Kelompok 11 :
SEMESTER 5
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Titik Kritis Bahan
dan Dokumentasi Kehalalan Bahan”. Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
mata kuliah Sistem Jaminan Halal. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat
terlaksana, diantaranya :
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberi kesempatan untuk kami dapat menempuh
pendidikan di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Ibu Dra. Umy Zahroh, M.Kes. Ph.D. selaku Ketua Jurusan Tadris Kimia UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Ibu Ratna Kumala Dewi, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem
Jaminan Halal yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan kami,
sehingga kami mendapat pemahaman tentang apa yang belum kami ketahui.
4. Teman-teman Tadris Kimia 5C yang telah memberikan dukungan dan
motivasinya kepada kami.
Kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri pangan telah berkembang dengan sangat pesat. Saat ini makanan tidak
lagi hanya sekedar direbus, dikukus, dan digoreng saja, namun juga diolah dengan
berbagai bahan baku (ingredients) yang beraneka ragam. Untuk meningkatkan
kualitas, penampilan, masa simpan, rasa, serta aroma, para praktisi pengolahan
produk pangan menggunakan bahan baku (utama) dan bahan tambahan pangan
(BTP), seperti : penyedap, pemanis, pengemulsi, pengembang, pewarna, pelapis,
pelembut, pencegah penggumpalan (anticaking agent), dll. Ingredient yang
ditambahkan terkadang tidak hanya satu macam, namun kombinasi dari berbagai
bahan. Perkembangan penggunaan ingredient ini didorong oleh kebutuhan akan
ingredient dengan sifat-sifat tertentu yang diinginkan dengan harga yang murah.
Masalah yang kemudian timbul adalah banyaknya ingredient pangan baik bahan baku
utama maupun bahan aditifnya yang sulit ditentukan kehalalan asal bahan
pembuatnya. Padahal, kejelasan suatu informasi suatu produk pangan sangat penting
agar konsumen mengetahui produk yang dikonsumsi tersebut adalah produk yang
halal atau tidak jelas ketentuan hukumnya.
Seiring berkembangnya teknologi bahan pangan dan makanan yang kita kenal
dulu seperti, susu, roti, gula, minyak goreng, nasi goreng, es krim hingga air mineral
telah mengalami banyak modifikasi. Modifikasi yang dimaksud adalah adanya proses
tertentu atau penambahan zat tertentu yang ditujukan untuk memperoleh produk yang
maksimal. Setiap produsen harus bisa memenuhi kebutuhan dan hak dari
konsumennya, terutama konsumen Muslim. Sebagai konsumen Muslim, sudah
selayaknya memahami status kehalalan ingredient yang dipakai dalam membuat
beraneka produk makanan dan minuman. Dalam menjamin kehalalan dan keamanan
bahan suatu produk, sebaiknya produsen hanya menggunakan bahan-bahan yang telah
jelas status kehalalannya.
LPPOM MUI bertanggung jawab secara penuh untuk terus melakukan
edukasi, pelatihan kepada masyarakat atau khususnya kepada pihak industri yang
membutuhkan adanya Sertifikat Halal (SH) pada produk mereka. Berkaitan dengan
akan diberlakukannya UU JPH (Undang Undang Jaminan Produk Halal) di Indonesia.
Hal tersebut mau tidak mau akan memaksa pihak industri untuk dengan jelas
1
mencantumkan logo halal pada produk mereka, kecuali bagi produk yang memang
dimaksudkan sebagai bahan haram. Tentunya untuk bisa memperoleh SH bagi
Industri atau pelaku usaha, mereka wajib untuk mengetahui pengetahuan terkait
dengan bahan (bahan baku ataupun bahan penolong) yang digunakan selama proses
produksi. Pengetahuan mengenai titik kritis bahan di bidang pangan akan
mempengaruhi atau menjadi penentu suatu produk memiliki status sebagai produk
halal atau haram.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana titik kritis bahan?
2. Bagaimana dokumentasi kehalalan bahan?
C. Tujuan
1. Mengetahui titik kritis bahan.
2. Mengetahui dokumentasi kehalalan bahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Titik Kritis Bahan
Titik kritis (critical point ) merupakan suatu titik dalam proses pengolahan
dimana dapat mengakibatkan suatu bahan atau makanan yang halal menjadi haram.
Asal bahan makanan, obat, dan kosmetik berasal dari hewan, tumbuhan, mikroba, dan
bahan lain seperti mineral, sintetik atau campuran, dan setiap asal bahan makanan
tersebut memiliki titik kritis untuk menjadi tidak halal. Suatu bahan dapat dikatakan
sebagai bahan yang tidak kritis (disebut juga sebagai bahan positive list) jika bahan
tersebut termasuk kedalam bahan tambang/galian, bahan kimia/sintetis, bahan nabati
yang tidak memerlukan adanya proses lanjutan atau tanpa adanya penambahan bahan
lain, bahan hewani (telur, susu segar, madu dan ikan), produk mikrobial yang secara
proses diperoleh dengan proses alami serta beberapa jenis bahan polimer lainnya.
3
5. Antifoam Asal usul bahan Spesifikasi Tolak bahan jika Peringatkan Tindakan
atau informasi di kemasan pemasok perbaikan,
Sertifikat tidak sesuai dengan verifikasi
Halal sertifikat halal
Sumber : https://www.adityaparamasetiaboedi.com/2019/03/titik-kritis-penentu-halal-dan-
haram.html
b. Bahan Hewani
Bahan turunan hewani berstatus halal dan suci jika berasal dari hewan
halal yang disembelih sesuai dengan syariat islam, bukan berasal dari darah
dan tidak bercamur dengan bahan haram atau najis.
1) Bahan yang dihasilkan dari hewan halal: susu segar, telur segar/asin, madu
murni (tanpa penambahan bahan atau ada penambahan garam)
2) Hewan air segar dan hewan air segar/beku/kering/asin (tanpa penambahan
bahan atau ada penambahan garam) (Emmawati, 2020).
5
Gambar 2. Titik kritis bahan hewani
Sumber : https://www.adityaparamasetiaboedi.com/2019/03/titik-kritis-penentu-halal-
dan-haram.html
c. Bahan Mikrobial
6
5) Produk mikroba rekombinan yang menggunakan gen yang berasal dari
bahan yang haram. Contohnya adalah sebagai berikut :
a) Enzim amilase dan protease yang dihasilkan oleh Saccharomyces
cerevisae rekombinan dengan gen dari jaringan hewan.
b) Hormon insulin yang dihasilkan oleh E. coli rekombinan dengan
gen dari jaringan pankreas babi.
c) Hormon pertumbuhan (human growth hormone) yang dihasilkan
oleh E. coli rekombinan.
Sumber : https://www.adityaparamasetiaboedi.com/2019/03/titik-kritis-penentu-halal-dan-
haram.html
d. Bahan Kimia
1) Gas: hidrogen (H2 ), klorin (Cl2 ), oksigen (O2 ), Nitrogen (N2 ),
karbondioksida (CO2 ), amoniak (NH3 ), hidrogen sulfida (H2 S)
2) Pewarna sintetik: E102 Tartrazine/FD&C Yellow 5, E104 Quinoline
Yellow/Food Yellow 13, E110 Sunset Yellow FCF, E122
Carmoisine/Azorubine, E124 Ponceau 4R, E127 Erythrosine BS, E129
Alura red AC, E132 Indigotine/Indigo Carmine, E133 Brilliant blue FCF,
E155 Eurocert Brown HT , E171 Titanium oksida, E103 Chrysoine
7
resorcinol, E105 Fast Yellow AB, E107 Yellow 2G, E128 Red 2G, E131
Patent Blue V, E142 Green S/Acid Brilliant Green BS, E151 Black
PN/Brilliant Black BN, E154 Brown FK, E170 Calsium carbonate, E172
Iron oxides and hydroxides, E180 Pigment rubine/Lithol rubine
3) Antioksidan sintetik: BHA (Butylated Hydroxyanisole), BHT (Butylated
Hydroxytolune), dan TBHQ (Tertiary Butyl Hydroquinone)
4) Asam organik rantai pendek yang mengandung C1-7 meliputi: asam asetat
(C2H4O2 ) asam benzoat (C7H6O2 ), asam format (HCOOH), asam ftalat
(C6H4 (CO2H)2 ), asam fumarat (acid/trans-butenedioic acid,
HO2CCH=CHCO2H), asam glukonat (C6H12O7 ), asam glukoronat (β-D-
glucopyranuronic acid, C6H10O), asam glutarat (C3H6 (COOH)2 ), asam
heksanoat/kaproat (CH3 (CH2 )4COOH), (DL) asam malat
(hydroxybutanedioic acid, HO2CCH2CHOHCO2H), asam malonat (CH2
(COOH)2 ), asam oksalat (H2C2O4 ), asam pentanoat/valerat (CH3 (CH2
)3COOH), asam propionat (CH3CH2COOH), asam sorbat (2,4-
hexadienoic acid, C6H8O2 ), asam suksinat (butanedioic acid), asam
tartarat (2,3-dihydroxybutanedioic acid)
5) Garam dari asam organik : garam askorbat, garam benzoat, garam butirat,
garam hidrogen ftalat, garam laktat, garam oksalat, garam propionat,
garam sitrat, garam sorbat, garam suksinat.
6) Basa Organik : piridin, THF (tetrahidrofuran), trietilamina
7) Asam Anorganik : asam borat (H3BO3 ), asam fosfat (H3PO4 ), asam
karbonat (H2CO3), asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3 ), asam
perklorat (HClO4 ), asam sulfat (H2 SO4 )
8) Basa Anorganik : amonium (NH4OH), barium hidroksida (Ba(OH)2 ),
kalium hidroksida (KOH), kalsium hidroksida (Ca(OH)2 ), natrium
hidroksida (NaOH)
9) Garam (Asam-basa anorganik) meliputi :
a) Kelompok garam fosfat: natrium fosfat (Na3PO4 ), natrium dihidrogen
fosfat (NaH2PO4 ), natrium hidrogen fosfat (Na2HPO4 ), amonium
fosfat ((NH4 )3PO4 ), Na-heksametafosfat
b) Kelompok garam karbonat: natrium karbonat (Na2CO3 ), amonium
karbonat ((NH4 )2CO3 ), kalium karbonat (K2CO3 )
8
c) Kelompok garam klorida: natrium klorida (NaCl), kalium klorida
(KCl), amonium klorida (NH4Cl), natrium hipoklorit (NaClO),
natrium klorit (NaClO2 ), natrium klorat (NaClO3 ), kalsium klorida
(CaCl2 )
d) Kelompok garam nitrat: natrium nitrat (NaNO3 ), kalium nitrat
(KNO3 )
e) Kelompok garam nitrit: natrium nitrit (NaNO2 )
f) Kelompok garam sulfat: natrium sulfat (Na2 SO4 ), kalium sulfat (K2
SO4 ), amonium sulfat ((NH4 )2 SO4 ), ferro sulfat (FeSO4 ),
aluminium sulfat/tawas [Al2 (SO4)3 .18H2O]
g) Kelompok garam sulfit: Na-metabisulfit
e. Bahan Tambang
1) Logam/non logam: Aluminium (Al),Chromium (Cr), Magnesium (Mg),
Natrium (Na), Nikel (Ni), Silika (Si), Timah (Sn), Titanium (Ti), Zink (Zn)
2) Bentuk oksida logam/non logam: MgO, NiO, SiO2 , SnO, TiO2 , ZnO
3) Oksidator/reduktor dari logam/non logam, contoh: hidrogen peroksida
(H2O2 ) dan natrium borohidrat (NaBH4 )
4) Tanah liat (clay)
5) Activated earth/Bleaching earth: bentonit, diatomit, kaolin, zeolit
6) Batu kapur
7) Activated alumina
8) Batu bara
9) Asbestos
10) Perlite
11) Calcium oxide
f. Bahan Lain – lain
1) Gum-polimer atau hidrokoloid murni dan bentuk garamnya : Alginat ,
Galaktomanan, Glukomanan, Guar gum, Gum Arab, Karagenan, Konjac
gum, Tara gum (Pengecualian: jika terdapat penambahan bahan aditif)
2) Polimer berbasis selulosa : selulosa, CMC (Carboxy Methyl Cellulose/
karboksi metil selulosa), selulosa diasetat, selulosa eter, selulosa triasetat
9
3) Polimer sintetik: polietilen (PE), polipropilen (PP), polistiren (PS),
polivinil alkohol (PVA), polivinil klorida (PVC), polivinil pirolidon, poli
akrilat dan garamnya, polieter, poliurea, poliuretan, poliamin
4) Air industri : air yang digunakan sebagai bahan baku industri, baik yang
melalui atau tidak melalui proses pengolahan/ pemurnian (water treatment)
(MUI, 2008).
Sumber : https://slidetodoc.com/tingkat-kehalalan-bahan-manajemen-produk-halal-
pengertian-halal/
10
dalam lemak. Fase minyak/lemak terdiri dari campuran minyak yang telah
dihidrogenasi. Di dalam fase ini terkandung bahan yang larut dalam lemak
misal diglerida, lesitin, bahan pewarna dan vitamin larut lemak. Aspek
terpenting dari sudut kehalalannya adalah sumber minyak/lemak itu sendiri.
Untuk minyak nabati tidak ada masalah, tetapi untuk minyak hewani,
kehalalan minyak dan produk turunannya tergantung dari kehalalan hewan dan
persiapannya (cara penyembelihannya). Dalam proses pengolahan, titik
penting lain yang relevan dengan aspek kehalalan adalah proses bleaching
(pemucatan), karena kemungkinan penggunaan bahan absorben yang belum
tentu halal. Juga penggunaan emulsifier pada proses pembuatannya.
b. Gelatin
Gelatin banyak digunakan baik pada produk pangan maupun non
pangan, seperti kapsul obat-obatan, kosmetika, film, dll. Penggunaan gelatin
pada industri pangan terutama ditujukan untuk keperluan penganeka ragaman
produk. Gelatin dibuat dari bahan yang kaya akan kolagen seperti kulit dan
tulang sapi atau hewan besar. Penggunaan gelatin sangat luas, karena gelatin
bersifat serba bisa. Berikut penggunaan gelatin :
1) Produk pangan umum : sebagai zat pengental, penggumpal, membuat
produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk busa,
menghindari sineresis, pengikat air, memperbaiki konsistensi, pelapis tipis,
penambah gizi, makanan bayi.
2) Daging olahan: meningkatkan daya ikat air, konsistensi dan stabilitas
produk sosis, kornet, ham, dll.
3) Susu olahan : memperbaiki tekstur, konsistensi dan stabilitas produk,
menghindari sineresis pada yoghurt, es krim, susu asam, keju, mentega.
4) Bakery : menjaga kelembaban produk, perekat bahan pengisi pada roti, dll.
5) Minuman : sebagai penjernih sari buah (juice), bir dan wine.
6) Buah-buahan : sebagai pelapis (melapisi pori-pori buah sehingga terhindar
dari kekeringan dan kerusakan oleh mikroba), menjaga kesegaran dan
keawetan buah..
7) Farmasi : pembungkus kapsul atau tablet obat.
8) Kosmetika (khusus produk emulsi) : menstabilkan emulsi pada shampoo,
penyegar dan pelindung kulit (lotion/cream), sabun (terutama cair), lipstik,
cat kuku, busa cukur, krim pelindung matahari, dll.
11
9) Kedokteran/ kesehatan : gelita sol untuk produk minuman sehat, produk
diet, infus, dll.
10) Permen dan produk sejenisnya : mengatur konsistensi produk, mengatur
daya gigit dan kekerasan serta tekstur produk, mengatur kelembutan dan
daya lengket di mulut.
15
Alkohol digunakan dalam berbagai keperluan dan industri. Dalam industri
farmasi, alkohol dikenal sebagai salah satu pelarut zat tertentu atau dijadikan
bahan awal untuk membuat obat lain. Tetapi penggunaan alkohol dalam obat yang
diminum atau dimakan hampir tidak ada lagi. Minuman yang mengandung
alkohol adalah minuman yang diproses dari bahan-bahan yang mengandung
karbohidrat atau lainnya dengan cara fermentasi dan produk akhir berupa cairan
beralkohol dan siap minum. Jenis minuman beralkohol baik karena proses
fermentasi maupun alkohol ditambahkan dari luar, fatwa MUI memberikan
hukum yang sama yaitu haram.
Dalam industri makanan seperti kue, khamr sering digunakan untuk
memantapkan aroma dan rasa yang berupa Rhum. Rhum ini adalah sejenis
minuman keras dengan kadar alkohol sekitar 37%. Jika sudah masuk kategori
khamr, maka tidak boleh dimanfaatkan sama sekali untuk apapun.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Titik kritis (critical point ) merupakan suatu titik dalam proses pengolahan dimana
dapat mengakibatkan suatu bahan atau makanan yang halal menjadi haram. Suatu
bahan dapat dikatakan sebagai bahan yang tidak kritis (disebut juga sebagai bahan
positive list) jika bahan tersebut termasuk kedalam bahan tambang/galian, bahan
kimia/sintetis, bahan nabati yang tidak memerlukan adanya proses lanjutan atau
tanpa adanya penambahan bahan lain, bahan hewani (telur, susu segar, madu dan
ikan), produk mikrobial yang secara proses diperoleh dengan proses alami serta
beberapa jenis bahan polimer lainnya. Implementasi titik kritis halal terdiri dari
identifikasi risiko (bahan dan produk haram), identifikasi titik kritis kehalalan
masing-masing bahan, membuat prosedur pemantauan, melakukan tindakan
koreksi (mengganti bahan atau pemasok yang haram dengan yang halal),
membuat sistem dokumentasi serta dokumen dan membuat prosedur verifikasi
kehalalan. Bahan yang masuk kategori bahan tidak kritis yaitu bahan nabati,
bahan hewani, bahan microbial, bahan kimia, bahan tambang, dll.
2. Dokumen kehalalan bahan mencakup bahan baku (raw material), bahan tambahan
(additive) & bahan penolong (processing aid). Selain ketiga bahan tersebut juga
terdapat bahan lainnya, diantaranya bahan turunan hewani, bahan produk
fermentasi, dan bahan turunan khamr.
B. Saran
Mengingat betapa pentingnya kehalalan bagi suatu pelaku usaha, maka bagi
anda yang ingin memulai menciptakan suatu usaha sebaiknya mengetahui titik kritis
pada bahan yang akan digunakan dalam produksi. Usahakan dalam proses produksi
menggunakan bahan yang diperbolehkan agar bisa segera mendapatkan sertifikasi
halal. Bagi konsumen terutama seorang muslim sebaikanya selektif dalam memilih
produk yang akan di gunakan, pastikan produk yang dipilih sudah menggunakan
bahan bahan yang halal, sudah menerapkan sistem jaminan halal, dan telah
mendapatkan sertifikasi halal.
17
Pertanyaan dari Penyaji :
18
DAFTAR PUSTAKA
Aris, S. E. et al. (2020). Identifikasi Titik Kritis Kehalalan Gelatin. Jurnal Pangan Halal,
2(1), hal. 17–22.
Atma, Y., Taufik, M. dan Seftiono, H. (2018). Identifikasi Resiko Titik Kritis Kehalalan
Produk Pangan : Studi Produk Bioteknologi. Jurnal Teknologi, 10(1), hal. 59–66.
Emmawati, aswita. (2020). Pengetahuan Bahan dan Proses Pengolahan Pangan Halal.
Guntarti, A., Kumalasari, I. D. dan ... (2019). Penyuluhan titik kritis pemilihan daging hewan
dan identifikasi bahan berbahaya pada makanan yang di jual di Lingkungan Madrasah.
Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan,
hal. 719–724.
LPPOM - MUI (2008) “Panduan Umum Sistem Jaminan Halal,” Panduan Umum Sistem
Jaminan Halal, hal. 1–78.
19