Anda di halaman 1dari 11

IJPHN 1 (2) (2021) 223-233

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Implementasi Sistem Tanggap Darurat berdasarkan National Fire Protection


Association (NFPA) 1600 di PT. LG Electronics Indonesia

Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Bencana dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam dan/atau faktor
Submitted 17 Juni 2021 nonalam maupun faktor manusia. Setiap perusahaan memiliki potensi bencana, riset University
Accepted 09 Juli 2021 of Minnesota menemukan, sekitar 90% perusahaan tidak dapat bangkit setelah 10 hari men-
Published 31 Juli 2021 galami kerusakan critical system akibat bencana. Oleh sebab itu dibutuhkan persiapan dalam
menghadapi bencana untuk meminimalisir kerugian yang terjadi dan dibutuhkan kesiapsia-
Keywords: gaan dan manajemen tanggap darurat di perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk meng-
disaster, emergency etahui implementasi sistem tanggap darurat menurut standar NFPA 1600 di PT. LG Electronics
response, emergency Indonesia.
response procedure, plan- Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan 3 subjek penelitian.
ning, implementation Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling dengan teknik
purposive sampling. Instrumen penelitian mengunakan lembar wawancara dan lembar studi
DOI:
dokumentasi. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur dan stu-
https://doi.org/10.15294/
di dokumentasi menggunakan dokumen milik perusahaan. Teknik analisis data pada penelitian
ijphn.v1i2.47459
ini menggunakan teknik triangulasi.
Hasil: Hasil penelitian menunjukan dari 194 elemen indikator, elemen yang sesuai standar sebe-
sar 82.5% (160 elemen) dan 17.5% (34 elemen) tidak sesuai, meliputi setengah sesuai dan tidak
sesuai.
Kesimpulan: Implementasi sistem tanggap darurat di PT. LG Electronics Indonesia dalam kat-
egori baik, namun masih diperlukan perbaikan pada beberapa indikator. Perencanaan dalam
pemulihan bencana perlu dibentuk di perusahaan.

Abstract
Background: Disasters can be caused by two factors, natural factors and / or non-natural fac-
tors as well as human factors. Every company has the potential for disaster, University of Minne-
sota research found, about 90% of companies cannot recover after 10 days of experiencing critical
system failure due to a disaster. Therefore, preparation for disasters is needed to minimize losses
and requires emergency response management and preparedness in the company. The purpose of
this study was to determine the implementation of an emergency response system according to the
NFPA 1600 at PT. LG Electronics Indonesia.
Methods: The research method is descriptive qualitative with 3 research subjects. The sampling
technique used non-probability sampling with purposive sampling technique. The instruments used
in this research were the interview sheet and the documentation study sheet. The data collection
techniques used were structured interviews and documentation studies using company documents.
Checking the validity of the data using triangulation techniques.
Results: The results showed that from 194 indicator elements, 82.5% (160 elements) conforming
and 17.5% (34 elements) nonconforming, including partially conforming or totally nonconforming.
Conclusion: Implementation of emergency response system at PT. LG Electronics Indonesia is in
good category. However, some indicators still need improvement. Disaster recovery planning needs
to be established in the company.
© 2021 Universitas Negeri Semarang


Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : fairuzn98@gmail.com

223
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

Pendahuluan selama empat belas hari pada Kabupaten Lebak,


Setiap pekerja dilindungi oleh negara Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota
dengan adanya Undang-Undang Nomor 13 Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan melalui
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengenai Surat Keputusan (SK) Gubernur Banten.
hak untuk memperoleh perlindungan atas Jenis bencana yang dapat timbul di
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja, tempat kerja adalah bencana nonalam, yang
tak terkecuali perlindungan atas bencana yang dapat terjadi akibat kelalaian pekerja serta
terjadi di tempat kerja. Menurut Undang- kurangnya komitmen perusahaan akan
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun pentingnya keselamatan di tempat kerja (ILO,
2007, bencana dapat disebabkan oleh dua faktor, 2013). Pada tahun 1984, terjadi bencana industri
yaitu faktor alam dan/atau faktor nonalam terburuk di dunia, yaitu insiden ledakan akibat
maupun faktor manusia. Masalah kebencanaan bocornya tangki gas methyl isocyanate pada
seolah tak lepas dari suatu wilayah termasuk pabrik pestisida di Bhopal, India (Mandavilli,
Indonesia (Badan Nasional Penanggulangan 2018). Zat methyl isocyanate yang sangat
Bencana, 2014). beracun tersebut menyebar hingga ke kota-kota
Secara geografis, Indonesia terletak pada kecil di sekitar pabrik hingga 3.787 jiwa tewas
pertemuan lempeng tektonik aktif dan besar, akibat insiden ini. Kejadian bencana nonalam
lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng juga pernah terjadi di Indonesia. Pada 2017,
Pasifik, jalur pegunungan aktif, dan kawasan sebuah pabrik petasan di Kosambi, Tangerang
iklim tropis, sehingga menjadikan sebagian mengalami kebakaran hebat yang menewaskan
wilayahnya rawan bencana alam ditambah 47 pekerja akibat pekerjaan pengelasan yang
perubahan iklim sehingga berdampak pada tidak sesuai dengan standar. Bencana nonalam
peningkatan bencana hidrometeorologi. yang sedang terjadi saat ini adalah pandemi
Bencana alam dapat mempengaruhi Covid-19. Akibat pandemi ini, di Indonesia
kelangsungan perindustrian (Imaizumi et terjadi penurunan paling tajam dalam sembilan
al., 2016). Pada 2011, Jepang dilanda gempa tahun terakhir, survei pada Maret 2020, pada
bumi dan tsunami besar yang mengakibatkan output dan permintaan baru sehingga banyak
kecelakaan dan pemadaman stasiun listrik terjadi penutupan pabrik ditambah bencana
sehingga sejumlah perusahaan manufaktur banjir sehingga mengganggu rantai pasokan
mengalami rusak parah dan terhentinya (IHS Markit, 2020b).
proses produksi, bahkan beberapa produsen Jenis bencana lain yang dapat terjadi di
berat menutup pabrik. Penurunan produksi tempat kerja adalah bencana sosial. Pada tahun
perindustrian manufaktur Jepang mengalami 2015, terjadi aksi serangan teror di sebuah
kerugian diperkirakan hingga $309 miliar pabrik perusahaan teknologi gas di Perancis
(Nanto, 2011). Sejalan dengan pernyataan dan menewaskan satu orang. Pada November
Eric Krell dalam buku Business Continuity 2019, sebuah perusahaan di Kabupaten
Management, riset University of Minnesota Tangerang mendapat sebuah benda yang
menemukan, sekitar 90% perusahaan yang menyerupai bom yang akhirnya polisi dapat
tidak dapat bangkit setelah 10 hari mengalami mengamankan pelaku. Meskipun kejadian ini
kerusakan critical system akibat bencana, tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi hal ini
karena mereka mengalami kebangkrutan membuat resah para pekerja dan masyarakat
setelah diterpa bencana. sekitar perusahaan. Pada Februari 2020,
Menurut data Badan Nasional terjadi aksi teror di sebuah perusahaan bir di
Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang Amerika Serikat sehingga lima orang karyawan
tahun 2019 hingga Februari 2020, jenis dinyatakan tewas akibat aksi ini. Kejadian
bencana alam yang terjadi di Indonesia dengan bencana baik secara langsung maupun tidak
angka kejadian tertinggi adalah puting beliung, langsung, menimbulkan berbagai kerugian.
kemudian disusul banjir dan tanah longsor. Pada Setiap perusahaan memiliki potensi bencana,
1 Januari 2020, Pemerintah Provinsi Banten oleh sebab itu dibutuhkan persiapan dalam
menetapkan lima wilayah kabupaten dan kota menghadapi bencana untuk meminimalisir
berstatus tanggap darurat banjir dan longsor kerugian yang terjadi dan dibutuhkan

224
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

kesiapsiagaan dan manajemen tanggap darurat Nasional dan Kawasan Industri. Penelitian ini
di perusahaan. Kerugian yang beragam dilaksanakan di PT. LG Electronics Indonesia
akibat kasus kecelakaan kerja dan bencana Tangerang yang merupakan perusahaan
yang terjadi adalah akibat tidak terlaksana elektronik asal Korea Selatan yang merupakan
pengelolaan dan manajemen tanggap darurat pabrik perakitan kulkas dan Air Conditioner
yang baik di perusahaan (Pratiwi et al., 2013). (AC).
Perusahaan idealnya telah mempersiapkan Hasil studi pendahuluan yang dilakukan,
prosedur evakuasi jika terjadi kecelakaan kerja beberapa kali terjadi kebakaran kecil yang
dan disertai dengan kelengkapan sarana dan dapat dipadamkan oleh Alat Pemadam Api
prasarana untuk pertolongan pertama dan Ringan (APAR) pada ruang produksi di
pekerja memahami cara penggunaan alat atau bagian vacumm forming akibat kesalahan
pertolongan pertama tersebut. Para pekerja teknis. Material yang digunakan pada vacuum
yang tidak dapat menyelamatkan diri saat forming adalah material mudah terbakar yaitu
terjadi peristiwa darurat adalah akibat dari lembaran ABS. Kerugian yang dihasilkan
buruknya penerapan standar K3 di tempat akibat kebakaran kecil ini sepanjang tahun
kerja. 2019 sebesar Rp. 131.964.000. Di perusahaan
Setiap perusahaan yang berasal dari ini terdapat area berbahaya, yaitu penyimpanan
berbagai sektor diwajibkan melakukan R600, gudang penyimpanan alkohol, LPG,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan penyimpanan Cyclopentane dan Isocyanate,
program tanggap darurat sebagai suatu sistem dan boiler. Berdasarkan studi pendahuluan,
yang baik dan terencana (Pratiwi et al., 2013). gudang penyimpanan alkohol belum sesuai
Sesuai dengan UU No. 24 tahun 2007, setiap standar yang telah ditetapkan sehingga
perusahaan wajib untuk menyelenggarakan berpotensi tinggi mengakibatkan kecelakaan.
program tanggap darurat dan bencana Hasil wawancara pada Maret 2020
untuk menyelenggarakan Sistem Manajemen dengan Staf EESH PT. LG Electronics Indonesia
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Tangerang menjelaskan bahwa di perusahaan
yang didalamnya terdapat elemen yang wajib ini sudah membentuk sistem tanggap darurat
dilakukan oleh suatu badan usaha. Tujuan dari namun terapannya masih kurang dan divisi
kebijakan tersebut adalah untuk mengurangi EESH terus berupaya untuk mengadakan
korban dan kerusakan alat perusahaan yang pelatihan-pelatihan guna mendukung sistem
disebabkan karena kecelakaan kerja atau tanggap darurat yang sudah dibentuk. Dari hasil
keadaan darurat lainnya serta menghindari wawancara, jika terjadi bencana, maka proses
sumber bahaya dan mengamankan area lain evakuasi menjadi tanggung jawab tim tanggap
dari penyebaran efek sumber bahaya yang lebih darurat gedung sesuai dengan lokasi kejadian
luas (Anggitasari & Sulaksmono, 2014). bencana. Hal ini menjadi penting diteliti
Rujukan kajian dan acuan penilaian yang mengingat perlunya sistem tanggap darurat
digunakan dalam penelitian ini adalah National dalam menghadapi resiko bencana di tempat
Fire Protection Association (NFPA) 1600 kerja yang nantinya diharapkan berdampak
edisi 2019. NFPA 1600 edisi 2019 merupakan pada keselamatan, keamanan, dan kenyamanan
standar untuk keberlanjutan, keadaan darurat, pekerja maupun orang-orang yang berada di
dan manajemen krisis yang berlaku untuk tempat kerja tersebut. Tujuan penelitian ini
perusahaan publik, swasta, nirlaba, dan non adalah untuk mengetahui implementasi sistem
pemerintah (NFPA, 2019). NFPA 1600 edisi tanggap darurat menurut standar NFPA 1600
2019 lebih menekankan pada manajemen di PT. LG Electronics Indonesia.
krisis dimana terdapat hal-hal yang harus
dipersiapkan jika menghadapi keadaan darurat Metode
sehingga perusahaan bisa siap menghadapi Metode penelitian yang digunakan
krisis yang terjadi jika terjadi keadaan darurat. dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
Penelitian ini dilakukan di salah pendekatan kualitatif. Bentuk penelitian ini
satu perusahaan manufaktur di Kabupaten menyajikan informasi untuk mengetahui
Tangerang yang merupakan Kawasan Strategi implementasi sistem tanggap darurat yang

225
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

dinilai menggunakan standar NFPA 1600, menggunakan poin tingkat kesesuaian yang
meliputi Program Management, perencanaan, dikalikan 100% kemudian dibagi dengan total
implementasi, pelatihan, ujian, dan perbaikan keseluruhan poin, yaitu 194 poin indikator.
dan pengembangan program. Penelitian ini Penelitian ini telah memenuhi prinsip-
dilakukan pada 25 November s.d 10 Desember prinsip yang dinyatakan dalam Standards
2020 di PT. LG Electronics Indonesia. and Operational Guidance for Ethics Review
Teknik pengambilan sampel yang of Health-Related Research with Human
digunakan adalah non-probability sampling Participants dari WHO 2011 dan International
dengan teknik purposive sampling. Informan Ethical Guidelines for Health-related Research
dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, yaitu Involving Humans dari CIOMS dan WHO
1 orang General Manager, 1 orang Koordinator 2016 yang telah dikeluarkan oleh Komisi
Tim Tanggap Darurat sekaligus Kepala Etik Penelitian Kesehatan Universitas Negeri
Departemen Energy, Environment, Health and Semarang pada nomor dokumen 181/KEPK/
Safety PT. LG Electronics Indonesia, dan Ahli EC/2020.
K3 perusahaan.
Sumber informasi menggunakan Hasil Dan Pembahasan
dua jenis sumber, yaitu data primer, berupa Penelitian ini dilaksanakan di PT. LG
wawancara, dan data sekunder, berupa studi Electronics Indonesia untuk mendeskripsikan
dokumentasi. Teknik pengambilan data yang penerapan sistem tanggap darurat yang telah
digunakan adalah wawancara terstruktur dan dilakukan dengan teknik triangulasi sumber
studi dokumentasi menggunakan dokumen melalui wawancara dan studi dokumentasi
milik perusahaan. Instrumen yang digunakan yang telah dilakukan sesuai dengan mapping
dalam penelitian ini adalah lembar wawancara instrument yang meliputi idikator Program
dan lembar studi dokumentasi. Management, Planning, Implementation,
Pemeriksaan keabsahan data Training and Education, Exercises and Tests,
menggunakan teknik triangulasi sumber dan Program Maintenance and Improvement.
dengan membandingkan pernyataan informan Tabel 1. menjelaskan total rekapitulasi
satu dengan informan lain dan membandingkan dari penerapan 194 elemen indikator sistem
pernyataan informan dengan dokumen milik tanggap darurat di PT. LG Electronics Indonesia
perusahaan. Analisis data menggunakan adalah 160 elemen (82.5%) sesuai standar
model Miles dan Huberman, yaitu reduksi dan 34 elemen (17.5%) tidak sesuai. Berikut
data, penyajian data, dan penyimpulan tabel rekapitulasi kesesuaian indikator sistem
data. Penyajian data dalam penelitian ini tanggap darurat.
Tabel 1. Rekapitulasi kesesuaian indikator sistem tanggap darurat di PT. LG Electronics Indonesia
Kesesuaian
No Indikator Total Elemen
Sesuai Tidak Sesuai
1. Program Management 17 elemen 17 (100%) 0%
2. Planning 28 elemen 28 (100%) 0%
3. Implementation 107 elemen 73 (68.2%) 34 (31.8%)
4. Training and Education 5 elemen 5 (100%) 0%
5. Exercises and Tests 20 elemen 20 (100%) 0%
6. Program Maintenance and Improvement 17 elemen 17 (100%) 0%
Total 194 elemen 160 (82.5%) 34 (17.5%)

Berdasarkan NFPA 1600 edisi 2019, planning yang menggambarkan prosedur.


indikator pertama adalah program management Indikator ketiga adalah implementation
yang merupakan parameter yang mengandung merupakan elemen-elemen yang dapat
elemen-elemen komitmen para pimpinan diterapkan oleh entitas dalam penyusunan
puncak sebelum melangkah ke indikator program tanggap darurat. Indikator keempat
selanjutnya. Indikator kedua adalah planning adalah training and education merupakan
yang merupakan parameter standar bagi entitas indikator dalam penyusunan kurikulum
untuk melakukan penilaian sebelum menyusun dan sistem pelatihan manajemen bencana.

226
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

Indikator kelima adalah exercises and tests melalui visi dan misi dalam kebijakan mutu,
merupakan standar metodologi yang berbasis lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja
praktik hingga evaluasi program. Indikator dalam rangka membangun dan memelihara
keenam adalah program maintenance and sistem manajemen yang efektif dan efisien
improvement merupakan langkah-langkah bagi seluruh pihak. Dalam mewujudkan
dalam pengembangan program dengan komitmen perusahaan, kebijakan K3 dijadikan
melakukan tinjauan program, tindakan acuan dalam berbagai keputusan, seperti
korektIf, dan pengembangan berkelanjutan. menetapkan sasaran mutu, membangun
Berdasarkan hasil penelitian yang telah tempat kerja, dan pekerjaan. Perusahaan juga
tercantum, telah terdapat upaya perusahaan memiliki Emergency Response Manual yang
dalam menjalankan sistem tanggap darurat berisi berbagai macam skenario bencana, baik
sebagai wujud komitmen perusahaan terhadap bencana alam, nonalam, maupun sosial, yang
sistem manajemen K3. Namun, terdapat dapat digunakan jika terjadi suatu bencana.
kesenjangan pemenuhan indikator yang Dokumen yang mengatur tentang Program
sesuai dengan standar NFPA 1600. Beberapa Coordinator and Committee, tujuan program,
indikator telah memenuhi kesesuaian menurut dan otoritas terdapat dalam dokumen Prosedur
standar NFPA 1600, tetapi ada satu indikator Emergency Preparedness and Response.
yang tingkat kesesuaiannya tidak lengkap, yaitu Keterlibatan pimpinan puncak yang aktif
indikator implementation. Parameter tidak akan memberikan perubahan-perubahan pokok
sesuai dalam penelitian ini menunjukan bahwa secara signifikan dalam menghadapi keadaan
elemen yang terdapat dalam standar NFPA 1600 darurat untuk para pekerja (Handayana et al.,
belum sepenuhnya atau bahkan tidak sama 2016). Perubahan perilaku tentu memerlukan
sekali dijalankan. Perusahaan telah berupaya waktu, namun jika komitmen top management
dalam melakukan pemenuhan standar sistem kuat, maka pekerja akan dapat mengikuti
tanggap darurat menggunakan peraturan perubahan perilaku tersebut, terlebih hal
yang berlaku di LG Global dan peraturan yang tersebut akan berdampak baik untuk para
berlaku di Indonesia. Namun, ada baiknya pekerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya
standar NFPA 1600 menjadi standar tambahan yang meneliti tentang komitmen manajemen
dalam penyusunan sistem tanggap darurat di dengan penerapan sistem manajemen K3,
perusahaan. termasuk sistem tanggap darurat, bahwa
Parameter program management komitmen para top management akan
berdasarkan NFPA 1600 terdiri atas empat berpengaruh sangat besar terhadap penerapan
poin indikator utama yang digunakan sistem manajemen K3 (Noviandini et al., 2015).
dalam penelitian ini, yaitu Leadership and Peranan seluruh pihak dalam tanggap darurat
Commitment, Program Coordinator and yang ditunjukkan dengan keterlibatan dalam
Committee, Performance Objectives, dan proses akan menentukan implementasi sistem
Law and Authorities. Penerapan program tanggap darurat secara nyata, semakin tinggi
management dalam penelitian ini untuk tingkat keterlibatannya maka keberhasilan
keempat indikator tersebut 100% terpenuhi. program akan semakin tinggi (Ramli, 2018).
Menurut NFPA, Leadership and Commitment Penerapan indikator planning yang
berisi tentang ketentuan pemenuhan komitmen dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua
para pimpinan entitas terhadap program dan parameter, yaitu Risk Assessment dan Resouce
pematuhan peraturan yang berlaku. Kesesuaian Needs Assessment. Penerapan indikator
indikator ini dibuktikan dengan adanya planning pada penelitian ini telah memenuhi
dokumen tentang Manual Sistem Manajemen 28 elemen sesuai (100%). Perencanaan
Terintegrasi yang ditandatangani langsung dalam menghadapi bencana merupakan
oleh Presiden LG Electronics Indonesia sebagai rencana yang menggambarkan prosedur
bentuk komitmen dan kesepakatan dalam dan langkah-langkah yang dapat dilakukan
keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan, untuk pencegahan dan persiapan menghadapi
termasuk program tanggap darurat. Selain bencana (Hakim, 2019).
itu, komitmen perusahaan juga tergambarkan Pada Risk Assessment, PT. LG Electronics

227
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

Indonesia telah memiliki Emergency Response Poin indikator continuity dan recovery perlu
Manual yang berisi tentang bencana-bencana menjadi prioritas utama perusahaan dalam
yang dapat terjadi di area perusahaan serta cara memperbaiki dan mengembangkan program
pengendalian dan penanganan dari bencana- tanggap darurat. Poin indikator lain dalam
bencana tersebut. Menurut Ramli (2018), indikator implementation perlu ditingkatkan
langkah pertama dalam perencanaan tanggap kembali agar sesuai dengan standar NFPA
darurat bencana adalah identifikasi bencana 1600.
untuk memprediksi jenis bencana yang dapat Elemen yang tidak sesuai terdapat dalam
timbul di perusahaaan, seperti aspek daerah, parameter Common Plan Requirements.
geografis, aktivitas industri, jenis kegiatan, Penerapan elemen Common Plan Requirements
sumber daya alam, bencana yang telah terjadi, yang tidak diterapkan di perusahaan adalah
dan aspek lainnya. Hasil identifikasi tersebut membahas tentang kesehatan dan keselamatan
kemudian dapat dilakukan penilaian risiko personel secara tertulis. Berdasarkan hasil
bencana dan dapat terlihat potensi bencana di penelitian, keselamatan dan kesehatan personel
wilayah daerah atau perusahaan tersebut. telah diinformasikan melalui pelatihan
Penerapan parameter Resouce Needs sehingga tidak tercantum di ERP. Berdasarkan
Assessment yang telah dilakukan oleh PP No. 50 tahun 2012, dijelaskan bahwa setiap
perusahaan adalah melakukan penilaian perusahaan harus memiliki prosedur rencana
kebutuhan sumber daya berdasarkan dalam keadaan darurat untuk mengembalikan
identifikasi bahaya, memperhitungkan pada kondisi yang normal (Pemerintah RI,
penilaian kebutuhan sumber daya, seperti 2012). Hal ini tak luput dari kesehatan dan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keselamatan personel tim tanggap darurat
biaya, dan kuantitas, dan prosedur perolehan sehingga diperlukan perencanaan lebih lanjut
sumber daya. Menurut Khambali (2017), mengenai perencanaan keselamatan dan
dalam pembuatan perencanaan tanggap kesehatan para personel.
darurat, diperlukan upaya-upaya yang dapat Hal ini sesuai dengan standar NFPA 1600
mengurangi ancaman dan kerentanan, serta yang menyatakan bahwa penilaian kebutuhan
meningkatkan kemampuan sumber daya sumber daya dilakukan berdasarkan hasil
milik perusahaan yang dapat digunakan dan identifikasi bahaya yang mencakup sumber
dimaksimalkan untuk mengurangi risiko daya manusia, peralatan, fasilitas, pendanaan,
yang dapat berupa langkah pencegahan, pengetahuan ahli, material, teknologi,
pengurangan dampak, kesiapsiagaan, dan informasi, kerangka waktu yang dibutuhkan,
kemampuan bertahan dalam kondisi darurat. kuantitas sumber daya, waktu tanggap, batas
Penerapan indikator implementation kemampuan, dan hambatan, serta prosedur
yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri untuk memperoleh, mendistribusi, memelihara,
dari sebelas parameter, yaitu: Common Plan menguji, dan memperhitungkan sumber daya
Requirements, Prevention, Mitigation, Crisis yang digunakan untuk mendukung program.
Management, Crisis Communication and Selanjutnya, elemen yang tidak sesuai
Public Information, Warning; Notifications; terdapat dalam parameter Operational
and Communications, Operational Procedure, Procedure, yaitu prosedur tertulis mengenai
Incident Management, Emergency Response mobilisasi dan demobilisasi sumber daya.
Plan, Continuity, Recovery, dan Employee Menurut Ulum, (2014), salah satu faktor penting
Assistance and Support. Penerapan indikator dalam manajemen bencana adalah perencanaan
implementation pada penelitian ini memenuhi mobilisasi dan demobilisasi sumber daya. Hal
73 (68.2%) elemen sesuai dan 34 (31.8%) ini diperlukan untuk menentukan bentuk dan
elemen tidak sesuai. jenis sumber daya yang dibutuhkan perusahaan
Pada indikator implementation, terdapat dalam operasional sehingga perencanaan ini
kesenjangan dalam penerapan elemen-elemen. dapat memprediksi kebutuhan yang diperlukan
Hal ini dikarenakan penerapan continuity dan jika terjadi keadaan darurat. Menurut Ramli
recovery belum dilaksanakan oleh perusahaan (2018), sumber daya yang dibutuhkan tidak
sehingga angka kesesuaiannya adalah 0%. berarti harus tersedia sekaligus dan sepanjang

228
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

waktu karena bencana tidak dapat diprediksi. pemerintah yang fungsinya dijalankan jika
Namun, hal yang terpenting adalah adanya terjadi bencana pada skala yang besar atau
informasi ketersediaan sumber daya serta suatu wilayah.
mobilisasi dan demobilisasinya. Hal ini dapat Selanjutnya, penerapan parameter
dimulai dengan identifikasi kebutuhan sumber Emergency Response Plan yang menurut
daya, lalu dilakukan pencatatan inventaris standar NFPA 1600 adalah tentang aspek-
yang sudah dimiliki oleh perusahaan dan aspek yang berpotensi terjadi jika terjadi
dapat digunakan dalam keadaan darurat, dan keadaan darurat dan diperlukan perlindungan
pemenuhan sumber daya dapat dipenuhi menyeluruh, termasuk kepada penyandang
mulai dari kebutuhan vital, seperti kebutuhan disabilitas. Emergency Response Plan tentu
peralatan dan tenaga medis yang dapat memerlukan perencanaan yang matang
dimobilisasi setiap saat. karena tanggap darurat adalah kegiatan yang
Elemen yang tidak sesuai juga terdapat dilakukan saat terjadi bencana, dimana ini
dalam parameter Incident Management adalah tahapan paling krusial dalam sistem
yaitu adanya Pusat Operasi Darurat. manajemen bencana (Ramli, 2018). Oleh
Penanggulangan Incident Management karena itu, Emergency Response Plan perlu
dilakukan di lokasi kejadian bencana, karena efektif, efisien, terukur, dan tepat sasaran karena
sifat penanggulangannya adalah teknis dan fungsinya adalah sebagai panduan tindakan
dilakukan oleh personel sesuai keahlian dalam menghadapi bencana (Khambali, 2017).
(Ramli, 2018). Sejalan dengan pernyataan Pada parameter Emergency Response
tersebut, standar NFPA 1600 menyatakan Plan, perusahaan belum melakukan
bahwa perusahaan perlu mempersiapkan perencanaan tertulis mengenai tindakan
Pusat Operasi Darurat sebagai tempat pusat perlindungan untuk penyandang disabilitas.
untuk mengelola operasi tanggap darurat Menurut standar NFPA 1600, perhatian khusus
hingga pemulihan akibat suatu insiden. Pusat diperlukan bagi penyandang disabilitas jika
Operasi Darurat ini menjadi pusat komunikasi, suatu perusahaan memiliki pekerja penyandang
informasi insiden dengan sistem pencatatan disabilitas dan berkebutuhan khusus yang
dan informasi yang jelas melalui Pusat Operasi disesuaikan dengan jenis gangguan yang
Darurat yang dapat diteruskan ke pihak yang dimiliki. Hak perlindungan dari bencana bagi
berwenang, dan bersifat fisik dan virtual. penyandang disabilitas pun sudah diatur dalam
Namun, PT. LG Electronics Indonesia tidak UU Nomor 8 tahun 2016 bahwa penyandang
memiliki pusat operasi ini. disabilitas berhak untuk: mendapatkan
Menurut Pratiwi (2013), Pusat Operasi informasi yang mudah diakses akan adanya
Darurat merupakan elemen penting yang bencana; mendapatkan pengetahuan tentang
sangat berguna bagi perusahaan jika terjadi pengurangan risiko bencana; mendapatkan
keadaan darurat yang fatal karena Pusat prioritas dalam proses pemyelamatan dan
Operasi Darurat ini dapat menjadi pusat evakuasi dalam keadaan bencana; mendapatkan
informasi resmi perusahaan sehingga seluruh fasilitas dan sarana penyelamatan dan evakuasi
alur informasi dapat diproses di pusat operasi yang mudah diakses; dan mendapatkan
ini dan meminimalisir kesalahpahaman dan prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah
berita palsu yang dapat diterima oleh para pihak diakses di lokasi pengungsian.
eksternal perusahaan, termasuk para pemegang Parameter yang sama sekali tidak
kepentingan. Pusat Operasi Darurat juga dapat sesuai dengan standar NFPA 1600 adalah
berfungsi sebagai pusat pelaporan kerusakan Continuity dan Recovery. Perencanaan
yang dialami oleh perusahaan, pencatatan data Recovery dirancang untuk penyusunan
mobilisasi dan demobilisasi sumber daya, pusat prosedur yang harus dilakukan segera setelah
tanggapan dalam menyediakan evakuasi dan terjadinya bencana. Kemungkinan besar
tempat berlindung, serta dukungan layanan bencana dapat menimbulkan korban, sehingga
logistik yang dibutuhkan (Shouldis, 2010). diperlukan perencanaan matang mengenai
Namun, di Indonesia, Pusat Operasi Darurat pemulihan segera, terutama sarana dan
dilaksanakan dibawah naungan BNPB dan prasarana vital, seperti saluran listrik, saluran

229
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

telepon, dan saluran air minum. Menurut Menurut Engemann & Henderson,
Ramli (2018), sarana dan prasarana vital ini (2012), proses perencanaan program
sangat menentukan upaya pemulihan dan keberlanjutan bisnis meliputi tiga tahapan, yaitu
penyelamatan korban yang akan dilakukan. pengembangan program, implementasi, dan
Menurut NFPA 1600, rencana keberlanjutan perbaikan program. Hal ini dapat dilakukan
dirancang untuk memenuhi Recovery Time berkesinambungan dengan pengembangan
Objective dan Recovery Point Objective program tanggap darurat karena kelanjutan
sehingga perusahaan dapat meminimalisir dari program tanggap darurat adalah program
kerusakan atau kerigan sumber daya dan keberlanjutan dan pemulihan. Jika rencana
aset berharga akibat bencana. Selain itu, tanggap darurat dan rencana keberlanjutan
perencanaan keberlanjutan dan pemulihan bisnis dikembangkan bersamaan, maka
bisnis dapat mengidentifikasi maksimum perusahaan dapat mengembangkan program
tingkat kerusakan yang dapat ditoleransi untuk besar denfan prioritas keselamatan jiwa,
mengetahui kapan perusahaan dapat kembali perlindungan lingkungan, dan perlindungan
melakukan produksi dan pulih (Pratiwi et al., aset (NFPA, 2019).
2013).
Tabel 2. Implementasi Parameter Implementation
Kesesuaian
No Indikator Total Elemen
Sesuai Tidak Sesuai
1. Common Plan Requirements 10 elemen 9 (90%) 1 (10%)
2. Prevention 4 elemen 4 (100%) 0%
3. Mitigation 3 elemen 3 (100%) 0%
4. Crisis Management 9 elemen 9 (100%) 0%
5. Crisis Communication and Public Information 7 elemen 7 (100%) 0%
6. Warning, Notifications, and Communications 5 elemen 5 (100%) 0%
7. Operational Procedure 8 elemen 7 (87.5%) 1 (12.5%)
8. Incident Management 18 elemen 16 (88%) 2 (12%)
9. Emergency Response Plan 8 elemen 7 (87.5%) 1 (12.5%)
10. Continuity 18 elemen 0% 18 (100%)
11. Recovery 11 elemen 0% 11 (100%)
12. Employee Assistance and Support 6 elemen 6 (100%) 0%
Total 107 elemen 73 (68.2%) 34 (31.8%)

Parameter Training and Education pelatihan dapat dilakukan dengan berbagai


berdasarkan NFPA 1600 terdiri atas dua macam seperti seminar orientasi, drills,
poin indikator utama yang digunakan dalam tabletop exercise, functional exercise, dan full-
penelitian ini, yaitu Curriculum dan Incident scale exercise.
Management System Training. Penerapan Parameter Exercises and Tests
Training and Education dalam penelitian ini berdasarkan NFPA 1600 terdiri atas dua
untuk kedua indikator tersebut 100% terpenuhi. poin indikator utama yang digunakan dalam
Menurut standar NFPA 1600, pengembangan penelitian ini, yaitu Program Evaluation dan
kurikulum berbasis pelatihan dapat berupa aksi Exercise and Test Methodology. Penerapan
perlindungan diri seperti evakuasi dan simulasi Exercises and Tests dalam penelitian ini untuk
bencana dan dilatih dengan ahli berkompetensi. kedua indikator tersebut 100% terpenuhi.
Namun, Incident Management System Training Berdasarkan standar NFPA 1600, pelatihan
diperlukan tidak hanya kepada para personel yang dilakukan harus dapat mengevaluasi
tim tanggap darurat, namun juga untuk pekerja perencanaan dan prosedur yang telah
lain yang tetap berisiko terkena dampak dirancang guna perbaikan dan peningkatan
(Ramli, 2018). Oleh karena itu, pelatihan program. Pelatihan yang maksimal dilakukan
dapat dilakukan dengan simulasi bencana di sejalan dengan bertambahnya ilmu
saat kondisi berjalannya operasional. Menurut pengetahuan dan teknologi penanganan
Federal Emergency Management Agency, bencana, sehingga personel yang bertugas

230
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

dapat mengupayakan tanggap darurat yang dievaluasi dan ditinjau secara berkala, terutama
efektif dan efisien. Pelatihan ini perlu diiringi jika di organisasi tersebut tidak pernah terjadi
dengan simulasi kepada seluruh pekerja agar bencana, sehingga program tanggap darurat
dapat menyelamatkan diri sehingga kerugian, terlupakan (Ramli, 2018). Jika upaya perbaikan
baik diri sendiri dan perusahaan, dapat dan pengembangan program dilakukan secara
diminimalisir (Khambali, 2017). berkala, maka pengembangan sistem tanggap
Setiap tahunnya, PT. LG Electronics darurat dapat dilakukan dengan terencana dan
Indonesia menyusun perencanaan pelatihan komprehensif.
yang akan dilakukan selama setahun ke
depan. Jenis-jenis pelatihan yang dilakukan Kesimpulan
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
Pelatihan yang didapatkan oleh seluruh pekerja simpulan bahwa Implementasi Sistem Tanggap
umum adalah pelatihan dasar K3 secara Darurat berdasarkan NFPA 1600 di PT. LG
umum, pelatihan prosedur dan peraturan K3 Electronics Indonesia yang terdiri dari 194
di perusahaan, pelatihan kebakaran umum, elemen, terdapat 160 elemen (82.5%) sesuai
pelatihan pertolongan pertama, dan simulasi dan 34 elemen (17.5%) tidak sesuai. Penerapan
tanggap darurat. Namun, terdapat kendala elemen yang tidak sesuai yaitu: tidak adanya
dalam penerapan pelatihan ini dikarenakan perencanaan kesehatan dan keselamatan
waktu para peserta pelatihan yang tidak dapat personil tim tanggap darurat; prosedur
diprediksi sehingga pelatihan diberikan saat operasional yang mencakup mobilisasi dan
pekerja dapat meluangkan waktu bekerjanya demobilisasi sumber daya; pendirian Pusat
untuk mendapatkan pelatihan. Hal ini tentu Operasi Darurat utama dan alternatif; Pusat
akan berdampak pada keefektifan berjalannya Operasi Darurat yang penggunaannya dapat
pelatihan. diizinkan secara fisik atau virtual; perencanaan
Penerapan parameter Program tanggap darurat yang memuat perlakuan
Maintenance and Improvement menurut terhadap orang berkebutuhan khusus; seluruh
standar NFPA 1600 adalah Program poin indikator perencanaaan keberlanjutan
Reviews, Corrective Action, dan Continuous bisnis setelah terjadi bencana; dan seluruh poin
Improvement. Penerapan perbaikan dan indikator rencana pemulihan pasca bencana.
peningkatan program dalam penelitian Dari hasil tersebut, implementasi Sistem
ini untuk ketiga indikator tersebut 100% Tanggap Darurat berdasarkan NFPA 1600 di
terpenuhi. Menurut standar NFPA 1600, PT. LG Electronics Indonesia adalah dalam
evaluasi yang telah dilakukan berdasarkan kategori baik.
kebijakan yang berlaku, program yang telah
dijalankan, prosedur, dan pelatihan yang telah Daftar Pustaka
dijalankan digunakan sebagai acuan upaya Anggitasari, P., & Sulaksmono, M. (2014). Penilaian
perbaikan dan peningkatan program. Hasil Emergency Response Preparedness untuk
pengkajian tersebut dapat digunakan sebagai Proteksi Ledakan pada Area Peleburan Besi
masukan untuk peningkatan dan pemeliharaan pada PT. “X” (Berdasarkan Internasional
Safety Rating System). Indonesian Journal
program yang telah ada. Upaya perbaikan dan
of Occupational Safety and Health, 3(1),
peningkatan program ini dilakukan untuk 71–81. https://media.neliti.com/media/
mengatasi kekurangan, pembaruan, serta publications/3808-ID-penilaian-emergency-
meningkatkan program sehingga tindakan yang response-preparedness-untuk-proteksi-
akan dilakukan selanjutnya dapat dilakukan ledakan-pada-area-peleb.pdf
secara berkelanjutan melalui penggunaan Ardiansyah, T., Handoko, L., & Khairansyah, M. D.
ulasan program dan proses tindakan korektif (2017). Perencanaan Emergency Respons
(NFPA, 2019). Plan (ERP) di Galangan 24 di Perusahaan
Menurut penelitian National Safety Fabrikator Kapal Tanjung Perak Surabaya.
Council, salah satu faktor yang menyebabkab Proceeding 1st Conference on Safety
Engineering and Its Application. Vol 1(1).
gagalnya sistem manajemen bencana adalah
Hlm 241–244.
dikarenakan sistem tanggap darurat yang tidak

231
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

Ashary, I. Z., Kurniawan, B., & Widjasena, B. (2015). of Occupational Safety and Health. Vol 8(1).
Analisis Sistem Tanggap Darurat Kebakaran Hlm 47–56.
di Area Produksi Industri Kimia PT. X Mustakim, D. (2012). Penilaian Emergency
Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Preparedness Berdasarkan International
(e-Journal). Vol 3(3). Hlm 437–446. Safety Rating System di PT. X Semarang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2014). Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 1(2). Hlm
Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 690–709.
2015-2019. Nanto, D. K. (2011). Japan’s 2011 Earthquake and
Christian, K. R., Jayanti, S., dan Widjasena, B., 2017. Tsunami: Economic Effects and Implications
Analisis Sistem Tanggap Darurat Bencana for the United States. Congressional Research
Banjir Di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Service Japan, Ministry of Economy, Trade
Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip). and Industry.
Volume 3(3). Hlm 465-474. NFPA. (2019). NFPA 1600: Standard on Continuity,
Engemann, K. J., & Henderson, D. M. (2012). Emergency, and Crisis Management. In
Business Continuity and Risk Management: NFPA. https://www.nfpa.org/codes-and-
Essentials of Organizational Resilience. standards/all-codes-and-standards/list-of-
Rothstein Associates Inc. codes-and-standards/detail?code=1600
Faeliskah, F., Kurniawan, B., & Suroto, S. (2017). Noviandini, S., Ekawati, & Kurniawan, B. (2015).
Analisis Implementasi Sistem Tanggap Analisis Komitmen Pimpinan Terhadap
Darurat Berdasarkan OHSAS 18001:2007 Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3)
Klausul 4.4.7 di PT X Kalimantan Selatan. di PT. Krakatau Steel (Persero)Tbk. Jurnal
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 3(3),
Vol 5(1). Hlm 350–357. 639–650.
Hakim, L. (2019). Kerangka Kerja Kesiapan Pratiwi, M. A., Lestari, F., & Ridwansyah. (2013).
Menghadapi Bencana. Jurnal Dialog Analisis Implementasi Sistem Tanggap
Penanggulangan Bencana, 10(1), 1–11. Darurat Berdasarkan Asosiasi Perlindungan
Handayana, M. S., Suroto, S., & Kurniawan, B. Kebakaran Nasional 1600. Kesmas: Jurnal
(2016). Analisis Manajemen Pelaksanaan Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(10), 435–
pada Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat 439.
di Gedung Perkantoran X. Jurnal Kesehatan Ramli, S. (2018). Pedoman Praktis Manajemen
Masyarakat, 4(1), 322–331. Bencana. Dian Rakyat.
Harmanto, O., dan Widjasena, B. 2015. Analis Rosyida, A., Nurmasari, R., & Suprapto. (2019).
Implementasi Sistem Evakuasi Pasien Analisis Perbandingan Dampak Kejadian
dalam Tanggap Darurat Bencana Kebakaran Bencana Hidrometeorologi dan Geologi
Pada Gedung Bertingkat di Rumah Sakit X di Indonesia dilihat dari Jumlah Korban
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. dan Kerusakan (Studi: Data Kejadian
Vol. 3 (3). Hlm. 555-562. Bencana Indonesia 2018). Jurnal Dialog
ILO. (2013). Kesinambungan Daya Saing dan Penanggulangan Bencana, 10(1), 12–21.
Tanggung Jawab Perusahaan. Salindeho, Injilia K., Umboh, Jootje M. L., Sondakh,
Imaizumi, A., Kaori, I., & Tetsuji, O. (2016). Ricky C. (2020). Gambaran Penerapan Sistem
Impact of Natural Disasters on Industrial Tanggap Darurat Kebakaran di PT. Nutrindo
Agglomeration: The Case of the Great Fresfood Internasional Kota Bitung. Jurnal
Kanto Earthquake in 1923. Explorations in KESMAS. Vol. 9 No. 7. Hlm 72-77.
Economic History, 60, 52–68. Sambada, Grandis Harini, dkk. 2016. Analisis Sistem
Karimah, Minati., Kurniawan, Bina., Suroto. 2016. Tanggap Darurat Kebakaran di Container
Analisis Upaya Penanggulangan Kebakaran Yard 02 Terminal Petikemas PT. Pelabuhan
di Gedung Bougenville Rumah Sakit Indonesia III (Persero) Semarang Tahun
Telogorejo Semarang. Jurnal Kesehatan 2016. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4
Masyarakat. Vol. 4 (4). Hlm. 698-706. (4). Hlm. 667-672.
Khambali, I. (2017). Manajemen Penanggulangan Sumartias, S., & Rahmat, A. (2013). Faktor-Faktor
Bencana. Penerbit Andi. yang Mempengaruhi Konflik Sosial. Jurnal
Mufida, M. R., & Martiana, T. (2019). Sistem Tanggap Penelitian Komunikasi, 16(1), 13–20.
Darurat Kebakaran di Gedung Administrasi Syaefudin, Tesa L. M., Kawatu, Paul A. T.,
Perusahaan Listrik. The Indonesian Journal Maddusa, Sri Seprianto. (2018). Penerapan

232
Fairuz Nabila Asfarisya, Herry Koesyanto / Implementasi Sistem Tanggap / IJPHN (1) (2) (2021)

Sistem Tanggap Darurat Kebakaran di PT. Brawijaya Press.


Pertamina Terminal Bahan Bakar Minyak Varma, R., & Varma, D. R. (2005). The Bhopal
Bitung. Jurnal KESMAS. Vol 7 No 5. Hlm 1-7 Disaster of 1984. Bulletin of Science,
Ulum, M. C. (2014). Manajemen Bencana: Suatu Technology and Society. Vol. 25. Hlm 37–45.
Pengantar Pendekatan Proaktif. Universitas

233

Anda mungkin juga menyukai