya mereka
pergi dan mencari kesenangan di luar rumah dengan teman-temannya yang
senasib. Mereka pergi berfoya-foya, pergi kekaraoke, dan pergi dengan
pacarnya. Remaja yang sudah putus sekolah di desa Tanjung Gusta ini
mereka sudah terjerumus kedalam pergaulan bebas. Karena kurangnya
pendidikan dan juga pengawasan dari orang tua. Saran saya sebaiknya
anak di sekolahkan dan jangan sampai anak tidak sekolah (tidak
mendapatkan pendidikan sama sekali). Jika anak sudah tidak sekolah maka
setidaknya kita sebagai orang tua harus menasehati anak di rumah dan
memberi pengarahan dan contoh yang baik kepada anak. Yaitu dengan
cara, orang tua harus rajin sholat berjamaah di masjid dan apabila ada
pengajian orang tua juga harus mengikutinya dan jangan lupa si anak juga
di ajaknya

Selain itu Ibu Mustinah mengungkapkan bahwa :


Pergaulan bebas di desa Tanjung Gusta yang saya ketahui adalah mabuk-
mabukkan,merokok,tawuran dan hamil di luar nikah. Beberapa dari
mereka para remaja yang saya ketahui yang melakukan pergaulan bebas
itu dilakukan dalam keluarga yang pendidikan orang tuanya rendah yaitu
cuma tamat MI,MTS. Adapula keluarga yang pendidikannya sampai S1
tapi hanya beberapa. Remaja yang pendidikannyadari taraf pendidikan
keluarga yang tamat MI,MTS dalam pengasuhan dari keluarganya mereka
(remaja) kurang memperoleh pengetahuan tentang pergaulan bebas.
Sedangkan keluarga yang lulusan S1, remaja tersebut dapat memperoleh
pengetahuan tentang pergaulan bebas.Saran saya dalam pengasuhan, orang
tua sebaiknya memberi pengetahuan tentang pergaulan bebas, sehingga
anak dapat mengrhindari perbuatan itu. Orang tua dari taraf pendidikan
rendah setidaknya mereka menyekolahkan anaknya agar si anak di sekolah
dapat memperoleh pendidikan dan pengetahuan yang tidak bisa mereka
dapatkan dari orang tuannya. Melainkan bisa mereka perolah dari sekolah.

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa pada remaja yang kecewa

dengan kondisi dirinya atau keluarganya, sering menjadi lebih suka untuk

mengorbankan apa saja demi hubungan baik dengan teman-teman khususnya,

adanya ajakan atau tawaran dari teman. Apabila seseorang telah menjadi biasa

minum-minuman keras dan karena mudah untuk mendapatkannya, maka dia akan

mulai menggunakannya sendiri sampai tahu-tahu telah menjadi ketagihan dan


sulit disembuhkan dan Ketika mereka mengalami putus sekolah maka mereka

akan tidak terarah dengan baik.

1. Tawuran

Tawuran yang dilakukan oleh remaja di desa Tanjung Gusta cukup

meresahkan masyarakat karena para remaja yang terlibat dalam tawuran

menggunakan batu untuk saling melemparinya, sehingga mendatangkan korban.

Sebagaimana penjelasan dari EDI mengungkapkan bahwa :

Saya ikut tawuran karena waktu itu saya sedang nongkrong dengan teman-
teman, kemudian ada salah satu remaja desa yang secara sengaja
membleyerkan sepeda montornya. Kemudian saya dan teman-teman saya
tidak terima dan akhirnya saya membalasnya. Semenjak kejadian itu kita
saling bermusuhan dan ketika ada takbir keliling saya dan teman-teman
saya merencanakan untuk balas dendam dengan membawa batu, batu itu
untuk di lemparinya.Mereka juga melakukan hal yang sama. Sehingga
terjadilah pengroyokan, saling berantem, dan lain-lain. Sebenarnya ada
keinginan untuk berhenti tidak ikut tawuran, tapi saya takut dengan teman-
teman saya nanti saya dikiranya tidak setia kawan. Karena kita pernah
berjanji, bahwa kita akan selalu kompak dalam hal apapun, karena kita
adalah satu. Jika salah satu diantara kita ada yang melanggarnya maka
mereka tak ingin lagi bergaul dengannya, dan bisa juga di anggap sebagai
musuh. Orang tua saya tahu dengan pergaulan saya, tapi mereka sudah
tidak memperdulikan saya lagi. Reaksi orang tua saya ketika mereka tahu,
mereka hanya diam, memang terkadang mereka mengingatkan, tapi itu
hanya sesekali saja. Karena mereka jarang dirumah mereka hanya sibuk
dengan urusannyamasing-masing, jujur saya juga merasa setres, karena
mereka seakan-akan sudah tidak memperhatikan dan peduli dengan saya,
ini akibat karena mereka berdua sudah bercerai dan ayah saya memiliki
keluarga yang baru sedangkan ibu saya sebentar ada di rumah
dankemudian pergi lagi entah kemana
Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa perceraian dari orang tua

menjadikan adanya pengaruh kurang kasih sayang dari orang tua yang kemudian

menyebabkan remaja terjerumus kedalam pergaulan bebas. Keluarga broken home

akan mengalami gangguan psikologis dan secara terus menerus akan membentuk

karakter negatif dan akhirnya memunculkan kenakalan di masa remaja


c. Meninum Obat – Obatan dengan di Oplos

Meminum obat-obatan dengan di oplos yaitu dengan cara mencampurkan

obat komix dan sprite. Mereka melakukannya karena bagi mereka itu bisa

membuatnya sebagai obat penenang pikiran dan sebagai pengganti minum-

minuman keras jika mereka tidak ada uang untuk membelinya. Karena apabila dia

tidak minum-minuman keras kepala menjadi pusing tidak tertahan. Itu disebabkan

karena dia sudah kecanduaan dengan minuman yang memabukkan itu. Sehingga

dia menggatinya dengan obat-obatan yang sudah di oplosnya. Sebagaimana hasil

wawancara dengan supardi selaku remaja di desa Tanjung Gusta Mengungkapkan

Bahwa :

Saya sudah melakukannya sejak saya kelas X SMA. Karena saya dulu
masih pelajar dan belum punya penghasilan sendiri jika saya ingin
meminum-minuman keras dan tidak ada uang maka saya dan teman-teman
saya mengoplos obat-obatan sebagai pengantinya. Obat-obatan yang saya
oplos adalah obat komix kemudian saya campurkan dengan sprite. Faktor
yang membuat saya melakukan hal itu, karena saya diputuskan pacar saya
jadi minuman keras sebagai tempat pelarian saya dan lama-kelamaan saya
pun kecanduan dengan minum-minuman keras dan sulit jika dalam bebera
hari saja saya tidak meminum badan saya terasa pegal-pegal dan kepala
saya pusing. Saya melakukan hal itu di rumah teman saya. Karena orang
tuanya jarang di rumah sehingga kami bebas melakukan apa saja. Orang
tua saya mengetahui hal itu ketika orang tua saya di pangil kepala sekolah
untuk menghadapnya. Reaksi orang tua ketika mengetahi dengan
kebiasaan buruk saya itu, mereka sangat marah. Kemudian mereka sering
menasehati saya tapi berulang kali saya juga melakukan hal yang sama
karena saya sangat sulit untuk berhenti dengan tidak meminum-minuan
keras maupun obat-obatan itu. Tapi semenjak saya dikeluarkan dari
sekolah saya mencoba untuk meninggalkan kebiasaan buruk saya itu,
Walaupun itu sulit tapi saya berusaha untuk melakukannya dan sekarang
saya sudah menikah. Saya dikeluarkan dari sekolah karena saya
berkelakuan buruk seperti sering bolos, tidur dikelas dan di sekolah hanya
bisa berpacaran dengan teman sekelas.

Hal ini juga sependapat dengan Ibu Yutemi selaku ibu rumah tagga di desa

Tanjung Gusta bahwa anaknya selalu melakukan hal yang menyimpang seperti
mabuk-mabukkan, sehingga anaknya mengalami kecanduan. Minuman keras

membuat sang anak menjadi keras kepala, suka melawan orang tua dan selalu

membantah apabila dinasehati. Hasil wawancara dengan Ibu Yutemi

mengungkapkan bahwa :

Pergaulan bebas menurut saya pergaulan yang mengarah padamabuk-


mabukan, keluar malam dan lain-lain. Anak saya yang pertama sering saya
berikan nasihat. Tapi dia tidak suka mendengar nasihat orang tua,kalau
mau di nasehati dia hanya melawan. Padahal adiknya tidak seperti dia. Dia
sering keluar sekitar jam 90.00 pagi pulang tengah malam. Dia pulang
dalam keadaan mabuk berat. Terkadang dia sampai tertidur di teras rumah.
Pernah dia sampai muntah-muntah karena kebanyakan minum, dan saya
menyuruhnya untuk berhenti minum tapi dia menolaknya, karena kata dia
kalau dia tidak meminum-minuman keras kepalanya terasa pusing dan
badanya juga terasa tidak enak, dia sulit sekali untuk tidak meminum-
minuman keras itu karena dia sudah kecanduan dengan minuman keras.
Cara saya untuk menanggulangi hal tersebut denganpendekatan melalui
kasih sayang dan perhatian tapi terkadang saya juga memarahinya karena
saya merasa kesalhati dengankelakuananak saya, saya juga membatasi
untuk memberikan uang jajan, dulunya kalau anak saya yang pertama
minta uang selalu diberikan, tapi sekarang sudah tidak,tapikalau ada
keperluan yang memang di butuhkan baru saya kasih. Karena
dikhawatirkan kalau dikasih uang terus menerus, uang tersebut dia akan
menggunakannyauntuk membeli minuman kerastapiberbeda dengan
ayahnya, kalau ayahnya pernah mengurungnyadi kamar. Tindakan saya,
saya hanya bisa menegur dan mengingatkantanpa adanya tindak
kekerasan, tapi berbeda dengan ayahnya, ayahnya pernah menanparnyadan
memukulnya. Hubungan saya dengan anak saya yang pertama kurang baik
karena saya sering marah-marah kepadanya sehingga terkadang dia merasa
jengkel kepada saya. Itupun saya marah-marah karena itu demi
kebaikannya. Tapi kalau dengan anak saya yang kedua saya tidak ada
masalah apa-apa. Kalau dalam lingkungan masyarakat anak saya yang
pertama sering sekali diguncingkan karena kelakuannya yang seperti itu.
Saya juga merasa sedih apabila mendengar orang-orang menguncingkan
anak saya, saya merasa gagal menjadi orang tua karena saya tidak bisa
mendidik anak saya dengan baik

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa peningkatan

penyalahgunaan obat – obatan dengan di oplos antara lain : mudah tersinggung,


marah, gelisah, menghindar dari kegiatan yang tidak memberikan kesempatan

untuk minum, kesulitan dalam membuat keputusan, berlebihan menampilkan

tangisan dan emosional. Sedangkan dari segi sosial, biasanya orang yang mabuk

karena alkohol jika tidak di kontrol akan merusak tatanan sosial masyarakat,

mengganggu ketertiban keamanan (memicu terjadinya keributan dan tindak

kekerasan), bahkan sampai menjurus pada tindak pidanan kriminal

Bedasarkan bentuk – bentuk pergaulan bebas di atas Bapak Tamprin

selaku tokoh agama masyarakat sependapat bahwa :

Yang saya ketahui tentang pergaulan bebas di desa Tanjung Gusta adalah,
mabuk-mabukan, seks diluar nikah, tawuran, merokok. Pergaulan bebas
dalam pandangan agama islam itu di haramkan, karena memiliki dampak
yang sangat besar terhadap diri sendiri dan lingkungan masyarakat. Salah
satu dampak dari pergaulan bebas hamil diluar nikah itu terjadi karena
seorang remaja perempuan dan laki-laki sudah melakukan hubungan seks
diluar nikah. Menurut saya cara saya untuk menanggulangi agar remaja
tidak melakukan pergaulan bebas dengan bekal pengetahuan tentang
pendidikan agama islam. Karena pendidikan agama merupakan hal yang
penting untuk mencapaihasil yang diharapkan dari pendidikan agama
islam terutama pada masa remaja dapat menumbuh kembangkan keimanan
dalam dirinya dan mampu mengembangkan akhlak budi pekerti yang baik
serta mengenal nilai moral agama dalam hubungan manusia dengan alam
dan manusia dengan tuhannya. Pada umumnya masa remaja adalah masa
yang paling goncang, sehingga banyak faktor yang mempengaruhi agar
para remaja jauh dari agama. Pendidikan agama islam menjadi benteng
bagi para remaja agar mereka dapat terhindar dari pergauan bebas.

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas Di Desa Tanjung Gusta

Pergaulan bebas pada remaja yang peneliti maksud dalam penelitian ini

ialah pergaulan bebas yang sudah diluar batasan wajar antara laki-laki dan

perempuan tanpa ikatan pernikahan, tata krama dan sopan santun yang sudah

hilang dalam diri para remaja. Pergaulan bebas yang terjadi di Desa Tanjung

Gusta sudah sangat memprihatinkan. Meminum obat – obatan dengan di oplos,


merok dan minum – minuman keras, tawuran, pacaran hingga hamil diluar nikah,

merupakan beberapa contoh kenakalan remaja yang saat ini banyak terjadi di Desa

Tanjung Gusta Medan. Namun semua kenakalan tersebut pasti memiliki faktor-

faktor penyebab sehingga hal tersebut dapat terjadi. Terkait hal tersebut peneliti

melakukan wawancara dengan bapak Soleh Selaku Usztad di Desa Tanjung Gusta

Beliau mengungkapkan bahwa :

Faktor yang sangat mempengaruhi anak anak saat ini yang adalah,
minimnya pendidikan agama, kurangnya didikan orang tua, keluarga yang
tidak harmonis, perceraian, mental anak yang lemah, lingkungan yang
buruk dan pengaruh media sosial. Hal ini akan menjadi pemicu yang
sangat cepat untuk mempengaruhi satu persatu anak yang akan terlibat
dalam pergaulan bebas. Sedih memang melihat kenyataan yang sudah
separah ini.Namun inilah eranya. Maka faktor-faktor itu harus segera
diatasi

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa faktor yang mendasari

anak menjadi terkontaminasi oleh pergaulan bebas adalah faktor internal sendiri

dari keluarga juga faktor eksternal. Ketidakperdulian terhadap pendidikan anak,

ketidak harmonisan dalam keluarga, perceraian, mental yang tidak kuat, menjadi

faktor internal yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Sedangkan faktor

eksternalnya ialah lingkungan yang sudah buruk, rusak, dan bebas, juga

penggunaan media sosial yang di luar kendali menjadi alasan seorang anak

terkontaminasi dengan pergaulan bebas.

Lebih lanjut peneliti melanjutkan wawancara dengan Bapak Salman selaku

masyarakat di Desa Tanjung Gusta mengenai faktor penyebab terjadinya

pergaulan bebas pada remaja di lingkungan desa Tanjung Gusta beliau

mengungkapkan bahwa :
Salah satunya adalah pengaruh media sosial ditambah lagi dengan
kurangnya pantauan orang tua terhadap apa saja yang dilakukan oleh anak-
anaknya. Sehingga media sosial menjadi alat untuk berbuat kejahatan
bukan malah menjadi alat bantu dalam berbuat kebaikan. Lihatlah
sekarang, aplikasi apapun ada, tinggal kita tekal tombol pencarian semua
ada. Mulai dari yang berbusana sampai yang kekurangan busana ada di
sosial media

Selanjutnya peneliti kembali melakukan wawancara dengan Ibu Farida

sekretaris desa mengenai faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas pada remaja,

beliau mengungkapkan bahwa:

Faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi ialah perceraian. Karena


perceraian sangat berdampak pada kondisi anak-anaknya. Apalagi anak
yang saat itu masih membutuhkan kedua orang tuanya untuk
membimbing. Ia akan merasa bahwa hidupnya kini harus menghadapi
kenyataan yang tak pernah terbayangkan sama sekali. Hidup berpisah dari
orang tua. Sehingga pengawasan dan kasih sayang tak sepenuhnya ia
dapatkan kembali. Pada akhirnya ia akan melakukan hal-hal yang tidak
baik

Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa faktor yang menyebabkan

anak remaja terjerumus pada pergaulan bebas ialah ketidak perdulian orang tua

terhadap aktivitas anak. Apalagi dalam bermain gawai yang sekarang seolah

menjadi kebutuhan. Namun salah dalam menggunakannya akan berakibat pada

perbuatan yang tidak baik. Faktor lain yang menyebabkan pergaulan bebas itu

terjadi ialah kenyataan bahwa seorang anak mersa dirinya tidak pernah dicintai

oleh orang tuanya.

Terkait pernyataan di atas peneliti kembali melakukan wawancara kepada

Naziha Zahra remaja di desa Tanjung Gusta yang berusia 17 Tahun, ia

mengungkapkan bahwa :

Faktor yang paling berpengaruh saat ini terhadap perkembangan anak


remaja adalah gadget. Tiada hari tanpa hp. Bermula dari komunikasi
singkat, anak remaja khususnya bisa saja terjerumus dalam pergaulan
bebas yang merugikan dirinya bahkan orang lain. Selain itu tingkat
kewaspadaan orang tua yang semakin menurun juga menjadi sebab remaja
masuk dalam pergaulan bebas.Sekarang lagi, seusia saya sudah merokok
bahkan sudah candu

Sejalan dengan pernyataan di atas, peneliti melakukan wawancara pada


seorang remaji bernama Halimah yang berusia 19 Tahun ia mengungkapkan
bahwa :
Faktor seseorang bisa terikut dalam pergaulan bebas ialah
ketidakperdulian orang tua terhadap pergaulan anaknya.Terserah mau
bergaul dengan siapa dan mau kemana saja. Mereka tidak pernah perduli
akan hal itu. Selain itu, sosial media yang tidak terkontrol juga menjadi
sebab utama.Apalagi sekarang zamannya anak millenial yang serba
teknologi.Hp sudah menjadi kebutuhan hidup. Maka kalau tidak ada
kontrol terhadap hal itu akan berdampak pada pergaulannya yang bisa saja
tidak baik.
Ungkapan diatas memberikan informasi bahwa faktor yang menyebabkan

anak terikut dalam pergaulan bebas adalah kurangnya kewaspadaan orang tua

terhadap anak. Aktivitas maya yang tidak terkontrol dapat membawanya pada

perkenalan lawan jenis yang dapat mengakibatkan hal-hal yang dapat

merugikannya.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan ditemukan bahwa ada

beberapa faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas pada anak. Faktor tersebut

terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

yaitu:

1. Tingkat perhatian orang tua pada anak yang tidak maksimal

2. Kemiskinan

3. Perceraian

4. Ketidakharmonisan keluarga

5. Ketidaknyamanan dan
6. Ketidakwaspadaan dalam keluarga

Sedangkan faktor eksternal yaitu :

1. Merokok dan meminum – minuman keras

2. Melalaikan perintah agama dengan banyak bermain, dan

3. Melakukan pergaulan kelewat batas yang seolah sekarang menjadi hal

yang biasa saja

Beberapa keterangan informasi di atas, maka dapat dianalisa bahwa faktor

penyebab terjadinya pergaulan bebas di desa Tanjung Gusta Medan secara umum

yaitu faktornya terbagi menjadi dua. (1) Faktor internal seperti minimnya

pendidikan agama, kurangnya keperdulian orang tua yang sudah tidak lagi tabu,

keluarga tidak harmonis, perceraian, dan penggunaan media sosial yang tidak

terpantau menjadi momok yang sering terjadi dalam keluarga. (2) Faktor eksternal

yang terjadi yaitu pergaulan yang terlewat batas, merokok, meminum obat -

obatan dengan dioplos, tawuran, dan melanggar aturan Allah Swt.

C. Strategi Yang Dilakukan Tokoh Agama Dalam Mengatasi Pergaulan

Bebas di Desa Tanjung Gusta

Kondisi suatu keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya para orangtua

menanamkan pendidikan keluarga sehingga terwujudnya anak yang

berkepribadian baik dan dapat dikategorikan anak sholeh. Baik tidaknya kondisi

suatu keluarga dapat dilihat dari tentram tidaknya suasana rumah tangga, apakah

keluarga tersebut termasuk sakinah, mawaddah dan warahmah atau sebaliknya

keluarga yang penuh dengan ketegangan, perkelahian dan dapat diistilahkan

dengan broken home.


Berdasarkan hasil observasi peneliti lakukan dilapangan bahwasanya

strategi tokoh agama dalam mengatasi pergaulan bebas yaitu kenakalan remaja

salah satunya menanamkan nilai-nilai keteladanan kepada remaja, misalnya

mengumandangkan azan ketika dapat waktu shalat. Tokoh agama juga sering

meminta salah satu remaja untuk mengumandangkan azan. Tokoh agama juga

tidak bosan-bosannya memberikan nasehat apabila ada salah satu dari remaja

yang melanggar tata kerama atau perilaku yang menyimpang dari ajaran agama.

Hasil observasi dan wawancara bahwa Strategi tokoh agama dalam

mengatasi kenakalan remaja adalah dengan menggunakan tindakan preventif

(mencegah) dan kuratif antara lain :

a. Tindakan Preventif (Mencegah)

1. Penanaman nilai-nilai akhlak

Yang dilakukan tokoh agama dalam penanaman nilai-nilai akhlak salah

satunya dengan keteladanan dan pemberian nasehat. Cara-cara tersebut adalah

cara yang efektif dalam memberikan bimbingan langsung kepada remaja yang

bermasalah

a. Keteladanan

Hasil observasi dilapangan bahwa tokoh agama selalu memberikan contoh

teladan kepada semua masyarakat khususnya bagi remaja. Contoh teladan

yang diberikan adalah seperti azan shalat zuhur yang biasanya tidak

dikumandangkan, sekarang sudah dikumandangkan setiap zuhurnya oleh

remaja. Tokoh agama juga memberikan teladan dalam shalat wajib secara
berjama’ah di masjid. Selain itu tokoh agama juga menjaga perkataan

ataupun perbuatan yang tercela

b. Pemberian nasehat

Berdasarkan wawancara dengan Bapak situt selaku Ustad di desa Tanjung

Gusta mengungkapkan bahwa :

Saya sering memberi nasehat kepada anak remaja apabila mereka masih
nongkrong dipinggir jalan pada waktu saya berangkat ke mesjid.

2. Pemberantasan Buta Aksara Al-Qur’an

Salah satu kegiatan keagamaan yang ada di desa Tanjung Gusta adalah

dibuat mengaji (kursus membaca Al-Qur’an), dimana tokoh agama disini terlibat

langsung dalam mengajari membaca Al-Qur’an. Salah satu materi yang

dianjurkan dalam kursus membaca Al-Qur’an yaitu mengenai tajwid dan lancar

dalam membaca Al-Qur’an.

Berdasarkan hasil observasi penulis bahwa anak remaja yang datang dalam

mengaji (kursus membaca Al-Qur’an) tersebut hanya berjumlah 10 orang. Belajar

mengaji dilaksanakan di rumah Bapak Koiruddin salah satu guru ngaji di desa

Tanjung Gusta yang dimulai dari jam 19.30 sampai 21.00. Materi yang diajarkan

kepada remaja adalah cara membaca Al-Qur’an agar lebih lancar dan bertajwid.

Metode yang dipakai dalam mengajar membaca adalah dengan metode Iqra’.

Metode Iqra adalah salah satu metode yang diterapkan dalam belajar membaca

Al-Qur’an. Dalam hal ini tokoh agama langsung terlibat dalam memberikan

kursus membaca Al-Qur’an.


3. Pengajiaan Wirid Yasin satu kali dalam seminggu

Wirid Yasin adalah serangkaian kegiatan dengan membaca tahtim, tahlil

dan doa. Secara tidak langsung kegiatan tersebut dilakukan untuk mencegah

kenakalan remaja. Karena disamping kegiatan membaca tahtim, tahlil dan do’a

kegiatan tersebut diisi dengan ceramah agama yang dilaksanakan setiap satu kali

dalam satu bulan. Dimana ustadz yang mengisi acara tersebut adalah tokoh agama

desa tersebut

Sesuai hasil observasi penulis bahwa yang mengikuti pengajian Wirid

Yasin sebanyak 27 orang anak remaja. Pelaksanaan Wirid Yasin dilaksanakan di

rumah remaja yang mendapat giliran pengajian Wirid. Wirid Yasin dimulai

sehabis śhalat Magrib, yang dimulai dari jam 19.00 sampai dengan selesai. Dalam

pelaksanaan Wirid Yasin, ada yang memimpin pengajian yang akan memberi

tugas kepada setiap remaja untuk membacakan tahtim, tahlil dan do’a. Tahtim

dibacakan oleh remaja putri, tahlil dipimpin oleh remaja laki-laki sedangkan do’a

dipimpin oleh remaja putra. Pengajian yang diisi ceramah biasanya tidak

dibarengi oleh bacaan tahtim dan tahlil. Ia dibuat secara tersendiri tetapi dalam

rangka pengajian Wirid Yasin juga. Ustadz yang mengisi ceramah tersebut adalah

tokoh agama Desa yang selalu secara bergantian mengisi acara pengajian Wirid

Yasin setiap satu kali dalam satu bulannya. Isi ceramah yang disampaikan tentang

kenakalan remaja.

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Bapak Eddi selaku

tokoh agama di desa Tanjung Gusta mengungkapkan bahwa :

Ceramah agama yang dilaksanakan satu kali dalam satu bulan dalam
pengajian Wirid Yasin anak remaja adalah salah satu pembinaan yang
dilakukan tokoh agama desa bekerja sama dengan orangtua remaja dan
hatobangon desa setempat. Dalam menyampaikan ceramah saya selalu
memberikan materi mengenai keimanan, akhlak dan kenakalan remaja.
Kegiatan tersebut dilakukan di rumah anak remaja yang mendapat giliran
dalam pengajian Wirid Yasin

4. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) pada bulan maulid Nabi serta Isra’

Mi’raj Nabi Muhammad Saw memberikan wadah bagi para remaja yang memiliki

bakat dan kemampuannya masing-masing untuk ikut serta dalam kegiatan yang

membawa pengaruh positif. Kegiatan keagamaan yang mereka lakukan antara

lain: Pidato, Puisi-puisi Islam, hiburan Nasyid, Pembacaan Al-Qur’an. Dari hasil

observasi dilapangan, penulis melihat tokoh agama berperan untuk mengarahkan

remaja agar Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dapat terselenggara dengan baik.

Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Bapak Sahril selaku tokoh

agama di desa Tanjung Gusta mengungkapkan bahwa :

Salah satu nilai akhlak yang dapat diambil adalah agar remaja selalu
berbuat baik terhadap kedua orangtua, pelaksanaan ibadah agar bertambah
baik lagi, adanya kekompakan antara remaja. Dan nilai-nilai positif yang
diambil adalah remaja disibukkan oleh aktifitas-aktifitas yang tidak
melenceng dan tokoh agama disini berperan untuk mengarahkan remaja.
Seluruh kegitan Hari Besar Islam dapat terselenggara dengan baik karena
adanya kekompakan antara remaja desa tersebut
5. Takziyah

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa pembicaraan akhlak

adalah salah satu tujuan pendidikan agama Islam membentuk kepribadian

manusia. Salah satu strategi tokoh agama dalam mengatasi kenakalan remaja

adalah takziyah bila ada kematian atau musibah. Tokoh agama disini

mengarahkan anak remaja yang bertujuan agar remaja memiliki rasa sosial yang

tinggi. Ketika sedang berlangsungnya takziyah penulis melihat anak remaja


datang untuk memberikan kata-kata nasehat kepada keluarga yang ditinggalkan.

Acara takziyah berlangsung selama tiga malam.

Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara penulis dengan Bapak Eddi

selaku tokoh agama di Desa Tanjung Gusta mengungkapkan bahwa :

Remaja dianjurkan untuk melaksanakan takziyah dengan tujuan agar


keluarga yang ditinggalkan lebih tabah dalam menghadapi musibah yang
dihadapinya

Selain kegiatan sosial keagamaan di atas, kegiatan yang tak kalah

pentingnya adalah gotong royong, baik dilingkungan mesjid ataupun di

lingkungan sekitar. Kegiatan gotong royong dilakukan atas kesadaran para remaja

sendiri, tokoh agama disini hanya bersifat mengarahkan saja tidak membimbing

sepenuhnya anak remaja. Tokoh agama hanya mengumumkan kegiatan gotong

royong melalui mikropon yang ada di mesjid. Bahwasanya pada hari Jumat akan

diadakan gotong royong untuk membersihkan lingkungan mesjid.

b. Tindakan Kuratif

Sedangkan tindakan kuratif yang dilakukan tokoh agama dalam mengatasi

kenakalan remaja berdasarkan wawancara dengan Bapak Fadili selaku tokoh

agama di desa Tanjung Gusta mengungkapkan bahwa :

Menegur remaja apabila remaja tersebut melakukan perbuatan-perbuatan


yang menyalahi norma-norma agama kemudian tokoh agama juga
memberikan nasehat kepada remaja agar mereka sadar dan tidak
mengulangi perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.

Kelima hal di atas merupakan strategi yang dilakukan tokoh agama agar

para remaja terhindar dari pergaulan bebas dan kenakalan remaja yang

menyimpang. Dalam hal ini perlu peran dari masyarakat dan pemerintah agar

terjadi kerjasama yang baik dalam pembinaan remaja Islam tersebut.


D. Pembahasan

Adapun tokoh agama merupakan seseorang yang terkemuka atau

kenamaan di bidangnya atau seseorang yang memegang peranan penting dalam

suatu bidang atau aspek kehidupan tertentu dalam masyarakat. Di desa Tanjung

Gusta sendiri, tokoh agama meliputi Kyai, Ustadz, Guru mengaji ataupun orang

yang mumpuni dalam bidang agama yang mempunyai wibawa serta pengaruh

dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada masyarakat. Yang mana mereka

memiliki tugas masing-masing dan berbeda satu sama lain. Tugas tokoh agama

disini yang mana mereka harus bisa mengayomi masyarakatnya dan mengarahkan

ke hal-hal yang baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan bisa memberi

pengajaran kepada masyarakatnya sehingga masyarakat merasa dirinya aman dan

tidak merasa takut serta menjadi manusia yang taat kepada ajaran agama.

Secara praktiknya, para tokoh agama di desa Tanjung Gusta mengadakan

pengajian dan membangun lembaga keagamaan sebagai wadah bagi para remaja

untuk membangun karakter dan kepribadian remaja yang membutuhkan

pengajaran dalam hal ilmu agama. Berawal dari sini, pola pikir dan perilaku pada

remaja mulai terbentuk dan terdidik dengan baik dan santun. Namun, tidak

dipungkiri bahwa pengaruh lingkungan dan pergaulan serta keluarga juga

memberikan dampak yang juga berlainan dengan yang ada dalam lembaga

pendidikan keagamaan sehingga muncul perilaku-perilaku yang juga menyimpang

serta bertolak belakang dari tuntunan agama.

Hal ini yang menjadi perhatian para tokoh agama dan juga tokoh

masyarakat dalam memantau perilaku dan sikap para remaja serta peran orang tua
dalam mengatasi perilaku – perilaku menyimpang seperti tidak terjadinya

pergaulan bebas dan kenakalan remaja di tengah – tengah masyarakat. Dimana

orang tua merupakan madrasah pertama bagi anak dalam upaya mengembangkan

kepribadiannya. Peran orang tua terhadap pembentukan karakter seorang anak

sangat diperlukan. Karena itu akan menentukan bagaimana sikap dan prilaku anak

ketika ia dewasa. Apalagi saat ini, lingkungan yang ada di masyarakat sangat

memprihatinkan. Kenakalan maupun kejahatan sudah seperti satu hal yang biasa

saja saking seringnya terjadi.Tawuran, narkoba, mencuri, balap liar, hamil di luar

nikah menjadi berita yang tidak lagi tabu didengar. Begitu juga di desa Tajung

Gusta, dimana kenakalan dan kejahatan tersebut juga sering terjadi.

Sayangnya saat ini banyak orang tua yang tidak memiliki kepeduliaan

terhadap bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anaknya, dikarenakan sibuk

dengan urusan pribadimaupun pekerjaannya.Sehingga mereka hanya memiliki

sedikit waktu untuk memberikan didikan serta wejangan untuk anak-anaknya.

Hasilnya anak tidak mendapatkan haknya yang berujung pada rentannya ia

terkontaminasi dengan pergaulan bebas.

Namun ternyata pada kenyataannnya masih terdapat orang tua di desa

Tanjung Gusta yang memiliki kesibukan untuk bekerja diluar rumah, menyita

cukup banyak waktu, tetapi anak-anaknya tetap mendapatkan perhatian,

pendidikan, melaksanakan ibadah, dan bisa menjaga diri dengan keadaan

lingkungan yang kurang baik. Peran orang tua tersebut dilaksanakan dengan

sebaik baiknya. Mulai dari menjadi orang tua yang beriman dan bertakwa kepada

Allah Swt, kemudian memberikan pendidikan keimanan, akhlak, ibadah, disiplin,


menjadi teman yang bisa mendengarkan keluh kesah, memberi nasehat, dan

memberi pendidikan mental.

Sebenarnya ada banyak faktor mengapa remaja di desa Tanjung Gusta

terkontaminasi dengan pergaulan bebas. Mereka seolah tak lagi canggung ketika

harus melakukan satu tindakan yang melanggar aturan atau melanggar norma-

norma. Mereka seolah menikmati apa yang mereka lakukan, padahal perbuatan

tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela. Faktor-faktor tersebut ialah

minimnya pendidikan agama, kurangnya keperdulian orang tua, keluarga tidak

harmonis, perceraian, penggunaan media sosial yang tidak terpantau, perlakuan

kasar orang tua pada anaknya dan masalah kemiskinan. Semua itu berpengaruh

terhadap kelakuan menyimpang yang dilakukan oleh seorang anak.

Berdasarkan dari uraian di atas, strategi dari tokoh agama dalam

mengurangi pergaulan bebas sangat diperlukan guna memberi rasa aman kepada

anggota masyarakatnya yang dapat mengganggu ketenteraman. Dimana strategi

yang dilakukan tokoh agama dalam mengatasi pergaulan bebas yang ada di desa

Tanjung Gusta adalah :

1. Melakukan tindakan preventif (pencegahan)

Membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi

dirinya. Tindakan preventif ini merupakan pencegahan terhadap pergaulan bebas

ramaja. Pada dasarnya tindakan preventif ini merupakan suatu pencegahan

sebelum seseorang melakukan kenakalan remaja. Oleh karena itu, agama dapat

dihayati sehingga dapat memberikan pengaruh yang baik bagi pembinaan moral,
diantaranya dengan mengikuti ritual keagamaan, mengikuti pelajaran agama,

memahami hikmah dari ajaran-ajaran agama tersebut.

Fungsi preventif dalam strategi tokoh agama dalam mengatasi pergaulan

bebas di desa Tajung Gusta dapat dicontohkan seperti halnya penanaman nilai-

nilai akhlak, pemberantasan Buta Aksara Al-Qur’an, melakukan pengajiaan Wirid

Yasin satu kali dalam seminggu, memperingari hari Besar Islam (PHBI) dan

membuat acara takziyah. Tindakan preventif ini bersifat mencegah sehingga

sebelum pergaulan bebas yang dilakukan oleh remaja semakin parah, maka

diperlukan tindakan preventif untuk meminimalisir perilaku tersebut agar tidak

terjadi atau bisa di istilahkan sedia payung sebelum hujan.

2. Kuratif

Kuratif bersifat membantu individu memecahkan masalah yang sedang

dihadapi atau dialaminya. Peran tokoh agama dalam menurunkan pergaulan bebas

remaja adalah dengan memberikan konseling individual. Remaja yang melakukan

kenakalan remaja di diberikan pengarahan dan nasihat agar dapat mengubah

perilakunya tersebut, kemudian tokoh agama memberikan penjelasan bahwa

pergaulan bebas yang dilakukan dapat menyakiti orang tua dan merugikan orang

lain maupun dirinya sendiri.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan tentang strategi tokoh agama

dalam mengatasi pergaulan bebas remaja desa Tajung Gusta, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Bentuk pergaulan bebas yang sangat dikhwatirkan dikalangan remaja

desa Tanjung Gusta saat ini adalah berpacaran dengan gaya berduaan di

tempat sepi, dengan gaya berboncengan dan berpegangan tangan,

dengan gaya menggunakan gadget, dengan gaya berpelukan, merokok

dan minum – minuman keras, tawauran dan meninum obat – obatan

dengan di oplos

2. Faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas remaja di desa Tajung

Gusta dipicu oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal yaitu tingkat perhatian orang tua pada anak yang tidak

maksimal, kemiskinan, perceraian, ketidakharmonisan keluarga,


ketidaknyamanan, dan ketidakwaspadaan dalam keluarga. Sedangkan

faktor eksternal yaitu merokok, melalaikan perintah agama dengan

banyak bermain, melakukan pergaulan kelewat batas yang seolah

sekarang menjadi hal yang biasa saja. Seluruh faktor tersebut menjadi

masalah yang komplit sekali sebagai pemicu seorang anak terjatuh

dalam pergaulan bebas di sana.

3. Strategi tokoh agama dalam mengatasi pergaulan bebas di desa Tajung

Gusta adalah dengan menggunakan tindakan preventif (mencegah) dan

kuratif dengan penanaman nilai-nilai akhlak, pemberian nasehat,

keteladanan, pengajian Wirid Yasin sekali dalam seminggu,

pemberantasan buta aksara Al-Qur’an, Peringatan Hari Besar Islam

(PHBI) dan takziyah. Kemudian tindakan kuratif yang dilakukan tokoh

agama yaitu dengan menegur remaja apabila remaja tersebut melakukan

perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama dan

memberikan nasehat kepada remaja supaya remaja tersebut bisa menjadi

lebih baik.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pendidik terutama tokoh agama yang berfungsi

sebagai pendidik non formal agar betul-betul dalam membimbing serta

membina remaja, karena dengan adanya pembinaan yang kita lakukan

bersama akan memperkecil kemungkinan mereka untuk melakukan

tindakan yang dilarang oleh norma agama dan masyarakat.


2. Diharapkan Lurah dan Kepala Lingkungan selaku pejabat pemerintahan

hendaknya melakukan kordinasi untuk meningkatkan pembinaan anak-

anak di desa Tajung Gusta dengan menyemarakkan kegiatan maghrib

mengaji, mendukung remaja-remaji masjid untuk aktif dalam organisasi

tersebut dan mendukung setiap agenda-agenda yang mereka gagas.

Harapannya dengan adanya dukungan tersebut pondasi keagamaan anak-

anak semakin meningkat dan pergaulan bebas juga akan semakin

menurun.

3. Kepada orang tua, diharapkan dapat terus mengontrol dan memperhatikan

segala bentuk kebutuhan anak, baik pendidikan keagamaannya, sosial,

fisik, dan mental. Selain itu, memasukkan anak di lembaga-lembaga yang

berbasis agama atau kegiatan-kegiatan yang positif menjadi satu solusi

jika orang tua kurang memiliki waktu dalam mendidik anak. Terakhir,

kepada orang tua hendaknya terus menjadi tauladan yang baik bagi anak

agar anak juga dapat mencontoh apa yang selama ini dilakukan oleh orang

tuanya.

Anda mungkin juga menyukai