Anda di halaman 1dari 4

Garis Lengkung

1. Tokoh Utama: Chalistha pemudi, masa lalu kelam, berubah karena satu peritiwa
perjumpaan.
2. Tokoh Sampingan: seorang ibu yang sedang dalam perjalanan, bagi Chalistha itu
Yesus
3. Selebihnya teman-teman brandalan Chalistha.
Sinopsis:
Chalistha seorang bahagia. Dia semangat dan gembira hidupnya serta memiliki pengharapan
yang besar. Tapi dia memiliki masa lalu yang kelam sebagai seorang pencuri brondol,
pemabuk, perokok, pengguna narkoba, gamer akut-mengurung diri, dan pembangkang
nasihat orang tua.
Pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seorang ibu yang sepertinya sedang kesuliltan.
Secara spontan hatinya tergerak untuk bertanya apakah dia butuh sesuatu. Namun ibu itu
seakan mau menolak bantuannya. Tapi Chalistha bersikeras membantunya. Lalu ibu itu
mengatakan sesuatu yang membuatnya gelisah.
Setelah ibu itu pergi, pemudi itu selalu teringat dengan kata-kata yang diucapkan ibu itu,
‘Sungguh, Yesus itu memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum kepada orang
yang haus, dan memberi tumpangan kepada orang asing.’ Dalam hatinya dia bertanya-tanya
siapa sebenaranya ibu itu? Lalu dia ingat pernah mendengar kata-kata serupa di Gereja, itu
mendorongnya membaca Kitab Suci dan menenukan, “Itu Tuhan”. Hidupnya berubah sejak
perjumpaan itu.
Naskah:
Bagian I (Prolog 30’)
Adegan 1. Menampilkan Chalistha yang akrab dan ceria kala berbincang dengan teman-
temannya. (6”)
Adegan 2. Chalistha senyum dan gembira saat merawat tanaman di taman. (6”)
Adegan 3. Chalistha serius dan cekatan mengurus dapur. (6”)
Adegan 4. Chalistha serius ketika belajar. (6”)
Adegan 5. Chalistha khusuk ketika berdoa di kapel. (menengadah ke arah patung Yesus, pada
saat itulah dia ingat akan masa lalunya) (6”)
Bagian II (Masa Lalu Kelam 30”)
Adegan 1. Chalistha memberontak terhadap ibunya. (backsound music tegang) (20”)
Ibu: Chalistha (sedang asyik main hp di kamarnya), ayo kita ke Gereja, kamu sudah
lama kan tidak ke gereja, terakhir sejak krisma.
Chalistha: Udah ma, aku doa sendiri aja di rumah, Minggu depan aja aku ke Gereja.
(Ekspresi bohong Chalistha)
Ibu: Dari dulu kamu bilang minggu depan terus tapi pas diajak malah kunci pintu,
alasannya sakitlah, banyak PR, selalu aja ada alasanmu nak nak. (ibu kesal tapi tak
berdaya karena dia seorang yang lemah lembut)
Chalistha: kan udah dibilang kalau itu semua memang benar, serius lho. Gimana sih.
Ini udah hampir jam 7 lho nanti mama telat. (Chalistha mengusir secara halus sambil
ibunya berlalu menutup pintu kamar Chalistha)
Adegan 2. Curi brondol. (backsound music intrik-intrik) (5”)
Menampilkan Chalistha yang ikut temannya mencuri brondol di kebun orang. (Felix
dan Martin berperan sebagai pencuri brondol pro)
Adegan 3. Merokok dan mabuk serta menggunakan ganja. (backsound music rock) (5”)
Chalistha dan temannya perempuan bergabung dengan para pencuri brondol pro di
sebuah tempat yang gelap.
Bagian III (Perjumpaan & Refleksi 115”)
Adegan 1. Chalistha berjumpa dengan seorang ibu. (60”)
Dia sudah membeli cemilan dan minuman kaleng di warung. Dia pulang jalan kaki
dengan wajah lesu dan tidak bersemangat. Dari kejauhan dia melihat seorang ibu yang
menggendong tas yang sepertinya agak berat. Pakaiannya sudah lusuh karena dipakai.
Ibu itu tampak kelelahan apalagi dia tampak kebingungan dan langsung duduk tepat
di depan rumah Chalistha.
Chalistha: Bu, mau ke mana? Dan nunggu siapa di sini?
Ibu: saya mau ke kampung sebelah. Numpang istirahat sebentar di sini? (Matanya
tajam menatap Chalistha, terutama ke bagian rosario yang dipakainya)
Chalistha: apakah ada yang bisa saya bantu? Ibu perlu air minum?
Ibu: saya hanya numpang singgah saja, ndak butuh yang lain-lainnya. Ini rumahmu ya,
kalau kamu tidak suka saya pindah saja. (ibu itu beranjak hendak pergi)
Chalistha: (berusaha menahan ibu itu yang sudah berdiri dan bersiap-siap berjalan)
Bukan begitu bu, saya hanya bermaksud menawarkan bantuan saja. Saya tidak
bermaksud mengusir ibu.
Ibu: Kamu Katolik kan? Saya sudah muak dengan orang-orang kayak kalian. Kalian
hanya menolong orang hanya karena perintah agama saja. Dengan itu kalian merasa
sudah cukup. (mata ibu itu semakin tajam ke arah Chalistha).
Chalistha: (tidak mau membiarkan ibu itu berlalu, dia tetap ngotot). Bu, saya ini
memang orang Katolik, tapi bukan orang yang taat kok. Saya jarang ke Gereja, bahkan
hari Minggu seperti hari ini. Saya juga tidak kenal Yesus, Tuhan saya itu. Tapi asal ibu
tahu, saya berniat menolong ibu, bukan atas dasar saya beragama Katolik atau
perintah agama, tapi saya hanya tergerak hati melihat ibu yang sepertinya sedang
kesulitan dan tampak kelelahan. Ini semua murni, karena kita sesama manusia bu!
(suara Chalistha agak naik dan tegas).
Chalistha: ini bu, saya punya cemilan dan minuman. Semua untuk ibu saja, untuk bekal
dalam perjalanan. Saya mohon jangan ditolak. Saya tulus ikhlas memberikan semua
ini. Kalau ibu mau masuk ke rumah silakan, saya berikan tumpangan (namun ibu
menggelengkan kepala), pintu tetap terbuka, tapi kalau ibu tidak mau dan tetap mau
di sini silakan saya tidak memaksa. (Chalistha hampir masuk spontan ibu itu berkata
dengan suara tegas).
Ibu: Sungguh, Yesus itu memberi makan kepada orang yang lapar, memberi minum
kepada orang yang haus, dan memberi tumpangan kepada orang asing. (ibu itu pun
berlalu).
Chalistha: (dalam hatinya terus bertanya-tanya, hahhhhhh sambil melihat ibu itu
berjalan berlalu di hadapannya)
Adegan 2. Merenung (monolog) (30”)
Chalistha berbaring di kasurnya memikirkan peristiwa yang baru terjadi.
Chalistha: (pikirnya dalam hati) mengapa ibu itu berkata demikian? Ataukah itu hanya
suatu kebetulan saja? (Chalistha merasa gelisah karenanya) tunggu, rasanya aku
pernah dengar kata-kata serupa. (setelah sekian lama berpikir) ohh sepertinya itu
waktu di Gereja. Jadi ada di Kitab Suci.
Saat membaca Kitab Suci.
Chalistha: (pikirnya dalam hati) mana yaa (sambil membolak-balik membaca Kitab
Suci. Pada suatu titik dia menemukannya): ohh ini ada kisah ketika Yesus
menampakkan diri di pantai, seorang murid yang dikasihi Yesus tiba-tiba berkata, ‘Itu
Tuhan’ (Yoh 12:7). Saat itu, para murid tidak mengenal rupa Yesus, tapi dari
perbuatan-perbuatan-Nya seorang dari mereka mengenali Dia. Ternyata, Yesus lepas
dari wajahnya, mungkinkah ibu itu juga adalah Yesus?
Chalistha: (pikirnya dalam hati) Ibu itu sangat mungkin adalah Tuhan Yesus karena dia
berkata, ‘Sungguh, Yesus itu memberi makan kepada orang yang lapar, memberi
minum kepada orang yang haus, dan memberi tumpangan kepada orang asing.’ Itu
tidak biasanya diucapkan oleh seseorang: “Itu Tuhan”
Karena itu Chalistha merasa bersyukur dan gembira karena peristiwa siang itu. Sejak
saat itu dia semakin giat dalam kegiatan Gereja, di sekolah, di mana pun. Dia berhenti
berbuat jahat dan belajar berbuat baik. Semua berubah ketika berjumpa dengan ibu
itu yang tidak lain baginya adalah Yesus. “Itu Tuhan”
Bagian IV (Epilog) (5”)
Menampilkan figure Chalistha yang semakin positif. Dia memutuskan untuk jadi
seorang suster.

Anda mungkin juga menyukai