Anak di Area Daur Ulang Baterai Timbal-Asam di wilayah Kota Depok, Indonesia
Basuki Rachmat
1
National Research and Innovation Agency Republic of Indonesia, Jakarta, Indonesia
Corresponding Author: basukir2009@gmail.com
ABSTRACT
Daur ulang aki bekas informal memiliki tingkat pencemaran yang tidak terkendali sehingga
berdampak pada kesehatan. Salah satu kelompok rentan yang terkena dampak adalah anak-
anak yang tinggal di sekitar tempat daur ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kadar timbal dalam darah terhadap kadar timbal di rambut pada anak usia 7-13
tahun di area daur ulang aki bekas informal di wilayah Jabotabek, Indonesia. Penelitian ini
bagian dari hasil Riset Khusus Pencemaran Lingkungan Pengolahan Aki Tradisional tahun
2014 yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan. Desain penelitian Cross-sectional,
Populasi penelitian adalah anak-anak usia 7-13 tahun di wilayah daur ulang aki bekas
informal di wilayah terpilih, dengan total sampel 70 orang. Untuk pengukuran kadar timbal
dalam darah dengan mengunakan Lead Care Analyzer II. Konsentrasi timbal di rambut di
ukur dengan spektrometri serapan atom (AAS). Untuk mengetahui hubungan antara kadar
timbal dalam darah dengan kadar timbal di rambut mengunakan uji regresi liner sederhana.
Hasil pengukuran didapatkan rata-rata kadar timbal dalam darah 8.22 µg/dL dan kadar timbal
rambut 8.23 µg/g. Hasil uji regresi linier membuktikan ada hubungan (r= 0,543) antara kadar
timbal dalam darah dengan kadar timbal di rambut. Persamaan linier berpola positif, artinya
apabila kadar timbal dalam darah meningkat, maka kadar timbal rambut meningkat.
Conclusions: diketahuinya hubungan yang kuat (r=0.543; P=0.0001) antara pajanan timbal
dalam darah dengan kadar timbal di rambut. Tingginya kadar timbal dalam darah dan kadar
timbal di rambut disebabkan karena kandungan timbal pada anak yang tinggi akibat pajanan
dalam jangka waktu yang lama dan terus berkelanjutan. Pengukuran timbal dalam darah
mengidentifikasi individu yang terpapar dan untuk memantau kemajuan perawatan medis dan
pengukuran timbal pada rambut sebagai gambaran awal untuk mengidentifikasi area yang
terkontaminasi logam berat.
Keywords: timbal di rambut; timbal dalam darah; daur ulang aki bekas; dan anak-anak.
PENDAHULUAN
Timbal merupakan salah satu logam berat beracun, mudah terakumulasi pada
makhluk hidup dan tidak dapat terdegradasi 1. Timbal memiliki aplikasi yang sangat luas,
baik dalam industri otomotif, industri manufaktur, dan Industri pertambangan 2. Penggunaan
timbal secara global masih didominasi untuk pembuatan Lead Acid Batteries (86%), dengan
sumber untuk menghasilkan produk timbal melalui penambangan dan recycle timbal 3. Proses
daur ulang timbal dari produk Lead Acid Batteries, masih belum tertata dengan baik dari hulu
ke hilirnya sehingga peluang praktek daur ulang pada skala kecil masih sering ditemukan.
Pada tahun 2014 Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) melakukan pemetaan lokasi
kegiatan daur ulang aki bekas informal di wilayah Jabodetabek, dari kegiatan tersebut
didapatkan 71 lokasi peleburan aki bekas informal dan tempat penampungan aki bekas 4.
Kegiatan daur ulang aki bekas secara informal, memiliki keterbatasan dalam
penggunaan teknologi pengolahan yang ramah lingkungan 5. Hal ini dapat berdampak pada
pencemaran lingkungan dan menimbulkan efek jangka panjang bagi makhluk hidup,
khususnya manusia yang tinggal dekat dengan lokasi daur ulang 6,7
. Timbal dalam bentuk
partikel halus (particulate metter) masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, dan
sebagian jatuh di permukaan makanan dan minuman dalam bentuk mudah larut dan mudah
diserap tubuh8,9. Setelah masuk di dalam tubuh, timbal dapat terdistribusi melalui peredaran
darah dan menuju ke berbagai organ 10–12.
Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap keracunan timbal karena
mereka lebih cenderung memasukkan benda ke dalam mulut mereka dan menyerap lebih
banyak timbal 13
. Disisi lain, system imun yang belum terbentuk dengan sempurna
merupakan factor yng mempengaruhi akumulasi timbal pada anak 14
. Risiko kejadian
penyakit pada anak-anak sangat berhubungan dengan tingginya paparan timbal yang akut, hal
ini terjadi karena otak dan sistem saraf pada anak-anak dapat menyerap timbal empat hingga
lima kali lebih banyak dibanding orang dewasa15,16. Efek timbal yang dapat merusak sistem
saraf pada anak-anak lebih kuat dibandingkan pada orang dewasa karna sistem saraf anak-
anak lebih sensitif 17. Paparan timbal dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada sistem
saraf seperti sakit kepala, mual, tremor, dan mati rasa (baal) 8,18. Anak-anak yang memiliki
kadar timbal dalam darah tinggi dapat berakibat pada kejadian anemia .19 Hal ini terjadi
karena kadar timbal dalam darah yang tinggi dapat mengganggu sistem biosintesis heme
dimana berfungsi sebagai pembentuk sel darah merah dan dapat memperpendek umur
eritrosit sehingga berisiko terjadinya anemia 20.
Pentingnya deteksi dini keracunan timbal pada anak-anak sangat diperlukan agar
dapat dilakukan upaya pencegahan untuk mengurangi efek kesehatan dari pajanan timbal.
Namun, ada beberapa anak memiliki ketakutan yang berlebih dengan pemeriksaan kadar
timbal yang dilakukan dengan cara mengambil darah. Disamping itu, sifat timbal juga dapat
terdistribusi melalui jaringan lunak, dan dapat terakumulasi pada rambut, kuku dan gigi .
21,22
Oleh karena itu, kami melakukan analisis dengan menggunakan sampel rambut untuk
menentukan kadar timbal yang dapat menjadi salah satu cara alternatif untuk mengukur
indikator biologis untuk melihat riwayat pajanan timbal pada anak-anak, karena cenderung
lebih mudah dan praktis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara
konsentrasi pajanan timbal dalam darah dengan kadar timbal di rambut pada anak usia 7-13
tahun di wilayah daur ulang aki bekas informal.
dilakukan dengan metode anodic stripping voltammetry (ASV) analisis dengan Lead Care
Analyzer II . Akurasi Lead Care Analyzer II dalam membaca kadar timbal dalam darah
27,28
dari 0 – 65 µg/dl.
Pengumpulan sampel rambut
Sampel rambut diambil sebanyak 1 gram dari area oksipital kulit kepala mengunakan
gunting yang telah disterilkan. Rambut dipotong pada bagian dekat kulit kepala sekitar 2-5
cm dari pertumbuhan rambut terakhir. Sampel dengan cepat dipindahkan ke kantong plastik
berkode, disegel rapat dan disimpan untuk pra-perawatan. Semua spesimen disimpan dalam
desikator pada ruangan yang kering, berventilasi sampai dikirim ke laboratorium untuk
dianalisis. Selanjutnya sampel rambut dipotong-potong hingga tiap potongan berukuran 0,5
cm. Sampel rambut dicuci dengan deterjen, air bebas mineral, dan terakhir dengan aseton.
Selanjutnya sampel rambut dikeringkan di dalam oven dengan temperature 70±5°C selama 2-
4 jam. Sampel yang sudah kering dimasukkan ke dalam kantong polietilen dan disimpan
ditempat yang bersih.
Pencatatan untuk destruksi sampel, sebelum dilakukan analisis sampel dengan alat
AAS maka dilakukan destruksi terhadap sampel terlebih dahulu. Untuk mendestruksi sampel
kadar timbal (Pb) pada rambut maka sampel ditimbang sebanyak 0.5 gram secara akurat ke
dalam gelas piala, kemudian ditambahkan kurang lebih 15 ml asam klorida (HCl) dan 5 ml
asam nitrat (NHO3) dan ditutup dengan kaca arloji yang sesuai. Larutan dipanaskan hingga
mendidih lebih kurang 30 menit diatas hot plate. Penutup kaca arloji dibuka dan larutan
diuapkan diatas penangas air, kemudian ditambahkan lagi 12.5 ml HCl. Larutan dipanaskan
hingga larut semua dan didinginkan kembali diatas penangas air. Larutan dipindahkan ke
dalam labu ukur 50 ml sambil dibilas dengan aquades dan ditepatkan hingga tanda batas
dengan aquades. Setelah proses ini berjalan maka sampel siap diukur dengan alat AAS.
Setelah kondisi alat diatur sedemikian rupa maka dapat dimulai menganalisis sampel yang
telah tersedia. Alat Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) yang akan dipakai
dihidupkan dan dipanaskan kurang lebih selama 5 menit sampai dengan 10 menit. Setelah itu
dimasukkan larutan sampel standar ke dalam alat AAS untuk dianalisis. Kemudian masukkan
larutan sampel rambut yang siap dianalisis ke viret. Masing-masing sampel dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali. Akhir dari analisis alat ini akan diperoleh suatu data melalui
komputer yang sesuai dengan yang kita inginkan. Analisis kadar Pb dalam rambut di lakukan
oleh laboratorum terakreditasi 29,30
.
Data Analysis
Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik sosiodemografi anak-
anak dan parameter indikator pencemar (Mean). Uji normalitas variabel timbal dalam darah
dan variabel timbal di rambut, mengunakan nilai skewness dan nilai standar errornya
(SEskewness). Bila hasil uji skewness dibagi standar errornya menghasilkan angka ≤ 2, maka
didtribusinya normal 31,32
. Untuk melihat hubungan konsentrasi timbal dalam darah dengan
konsentrasi timbal di pada rambut maka dilakukan uji regresi linier sederhana. Nilai r = 0,51
s-d 0,75 pertanda kedua variabel memiliki hubungan yang kuat, sedangkan untuk hubungan
yang sangat kuat di dapat apabila nilai r = 0.76 s/d 1.00 33.
HASIL
Tabel 2. Menjelaskan hasil pengukuran rata-rata kadar timbal dalam darah pada
responden adalah 8.22 µg/dL. Kadar timbal dalam darah terendah sebesar 3.80 µg/dL dan
tertinggi sebesar 14.6 µg/dL. Untuk rata-rata kadar timbal dalam rambut 8.23 µg/g, dengan
nilai terendah 0.01 µg/g dan nilai tertinggi 26.62 µg/gr. Hasil uji normalitas (dimana nilai
skewness dibagi dengan standar errornya) dari variable Pb dalam darah dan Pb dalam
Rambut masing-masing adalah 1,58 dan 1,93 menunjukan bahwa nilai ≤ 2, maka kedua
variable memiliki distribusi normal.
Tabel 2. Distribusi konsentrasi pajanan timbal dalam darah dan timbal dalam rambut pada
anak usia 7-13 tahun (n = 70)
Variabel Mean Min.- Max. 95% CI Skewness SEskewness Z-Score
Hasil uji regresi linier menunjukkan hubungan yang kuat (r = 0.543) antara timbal
timbal dalam darah terhadap peningkatan kadar timbal di rambut. Persamaan linier berpola
positif yang artinya apabila kadar timbal dalam darah meningkat maka kadar timbal di
rambut juga mengalami peningkatan. Persamaan garis yang diperolah dapat menerangkan
29,5% variasi kenaikan timbal rambut yang disebabkan dengan peningkatan kadar timbal
dalam darah. Hasil uji statistik didapatkan adalah ada hubungan yang signifikan antara kadar
timbal dalam darah dengan kadar timbal di rambut (p=0.0001).
Gambar 1. Hubungan konsentrasi timbal dalam darah dengan kadar timbal pada rambut
Tabel 3. Hasil analisis hubungan antara konsentrasi timbal dalam darah dengan kadar timbal
pada rambut
Variabel r R2 Persamaan Garis P
KESIMPULAN
Salah satu hasil yang paling jelas dari penelitian kami adalah diketahuinya hubungan yang
kuat (r=0.543; P=0.0001) antara pajanan timbal dalam darah dengan kadar timbal dalam
rambut. Analisis timbal dengan menggunakan sampel darah dan rambut merupakan skrining
awal yang saling mendukung. kami berasumsi bahwa tingginya kadar timbal dalam darah dan
kadar timbal di rambut disebabkan karena kandungan timbal pada anak yang tinggi akibat
pajanan dalam jangka waktu yang lama dan terus berkelanjutan. Pengukuran timbal dalam
darah mengidentifikasi individu yang terpapar dan untuk memantau kemajuan perawatan
medis dan pengukuran timbal di rambut sebagai gambaran awal untuk mengidentifikasi area
yang terkontaminasi logam berat.
Izin Etik Penelitian di ambil dari Komisi Etik Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dengan nomor LB.02.01/5.2/KE.244/2014.
KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada konflik kepentingan dari penulis dalam artikel ini.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih di sampaikan kepada Kepala Badan Litbangkes, Kepala Pusat Upaya
Kesehatan Masyarakat, yang telah memberikan kepercayaan untuk melaksanakan publikasi
artikel ini. Terima kasih disampaikan kepada Ibu Dr. Inswiasri, ST, M.Kes telah
membimbing dalam pembuatan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tchounwou PB, Yedjou CG, Patlolla AK, Sutton DJ. Molecular, clinical and
environmental toxicicology Volume 3: Environmental Toxicology. Mol Clin Environ
Toxicol. 2012;101:133-164. doi:10.1007/978-3-7643-8340-4
2. Davidson AJ, Binks SP, Gediga J. Lead industry life cycle studies: environmental
impact and life cycle assessment of lead battery and architectural sheet production. Int
J Life Cycle Assess. 2016;21(11):1624-1636. doi:10.1007/s11367-015-1021-5
3. Directorate General of Mineral and Coal. Indonesian Lead And Zinc Investment
Opportunities.; 2021.
4. Widjaksono AG. Recovery of Hazardous and Toxic Contaminated Land in
IndonesiaAnd Developing Environmentally Sound Management for Used Lead Acid
Battery (ULAB) Recycling.; 2014.
5. World Health Organization. Recycling Used Lead-Acid Batteries: Health
Considerations.; 2017.
6. Briffa J, Sinagra E, Blundell R. Heavy metal pollution in the environment and their
toxicological effects on humans. Heliyon. 2020;6(9):e04691.
doi:https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2020.e04691
7. Mrozik W, Rajaeifar MA, Heidrich O, Christensen P. Environmental impacts,
pollution sources and pathways of spent lithium-ion batteries. Energy Environ Sci.
2021;14(12):6099-6121. doi:10.1039/d1ee00691f
8. ATSDR. Toxicological Profile for Lead. 2007;(August):156-175. doi:10.1111/j.1572-
0241.1979.tb04725.x
9. Holstege CP, Dobmeier SG, Bechtel LK. Critical Care Toxicology. Emerg Med Clin
North Am. 2008;26(3):715-739. doi:10.1016/j.emc.2008.04.003
10. Rădulescu A, Lundgren S. A pharmacokinetic model of lead absorption and calcium
competitive dynamics. Sci Rep. 2019;9(1):1-27. doi:10.1038/s41598-019-50654-7
11. Sanders T, Liu Y, Buchner V, Tchounwou PB. Neurotoxic effects and biomarkers of
lead exposure: A review. Rev Environ Health. 2009;24(1):15-45.
doi:10.1515/REVEH.2009.24.1.15
12. Wani AL, Ara A, Usmani JA. Lead toxicity: A review. Interdiscip Toxicol.
2015;8(2):55-64. doi:10.1515/intox-2015-0009
13. J S, John R. Childhood Lead Poisoning and The New Centers for Disease Control and
Prevention Guidelines for Lead Exposure. J Am Assoc Nurse Pract. 2014;26(5).
14. Samsuar, Kanedi M, Pebrice S, P WA. Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Rambut
Pekerja Bengkel Tambal Ban dan Ikan Mas di Sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Bandar
Lampung Secara Spektrofotometri Serapan Atom. J Kesehat. VIII(1):91-97.
15. World Health Organization. Fact sheet: Lead poisoning and health.
16. Meyer PA, Brown MJ, Falk H. Global approach to reducing lead exposure and
poisoning. Mutat Res - Rev Mutat Res. Published online 2008.
doi:10.1016/j.mrrev.2008.03.003
17. Sharma P, Chambial S, Shukla KK. Lead and Neurotoxicity. Indian J Clin Biochem.
2015;30(1):1-2. doi:10.1007/s12291-015-0480-6
18. Sanders T, Liu Y, Buchner V, Tchounwou PB. Neurotoxic effects and biomarkers of
lead exposure: A review. Rev Environ Health. Published online 2009.
doi:10.1515/REVEH.2009.24.1.15
19. Rachmat B, Kusnoputranto H, Inswiasri. Anemia in Children Due to Airborne Lead
Exposure of Used Lead-Acid Battery Recycling Area in Jabodetabek, Indonesia.
Indian J Public Heal Res Dev. Published online 2019. doi:10.5958/0976-
5506.2019.03823.3
20. Coates TD. Physiology and pathophysiology of iron in hemoglobin-associated
diseases. Free Radic Biol Med. 2014;72:23-40.
doi:10.1016/j.freeradbiomed.2014.03.039
21. Barton HJ. Advantages of the use of deciduous teeth, hair, and blood analysis for lead
and cadmium bio-monitoring in children. A study of 6-year-old children from Krakow
(Poland). Biol Trace Elem Res. 2011;143(2):637-658. doi:10.1007/s12011-010-8896-6
22. Rashed MN, Hossam F. Heavy Metals in Fingernails and Scalp Hair of Children,
Adults and Workers from Environmentally Exposed Areas at Aswan, Egypt. Environ
Bioindic. 2007;2(3):131-145. doi:10.1080/15555270701553972
23. Inswiasri I, Sintawati FX. Hubungan Kadar Pb Dengan Kadar Hb Pada Anak Di
Wilayah Daur Ulang Aki Bekas Informal Di Bogor, Depok, Tangerang, Dan Bekasi. J
Ekol Kesehat. 2016;15(2):87-96. doi:10.22435/jek.v15i2.4788.87-96
24. Rachmat B, Helper D, Parulian Manalu S, Elsi E. Blood Lead Levels and their
Relationship with Lead in Ambien Air in Children in the Area of used Lead-Acid
Battery in Depok City, Indonesia. J Ecophysiol Occup Heal. 2020;20(3&4):145-154.
doi:10.18311/jeoh/2020/26134
25. Harbert KR. Venipuncture. In: Essential Clinical Procedures. ; 2007.
doi:10.1016/B978-1-4160-3001-0.50009-5
26. Cornelis R, Heinzow B, Herber RFM, et al. Sample collection guidelines for trace
elements in blood and urine. J Trace Elem Med Biol. Published online 1996.
doi:10.1016/S0946-672X(96)80018-6
27. FDA. LeadCare II Blood Lead Analyzer. Biomed Saf Stand. Published online 2018.
doi:10.1097/01.bmsas.0000534882.68294.8c
28. WHO. Brief Guide to Analytical Methods for Measuring Lead in Blood. (Sheffer M,
ed.). World Health Organization; 2011.
29. Peter OO, Eneji IS, Sha’Ato R. Analysis of Heavy Metals in Human Hair Using
Atomic Absorption Spectrometry (AAS). Am J Anal Chem. Published online 2012.
doi:10.4236/ajac.2012.311102
30. Handayani C, Ridha Z. Validasi Metode Analisa Kadar Timbal (Pb) dalam Rambut
Karyawan SPBU di Indarung. Chempublish J. 2017;2(1):54-61.
31. Kim H-Y. Statistical notes for clinical researchers: assessing normal distribution (2)
using skewness and kurtosis. Restor Dent Endod. 2013;38(1):52.
doi:10.5395/rde.2013.38.1.52
32. Bai J, Ng S. Tests for Skewness, Kurtosis, and Normality for Time Series Data. J Bus
Econ Stat. 2005;23(1):49-60.
33. Olive DJ. Linear Regression.; 2017. doi:10.1007/978-3-319-55252-1
34. U.S. EPA. Integrated Science Assessment (ISA) for Lead (Final Report, Jul 2013).;
2013.
35. WHO. Childhood lead poisoning. In: World Health Organization; 2010.
36. Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). Toxicological profile
for Lead. In: Atlanta, GA: U.S. Department of Health and Human Services, Public
Health Service.; 2019.
37. Mukhtar R, Lahtiani S, Hamonangan E, Wahyudi H. Study of Quality Standards of
Heavy Metals in Ambient Air as Input Material Appendix Pp 41/1999 concerning Air
Pollution Control. 2014;8(1).
38. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Lead, Hair. Mayo Clinic
Laboratories Neurology. Published 2022. https://neurology.testcatalog.org/
39. Schuhmacher M, Domingo JL, Llobet JM, Corbella J. Lead in children’s hair, as
related to exposure in Tarragona Province, Spain. Sci Total Environ. 1991;104(3):167-
173. doi:10.1016/0048-9697(91)90070-U
40. RR Ma, IM K, SJ N, WM S. Preliminary synchrotron analysis of lead in hair from a
lead smelter worker. Chemosphere. 2005;58:1385-1390.
doi:10.1016/j.chemosphere.2004.09.087
41. Mariem N, Mejda B, Dorra E, et al. Effectiveness of hair lead concentration as
biological indicator of environmental and professional exposures. Jonior Med Res.
2020;3(2):11-14. doi:ttps://doi.org/10.32512/jmr.3.2.2020/11.14
42. Sanna E, Vargiu L, Rossetti I, Vallascas E, Floris G. Correlation between blood and
hair lead levels in boys and girls of Sardinia (Italy). J Anthropol Sci. Published online
2007.
43. Esteban E, Rubin CH, Jones RL, Noonan G. Hair and blood as substrates for screening
children for lead poisoning. Arch Environ Health. 1999;54(6):436-440.
doi:10.1080/00039899909603376
44. Bergomi M, Borella P, Fantuzzi G, et al. Relationship between lead exposure
indicators and neuropsychological performance in children. Dev Med Child Neurol.
1989;31(2):181-190. doi:10.1111/j.1469-8749.1989.tb03977.x
45. Chłopicka J, Zachwieja Z, Zagrodzki P, Frydrych J, Słota P, Krośniak M. Lead and
cadmium in the hair and blood of children from a highly industrial area in Poland.
Biol Trace Elem Res. 1998;62(3):229-234. doi:10.1007/BF02783973
46. IM K, E L. Hair analysis as a biomonitor for toxicology, disease and health status.
Chem Soc Rev. 2011;40(7):3915–3940. doi:10.1039/c1cs15021a