Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 6 Nomor 2, Oktober 2020 | 205

Analisis Titik Kritis Keharaman Produk pada UMKM Kerupuk


Critical Point Analysis of Product Prohibition at Crackers SME
Miftakhul Jannah1, Mohammad Fuad Fauzul Mu’tamar1a, Asfan1
1Program Studi Teknologi Industri PertanianJurusan Ilmu dan Teknologi Pertanian, Fakultas
PertanianUniversitas Trunojoyo Madura
aKorespondensi: Mohammad Fuad Mu’tamar, Email: mfuadfm@gmail.com

(Diterima oleh Dewan Redaksi: 10 – 02 - 2020)


(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: 15 – 10 - 2020)

ABSTRACT

Halal products are one form of protection and security guarantees for consumers. Products
that already have a halal label will have a higher selling value compared to products that do
not yet have a halal label, both in local and international markets. Important things in the halal
certification process include raw materials, production processes and equipment used.
Crackers are very popular snacks and are widely consumed by the people of Indonesia. This
study aims to determine the potential for contamination and determine the critical point of
prohibition in the production process of fish crackers and shrimp crackers. Data collection is
done by observation, interviews and documentation, then adjustments to the rules and
guidelines related to halalism. The results showed the critical point of the raw material lies in
the use of tapioca flour and cooking oil while the production process lies in the process of
refining the garlic while the equipment lies in the use of a brush in oil application on the
cracker cutter.
Keywords: haram, crackers, industry

ABSTRAK

Produk halal merupakan salah satu bentuk perlindungan dan jaminan keamanan bagi
konsumen. Produk yang telah memiliki label halal akan memiliki nilai jual yang lebih tinggi
dibandingkan dengan produk yang belum memiliki label halal, baik dipasar lokal maupun
internasioal. Hal penting dalam proses sertifikasi halal diantaranya adalah bahan baku, proses
produksi dan peralatan yang digunakan. Kerupuk merupakan makanan ringan yang sangat
popular dan banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui
potensi terjadinya cemaran dan menentukan titik kritis keharaman pada proses produksi
produk kerupuk ikan dan kerupuk udang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi, kemudian dilakukan penyesuaian terhadap kaidah dan
pedoman terkait kehalalan. Hasil penelitian menunjukkan titik kritis bahan baku terletak pada
penggunaan tepung tapioca dan minyak goreng sedangkan dari proses produksi terletak pada
proses penghalusan bawang putih sedangkan dari peralatan terletak pada penggunaan alat
kuas dalam pengolesan minyak pada alat pemotong krupuk.
Kata Kunci: haram, Kerupuk, industri
Jannah, Miftakhul, Mohamad Fuad Fauzul Mu’tamar, Asfan. 2020. Analisis Titik Keharaman Produk
pada UMKM Kerupuk. Jurnal Agroindustri Halal 6(2): 205 – 216.
206 | Jannah et al. Analisis Titik Kritis Keharaman Produk

PENDAHULUAN kehalalan produk nantinya. Dalam proses


produksi yang dilakukan, titik kritis
Kehalalan produk pangan sangat
kehalalan menjadi faktor utama dan acuan
penting bagi masyarakat Indonesia baik
sebagai identifikasi kemungkinan adanya
konsumen maupun produsen. Dilihat dari
cemaran-cemaran proses yang
segi konsumen menurut (Ma’rifat 2017)
bersinggunagan dengan sesuatu yang haram
kehalalan produk pangan merupakan syarat
(Prihandini et al. 2016).
utama bagi konsumen muslim. Selain itu
menurut (Faidah 2017) salah satu bentuk Perlu adanya identifikasi titik kritis
perlindungan dan jaminan terhadap kehalalan pada proses produksi makanan, hal
konsumen bahwa produk yang dikonsumsi ini karena proses produksi sangatlah
telah diteliti dan dinyatakan halal yakni berpeluang adanya kemungkinan
memiliki sertifikasi halal sehingga kontaminasi haram dan bahaya fisik, kimia,
memberikan rasa tenang dan tenteram bagi serta biologi (Yaacob et al. 2016). Proses
konsumen. Dari segi produsen menurut pengamatan mengenai titik kritis harus
(Atma et al. 2018) kehalalan produk dilakukan pada semua tahapan, mulai dari
menjadikan produk memiliki pamor dan tahap pengadaan bahan baku, proses
kepercayaan dari konsumen sehingga produksi dan hingga siap dikonsumsi. Proses
menjadi salah satu syarat produk agar dapat ini merupakan tahapan penting dalam
menembus pasar global, baik lokal maupun prosedur sertifikasi akan penetapan
kancah internasional. kehalalan produk yang dihasilkan nantinya
(Ermis 2017; Waharini & Purwantini, 2018).
Dalam proses sertifikasi halal, bahan
Salah satu proses yang dapat dijadikan acuan
baku merupakan hal penting pada
untuk mengkritisi produk dapat dilihat dari
pembuatan produk. Hal ini karena bahan
kesesuaiannya dengan aturan atau
baku yang digunakan ditakutkan terdiri dari
ketentuan-ketentuan syariat Islam yang
bahan baku haram sehingga nantinya produk
berlaku dan bahan-bahan yang dipakai.
yang dihasilkan tercemar akan kehalalannya.
Selain itu dari segi bahan, bahan yang
Selain bahan baku, hal yang tidak kalah
digunakan tidak boleh mengandung dari
penting adalah sarana dan prasarana yang
bahan haram, seperti babi dan bahan haram
digunakan pada proses produksi harus
lainnya (Ashadi 2015).
bersih, benar-benar terjaga dan tidak boleh
tercemar oleh bahan non halal. Menurut Proses untuk memperoleh sertifikasi
(Faidah 2017), bahan tambahan, bahan baku, halal yang menjadi hal sangat penting salah
dan bahan penolong harus halal. Dalam satunya dalah penelusuran terhadap titik
meprosesnya dilkukan secara hiegienis kritis dari bahan, proses produksi, dan
sesuai prosedur pembuatan makanan yang peralatan. Setelah itu nantinyadilihat
baik. kesesuainnya terhadap kaidah dan pedoman
terkait kehalalan. Analisis terhadap titik
Kerupuk merupakan produk pangan
kritis menjadi penting sehingga penelitian ini
yang sering dikonsumsi. Masyarakat
fokus pada titik kritis keharaman produk
Indonesia biasanya mengkonsumsi kerupuk
udang dan kerupuk ikan di salah satu UMKM
sebagai pendamping makan dan camilan.
Kerupuk di Desa Puger Wetan, Kecamatan
Jenis-jenis kerupuk yang di produksi oleh
Puger, Kabupaten Jember.
para produsen di Indonesia sangat beragam,
salah satunya adalah kerupuk ikan dan METODE
udang. Kerupuk ikan dan udang sangat Penelitian ini akan dilaksanakan pada
digemari oleh semua kalangan, akan tetapi bulan Agustus hingga November 2019 di
produk kerupuk yang beredar banyak yang UMKM Kerupuk UD. FKP, Dusun Krajan RT
belum memiliki label halal. 01/RW 05 Kecamatan Puger Kabupaten
Produk yang dihasilkan sangat Jember, di bawah kordinasi Dinas
dipengaruhi oleh proses produksi. Proses Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
produksi menjadi faktor penting akan Satu Pintu.
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 6 Nomor 2, Oktober 2020 | 207

Objek penelitian ini adalah produk dilapangan. Data yang didapatkan


kerupuk ikan dan kerupuk udang mulai dari disuguhkan sesuai dengan keadaan pada saat
penyediaan bahan-bahan, proses produksi penelitian.
dan peralatan yang digunakan. Instrument
yang digunakan dalam melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
pengumpulan data adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi yang terkait Proses produksi kerupuk ikan dan
dengan data yang diperlukan. Selanjutnya udang di UMKM Kerupuk UD. FKP Desa Puger
dilakukan analisis data dan diskripsikan Wetan, Kec. Puger, Jember dapat dilihat pada
sesuai dengan pengumpulan data saat Gambar 1.

Tepung tapioka, tepung terigu, rebusan ikan


dan terasi, MSG, bawang halus, air, dan
pemutih makanan.

Pencampuran/pembuatan adonan

Pencetakan
Penataan
Pengukusan
Pengeringan

Pengangkatan Pengangkatan

Pendinginan Penimbangan

Penataan Pengemasan

Pemotongan

Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Kerupuk di UMKM UD. FKP

Langkah awal dalam proses pembuatan diangkat untuk didinginkan dan diangin-
kerupuk ikan ini adalah menyiapkan bahan- angikan supaya adonan sedikit keras dan
bahan yaitu: tepung tapioka, terigu, rebusan nantinya mudah untuk dipotong-potong.
ikan dan terasi, msg, bahan tambahan Setelah didinginkan kemudian ditata untuk
pangan, minyak goreng, bawang halus dan dilakukan pemotongan. Proses pemotongan
air. Kemudian semua bahan baku dan bahan dilakukan dengan menggunakan mesin
tambahan dicampur untuk dijadikan adonan pemotong dengan kapasitas 1 kwintal
kerupuk. Setelah adonan tercampur sesuai adonan dapat dipotong dalam waktu 1 jam.
dengan tekstur yang diharapkan, selanjutnya Setelah adonan lonjong-lonjong terpotong,
kerupuk dibentuk lonjong-lonjong besar kemudian dilakukan penataan di atas besek
sesuai dengan ukuran alat pengukukusan. bambu kemudian dilanjutkan proses
Kemudian adonan yang telah dibentuk penjemuran untuk pengeringan. Setelah
dimasukkan ke dandang yang berukuran kerupuk menjadi kering, lalu dilakukan
besar, lalu di lakukan pengukusan kurang proses pengangkatan dari penjemuran untuk
lebih 4-5 jam. Setelah adonan matang, adonan
208 | Saadah & Tulandi Skrining Fitokimia dan Analisis Total Fenolik

kemudian dilakukan proses penimbangan suatu produk. Komposisi pembuatan


dan pengemasan. kerupuk ini yaitu: tepung terigu, tepung
Analisis Bahan-bahan Kerupuk tapioka, bawang putih, MSG, bahan tambahan
pangan pemanis buatan, pemutih makanan,
Pada proses poduksi terdapat berbagai
minyak goreng dan air. Analisis bahan-bahan
komposisi bahan yang digunakan. Komposisi
pembuatan kerupuk dapat dilihat pada Tabel
bahan ini menjadi titik kritis pada pembuatan
1.

Tabel 1. Analisis Bahan-bahan Pembuatan Kerupuk


Status Titik Keharaman Tindakan
No Nama Bahan Diproduksi
Kehalalan Pencegahan
1. Tepung PT. Halal - -
Terigu Indofood
Sukses
Makmur
Tbk
2. MSG (sasa) PT. Sasa Inti Halal - -
3. Bahan PT. Halal - -
Tambahan Foomaco
Pangan
Pemanis
Buatan
4. Bawang Putih - - - -
5. Tepung PD. CV. Intaf - Belum memiliki Memilih tepung
Tapioka Indonesia sertifikasi halal, tapioka yang sudah
ditakutkan pada jelas memiliki
proses sertifikasi halal.
pembuatan
tepung tapioka
terkena cemaran
oleh sesuatu non
halal
6. Air Panas - -
7. Air Biasah - -
8. Ikan dan - Halal
Terasi
9. Pemutih PT. Karya Halal
Makanan(R & Anugerah
W) Jaya
10. Air Perebusan - -
11. Minyak CV. Fajar - Belum memiliki Membeli minyak
Goreng Lumajang sertifikasi halal, goreng yang sudah
ditakutkan pada jelas memiliki
proses sertifikasi halal
pembuatan pada kemasan
tepung tapioka produk
terkena cemaran
oleh sesuatu non
halal
Keterangann: (-) Belum diidentifikasi
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 6 Nomor 2, Oktober 2020 | 209

Dapat dijelaskan dari Tabel 1. bahwa Bahan Penolong


bahan-bahan yang telah memiliki sertifikasi Proses pembuatan kerupuk ini juga
halal diantaranya tepung terigu diproduksi menggunakan bahan penolong. Bahan
oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, MSG penolong adalah bahan yang biasanya
merk Sasa diproduksi oleh PT. Sasa Inti, digunakan untuk membantu dalam proses
bahan tambahan pangan pemanis buatan produksi, akan tetapi bukan menjadi bahan
diproduksi oleh PT. Foomaco, pemutih baku utama (tidak termasuk komposisi).
makanan merk R & W diproduksi oleh PT. Bahan penolong yang digunakan dalam
Karya Anugerah Jaya. Ikan dan terasi tidak proses produksi kerupuk ikan dan udang ini
tersertifikasi halal akan tetapi sudah jelas adalah minyak goreng, air dan kuas. Berikut
akan kehalalannya karena sudah termaktub titik kritis keharaman dari masing-masing
di dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 96. bahan tambahan makanan:
Bahan-bahan pada Tabel 1. menjadi titik a. Minyak Goreng
kritis keharaman pada produk kerupuk
adalah tepung tapioka diproduksi oleh CV. Pada proses produksi kerupuk, minyak
Intaf Indonesia dan minyak goreng yang goreng digunakan sebagai bahan penolong
diproduksi oleh CV. Fajar Lumayang. Tepung untuk dioleskan pada mesin pemotong
tapioka dan minyak goreng menjadi titik kerupuk. Minyak goreng biasanya dibuat dari
kritis bahan yang digunakan karena kedua tumbuhan atau lemak hewan. Minyak goreng
bahan tersebut belum memiliki label halal. yang dibuat dari bahan tumbuhan sudah pasti
Kemudian untuk bawang putih dan air halal akan statusnya. Dilihat dari titik kritis
merupakan bahan yang dinyatakan halal keharamannya minyak yang dibuat dari
sebab sudah nyata akan kehalalannya. tumbuhan memiliki titik kritis pada bahan
tambahannya. Menurut (Priangani 2015)
Bahan Baku Utama bahan yang ditambahkan pada proses
Bahan baku merupakan bahan utama pembuatan minyak goreng ini adalah beta-
yang digunakan dalam pembuatan produk karoten. Beta –karoten biasanya
dan menjadi bagian dari komposisi produk dimanfaatkan oleh produsen untuk
(ingredient). Menurut (Hanggana 2006) menambhakan warna kuning pada minyak
bahan baku adalah sesuatu yang digunakan yang diproduksi. Pigmen kuning terdapat
untuk membuat barang atau produk jadi, pada beberapa bahan, yakni zat kimia sintesis
bahan pasti menjadi satu dengan barang atau dan alami yang salah satunya berasal dari
produk jadi. Bahan baku yang digunakan wortel. Hal yang menjadi titik kritis pada
untuk memproduksi kerupuk ikan dan udang penambahan beta-karoten adalah sifatnya
adalah tepung tapioka. Bahan baku tepung yang tidak stabil, sehingga produsen sangat
tapioka ini tidak memiliki titik kritis dalam rentan untuk menambahkan bahan
komposisi penyusunnya. Akan tetapi tepung penystabil. Sedangkan bahan penstabil
tapioka akan memiliki titik kritis jika dilihat biasanya diperoleh dari gelatin babi atau
dari proses pembuatannya, sebagaimana hewan ternak.
bahan lainnya semua bahan pangan memiliki Selain penambahan penstabil pada
titik kritis jika prosesnya atau alat yang minyak goreng, hal yang menjadi titik kritis
digunakan bersentuhan dan tercemar oleh pembuatan minyak goreng adalah pada
barang/bahan yang haram. Sehingga proses penyaringannya. Proses penyaringan
meskipun sejatinya bahan baku tepung biasanya menggunakan karbon aktif,
tapioka tidak memiliki titik keharaman, akan sedangkan pada proses penyaringan ini
tetapi bahan yang diguanakn untuk bahan akan bersentuhan langsung dengan
memproduksi kerupuk ini belum karbon aktif tersebut. Menurut (Priangani
tersertifikasi halal sehingga bahan baku 2015) bahan baku pembuatan karang aktif
tepung tapioka ini dinyatakan menjadi salah biasanya dari serbuk gergaji, tempurung
satu bahan yang menyebabkan titik kritis kelapa, kayu-kayuan, batu bara atau tulang
keharaman pada produk kerupuk ini. hewan. Jika karbon aktif berasal dari tulang
210 | Saadah & Tulandi Skrining Fitokimia dan Analisis Total Fenolik

hewan halal dan penyembelihannya sesuai Titik kritis keharaman dari kuas adalah
dengan syariat islam maka dapat dikatakan apabila dari bulu babi dan anjing jelas akan
halal, akan tetapi jika tulang hewan ini keharamannya. Akan tetapi jika terbuat dari
berasal dari hewan non halal dan disembelih bulu kambing dan lainnya dilihat terlebih
tidak sesuai dengan syariat islam maka dahulu apakah proses penyembelihannya
nantinya produk yang dihasilkan akan sesuai dengan syariat apa tidak, jika tidak
menjadi haram. memenuhi syariat islam maka bulu tersebut
Titik kritis keharaman pada minyak juga akan menjadi haram.
goreng juga terdapat adanya penambahan zat Bahan Tambahan
pestabil dan proses penjernihan yang bahan Pada proses produksi kerupuk ikan dan
dan proses tersebut bisa berasal dari tulang udang yang bahan yang ditambahkan adalah
hewan dan gelatin babi. tepung terigu, MSG (monosodium glutamate),
b. Air pemanis buatan, bawang putih, ikan dan
Air digunakan sebagai pencampur terasi, dan pemutih makanan. Berikut titik
adonan dan perebusan adonan. Air yang kritis keharaman dari masing-masing bahan
bersih, tidak berasa, tidak berwarna, tidak tambahan makanan:
berbau maka air ini dikatakan air suci, a. Tepung Terigu
sedangkan air yang bersih belum tentu suci. Tepung terigu memiliki kandungan
Sehingga air yang bersih dan memperolehnya karbohidrat yang sangat banyak, akan tetapi
dengan proses yang halal, maka air ini dapat kadungan mineral dan vitaminnya sangat
dikatakan halal. Apabila air yang didapatkan sedikit. Oleh karena itu terdapat peraturan
melewati proses atau bersinggungan atau pemerintah menurut Keputusan Menteri
tercemar dengan barang/bahan non halal Kesehatan Rep. Indonesia No.
maka air ini dikategorikan haram. 962/Menkes/SK/VII/2003 tentang
c. Kuas “Fortifikasi Tepung Terigu” menyebutkan
Kuas digunakan untuk membantu bahwa terigu yang diproduksi, diimpor atau
mengoleskan minyak goreng pada alat diedarkan di Indonesia harus mengandung
pemotongan kerupuk. Kuas yang saat ini fortifikan, yang meliputi: zat besi (Fe), seng
beredar menurut Founder Halal Corner (Zn), vitamin B1, vitamin B2, serta asam folat.
(Aisha Maharani) kuas memiliki titik kritis Menurut Halal MUI tepung terigu relative
pada bahanya, kuas terbuat dari dua bahan. tidak ada masalah terkait kehalalannya, akan
Terdapat kuas yang terbuat dari bulu hewan tetapi dengan adanya berbagai bahan
dan ada yang terbuat dari bahan sintesis. tambahan untuk memenuhi standart yang
Biasanya kuas yang memililki bulu lembut telah ditentukan menjadikan tepung terigu
dan halus adalah kuas yang terbuat dari bulu rentang akan tercemarnya bahan non halal.
hewan yaitu bulu babi, bulu ekor kuda, Jika vitamin-vitamin tersebut diproduksi
musang, kambing, tupai bahkan anjing. Aisha secara mikrobiologis dengan menggunakan
juga menyampaikan guna mengetahui media yang tidak halal, maka vitamin-vitamin
apakah kuas yang digunakan itu halal apa tersebut akan berubah menjadi tidak halal.
tidak dapat dibuktikan dengan cara melihat Tepung terigu dapat berstatus syubhat jika
karakteristik bulunya. Dari segi warna bulu, ditambahkan dengan asam amino L-sistein
babi sendiri kebanyakan memiliki waran (L-cysteine hydrochloride). Bahan tambahan
bulu putih, merah muda dan coklat. yang digunakan ini dapat menghasilkan
Kemudian jika bulu dibakkar apabila bulu tepung terigu yang memiliki volume lebih
yang dibakar timbul bau bulu terbakar, besar dan lebih halus, sering digunakan
sedangkan untuk kuas yang terbuat dari ijuk untuk melunakkan gluten gandum. Sumber L-
atau sabut ketika dibakar pasti akan langsung sistein lah yang menjadikan syubhat. Fatwa
terbaar dan tidak mengeluarkan aroma Ulama memutuskan bahwa L-sistein yang
spesifik. dihasilakn dari ekstraksi rambut manusia
hukumnya haram.
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 6 Nomor 2, Oktober 2020 | 211

b. MSG (monosodium glutamate) tidak tersertifikasi halal berstatus syubhat.


Penyedap rasa yang ditambahkan Pemanis alami juga ada beberapa macam.
adalah MSG (monosodium glutamate). MSG Umumnya gula jawa dan gula aren aman
ini diproduksi dengan menggunakan media dikonsumsi. Justru gula pasir yang selama ini
pertumbuhan bakteri (microbial). Media tidak kita waspadai dapat berstatus syubhat.
yang digunakan beraneka ragam. MSG Gula pasir dipermasalahkan kehalalannya
dikatakan halal apabila media yang karena senyawa yang sering dipakai sebagai
digunakan halal, menurut buku Panduan whitening (pemucat atau pemutih) adalah
Umum SJH LPPOM-MUI dapat dikatakan arang (karbon) aktif. Arang aktif ini
menjadi haram jika proses pembuatannya terkadang juga dipakai sebagi filter
bersentuhan atau bersumber dari bahan penyaring air. Arang aktif ini dapat berasal
haram seperti: darah dan pepton (produk dari bahan tambang (mine), dari arang kayu
hasil hidrolisis bahan berprotein seperti tanaman (charcoal), maupun dari tulang
kasein, daging atau gelatin dengan hewan (bone). Jika arang yang terbuat dari
menggunakan asam atau enzim). Semua tulang babi maka jelas keharamannya, arang
produk yang menggunakan proses mikrobial tulang yang terbuat dari tulang hewan yang
merupakan produk yang memiliki titik kritis halal menjadi haram jika proses
pada medianya. penyembelihannya tidak sesuai dengan
syariat islam. Gula menjadi titik kritis karena
MSG berstatus sybhat karena pada
pada proses pemurnian gula dapat
proses pembutaanya dengan cara fermentasi
menggunakan zat karbon aktif, yang mana zat
yang mana kehalalannnya bergantung pada
tersebut didapatkan melalui arang dari
kehalalan media yang digunakan dalam
tulang hewan. Pada penelitian ini sesuai
fermentasi tersebut.
dengan penelitian terdahulu.
c. Pemanis Buatan
d. Bawang putih
Terdapat 2 macam bahan tambahan
Bawang putih merupakan bahan yang
pemanis yang sering dipakai dalam insudtri
yang terkategori bahan nabati. Menurut buku
makanan, yaitu alami dan sintesis. Pemanis
Panduan SJH LPPOM-MUI bahan yang
buatan, yaitu bahan tambahan pangan yang
bersumber dari nabati pada dasarnya halal,
dapat memberikan rasa manis pada pangan,
akan tetapi jika menjadi kritis dan tidak halal
pemanis buatan ini hampir tidak mempunyai
jika diproses menggunakan bahan tambahan
nilai gizi hingga bahkan ada yang tidak
dan penolong yang tidak halal. Oleh karena
memiliki gizi. Menurut (Fadilah 2017)
itu perlu diketahui alur proses produksi
pemanis buatan yang paling umum
beserta bahan tambahan dan penolong yang
digunakan dalam pengolahan pangan di
digunakan dalam memproses suatu bahan
Indonesia adalah siklamat dan sakarin yang
nabati. Jadi titik kritis pada bawang putih
mempunyai tingkat kemanisan masing-
dapat dilihat pada prosesnya. Proses
masing 30-80 dan 300 kali gula alami.
penghalusan dengan menggunakan mesin
Dilansir dari website Halal Banten pemanis
selep dapat menjadi titik kritis. Jika mesin
sintetis non-kalori, seperti: sodium siklamat
yang digunakan tidak bersinggungan dengan
(Na-Cyclamate), sodium sakarin (Na-
bahan haram maka bawang putih ini
Saccharine), dan aspartame, umumnya halal.
dikatakan halal.
Namun demikian, sorbitol bersifat syubhat
karena produk ini dibuat dari glukosa yang e. Ikan dan terasi
berstatus syubhat. Ikan dan terasi menjadi bahan
Dalam skala industri, glukosa dapat tambahan sebagai perasa. Ikan dan terasi
dibuat secara enzimatis menggunakan merupakan bahan hewani yang berasal dari
katalisator enzim alpha-amilase. Enzim ini laut. Berdasarkan Firman Allah Q.S Al-Maidah
dapat berasal dari mikroorganisme maupun ayat 96 yang artinya “dihalalkan untuk kalian
dari saluran pencernaan hewan (saliva dan binatang buruan laut dan makanannya”. Jelas
pancreas). Oleh sebab itu, sirup glukosa yang tertera bahwasanya semua yang berasal dari
212 | Saadah & Tulandi Skrining Fitokimia dan Analisis Total Fenolik

laut itu halal, akan tetapi menjadi haram pada proses penyediaan bahan-bahan ini
apabila proses yang dilakukan menjadi proses yang memiliki titik kritis
bersinggungan dengan bahan atau produk keharaman.
non halal. Selain non halal, sesuatu dapat b. Penghalusan Bawang Putih
berubah menjadi haram apabila alat yang Proses penghalusan bawang putih
digunakan tidak bersih atau kotor. menjadi titik kritis keharaman, karena
Berdasarkan Firman Allah Q.S Al-A’raf ayat bawang putih dihaluskan di toko penghalus
157 yang artinya “Dia menghalalkan kepada umum (bahasa jawa: selepan) yang
mereka segala yang baik dan mengharamkan konsumennya tidak pernah tau apakah
kepada mereka segala yang kotor”. Jadi yang selepan tersebut benar-benar bersih dan
menjadi titik kritis pada ikan dan terasi ini tidak tercemar oleh produk non halal lainnya.
adalah proses dan peralatan yang digunakan. Sehingga proses penghalusan menjadi salah
f. Pemutih makanan satu proses yang menjadi titik kritis
Bahan pewaran (coloring) yang biasa keharaman.
dipakai dalam makanan olahan terdiri dari 2 c. Perebusan Ikan dan Terasi
jenis, yaitu: pewarna sintesis (buatan) dan Pada proses perebusan ikan dan terasi
pewarna alami (natural) pewarna yang yang digunakan sebagai perasa ini alat yang
ditambahkan adalah pemutih makanan.
diguankan tidak bersih. Meskipun ikan dan
Menurut (Danar 2017) jika komposisinya terasi merupakan produk yang halal, akan
merupakan E170 (Kalsium karbonat/kapur) tetapi setiap proses yang dilakukan harus
maka bahan pemutih ini halal jika berasal bersih. Alat perebusan yang digunakan tidak
dari karang (bahan tambang), namun akan bersih. Namun perebusan ikan dan terasi
menjadi haram jika diambil dari tulang tidak menjadi titik kritis keharaman, karena
binatang haram atau dari tulang hewan yang sesuatu yang tidak bersih belum tentu haram.
halal akan tetapi tidak disembelih secara
syar’i. Merk pemutih yang ditambahkan d. Pembuatan Adonan
sebagai pemutih makanan adalah R & W Pada proses pembuatan adonan
dengan komposisinya adalah Titanium kerupuk, semua bahan dicampur menjadi
Dioksida (CI77891). satu dengan proses manual oleh tangan
Analisis Proses Produksi manusia. Proses ini menjadi titik kritis
keharaman karena pada saat proses
Proses produksi merupakan tahapan pengolahan menggunakan tangan manusia
yang penting dalam menerapakan sistem yang tidak memakai sarung tangan dan tutup
jaminan halal. Salah satu tahapan yang dapat kepala, tidak selalu melakukan pencucian
diidentifikasi titik kritisnya. Analisis proses saat akan melakukan proses nguleni
produksi dapat dilihat pada Tabel 2. adoanan, hanya awalnya saja untuk proses
Proses produksi menjadi tahapan yang selanjutnya tidak melakukan pencucian
harus benar-benar diperhatikan. Berikut kembali. Selain itu ditakutkan terdapat organ
merupakan penentuan titik kritis keharaman tubuh seperti rambut yang jatuh pada
hasil identifikasi hasil dari Tabel 2. mengenai adonan.
proses produksi kerupuk: e. Pembentukan Adonan menjadi
a. Penyediaan Bahan-bahan Lonjong-lonjong
Pada tahap awal yaitu penyediaan Proses pembentukan adonan menjadi
bahan-bahan, bahan-bahan harus jelas lonjong-lonjong besar ini dilakukan secara
kehalalannya dengan tersertifikasi dan telah manual oleh tangan tanpa menggunakan
memiliki label halal pada bahan yang sarung tangan dan tutup kepala. Ditakutkan
digunakan, namun terdapat dua bahan yang terdapat organ manusia yang jatuh seperti
belum memiliki sertifikasi halal. Bahan yang rambut. Sehingga proses ini menjadi titik
digunakan belum tersertifkasi halal adalah kritis keharaman.
tepung tapioka dan minyak goreng, sehingga
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 6 Nomor 2, Oktober 2020 | 213

Tabel 2. Analisis Titik Kritis Proses Produksi Kerupuk


No Tahapan Proses Titik Kritis Keharaman Upaya Pengendalian
1. Penerimanaan Bahan- Ada beberapa bahan yang Bahan baku harus memiliki
bahan (Tepung terigu, belum jelas memiliki sertifikasi sertifikasi halal dan terjaga
tepung tapioka, ikan halal kebersihannya
dan trasi, bawang
putih, bahan tambahan
pangan, minyak
goreng, pemutih
makanan, dan lin
sebagianya )
2. Penghalusan Bawang Penghalusan bawang putih Memilih tempat penggilingan
Putih dilakukan dimesin penggiling yang terpercaya atau melakukan
sekitar pasar, hal ini beresiko penghalusan dengan
apabila mesin juga digunakan menggunakan alat sendiri seperti
untuk menggiling bahan blender.
lainnya yang tidak halal
3. Perebusan Ikan dan Wadah yang kotor Pencucian alat produksi secara
Terasi berkala
4. Pembuatan Adonan Proses dilakukan secara Mencuci tangan menggunakan
Kerupuk manual oleh manusianya yang sabun sebelum proses produksi,
rentan tercemar oleh najis menggunakan pelindung agar
(rambut yang jatuh dll), alat tidak mencemari serta pencucian
yang digunakan kurang bersih. alat produksi secara berkala
5. Pembentukan Adonan Proses dilakukan secara Mencuci tangan menggunakan
menjadi Lonjong- manual oleh manusianya yang sabun sebelum proses produksi,
lonjong rentan tercemar oleh najis, alat serta pencucian alat produksi
yang digunakan kurang bersih. secara berkala.
6. Pengukusan Air perebusan yang kotor Penyalinan air secara berkala
7. Pengangkatan dan Proses dilakukan secara Mencuci tangan menggunakan
Pedinginan manual oleh manusianya yang sabun sebelum proses produksi,
rentan tercemar oleh najis, alat serta pencucian alat produksi
yang digunakan kurang bersih. secara berkala.
8. Pemotongan Minyak yang digunakan untuk Menggunakan minyak
melicinkan mesin tidak bersertikasi halal
tersertifikasi halal
9. Penataan untuk Proses dilakukan secara Mencuci tangan menggunakan
dijemur manual oleh manusianya yang sabun sebelum proses produksi,
tercemar oleh najis, alat yang serta pencucian alat produksi
digunakan kurang bersih dan secara berkala.
tercemar najis.
10. Pejemuran Proses dilakukan secara Mencuci tangan menggunakan
(pengeringan) manual oleh manusianya yang sabun sebelum proses produksi,
tercemar oleh najis, alat yang serta pencucian alat produksi
digunakan kurang bersih. secara berkala. Melakukan
Tempat penjemuran yang penjemuran tidak berdekatan
berdekatan dengan sampah dengan sampah
umum.
11. Penimbangan dan Proses dilakukan secara Mencuci tangan menggunakan
Pengemasan manual oleh manusianya yang sabun sebelum proses produksi,
tercemar oleh najis, alat yang serta pencucian alat produksi
digunakan kurang bersih dan secara berkala
tercemar najis
214 | Saadah & Tulandi Skrining Fitokimia dan Analisis Total Fenolik

f. Pengukusan proses produksi juga menjadi faktor


Proses selanjutnya adalah pengukusan kehalalan produk yang dihasilkan. Apabila
yang dilakukan hampir 5 jam lamanya, peralatan yang digunakan telah tercemar
pengukusan menggunakan air yang jarang oleh sesuatu non halal, maka nantinya
diganti dan terlihat kurang bersih. Pada produk yang dihasilkan menjadi haram.
proses ini tidak terdapat titik kritis Menurut HAS 23000 di poin 6 poin a.Industri
keharaman. Pengolahan: (i) Fasilitas produksi harus
menjamin tidak adanya kontaminasi silang
g. Pengangkatan dan pendinginan
dengan bahan/produk yang haram/najis; (ii)
Proses pengangkatan dari tempat Fasilitas produksi dapat digunakan secara
pengukusan untuk kemudian didinginkan bergantian untuk menghasilkan produk yang
supaya tekstur kerupuk lonjong-lonjong yang disertifikasi dan produk yang tidak
masih lembek tersebut menjadi tekstur yang disertifikasi selama tidak mengandung bahan
sedikit keras. Pada saat pengangkatan dan yang berasal dari babi/turunannya, namun
pendinginan ini tidak terdapat titik kritis harus ada prosedur yang menjamin tidak
keharaman. terjadi kontaminasi silang. Oleh karena itu
h. Pemotongan analisis titik kritis peralatan pada proses
Proses pemotongan yang dilakukan produksi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 3.
dengan menggunakan mesin pemotong, Peralatan yang digunakan dalam proses
diperlukan minyak goreng sebagai pelumas produksi merupakan salah satu faktor titik
dan pelicin pada proses ini. Hal yang menjadi kritis. Peralatan yang terbuat dari bahan
titik kritis keharaman adalah minyak goreng. haram atau tercemar oleh bahan-bahan yang
Minyak goreng yang digunakan adalah curah haram maka alat tersebut menjadi titik kritis
dan tidak bersertifikasi halal. keharaman untuk produk yang dibuat.
i. Penataan untuk Dijemur Peralatan yang digunakan pada proses ini
Penataan diatas besek (nampan besar adalah timba, gayung, wedek (anyaman dari
dari anyaman bambu) tidak terdapat titik bambu digunakan untuk penjemuran), gelas,
kritis keharaman pada proses ini. kuas, pisau, sak putih, terpal, kayu
pengangkut, plastik. Peralatan yang
j. Penjemuran (Pengeringan)
digunakan relatif tidak bersih akan tetapi
Proses pengeringan dilakukan dibawah masih dalam batas kritis. Sehingga harus
terik matahari dan besek yang digunakan diperhatikan akan kebersihaannya.
diletakkan diatas tanah. Hal yang menjadi
Alat yang termasuk kedalam titik kritis
titik kritis pada proses ini ada beberapa
keharaman adalah kuas dan wedek. Bulu
bagian tempat penjemuran yang ditempatkan
kuas biasanya bersumber dari bulu hewan
di atas tumpukan sampah rumah tangga,
dan sintesis, jika bulu hewan tersebut dari
tempat ini bisa saja terdapat sampah-sampah
bulu hewan yang najis atau haram seperti
yang mencemar dan non halal.
babi maka kuas tersebut haram untuk
k. Penimbangan dan Pengemasan digunakan. Sehingga lebih baik menggunakan
Pada proses penimbaangan dan kuas yang terbuat dari sintesis yang memiliki
pengemasan tidak terdapat titik kritis tekstur bulu lebih keras dibandingkan
keharaman. Proses penimbangan dilakukan dengan bulu dari hewan. Selain itu wedek ini
setelah kerupuk dimasukkan ke dalam dapat menjadi titik kritis keharaman.
plastik. Disebabkan wedek yang digunakan sebagai
Analisis Alat yang Digunakan alat penjemuran sebagian diletakkan di atas
Titik kritis keharaman produk yang tumpukan sampah, ditakutkan terdapat
dihasilkan tidak hanya dilihat dari bahan- sampah yang mencemari seperti darah, atau
bahan maupun proses produksinya saja. barang non halal lainnya.
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 6 Nomor 2, Oktober 2020 | 215

Tabel 3. Analisis Titik Kritis Peralatan yang Digunakan


No Peralatan Keadaan Peralatan Upaya Pengendalian
1. Timba Timba yang digunakan tidak Membersihkan alat sebelum
bersih dan sesudah digunakan
2. Gayung Gayung kurang bersih Membersihkan alat sebelum
dan sesudah digunakan
3. Wedek (Anyaman Beberapa wadek yang Membersihkan alat sebelum
dari bambu untuk digunakan ditempatkan di dan sesudah digunakan, dan
penjemuran) atas tumpukan sampah meletakkan pada tanah yang
ditakutkan adanya darah atau tidak menjadi tempat sampah.
bangkai yang berada
disampah
4. Gelas Gelas yang digunakan kurang Membersihkan alat sebelum
bersih dan sesudah digunakan
5. Kuas Bristle (bulu) yang terbuat Menggunakan kuas dari bahan
belum tentu dari bulu hewan sintesis
yang halal
6. Pisau Pisau yang digunakan kurang Membersihkan alat sebelum
bersih dan sesudah digunakan
7. Sak Putih Sak yang digunakan kurang Membersihkan alat sebelum
bersih dan sesudah digunakan
8. Terpal Terpal yang diguanakan Membersihkan alat sebelum
kurang bersih dan sesudah digunakan
9. Kayu Pengangkut Kayu yang digunakan kurang Membersihkan alat sebelum
bersih dan sesudah digunakan
10 Plastik Plastik yang digunakan bersih (tidak ada pengendaliannya)
dan baru

KESIMPULAN Bioteknologi. Jurnal Teknologi, 10(1),


59–66.
Berdasarkan hasil dan pembahasan
yang telah dilakukan, maka didapatkan Danar DN. 2017. Panduan Halal Haram
kesimpulan sebagai berikut: Makanan Minuman : Pusat Kajian
Produk Halal Universitas Mathala’ul
a. Titik kritis bahan baku produk
Anwar Banten.
kerupuk terletak pada tapioka dan
Http://Www.Halalunmabanten.Id/Halal
minyak goreng (belum ada label halal)
/Index.Php/Component/K2/Item/33-
b. Titik kritis proses produksi yaitu Panduan-Halal-Haram-Makanan-
proses penghalusan bawang putih. Minuman [Diakses Pada
c. Titik kritis peralatan 08:13_20/01/20].
yaitupenggunaan alat kuas.
Ermis E. 2017. Halal status of enzymes used
in food industry. Trends in Food Science
DAFTAR PUSTAKA & Technology, 64, 69–73.
Ashadi RW. 2015. Halal Science: An Fadilah R. 2017. Buku Ajar: Bahan Tambahan
Introduction. Journal of Halal Reseach, Makanan.
1(1), 32–35.
Faidah MF. 2017. Sertifikasi Halal di
Atma Y, Taufik M, Seftiono H. 2018. Indonesia dari Civil Society menuju
Identifikasi Resiko Titik Kritis Kehalalan Relasi Kuasa antara Negara dan Agama.
Produk Pangan: Studi Produk Jurnal Studi Keislaman, 11(2), 449–476.
216 | Saadah & Tulandi Skrining Fitokimia dan Analisis Total Fenolik

Hanggana S. 2006. Prinsip Dasar Akuntansi Kehalalan Nugget Ikan “MJ”Kabupaten


Biaya. In Surakarta: Mediatama. Semarang Tahun 2016. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(4), 570–578.
Ma’rifat NT, dan Sari M. 2017. Penerapan
Sistem Jaminan Halal Pada UKM Bidang Waharini F, dan Purwantini A. 2018. Model
Olahan Pangan Hewani. Journal of Social Pengembangan Industri Halal Food di
Dedication, 1(1), 39–46. Indonesia.
Priangani RA. 2015. Buku Saku Produk Halal Yaacob T, Jaafar H, Rahman F. 2016. A Review
Makanan dan Minuman. Jakarta: of Regulatory Framework for Halal Meat
Republika Penerbit. Supply Chain: The Case of Halal Meat
Based Food Products in Malaysia.
Prihandini T, Widajanti L, Aruben R. 2016.
Journal of Applied Environmental and
Titik Kendali Kritis (Tkk) dan Deteksi
Biological Sciences, 6(9), 14–21.

Anda mungkin juga menyukai