Tatanama Tumbuhan
Oleh:
A. Latar Belakang
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik
(makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan sangat beraneka ragam.Mulai dari laut,
dataran rendah, sampai di pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya
banyak dan sangat beraneka ragam. Karena jumlahnya banyak dan beraneka ragam,
maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup.
Untuk mempermudah dalam mengenali dan mempelajari makhluk hidup maka kita
perlu cara. Cara untuk mempermudah kita dalam mengenali dan mempelajari makhluk
hidup disebut Sistem Klasifikasi (penggolongan / pengelompokan).
Salah satu sapek yang diperlukan dalam mempelajari botani adalah pengetahuan
tentang nama botani (ilmiah/latin) jenis-jenis tumbuhan. Sebab seseorang yang bekerja
dengan suatu jenis tumbuhan harus yakin bahwa materi yang ditanganinya benar-benar
sesuai dengan nama manurut standar taksonomi tumbuhan. Sekali ia mempublikasikan
hasil pekerjaannya dan menyebarluasakannya, seluruh dunia akan siap menyerap
informasi tentang jenis tumbuhan yang dipublikasikan tersebut dengan berpegang
kepada nama botani yang dikenakan. Nama ilmiah suatu tumbuhan merupakan sebuah
kunci mukjizat untuk membuka khazanah yang berisi semua pengetahuan tentang jenis
tumbuhan tersebuDalam makalah ini sayaakan membahas secara lebih mengkhusus
pada tata nama makhluk hidup (Binomial nomenklatur) dan kunci deteminasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tatanama tumbuhan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana dari tatanama tumbuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
lain yang berlaku bagi tanaman budidaya(Peraturan Internasional bagi Tata Nama
Tanaman Budidaya, ICNCP).
2) Aturan penulisan
a. Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama ("epitet"
dariepithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies mengikutinya.
b. Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase) dan nama
spesies selalu diawali dengan huruf biasa (huruf kecil, lowercase).
c. Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya, suatu teks
yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya pada judul suatu
naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi huruf kapital semua)
kecuali untuk hal berikut :
1) Penulisan nama ilmiah yang dicetak harus ditulis dengan huruf miring (huruf
italik). Contoh: Aspergilus wentii, Rhizopus sp.
2) Penulisan nama ilmiah yang ditulis dengan tangan harus diberi garis bawah yang
terpisah untuk nama genus dan nama spesies. Contoh Penicillium notatum.
d. Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan)
dari deskriptor boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan huruf
tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu spesies
digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku sekarang, nama
deskriptor ditulis dalam tanda kurung. Contoh: Glycine max Merr., Passer domesticus
(Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula dimasukkan dalam genusFringilla,
sehingga diberi tanda kurung (parentesis).
e. Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah biasanya
menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.
Contoh pada suatu judul: "PENGUJIAN DAYA TAHAN KEDELAI (Glycine maxMerr.)
TERHADAP BEBERAPA TINGKAT SALINITAS". (Penjelasan: Merr. adalah singkatan dari
deskriptor (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil karyanya diakui untuk
menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max diberikan dalam judul karena ada
spesies lain, Glycine soja, yang juga disebut kedelai.).
4
h. Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi) atau
"subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum diidentifikasi.
Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya "sspp." atau "subspp.
i. Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti.
Contoh: Corvuscf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak (Corvus
splendens) tapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
j. Penamaan fungi mengikuti penamaantumbuhan.
k. Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial"
Penentuan nama baru dan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada
dalam Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan (international Code of Botanical
Nomenclature)
5
Identifikasi
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan
(identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi. Cara penamaan yang
lebih sistematik dalam tata nama tumbuhan, pertama kali diperkenalkan oleh Carolus
Linnaeus dalam buku yang ditulisnya, yaitu Systema Naturae ("Sistematika Alamiah").
Tata nama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan penamaan
baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari
sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Nama
yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latinatau bahasa lain
yang dilatinkan.
Aturan ini pada awalnya diterapkan untuk fungi, tumbuhan dan hewanoleh
penyusunnya (Carolus Linnaeus), namun kemudian segera diterapkan
untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk nama ini adalah 'nama ilmiah'
(scientific name). Awam seringkali menyebutnya sebagai "nama latin" meskipun istilah
ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar nama yang diberikan bukan istilah
asli dalam bahasa latin melainkan nama yang diberikan oleh orang yang pertama kali
memberi pertelaan atau deskripsi (disebut deskriptor) lalu dilatinkan.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat mengambil manfaat
terutama bagi para tenaga pendidik, dan dengan hadirnya makalah ini dapat
memecahkan masalah di linkungan pendidikan mengenai Tata Nama Tumbuhan.
7
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin, 2006, Taksonomi Tumbuhan Tinggi, Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala