Anda di halaman 1dari 4

Cara Pemberian Nama Jenis

Berdasarkan kesepakatan internasional cara pemberian nama jenis digunakanlah metode binomial
nomenclature. Metode binominal nomenclature, merupakan metode yang sangat penting dalam pemberian
nama dan klasifikasi makhluk hidup. Metode binominal nomenclature disebut tata nama ganda karena
pemberian nama jenis makhluk hidup selalu menggunakan dua kata (nama genus dan species).
Aturan pemberian nama jenis adalah sebagai berikut :
1.      Nama species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan nama genus, sedangkan kata kedua
merupakan penunjuk jenis (epitheton specificum)
2.      Huruf pertama nama genus ditulis huruf capital, sedangkan huruf pertama penunjuk jenis digunakan huruf
kecil
3.      Nama species menggunakan bahasa latin atau yang dilatinkan
4.      Nama species harus ditulis berbeda dengan huruf-huruf lainnya (bisa miring, garis bawah, atau lainnya)
5.      Jika nama species tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan berikutnya harus digabung
atau diberi tanda penghubung.
6.      Jika nama species hewan terdiri atas tiga kata, nama tersebut bukan nama species, melainkan nama
subspecies (anak jenis), yaitu nama takson di bawah species
7.      Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama tersebut, misalnya jagung (Zea Mays L.). huruf L
tersebut merupakan inisial Linnaeus.

2.1.4 Cara Pemberian Nama Kelas, Bangsa dan Famili


1.      Nama kelas
Beberapa ordo yang memiliki persamaan ciri dimasukkan dalam satu kelas. Ordo Carnivora
bersama-sama ordo Rodentia (binatang pengerat, misalnya tikus), ordo Chiroptera (bangsa kelelawar), ordo
Primata (bangsa kera), ordo Insectivora (bangsa trenggiling), memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu adalanya
kelenjar susu dan menyusui anaknya, sehingga dimasukkan dalam satu kelas, yaitu Mamalia
Nama kelas adalah nama genus + nae. contoh: Equisetum + nae, menjadi kelas Equisetinae.
2.      Nama ordo
Ordo adalah tingkatan takson yang menghimpun beberapa famili. Famili Canidae (kelompok
anjing) bersama-sama dengan famili Felidae (kelompok kucing) dan famili Ursidae (kelompok beruang)
membentuk ordo Carnivora (bangsa pemakan daging). Nama ordo adalah nama genus + ales, contohnya
zingiber + ales, menjadi ordo Zingiberales.
3.      Nama famili
Famili adalah singkatan takson yang anggotanya terdiri dari beberapa marga atau genus. Nama famili
adalah nama genus + aceae. contoh: Canna + aceae, menjadi famili Cannacea.
Tata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan penamaan baku bagi semua
organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata (binomial berarti 'dua nama') dari system taksonomi
(biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang
diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk
fungi, tumbuhan dan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan
untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam
seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian
besar nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang
yang pertama kali mendeskripsikan (disebut deskriptor) lalu dilatinkan ataupun dari bahasa Latin sendiri.
Carolus Linnaeus memilih penggunaan bahasa Latin untuk penamaan karena dari masa ke masa hingga saat
ini, bahasa Latin tidak mengalami perubahan maupun perkembangan, melainkan tetap. Penamaan organisme
pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tata Nama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa
alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tata Nama Zoologi (ICZN)
bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tata Nama Prokariota (ICNP). Aturan
penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi
tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tata Nama Budidaya, ICNCP).
Dengan adanya kesatuan nama ini, orang tidak akan keliru dengan makhluk hidup yang dimaksud
meskipun di tiap negara atau daerah memiliki nama sendiri. Sistem binomial nomenklatur ini merupakan
sistem pemberian nama hewan atau tumbuhan secara sah dan benar berdasar kode internasional. Pemberian
nama ini diatur dengan Kode Internasional Tata Nama Hewan dan Tumbuhan dengan menggunakan sistem
tata nama dua kata (binomial nomenklatur) dengan aturan-aturan sebagai berikut.
1.      Nama terdiri dari dua kata, kata pertama menunjukkan tingkatan marga (genus) yang diawali dengan huruf
besar dan kata kedua menunjukkan tingkatan jenis (spesies) yang diawali dengan huruf kecil. Contohnya:
Gnetum gnemon
2.      Jika ditulis dengan huruf tegak, dua kata tersebut harus digarisbawahi, tetapi jika tidak digarisbawahi, dua
kata tersebut harus dicetak miring. Contohnya, Gnetum gnemon atau Gnetum gnemon.
3.      Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan selanjutnya cukup dengan
mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: Tumbuhan
dengan bunga terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai padma raksasa
(Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan
ukuran bunga yang lebih kecil. Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.
Beberapa contoh penulisan nama ilmiah tumbuhan dan hewan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Contoh Nama Ilmiah Tumbuhan dan Hewan
No Nama Indonesia Nama Ilmiah
               1.  Jagung Zea mays
               2.  Padi Oryza sativa
               3.  Mangga Mangifera indica
               4.  Ketela pohon Manihot utilissima
    .                   5.     Cacing tanah Lumbricus terestris

4.      Jika memiliki subspesies, nama tersebut ditambahkan pada kata ketiga. Jadi, pada subspesies terdiri atas
tiga kata. Sistem penamaan yang terdiri atas tiga suku kata disebut Trinomial, contohnya, Passer domesticus
domesticus (burung gereja) dan Felis maniculata domesticus (kucing jinak).
Untuk kelompok yang tingkatan klasifikasinya lebih tinggi lagi, aturan penamaannya adalah sebagai berikut.
a.       Pada hewan
Nama famili berasal dari nama genus ditambah -idae
Contoh: Ranidae berasal dari Rana (katak)
Nama subfamili berasal dari nama genus, ditambah -inae
Contoh: Fasciolinae berasal dari Fasciola (cacing pita)
b.      Pada tumbuhan
Nama famili diberi akhiran -aceae atau -ae.
Contoh: Ranunculaceae berasal dari Ranunculus
Leguminoceae berasal dari Leguminose
Nama ordo diberi akhiran -ales.
Contoh: Filiales (paku-pakuan)
Nama divisio diberi akhiran -phyta.
Contoh: Spermatophyta

Perkembangan klasifikasi hewan secara garis besar dibagi menjadi empat tahap yaitu klasifikasi
masa sebelum Linnaeus (pra-Linnaeus), klasifikasi sistem Linnaeus, klasifikasi sistem 3 kingdom, dan
klasifikasi sistem 5 kingdom.

1. Sistem Klasifikasi Pra-Linnaeus

Sistem klasifikasi ini dilakukan dengan melihat kesamaan bentuk luar dari tubuh makhluk hidup
(morfologi). Makhluk hidup pada masa ini dibedakan menjadi dua kelompok seperti konsep Aristoteles yang
mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi 2 yaitu tumbuhan dan hewan. Hewan-hewan yang memiliki
bentuk tubuh yang sama dikelompokkan menjadi satu kelompok tersendiri. Selain itu hewan juga
dikelompokkan berdasarkan kegunaannya masing-masing. Pengelompokan hewan didasarkan pada ciri-ciri
lalu ditentukan macamnya dan diberikan nama sesuai dengan isyarat yang dimiliki. Proses-proses ini
dilakukan tanpa kesadaran dan berlangsung dalam waktu yang sangat cepat. Pada masa pra-Linnaeus juga
belum ada publikasi tentang klasifikasi hewan.
2. Sistem Klasifikasi Linnaeus (Sistem 2 Kingdom)
Taksonomi Linnaeus adalah suatu sistem klasifikasi ilmiah yang mengelompokkan organisme ke
dalam suatu hirarki. Sistem ini dirintis pada abad ke-18 oleh Carolus Linnaeus, seorang ilmuwan Swedia,
terutama melalui dua bukunya Systema Naturae dan Species Plantarum. Menurut sistem ini, klasifikasi
diawali dengan tiga kerajaan besar, yang selanjutnya dibagi lagi menjadi kelas dan ordo. Ordo kemudian
dibagi lagi menjadi genus dan selanjutnya spesies. Dia seorang ilmuwan Swedia yang meletakkan dasar
tatanama biologi. Ia dikenal sebagai "bapak taksonomi modern" dan juga merupakan salah satu bapak
ekologi modern. Linnaeus ialah ahli botani yang paling dihormati pada masanya, dan ia juga terkenal
dengan kemampuan bahasanya. Linnaeus adalahi ahli Zoologi, botani dan juga seorang dokter.
Makalahnya mengenai taksonomi berjudul Systema Naturae. Di dalamnya, penggunaan deskripsi
resmi - physalis amno ramosissime ramis angulosis glabris foliis dentoserratis - diganti olehnya menjadi
nama genus-species yang ringkas dan akrab pada zaman sekarang - Physalis angulata - dan penggolongan
taksa lebih tinggi dibuat secara berurutan. Linnaeus adalah pelopor sisstem binomial nomenklature atau
sistem tata nama ganda. Linnaeus meneruskan kerja dalam sistem klasifikasi serta memperluas pula pada
Kerajaan (Regnum) Hewan dan Kerajaan Mineral. Sumbangan utama Linnaeus bagi ilmu taksonomi ialah
pembuatan konvensi penamaan organisme hidup yang diterima secara universal dalam dunia ilmiah—karya
Linnaeus tersebut menjadi titik awal tatanama biologi. Selain itu, Linnaeus
mengembangkan, selama pengembangan besar pengetahuan sejarah alam pada abad ke-18, hal yang
sekarang disebut sebagai taksonomi Linnaeus, yaitu sistem klasifikasi ilmiah yang kini digunakan secara
luas dalam biologi. Sistem Linnaeus mengklasifikasikan alam dalam hirarki atau tingkatan-tingkatan,
dimulai dengan dua "kerajaan" atau kingdom yaitu Animalia dan Plantae.
Kerajaan dibagi ke dalam Kelas dan masing-masing Kelas terbagi dalam Ordo, yang dibagi dalam
Genera (bentuk tunggal: genus), yang dibagi dalam Spesies. Di bawah tingkatan spesies, Linnaeus kadang
menyebutkan takson yang tidak diberinya nama (untuk tumbuhan, hal ini sekarang dinamai "varietas").
Linnaeus menamai taksa dengan sesuatu yang mengena pada ciri khusus taksa tersebut. Sebagai
contoh, manusia adalah Homo sapiens, tetapi ia juga menyatakan bahwa ada species manusia kedua, Homo
troglotydes (bermakna "orang goa", yang ia maksudkan untuk simpanse dan sekarang ditempatkan dalam
genus berbeda (bukan Homo) melainkan Pan troglotydes). Kelompok mamalia dinamai berdasarkan kelenjar
susu (mammae) karena salah satu definisi karakteristik mamalia adalah bahwa mereka merawat bayinya.
(Dari beberapa perbedaan antara mamalia dan hewan lain, Linnaeus lebih memilih hal ini karena
pandangannya pada pentingnya keberadaan induk betina.)
Hanya sistem pengelompokan hewan oleh Linnaeus yang masih tetap digunakan hingga kini, dan
pengelompokan itu sendiri sudah banyak berubah sejak dicetuskan oleh Linnaeus sebagaimana prinsip-
prinsip yang melandasi pengelompokan itu juga banyak berubah. Namun demikian, Linnaeus tetap dianggap
berjasa mengembangkan gagasan struktur hirarki klasifikasi yang didasari oleh sifat-sifat teramati. Rincian
dasar tentang hal yang dapat dianggap sah secara ilmiah untuk disebut 'sifat teramati' itu sendiri telah
berubah seiring bertambahnya pengetahuan (contohnya, DNA yang pada masa hidup Linnaeus tidak dikenal
telah terbukti bermanfaat dalam mengklasifikasikan dan menentukan hubungan organisme hidup satu
dengan lainnya), namun prinsip-prinsip dasarnya tetap masuk akal.
3. Sistem Klasifikasi 3 Kingdom
Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru ini dipecah ke dalam dua kerajaan: yang
dapat bergerak ke dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam divisi Thallophyta atau
Protophyta. Namun ada beberapa makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti alga yang
dapat bergerak, Euglena, dan jamur lendir yang mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernst Haeckel pada tahun
1866 menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu Protista untuk menampung makhluk hidup yang tidak
memiliki ciri klasifikasi yang jelas. Kerajaan ketiga in baru populer belakangan ini (kadang dengan sebutan
Protoctista). Protista adalah organisme yang memiliki sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus.
4. Sistem Klasifikasi 4 Kingdom
Ada dua tokoh yang mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi sistem 4 kingdom yaitu Copeland
dan Whittaker. Hanya saja dasar yang digunakan oleh keduanya berbedasehingga dihasilkan klasifikasi
makhluk hidup yang berbeda pula. Copeland membagi menjadi empat Kingdom yaitu Monera, Protoctista,
Metaphyta dan Metazoa. Monera adalah organisme yang belum memiliki membran inti dan membran
organel sel atau bersifat prokariotik.
Berbeda dengan Protista/Protoctista yang bersifat Eukariotik. Metaphyta adalah tumbuhan yang
mengalami masa perkembangan embrio, begitu juga Metazoa adalah kelompok hewan yang mengalami
masa perkembangan embrio dalam siklus hidupnya. Sedangkan Whittakers membagi hewan menjadi
beberapa kingdom: Animalia, Plantae, Fungi dan Protista.
Fungi dijadikan kingdom tersendiri karena fungi memiliki perbedaan dari
tumbuhan. Fungi bukan organisme autotrof layaknya tumbuhan melainkan organisme yang heterotrof yaitu
tidak dapat mensintesis makanannya sendiri.
5. Sistem Klasifikasi 5 Kingdom
Tokoh pencetus adanya klasifikasi 5 Kingdom adalah Robert H . Whittaker. Dia menggolongkan
makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan Monera.
Ciri-ciri pada sistem 5 kingdom :
1. Kingdom Monera : Prokariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
2. Kingdom Protista : Eukariot, Autotrof dan Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
3. Kingdom Fungi : Eukariot, Heterotrof, Uniseluler dan Multiseluler
4. Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler
5. Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler

Anda mungkin juga menyukai