Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PRINSIP BIOMEKANIK DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG KESEHATAN


(KEBIDANAN)

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisika Kesehatan”

Dosen Pengampu:

Desy Tricahyani,SST.M.Keb

Disusun Oleh kel.2 :

Clariya Devi Utami P17311211001 Sinta Nur Rizki Barokahtul P17311211016

Dini Maulida P17311211004 Fitria Nur Sabila P17311211017

Vivi Tiara Putri P17311211005 Anisa Dwi Rahmawaty P17311201011

Nida'ul Haramain Al Makzum P17311211014 Efitra Dwi Wulandari P17311211018

Anisalal mu'aisyah P17311211015 Icha Dwi Febrean P17311213038

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seringkali tanpa disadari kegiatan yang dilakukan tidak terlepas dari proses biologi.
Contohnya saja saat kedinginan tubuh akan menggigil dan memakai pakaian hangat untuk
memperoleh dan ketika kepanasan menggunakan kipas angin untuk menghilangkan panas dalam
tubuh. Manusia termasuk dalam kelompok homeotermis atau makhluk hidup berdarah panas
yang senantiasa mempertahankan suhu internal tubuh dalam batas relatif konstanmeskipun suhu
lingkungan berubah-ubah. Selain manusia, mamalia dan aves umumnya hewan yang hidup di
darat bersifat homeoterms sedangkan amphibia dan reptilia yangkebanyakan hidup di air bersifat
poikiloterms. Di dalam tubuh, panas diproduksi secara terus menerus akibat adanya aktivitas
metabolisme. Ketika penggunaan energi meningkat karena aktivitas fisik maka terjadi
penambahan panas. Dengan demikian, perubahan yang sangat besar dari suhu lingkungan
sangat mempengaruhi suhu tubuh yang pada akhirnya, akan mempengaruhi sistem kerja enzim
yang bekerja pada suhu dengan kisaran yang relatif sempit.

Agar suhu tubuh tetap relatif konstan, maka harus ada mekanisme untuk menjaga suhu
tubuh dalam batas-batas yang masih dapat diterima tanpa memperhatikan kondisi lingkungan.
Proses yang dikenal dengan termoregulasi. Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis
tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu
tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Sistem termoregulasi diatur fisiologis yang
terintregasi dari respon sistem efferent dan sentral. Reseptor sensitif suhu terdapat pada kulit dan
membran mukosa yang selanjutnya akan berintregasi menuju spinal cord dan berakhir di
hipotalamus anterior yang merupakan pusat control sistem termoregulasi. Termoregulasi bekerja
untuk menyeimbangkan perolehan panas dengan pelepasan panas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi suhu Tubuh ?
2. Bagaimanakah penjelasan mengenai suhu tubuh ?
3. Bagaimanakah penjelasan mengenai panas tubuh ?
4. Bagaimana mekanisme pengaturan suhu tubuh ?
5. Bagaimana respon terhadap dingin dan panas ?
1.3 Tujuan
1. untuk mengentahui definisi suhu tubuh
2. untuk mengetahui bagaimana penjelasan mengenai suhu tubuh
3. untuk mengentahui bagaiamna penjelasan panas tubuh
4. Untuk mengetahui bagaimna mekanisme pengatuan suhu tubuh
5. Untuk mengetahui respn tubuh terhadap dingin dan panas
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Termoregulasi


Termoregulasi adalah kemampuan sistem otonomi saraf tubuh yang vital untuk
berespon terhadap dingin dan heat stress. Suhu tubuh memiliki 2 komponen yaitu suhu
inti tubuh dan suhu perifer tubuh. Suhu inti tubuh diukur dari suhu trunkus dan kepala,
sedangkan suhu perifer tubuh diukur dari suhu ekstrimitas. Suhu inti tubuh cenderung
lebih stabil dan dalam kondisi lingkungan moderat suhu perifer lebih rendah 2-4 derajat
dibanding suhu inti tubuh. Termoregulasi bekerja dengan menjaga suhu inti tubuh dalam
jarak 1-2 derajat dari 37˚C untuk menjaga sel berfungsi dengan normal. Panas diproduksi
dan dihilangkan dari tubuh supaya tubuh tetap berada dalam keadaan normotermia.
Suhu inti tubuh merupakan cerminan dari total keseluruhan panas dalam tubuh.
Masukan panas harus seimbang dengan keluaran panas untuk menjaga suhu inti tubuh
tetap seimbang. Masukan panas berasal dari lingkungan eksternal dan produksi panas
internal. Pada kondisi normal, lebih banyak energi panas dari yang dibutuhkan tubuh
sehingga tubuh memiliki mekanisme keluaran panas untuk menjaga suhu inti tubuh tetap
terjaga.

2.2 Suhu Tubuh


Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan temperature tubuh tetap konstan
walaupun terjadi perubahan temperature lingkungan. Pengaturan fisik panas secara
implicit adalah sejumlah total dari proses fisiologis dimana terjadi peningkatan dan
penurunan panas dari tubuh manusia. Pengaturan temperatur atau regulasi termal ialah
suatu pengaturan secara komplek dari suatu proses fisiologis di mana terjadi
kesetimbangan antara produksi panas (heat product) dan kehilangan panas (heat lost)
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan.
Panas dapat hilang dan masuk ke lingkungan dengan cara konveksi, radiasi dan
evaporasi (konduksi tidak pernah terjadi). Kehilangan panas melalui radiasi dapat terjadi
apabila temperatur udara berhubungan langsung dengan tubuh dan temperatur sekeliling
obyek tersebut sangat rendah. Kehilangan panas secara konveksi terjadi apabila
temperatur sekeliling objek lebih rendah dari pada suhu tubuh. Kehilangan panas akibat
evaporasi (penguapan) adalah hubungan antara output dari evaporasi kulit dan pernafasan
dari paru-paru. Peristiwa konveksi, radiasi, dan evaporasi ini semuanya dikontrol oleh
susunan syaraf pusat agar mencapai kesetimbangan termal.
Nilai normal suhu tubuh bayi, anak dan dewasa yaitu :
 Suhu normal pada bayi, yaitu 36,3–37,7 ˚C
 Suhu normal pada anak, yaitu 36,1–37,7 ̊ C
 Suhu normal pada orang dewasa, yaitu 36,5–37,5 ̊ C

Suhu tubuh manusia diukur menggunakan termometer berikut ini beberapa macam
termometer yaitu :

1. Termometer Oral
Merupakan jenis termometer yang paling banyak digunakan, karena mulut
dianggap dapat merepresentasikan suhu tubuh dengan akurat. Namun, jika
menggunakan termometer oral, pastikan untuk menjaga kebersihannya. Beberapa
produk termometer oral menyediakan penutup plastik sekali pakai. Jika tidak ada
penutupnya maka harus mencuci termometer dengan air mengalir dan
mengeringkannya, sebelum digunakan.
Cara penggunaannya adalah dengan meletakkan ujung termometer di bagian
bawah lidah dan tutup mulut hingga alat mengeluarkan bunyi tertentu. Bunyi tersebut
biasanya menandakan bahwa suhu tubuh telat selesai tercatat. Selama pengukuran,
kamu disarankan untuk tetap relaks dan bernapas melalui hidung saja, karena mulut
harus tertutup. Jika baru saja mengonsumsi makanan atau minuman panas atau
dingin, atau merokok, tunggu sekitar 20-30 menit sebelum menggunakan termometer.

2. Termometer Rektal
Termometer rektal adalah jenis termometer yang digunakan melalui rektum atau
anus. Biasanya lebih cocok digunakan untuk bayi dan anak-anak. Termometer rektal
dinilai sebagai cara pengukuran suhu tubuh yang paling akurat. Sebelum pemakaian,
bersihkan termometer terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Lalu, lapisi dengan pelumas berbahan dasar air, dan masukkan ujung termometer ke
dalam anus.
Biarkan bayi atau anak dalam posisi tengkurap selama pengukuran, agar lebih
mudah. Kemudian, setelah termometer berbunyi, cabut dari anus dan lihat suhu tubuh
yang berhasil terukur. Setelah selesai, cuci kembali termometer dan keringkan, lalu
simpan. Sanitasi saat penggunaan termometer jenis ini harus sangat dijaga, mengingat
bakteri E. coli yang terdapat di anus dapat menyebabkan infeksi.

3. Termometer Timpani
Termometer timpani agak berbeda dengan yang lainnya, karena dirancang khusus
agar sesuai dengan saluran telinga. Sensor termometer yang satu ini dapat
mencerminkan emisi inframerah dari membran timpani (gendang telinga). Sebelum
memasukkannya ke dalam telinga, pastikan termometer kering dan bersih dari
kotoran telinga. Kondisi termometer yang basah dan kotor dapat mengurangi
keakuratan pengukuran suhu tubuh.
Setelah termometer dinyalakan, tempatkan penutup steril di ujungnya, pegang
kepala, dan tarik kembali pada bagian atas telinga untuk meluruskan saluran serta
membuat termometer lebih mudah untuk dimasukkan. Selama pengukuran, tidak
perlu menyentuh gendang telinga dengan ujung termometer karena alat ini telah
dirancang untuk mengambil bacaan jarak jauh. Tunggu hingga berbunyi dan suhu
tubuh terbaca.
Jika telinga sedang mengalami infeksi, terluka, atau baru pulih dari operasi,
hindari penggunaan termometer timpani untuk mengukur suhu tubuh. Keakuratan,
termometer ini bisa dibilang cukup akurat membaca suhu tubuh, jika diposisikan
dengan benar. Namun kekurangannya, termometer timpani biasanya memiliki harga
yang cenderung lebih mahal dibanding jenis termometer lain.

4. Termometer Aksila
Termometer aksila banyak digunakan untuk mengukur suhu tubuh. Namun,
termometer ini tidak seakurat termometer yang digunakan pada mulut, anus, ataupun
telinga. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, gunakan termometer di kedua
aksila dan ambil angka rata-rata dari hasil dua pengukuran tersebut. Pengukuran suhu
di aksila biasanya lebih rendah daripada area tubuh lain, dengan suhu normal
menunjukkan 36,5 derajat Celsius.
Sebelum menggunakan termometer ini, pastikan ketiak dalam keadaan kering.
Lalu, tempatkan ujung termometer ke tengah ketiak (tepatnya menunjuk ke atas ke
arah kepala) dan pastikan lengan mendekap di dekat tubuh, sehingga panas tubuh
terperangkap. Tunggu hingga termometer berbunyi dan menampilkan hasil
pengukuran.

5. Termometer Plaster
Termometer plaster biasanya digunakan untuk mengukur suhu tubuh anak-anak,
dengan cara ditempelkan pada dahi. Termometer ini dirancang menggunakan kristal
cair yang dapat bereaksi terhadap panas tubuh, dengan mengubah warna untuk
menunjukkan suhu kulit. Hanya suhu kulit saja, bukan suhu di dalam tubuh. Itulah
sebabnya akurasi dari termometer plaster cukup bervariasi.
Cara menggunakan termometer ini adalah dengan menempelkannya di kulit dahi
secara horizontal, lalu tunggu setidaknya satu menit. Sebelum memasangnya,
pastikan dahi tidak berkeringat, baik karena aktivitas fisik ataupun terbakar sinar
matahari. Agar hasil pengukuran lebih akurat, tempatkan termometer plaster di dekat
garis rambut, karena aliran darah pada area ini lebih merefleksikan suhu tubuh
dengan baik.

6. Thermogun
Thermogun adalah alat ukur suhu atau termometer dengan metode non kontak,
artinya bahwa pengukuran suhu dilakukan tanpa menyentuh objek yang diukur.
Biasanya pemeriksaannya berada pada dahi dan punggung tangan.

2.3 Panas Tubuh


Panas diproduksi di dalam tubuh melalui metabolisme yang merupakan reaksi kimia pada
semua sel tubuh.Makanan merupakan sumber bahan bakar yang utama bagi metabolisme.
Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia seluler
membutuhkan energi untuk membentuk Adenosin trifosfat (ATP).Jumlah energi yang digunakan
untuk metabolisme adalah laju metabolic.Aktivitas yang memerlukan tambahan reaksi kimia
meningkatkan laju metabolik.
Energi adalah suatu konsep dasar dalam fisika. Dalam fisika tubuh manusia, energi
merupakan hal yang sangat penting. Seluruh aktivitas tubuh, termasuk berpikir, menggunakan
energi. Perubahan energi menjadi kerja, seperti mengangkat suatu beban atau mengendarai
sepeda, hanya mencerminkan sebagian kecil penggunaan energi total di tubuh. Pada keadaan
istirahat (basal), konsumsi energi tubuh terutama di-gunakan oleh: otot rangka dan jantung
(25%); otak (19%); ginjal (10%); serta hati dan limpa (27%). Sisanya 19% tersebar di banyak
sistem, misalnya sistem pencernaan.
Makanan adalah sumber utama energi (bahan bakar) bagi tubuh. Makanan yang kita
konsumsi umumnya tidak terdapat dalam bentuk yang sesuai untuk konversi energi secara
langsung. Makanan harus diubah secara kimiawi oleh tubuh untuk menghasilkan beragam
molekul yang dapat berikatan dengan oksigen di sel tubuh. Kami tidak membahas proses
kimiawi kompleks ini siklus Krebs. Dari sudut pandang fisika, kita dapat menganggap tubuh
sebagai suatu pengubah(converter) energi yang tunduk pada hukum kekekalan energi. Tubuh
menggunakan energi dari makanan untuk mengoperasikan berbagai organnya, menghasilkan
panas agar suhu tubuh kohstan, melakukan . pekerjaan eksternal, dan menghasilkan pasokan
energi simpanan (dalam bentuk lemak) untuk kebutuhan mendatang. Sebagian kecil (-5%) energi
makanan diekskresikan di feses dan urin. Energi yang digunakan untuk menjalankan organ
akhirnya muncul sebagai panas tubuh. Sebagian panas ini bermanfaat untuk mempertahankan
suhu tubuh normal, tetapi sisanya harus dibuang. Sumber energi lain, misalnya panas dari
matahari dan energi panas dari lingkungan sekitar kita, dapat membantu mempertahankan suhu
tubuh, tetapi tidak bermanfaat untuk fungsi tubuh

2.4 Pengaturan Suhu Tubuh

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu


internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Suhu berpengaruh kepada tingkat
metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi
karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu
dengan molekul lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya
akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan
metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum
dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim
tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya (Campbell, 2004).
Homeostatis merupakan keadaan yang bisa berubah secara relatif konstan. Pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekresi adalah  elemen-
elemen  homeostasis,  utamanya  pada  manusia.  Dalam
termoregulasi,    dikenal  istilah  eksoterm  dan  endoterm  yang  mendasarkan
pada  sumber  panas  yang  diperoleh  oleh  tubuh.  Manusia mendapatkan sumber panas yang
berasal dari dalam tubuh sehingga disebut sebagai  endoterm. Sedangkan sumber panas yang
diperoleh dari luar tubuh disebut sebagai ektoderm.

a. Suhu Tubuh         

Suhu yang dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar. Meskipun dalam kondisi tubuh yang ekstrim selama melakukan aktivitas
fisik, mekanisme kontrol suhu tubuh tetap menjaga suhu inti atau suhu jaringan dalam relatif
konstan. Suhu permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu
yang relatif sempit (Perry, 2005)

Suhu dibagi menjadi dua yaitu: (1) suhu inti: suhu yang dijaga kestabilannya agar tidak berubah-
ubah secara drastis yang akan mengganggu temoregulasi lebih jauh. (2) suhu kulit atau perifer:
suhu yang dapat berubah akibat lingkungan diluar yang mempengaruhinya.

b. Keseimbangan Panas

Keseimbangan Panas terjadi ketika regulasi suhu berlangsung baik. Regulasi suhu adalah
suatu pengaturan secara kompleks dari suatu proses dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan. Ternak pada dasarnya secara fisiologis digolongkan dalam
makhluk berdarah panas atau homoteral. Organisasi homoteral mempunyai temperatur tubuh
konstan walaupun suhu lingkungan berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai yaitu
heat proukdi (pembentukan panas) dan heat loss (kehilangan panas). Kedua proses ini
aktivitasnya diatur oleh susunan saraf yaitu hipotalamus (Gabriel, 1998)

Reseptor suhu yang paling penting untuk mengatur suhu tubuh adalah banyak neuron
peka panas khususnya yang terletak pada area preoptika hipotalamus. Neuron ini meningkatkan
pengeluaran inpuls bila suhu meningkat dan mengurangi inpuls yang keluar bila suhu turun.
Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk
reseptor dalam lainnya yang juga menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke susunan
syaraf pusat panas untuk membantu mengontrol suhu tubuh.

c. Aliran Darah

Tingginya kecepatan pangaliran darah ke kulit menyebabkan panas dikonduksi dari


bagian dalam tubuh ke kulit dengan efesiensi yang tinggi. Pembuluh darah menembus jaringan
isolator sub kutis dan tersebar luas dalam bagian sub papilaris kulit. Aliran darah dalam kulit
mempunyai dua fungsi yaitu mengatur suhu tubuh dan menyuplai makanan kepada kulit yang
merupakan mekanisme transfer panas yang utama dari inti tubuh ke kulit. Suhu tubuh berpindah
dari darah melalui pembuluh darah ke permukaan kulit dan hilang ke lingkungan sekitar melalui
mekanisme penghilangan panas (Guyton, 1999).

d. Transfer Panas

Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit, ada 4 cara yaitu: 1.
Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi ke obyek lain
dengan jalan kontak langsung (Gabriel, 1998). Agar terjadi konduksi kedua obyek harus berbeda
suhu dan harus saling berkontak. 2. Konveksi adalah pemindahan panas melalui gas atau cairan
yang bergerak. Aliran konveksi dapat terjadi karena massa jenis udara panas sangat ringan
dibandingkan udara dingin. 3. Radiasi adalah suatu energi panas dari suatu permukaan obyek ke
obyek lain tanpa mengalami kontak dari kedua obyek tersebut (Gabriel, 1996). Jika suhu tubuh
naik, pusat kendali suhu di otak akan melebar dan meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit
sambil membawa panas tubuh. 4. Evaporasi (penguapan) adalah peralihan panas dari bentuk
cairan menjadi uap (Gabriel, 1999). Bila suhu udara lebih tinggi dari suhu permukaan tubuh,
maka radiasi, konduksi dan konveksi tidak dapat menghilangkan panas di tubuh. Dalam keadaan
ini cara penguapan yang bermanfaat yaitu mengkonversi air dari cairan menjadi gas. misalnya
penguapan air melalui kulit dan paru, ini disebut juga air menguap secara insensibel karena tidak
dapat dikontrol.

e. Sistem isolator tubuh

Kulit, jaringan subkutis dan khususnya lemak jaringan merupakan isolator panas bagi
tubuh, bila tidak ada darah yang mengalir dari organ-organ internal yang telah dipanasi ke kulit.
2.2 Homoioterm dan Poikiloterm

Berdasarkan kemampuan dalam mengatur suhu tubuh, hewan dibagi menjadi dua
kelomok yakni hewan berdarah panas atau homoioterm dan hewan berdarah dingin
atau poikiloterm. Ternak merupakan hewan homoioterm dan mempertahankan suhu tubuhnya
melalui proses homeostatis, sedangkan  ikan suhu tubuhnya selalu sesuai dengan suhu
lingkungannya. Diantara dua kelompok hewan diatas terdapat hewan yang melakukan hibernasi,
artinya pada perode waktu tertentu dalam satu tahun hewan tersebut berdarah panas, namun
padawaktu lain berdarah duingin. Mamalia dan burung merupakan hewan homoioterm, namun
pada saat baru lahir atau baru menetas, kemampuan mempertahankan suhu tubuh ini rendah.
Oleh karena itu pada unggas, selama kurang lebih 30 hari harus diberibantuan pemanasan suhu
udara sekitarnya (Soeharsono dan Adriani, Lovita. 2010)

Suhu tubuh hewan poikioterm dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan
berdarah dingin. Di lain pihak hewan homoiterm disebut hewan berdarah panas. Suhu tubuh
hewan homoiterm lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat
mengatur suhu tubuh. Endotermik biasanya mempertahankan suhu tubuh mereka di sekitar 35 –
40°C (Duke, 1985).

Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat
kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal
yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu
siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan
berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang
konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang
melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Proses evaporasi yang dilakukan
berfungsi untuk menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia (Swenson, 1997).

2.1    Peranan Sel, Cairan Tubuh, Darah, Kardiovaskuler dan Respirasi dalam Pengaturan


Suhu Tubuh pada Ternak

a.    Peranan sel dalam pengaturan suhu tubuh

Didalam sel terdapat organel-organel yang berfungsi melakukan metabolisme dan


sebagian lagi berfungsi untuk sekresi. (Soeharsono dan Adriani, Lovita. 2010). Secara garis besar
sel tersusun atas beberapa komponen yaitu: 1. Membran sel yang tersusun dari protein,
fosfolipid, kolestrol, air, karbohidrat, dan ion-ion berperan sebagai reseptor berbagai substansi
kimia serta memfasilitasi kontak dengan sel lain. 2. Sitoplasma yang tersusun dari air, protein,
karbohidrat, lipid, dan senyawa anorganik berfungsi sebagai tempat reaksi kimia. 3. Organel-
organel yang memiliki fungsi dalam manufactur, pemecahan, pemerosesan energi, penyokong,
pergerakan, dan komunikasi antar sel.

Fungsi manufaktur yang meliputi beberapa organel yaitu: 1. Dalam nukleus terjadi proses
sintesis DNA,RNA, dan perakitan sub unit ribosom dan nukleolus. 2. Dalam ribosom terjadi
proses sintesis protein. Retikulum Endoplasma kasar sebagai tempat sintesis protein membran,
protein sekretoris, dan enzim hidrolik. Retikulum Endoplasma halus terjadi sintesis lipid,
metabolisme karbohidrat dalam sel hati, detoksifikasi dalam sel hati, penyimpanan ion Ca pada
sel-sel otot.

Fungsi penghancuran yaitu: 1. Lisosom pencernaan nutrisi, penghancur bahan-bahan


asing dan organel yang rusak. 2. Mikrobodi sebagai tempat proses metabolisme. 3. Vakuola
sebagai tempat penghancuran dan penyimpanan senyawa kimia.

Fungsi pemerosesan energi yaitu: 1. Mitokondria sebagai pengubah energi kimia


menjadi energi ATP. Serta fungsi penyokong, pergerakan dan komunikasi antara sel yang
meliputi sitoskelet, dinding sel, dan matriks ekstraselular.

Berkaitan dengan pengaturan suhu tubuh maka sel-sel yang terkait adalah bagian
persyarafan. Hiphotalamus merupakan bagian yang mengatur keseimbangan energi dan suhu
tubuh. Respon yang diaktifkan oleh dingin di kontrol oleh bagian hipofisa posterior dan respon
yang diaktifkan oleh panas di kontrol oleh bagian anterior. Selain itu sel sebagai bagian terkecil
dari organ seperti darah, jantung, paru-paru memiliki peran sebagai penyusunan organ-organ
tersebut.

Komponen dan fungsi-fungsi tersebut menunjukkan banyaknya proses metabolisme yang


terjadi dalam sel. Maka akan dihasilkann panas dari proses-proses yang terjadi didalmnya. Sel
juga merupakan  tempat pembentukan enzim sehingga jika suhu tubuh naik secara berlebihan
maka akan menghambat kerja enzim dan menghambat kerja dari metabolisme, sehingga sangat
perlu adanya homeostatis untuk menyesuaikan suhu dalam tubuh dengan lingkungan. Sehingga
kinerja sel akan mempengaruhi pengaturan suhu tubuh, terutama sel-sel penyusun kulit, dan
syaraf serta sel darah. Karena kinerja sel akan optimal ketika suhu optimal dan konstan.
Sehingga sel sangat berperan terhadap pengaturan suhu tubuh.
b.   Peranan cairan tubuh dalam pengaturan suhu tubuh

Cairan tubuh terdiri atas air dan bahan yang terlarut di dalamnya. Ada 6 zat utama yang
diperlukan dalam cairan tubuh yani air, karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin, yang
masing- masing mempunyai keragaman yang cukup luas kecuali air ( Andriani, Lovita. 2010).

Salah satu komponen dari cairan tubuh adalah air. Air memiliki fungsi dalam pengaturan
suhu tubuh. Air diperoleh ternak dari makanan, minum dan juga hasil metabolisme. Apabila
kandungan air dalam tubuh ternak kurang maka akan adanya adaptasi untuk menyesuaikan suhu
dalam tubuh melalui proses hemostatis.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu:


volume cairan ekstra sel dan osmolaritas cairan ekstasel. Cairan ini membawa oksigen, nutrien,
hormon, atau pengantar kimia atau zat lainnya ke dalam sel dan pada saat yang sama membawa
limbah untuk dibuang. Gerakan cairan yang cepat ini dimungkinkan oleh berbagai organ yang
kerja secara integrasi dan adanya lingkungan dalam yang kondusif adanya kapiler, pembuluh
limpe yang berhubungan satu sama lainnya membentuk suatu sistem jaringan porifer ( Andriani,
Lovita. 2010).

Pada hewan ternak terdapat variasi yang sangat luas dalam adaptasi terhadap kekurangan
air. Daya adaptasi yang cukup tinggi ditemukan pada unta, keledai dan domba. Namun pada sapi,
kelenci, dan babi mempunyai daya adaptasi yang rendah. Hal ini erat hubungannya dengan
efisiensi penggunaan air tubuh. Unta sangat efisien memanfaatkan air. Efisiensi pemanfaatan air
pada suatu spesies kadang- kadang sangat penting diketahui dalam rangka pengembangan ternak
di suatu daerah. Ternyata semakin kecil daya tata lintas air seekor hewan maka efisien
penggunaan airnya semakin renadah ( Andriani, Lovita. 2010).

Cairan tubuh berkaitan erat dengan proses metabolisme dan pengangkutan darah, karena
sebagai media dalam reaksi kimia dan transportasi darah. Dalam perpindahannya cairan tubuh
memlakukan proses transpor aktif maka diperlukan sejumlah energi. Dalam proses tersebut juga
akan menghasilkan panas. Sehingga cairan tubuh sangat berperan terhadap pengaturan suhu
tubuh.

c.    Peranan darah dalam pengaturan suhu tubuh

Darah merupakan cairan tubuh ekstraselluler dalam sirkulasi tertutup dan sangat
mengandung bahan-bahan nutrisi oleh sel-sel tubuh. Terdapat dalam jantung dan pembuluh
darah. Fungsi respirasi sel darah meliputi menghantarkan oksigen ke sel-sel seluruh tubuh. Serta
berkaitan dengan paru-paru karena karbondioksida dalam darah akan dibuang melalui paru-paru.
Darah berfungsi sebagai keseimbangan cairan sehingga akan mempengaruhi suhu tubuh.

Cairan darah memiliki berat jenis panas yang tinggi sehingga memiliki kemampuan
penyimpanan panas yang banyak. Cairan darah akan cepat bersirkulasi sehingga panas akan
tersebar ke seluruh tubuh. Permukaan tubuh, dan ke parau-paru untuk proses penguapam.

Fungsi sistem sirkulasi adalah transfor zat- zat makanan, oksigen, distribusi hormon, dan
zat- zat lain kedalam sel dan mengangkut produk- produk metabolisme yang tidak digunakan
seperti karbondioksida dan air ke paru- paru untuk dibuang dan beberapa metabolit lain ke ginjal
untuk diseleksi apakah di reabsorbsi atau dibuang. Sistem ini juga mendistribusikan panas ke
seluruh tubuh sehingga suhu tubuh dapat diatur dalam keadaan yang relatif sama dan tetap.
Sehingga keberadaan darah sangat berperan terhadap pengaturan suhu tubuh.

d.   Peranan kardiovaskular dalam pengaturan suhu tubuh

Kardiovaskuler memiliki fungsi menjaga suhu dalam tubuh erat kaitannya dengan fungsi
mendistribusikan oksigen, air, zat makanan ke seluruh tubuh. Serta mengangkut sisa
metabolisme sel dan mengeluarkannya ke luar tubuh.

Perubahan dalam kardiovaskular terjadi hampir pada setiap perubahan kondisi


lingkungan sekitar hewan. Bila termostat yang terdapat pada hipotalamus posterior didinginkan,
maka akan timbul vasokontruksi di seluruh tubuh. Terjadinya vasokontruksi ini ternayata
mencegah “sistem radiatior” dalam pengeluaran panas. Dalam hal ini darah yang tedapat di
periferi menerima rangsangan tersebut dan membawanya ke seluruh tubuh. Suhu yang
disebarkan ini sampai di pusat pengaturan suhu sangat sensitif terhadap setia perubahan suhu
darah. Sewaktu suhu darah menurun, maka terjadi suatu reaksi tertahan ialah semua pembuluh
darah di periferi mengecil karena kerja hormone.

Didaerah dataran rendah dengan lingkungan luar panas, produksi ternak akan menurun
karena kaitannya dengan mengurangi penimbunan panas dengan mengurangi konsumsi
ransumnya. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh. Denyut jantung dapat
digunakan sebagai salah satu cara untuk mengukur daya adaptasi perubahan suhu lingkungan.
Peningkatan suhu lingkungan akan menyebabkan denyut jantung meningkat. Sehingga
keberadaan kardiovaskular sangat berperan terhadap pengaturan suhu tubuh.
e.       Peranan respirasi dalam pengaturan suhu tubuh

Proses respirasi melibatkan pengambilan oksigen dari luar tubuh dan mengelurkan
karbon dioksida dari dalam tubuh, tujuannya untuk menghasilkan energi. Proses penghasilan
energi melalui proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan. Dalam proses ini akan menghasilkan
panas dari proses metabolisme yang dilakukan. Dalam proses pernapasan menghirup udara pada
lingkungan rendah akan memiliki kandungan air yang relatif sedikit dengan suhu yang tinggi
akan mempengaruhi suhu dan metabolisme dalam tubuh.

Salah satu fungsi dari respirasi yaitu membantu dalam pengendalian suhu tubuh. Hal ini
berkaitan dengan penjagaan keseimbangan kadar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh.
Kekurangan oksigen dan kelebihan karbondioksida akan menyebabkan proses fisiologis secara
keseluruhan terganggu. Jika suhu tubuh atau suhu lingkungan meningkat maka akan meningkat
respirasi atau frekuensi pernapasan karena kebutuhan oksigen semakin banyak.

Peningkatan aktivitas respirasi sebagai akibat perubahan suhu lingkungan merupakan


suatu upaya untuk memelihara suhu badan agar tetap normal. Ini terjadi karena umumnya ternak
tidak mempunyai cukup kelenjar keringat untuk membuang panas melalui penguapan. Dalam hal
ini satu – satunya organ yang dapat menyelenggarakan proses penguapan secara efektif hanyalah
alat pernafasan. Walaupun demikian, frekuensi pernafasan yang tinggi (dalam beberapa
hal) bukan merupakan petunjuk bahwa hewan tersebut berhasil mengendalikan suhu tubuh
dengan sempurna. Pada kondisi dimana tekanan udara rendah seperti di pegunungan
tinggi, kempensasi respirasi timbul untuk mempertahankan agar konsumsi
oksigen stabil. Serta membuat reduksi pada aktivitas gerakan – gerakan, sehingga organ – organ
pembentuk darah akan memberikan respon melalui peningkatan pembentukan
hemoglobin. Sehingga keberadaan respirasi sangat berperan terhadap pengaturan suhu tubuh.

2.3    Mekanisme Kerja Sel dan antar-Organ dalam Pengaturan Suhu Tubuh pada Ternak

a.    Mekanisme kerja sel, cairan tubuh, kardiovaskular, darah, dan respirasi terhadap
pengaturan suhu tubuh

Sel merupakan unit terkecil penyusun organ-organ dalam pengaturan suhu tubuh. Sel
memiliki peran tidak langsung dalam menjaga keseimbangan suhu tubuh. Reaksi-reaksi dalam
sel akan menghasilkan panas yang mempengaruhi suhu tubuh. Sehingga dalam kondisi tertentu
sel memiliki kinerja yang buruk apabila berada pada suhu yang tidak sesuai. Namun kondisi
yang tidak sesuai ini akan diseimbangi dengan organ-organ yang telah disusunnya melalui
proses homeostatis.

Cairan tubuh dalam pengaturan suhu tubuh memiliki fungsi sebagai peredam panas.
Sehingga suhu tubuh akan relatif konstan. Sehingga hampir diseluruh bagian tubuh terdapat
cairan tubuh. Cairan tubuh sangat berkaitan erat dengan darah. Karena cairan tubuh terbesar
adalah darah.

Darah sebagai bagian dari cairan tubuh yang mengandung sel-sel darah. Darah berfungsi
sebagai regulasi perpindahan panas. Darah juga memiliki kemampuan menyerap panas yang
tinggi sehingga dapat disebarkan keseluruh tubuh. Sehingga panas tubuh akan seimbang. Darah
akan menyebarkan panas ke seluruh tubuh, termasuk ke bagian kulit.

Dalam peredarannya darah tidak dapat bergerak sendiri tanpa adanya pompaan dari
sistem kardiovaskuler (jantung). Sistem kardiovaskular berfungsi sebagai alat untuk
menyebarkan darah keseluruh tubuh.

Sistem respirasi memiliki peran yang hampir sama dengan kardiovaskular. Sistem
repirasi digunakan untuk bernafas untuk memperoleh oksigen dari luar yang dibutuhkan oleh sel.
Dalam bernafas akan dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Jika respirasi berlangsung baik maka
oksigen yang diperlukan sel akan disebarkan oleh darah sebagai cairan tubuh dengan pompaan
dari sitem kardiovaskular dengan baik.

Sehingga semua mekanisme akan terjadi dengan normal dan akan dihasilkan panas yang
seimbang diatur oleh sistem syaraf. Namun apabila ada suhu lingkungan yang mempengaruhi
tubuh. Maka sel, cairan tubuh, darah, kardiovaskular, dan respirasi akan beradapatasi untuk
menyesuaikan suhu tubuh dengan lingkungan. Jika terjadi panas yang berlebih maka akan
dibuang melalui pencernaan, ekresi, dan respirasi.

b.   Mekanisme kerja syaraf terhadap pengaturan suhu tubuh

Kaitannya dengan suhu tubuh yaitu dengan sitem syaraf. Hipotalamus adalah pusat
integrasi utama untuk memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus berfungsi
sebagai termostat tubuh. Termostat rumah memantau suhu dalam sebuah ruangan dan memicu
mekanisme pemanas ( tungku ) dan mekanisme pendingin ( AC ) sesuai dengan keperluan untuk
mempertahankan suhu ruangan seperti yang diinginkan. Demikian juga dengan hipotalamus,
sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di
berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian – penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit
dalam mekanisme penambahan dan pengurangan suhu sesuai dengan keperluan untuk
mengorekasi setiap penyimpangan suhu inti dari patokan normal. Hipotalamus sangat peka.
Hipotalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0.01ºC. Tingkat respon
hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara cermat, sehingga panas yang
dihasilkan atau dikeluarkan sangan sesuai dengan kebutuhan untu memulihkan suhu ke normal
(Sherwood, 1996) dalam (Galih. 2005).

Untuk membuat penyesuaian – penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara


mekanisme pengurangan panas dan mekanisme penambahan panas serta konservasi panas,
hpotalamus harus terus menerus mendapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui
reseptor – reseptor khusus yang peka terhadap suhu yang disebut termoreseptor.Termoreseptor
perifer memantau suhu kulit diseluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai perubahan
suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di
hipotalamus itu sendiri serta di susunan syaraf pusat dan organ abdomen (Sherwood, 1996)
dalam (Galih. 2005).

Dihipotalamus diketahui terdapat 2 pusat pengaturan suhu. Regio posterior diaktifkan


oleh suhu dingin dan kemudian memicu refleks – refleks yang memperantarai produksi panas
dan konservasi panas. Regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat memicu refleks – refleks
yang memperantarai pengurangan panas (Galih. 2005).

2.5 Respon terhadap Dingin dan Panas

Otak mengontrol semua aktivitas yang dilakukan organ dalam tubuh melaksanakan fungsi
dengan baik. Kenaikan suhu tubuh dipengaruhi oleh aktivitas dari reaksi kimia berupa
metabolisme sistem organ dalam tubuh. Sistem organ tubuh manusia terdiri dari jaringan dan
organ yang tersusun dari sel penyusun masing-masing untuk melakukan metabolisme dalam
tubuh dengan baik. Jika metabolisme dalam tubuh tidak baik, mengakibatkan tubuh tidak dapat
bertahan, seperti demam dan kedinginan.

a. Respon terhadap Panas


Suhu tubuh panas merespon tubuh untuk melakukan metabolisme agar dapat mempertahankan
derajat keseimbangan suhu (homeostasis). Metabolisme terjadi pada semua sistem organ tubuh
manusia dan dikeluarkan melalui kulit, paru- paru, saluran kencing, dan saluran pencernaan pada
manusia agar suhu tubuh yang panas turun ke titik normal. Penurunan suhu tubuh melalui kulit
yaitu dengan pemuaian pembuluh darah dan keringat. Melalui saluran ekskresi dan pencernaan.
Hal inilah yang menyebabkan tubuh kita dapat mempertahankan derajat keseimbangan suhu
tubuh. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pengeluaran keringat adalah umur, jenis
kelamin, jumlah kelenjar keringat, dan tingkat aklimatisasi seseorang.

Tubuh manusia umumnya menurunkan suhu tubuh melalui kulit. Proses penurunan atau
kehilangan panas dari kulit melalui proses pemuaian pembuluh darah di lapisan lemak jaringan
ikat kulit agar mendorong darah untuk meningkatkan suhu tubuh agar berpindah dari bagian
tubuh yang panas ke bagian tubuh yang lebih dingin. Kemudian, suhu berpindah ke udara untuk
menyelimuti tubuh. Saat suhu di lingkungan lebih panas dari suhu tubuh, maka mendorong
sistem ekskresi pada kulit untuk mengeluarkan keringat.

Tubuh mengeluarkan keringat dengan bantuan udara luar, tubuh membutuhkan suhu lingkungan
untuk melakukan penguapan. Keringat pada tubuh manusia dihasilkan saat suhu tubuh 33°C atau
disaat tubuh sedang melakukan aktivitas untuk mengembalikan suhu keadaan normal 37°C,
sehingga dibutuhkan penguapan dari dalam tubuh.

b. Respon terhadap Dingin


Pada kondisi umum, ketika seseorang berada pada suhu lingkungan yang dingin, tubuh akan
menekan pelepasan panas dan meningkatkan produksi panas sebaik mungkin. Secara fisiologis,
hal yang terjadi adalah :

 Penurunan kecepatan sirkulasi di jaringan tepi, tubuh akan mengurangi kecepatan aliran
darah pada ekstremitas juga pada permukaan kulit. Hal tersebut dilakukan untuk
menyimpan panas agar tetap tertahan pada jaringan dalam tubuh. Lemak subkutan sangat
membantu proses tersebut, karena lemak adalah insulator yang baik.
 Pengaturan tubuh untuk menggigil, adalah peningkatan laju metabolic yang disebabkan
oleh pelepasan thyroksin dan katekolamin (epinefrin dan norepinefrin). Laju metabolisme
yang cepat akan menghasilkan panas yang lebih besar. Menggigil adalah suatu gerakan
yang tidak disengaja melibatkan kontraksi dan relaksasi otot rangka, dapat meningkatkan
laju metabolik sebanyak 4-5 kali lebih besar dibanding pada kondisi normal.
DAFTAR PUSTAKA

Graha, Ali Satia. 2010. Adaptasi Suhu Tubuh terhadap Latihan dan Efek Cedera di Cuaca Panas
dan Dingin. Jurnal Olahraga Prestasi 6(2) : 123-134.

Junaidi, Nurhikmah Sasna Junaidi., Ika Daruwati et al. 2018. Keterkaitan Fisika dalam
Pembelajaran Sistem Adaptasi Tubuh Manusia terhadap Perubahan Suhu. Collaborative Medical
Journal (CMJ) 1(3) : 10-23.
BAB IV

KESIMPULAN

1.    Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk


mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.

2.    Berdasarkan kemampuan dalam mengatur suhu tubuh, hewan dibagi menjadi dua kelomok
yani hewan berdarah panas atau homoioterm dan hewan berdarah dingin atau poikiloterm.
Ternak merupakan hewan homoioterm dan mempertahankan suhu tubuhnya melalui proses
homeostatis, sedangkan ikan suhu tubuhnya selalu sesuai dengan suhu lingkungannya.

3.    Sel memiliki peran sebagai penyusun organ-organ dalam melakukan pengaturan panas,
cairan tubuh memiliki peran meredam panas, darah memiliki peran sebagai penyalur panas yang
disimpan keseluruh tubuh, kardiovaskular berperan sebagai alat pemopa agar darah dapat
tersebar keseluruh tubuh, dan respirasi berfungsi untuk memperoleh oksigen yang dibutuhkan
oleh sel.

4.    Mekanisme pengaturan suhu tubuh meliputi pengaturan oleh sistem syaraf dan hipothalamus
yang disusun oleh sel-sel. Kinerja sel sangat berpengaruh dari oksigen yang diperoleh dari
respirasi. Kardiovaskular akan memompa darah sebagai cairan tubuh meredam dan menyimpan
panas yang ada ke seluruh tubuh.
Daftar Pustaka

Adriani, Lovita. 2010. Fisiologi Ternak. Widya Padjadjaran:Bandung

Campbell. 2004. Biology. Erlangga. Jakarta.

Duke, NH. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing: New York.

Galih, Gipta. 2005. Kontrol Persyarafan Terhadap Suhu Tubuh

Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan, edisi 2. EGC: Jakarta.

Martini. 1998. Fundamental of Anatomy and Physiology 4th ed.. Prentice Hall International Inc.,
New Jersey.

Soeharsono dan Adriani, Lovita. 2010. Fisiologi Ternak. Widya Padjadjaran.Bandung

Swenson, GM. 1997. Dules Physiology or Domestic Animals. Publishing  Co. Inc : USA

Anda mungkin juga menyukai