Anda di halaman 1dari 2

I.

ANALISIS SITUASI

Kabupaten Banyuwangi merupakan bagian paling Timur dari Wilayah Propinsi Jawa
Timur, memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km yang membujur sepanjang batas selatan
timur Kabupaten Banyuwangi. Jumlah penduduk miskin 463.211 jiwa dari 1.580.441
penduduknya (BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi, 2007). Garis pantai yang panjang,
mengakibatkan banyak masyarakat yang mendiami pesisir dan bekerja sebagai nelayan.
Kedungrejo merupakan contoh dari beberapa desa yang ada di sepanjang pantai tersebut.
Kedungrejo adalah desa yang masuk wilayah kecamatan Muncar memiliki jumlah penduduk
26.050 yang di bagi menjadi 5 dusun. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan, dengan
penghasilan 10.000 sampai 15.000 sehingga masuk kategori hidup di bawah garis kemiskinan
(Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2007).
Ikan lemuru (Sardinella longiceps) merupakan hasil tangkapan yang paling banyak
dilakukan oleh masyakat nelayan Muncar tersebut. Dalam pemanfaatannya, ikan lemuru diolah
menjadi ikan kaleng (sardencis), pindang (cue), asin dan limbahnya dapat diolah menjadi tepung
ikan (Moeljanto, 2005). Limbah pengolahan ini mencapai 1,5 ton perhari (Amri, 2006) dan akan
menghasilkan 5% minyak ikan (Yunizal, dkk., 1996).
Beberapa kelompok masyarakat pengolah minyak ikan yang terdiri dari pengumpul
limbah minyak ikan dari pabrik pemindangan, pengalengan, dan dari pembuatan tepung,
kemudian dijual kepada seorang pengepul untuk dilakukan prosesing menjadi minyak ikan.
Kelompok pengumpul pencari minyak ikan limbah lemuru, kebanyakan ibu-ibu dan bapak bapak
nelayan desa kedungrejo, hasilnya di jual kepada para pengepul. Satu liter minyak ikan dengan
mutu baik di jual dengan harga Rp. 15.000 sedang minyak ikan dengan mutu yang kurang baik
Rp. 10.000. Umumnya mereka berkelompok di sepanjang saluran limbah pabrik-pabrik
pengolahan ikan kaleng dan pabrik tepung ikan. Hasil minyak ikan yang diperoleh rata-rata ± 25
liter sehari apabila sedang musim ikan, tetapi apabila tidak musim ikan hanya berkisar 5-10 liter.
Pengepul minyak ikan yang menampung hasil kumpulan minyak ikan dari para pengumpul,
menjadi ketua kelompok dari para pengumpul. Usaha pengumpulan minyak ikan ini telah
dilakukan bertahun-tahun, dan jumlah pengumpul semakin lama semakin banyak. Untuk
memenuhi kebutuhan pasar, minyak ikan yang dihasilkan oleh para pengumpul masih
kekurangan, karena kualitas dari minyak ikan tersebut kurang baik, sehingga banyak yang
ditolak oleh pembeli. Karena mutunya yang kurang bagus, terkadang minyak ikan di jual dengan
harga yang murah.
Secara tradisional minyak ikan yang diperoleh dengan cara mengambil limbah hasil pengolahan,
dipanaskan dengan temperatur tertentu, sehingga sering disebut minyak ikan limbah. Namun
hasil yang diperoleh sering kali banyak mengandung kotoran misalnya kotoran fisik, air dan
protein, fosfatida, logam dll. (Irianto, 2002 dalam Fauzi, 2008), sehingga selama ini hanya
digunakan untuk pelumas dan bahan perekat makanan ternak

Anda mungkin juga menyukai