Anda di halaman 1dari 7

IJPHN 2 (2) (2022) 201-207

Indonesian Journal of Public Health and Nutrition


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/IJPHN

Penerapan Alat Pemadam Api Ringan Berdasarkan Permenakertrans No 04 Tahun


1980 di Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes

Nur Kholipah Yuniati, Anik Setyo Wahyuningsih


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Article History: Latar Belakang: Perkantoran Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes memiliki potensi untuk ter-
Submitted 3 Januari 2022 jadinya kebakaran. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah salah satu sistem proteksi ke-
Accepted 17 Mei 2022 bakaran yang wajib ada disetiap tempat kerja. APAR ditempat kerja harus mengacu pada Per-
Published 31 Juli 2022 menakertrans No.04 Tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan jenis data
Keywords: kuantitatif. Teknik pengambilan data berupa observasi, pengukuran, wawancara, dan doku-
Fire Potential, Fire,
mentasi. Instrumen yang digunakan adalah lembar checklist dan pedoman wawancara. Vari-
Light Fire Extinguisher
abel dalam penelitian ini adalah jenis APAR, kondisi APAR, penempatan APAR, tanda pema-
DOI:
sangan APAR, petunjuk penggunaan APAR, dan pemeliharaan APAR.
https://doi.org/10.15294/ Hasil: Hasil menunjukkan kesesuaian jenis dan kondisi APAR sebesar 100%, penempatan
ijphn.v2i2. 53303 APAR 78,57%, tanda pemasangan APAR 0%, petunjuk penggunaan APAR 6,25%, dan pemeli-
haraan APAR 66,67%. Berdasarkan hasil penjumlahan elemen data yang sesuai dibandingkan
dengan jumlah elemen keseluruhan item data didapat nilai sebesar 58,6%.
Kesimpulan: Tingkat penerapan APAR berdasarkan Permenakertrans No.04 Tahun 1980 di
Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes sebesar 58,6% dalam kategori cukup layak

Abstract
Background: The Brebes District Health Office has the potential for fires to occur. A Light Fire
Extinguisher (APAR) is one of the fire protection systems that must be present in every work-
place. APAR in the workplace must refer to Permenakertrans No. 04 of 1980 concerning Require-
ments for Installation and Maintenance of APAR.
Methods: The type of research used is descriptive observational with quantitative data types.
Data collection techniques in the form of observation, measurement, interviews, and documen-
tation. The instruments used are checklist sheets and interview guidelines. The variables in this
study were the type of fire extinguisher, the condition of the fire extinguisher, the placement of the
fire extinguisher, the sign of the fire extinguisher installation, the instructions for using the fire
extinguisher, and the maintenance of the fire extinguisher.
Results: The results showed that the suitability of the type and condition of the fire extinguisher
was 100%, the placement of the fire extinguisher was 78.57%, the sign of the fire extinguisher
installation was 0%, the instructions for using the fire extinguisher was 6.25%, and the main-
tenance of the fire extinguisher was 66.67%. Based on the results of the sum of the appropriate
data elements compared to the total number of elements of the entire data item, a value of 58.6%
is obtained.
Conclusion: The level of APAR implementation based on Permenakertrans No. 04 of 1980 at the
Brebes District Health Office was 58.6% in the fairly decent category.

© 2022 Universitas Negeri Semarang


Correspondence Address: pISSN 2798-4265
Universitas Negeri Semarang, Indonesia. eISSN 2776-9968
Email : nkyuniati@gmail.com

201
Nur Kholipah Yuniati, Anik Setyo Wahyuningsih / Penerapan Alat Pemadam Api / IJPHN (2) (2) (2022)

Pendahuluan 62,8% disebabkan oleh listrik atau adanya


Keselamatan dan kesehatan kerja hubungan pendek arus listrik. Penataan ruang
merupakan upaya untuk mempertahankan dan minimnya prasarana penanggulangan
dan meningkatkan derajat kesejahteraan fisik, bencana kebakaran juga berkontribusi
mental, dan sosial yang setinggi-tingginya bagi terhadap timbulnya kebakaran (Harianja et al.,
para pekerja (Alzahra et al., 2016). Kesehatan 2020). Jumlah kasus kebakaran di Indonesia
kerja di Indonesia di atur berdasarkan UU meningkat pada tahun 2017-2019 dihitung
No. 1 Tahun 1970 yang menjelaskan tentang dari Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan dan
keselamatan kerja. Aspek penting dalam Lahan (Ha) (Kementrian Lingkungan Hidup
keselamatan kerja adalah terhindarnya pekerja Dan Kehutanan, 2020). Sedangkan dari laporan
dari potensi bahaya kebakaran (Septiadi et al., Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa
2014). Bab III pasal 3 berisi tentang Syarat- Tengah angka kejadian kebakaran di Jawa
syarat Keselamatan Kerja yaitu mencegah, Tengah pada tahun 2019 sebesar 718 kejadian.
mengurangi dan memadamkan kebakaran Dimana angka tersebut menduduki peringkat
(Kristianto et al., 2015). Kondisi darurat yang pertama bencana terbanyak di Jawa Tengah
paling tinggi mendapatkan perhatian karena pada tahun 2019 (Badan Penanggulangan
seringnya terjadi adalah keadaan darurat Bencana Jawa Tengah, 2019). Di Kabupaten
karena kebakaran (Arrazy, 2014). Brebes pada tahun 2018-2020 terdapat 220
Kebakaran merupakan bahaya yang kejadian kebakaran, dimana salah satu kejadian
paling mengkhawatirkan dan memiliki kebakaran di Dinas Kesehatan Kabupaten
frekuensi kejadian tertinggi dibanding major Brebes pada tanggal 1 Juni 2020 yang
hazard lainnya (Lestari & Oginawati, 2016). kerugiannya ditaksir lebih dari 170 juta (Dinas
Peristiwa kebakaran dapat terjadi di jenis Kesehatan Kabupaten Brebes, 2020).
bangunan apapun, baik di pemukiman, Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes
perindustrian, rumah sakit, atau di gedung atau memiliki potensi untuk terjadinya kebakaran,
bangunan lainnya (Kowara & Martiana, 2017). karena selain gedung Dinas Kesehatan
Beberapa penyebab terjadinya kebakaran Kabupaten Brebes yang bertingkat, didalam
antara lain yaitu rendahnya kesadaran perkantoran terdapat komputer-komputer dan
masyarakat akan bahaya kebakaran, kurangnya arsip-arsip perkantoran. Hal tersebut yang
kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan membuat gedung bertingkat perkantoran
menanggulangi bahaya kebakaran, sistem menjadi berpotensi terjadinya kebakaran
penanganan kebakaraan yang belum terwujud, (Ramli, 2010). Potensi kebakaran dapat
tidak memadainya sarana prasarana sistem bersumber dari masalah teknis seperti
proteksi kebakaran gedung (Hidayat, 2017). banyaknya bahan yang mudah terbakar di
Di Amerika Serikat, kebakaran adalah dalam ruangan seperti furniture kantor, alat
penyebab utama cedera dan kematian (Ta et tulis kantor juga peralatan listrik dan peralatan
al., 2006). Di New York, kebakaran terjadi medis yang ada pada gedung tersebut (Pratama,
pada Triangle Shirtwaist Company yang 2017). Terjadinya kebakaran pada bangunan
menyebabkan 146 pekerja meninggal dunia, gedung maupun hunian dapat disebabkan
kejadian ini dikarenakan ketidakcukupan oleh banyak faktor. Terdapat 60% kebakaran
perlindungan keselamatan tempat kerja disebabkan oleh kesalahan pada pemasangan
(Campbell & Levenstein, 2015). Bencana instalasi listrik, dan 30% disebabkan dari
kebakaran cenderung meningkat setiap tahun, pemasangan kabel, sedangkan penyebab lainnya
banyaknya kasus kebakaran yang terjadi di dikarenakan adanya kesalahan sambungan
tempat kerja, perkotaan, dan dalam transportasi listrik, beban yang tidak sesuai, stop kontak
umum menunjukkan bahwa kebakaran adalah tidak layak atau rusak, pengamanan listrik
masalah serius bagi kehidupan manusia yang tidak tepat dan meteran listrik yang tidak
(Supriyanto et al., 2018). Resiko kebakaran sesuai dengan standar (Subagyo, 2016).
berfokus pada cedera, faktor sosial dan ekonomi Dalam UU No.28 Tahun 2002 Pasal 3
(Turner, 2017). yang menyatakan bahwa bangunan gedung
Kasus kebakaran di Indonesia sekitar yang difungsikan untuk berbagai macam

202
Nur Kholipah Yuniati, Anik Setyo Wahyuningsih / Penerapan Alat Pemadam Api / IJPHN (2) (2) (2022)

aktivitas penghuni seharusnya memberikan sedemikian rupa tentang penerapan APAR.


jaminan keselamatan, kesehatan, dan Namun pada kenyataannya penempatan,
kenyamanan bagi penghuninya. Termasuk penggunaan, pemeliharaan serta pengawasan
salah satunya adalah jaminan keselamatan APAR yang telah ditetapkan sesuai dengan
terhadap bahaya kebakaran. Dalam Undang- peraturan sering tidak menjadi prioritas. Hal
Undang tersebut disebutkan bahwa salah ini dapat menyebabkan kemampuan dan
satu bentuk pengamanan terhadap bahaya kondisi APAR tidak sesuai, sehingga tidak
kebakaran adalah dengan pemasangan APAR dapat digunakan secara maksimal disaat
(alat pemadam api ringan) (Undang Undang kondisi darurat (Sari, 2015). Penyediaan
Republik Indonesia Tahun 2002 Tentang APAR di ruang tertutup maupun terbuka
Bangunan Gedung, n.d.). Alat pemadam sangatlah penting apalagi tempat yang rawan
api ringan merupakan alat yang digunakan atau berpotensi terjadi kebakaran. APAR
dalam keadaan darurat untuk mengendalikan sendiri merupakan suatu alat pemadam yang
kebakaran kecil (Tumram et al., 2018). dapat dibawa dan digunakan oleh satu orang,
Pelaksanaan pemeriksaan dan beratnya berkisar antara 1 hingga 15 kg, dan
pemeliharaan sarana proteksi kebakaran jika digunakan untuk memadamkan kebakaran
sudah dilakukan dengan rutin, ketersediaan tingkat awal (Hambudi, 2005). Alat pemadam
alat pemadam kebakaran cukup berpengaruh api ringan yang paling umum digunakan
pada keamanan staf (Kurniawan & Laksito, di gedung perkantoran adalah jenis APAR
2014). Fasilitas pemadam kebakaran harus berbahan serbuk kimia kering (Sebben, 1990).
dilengkapi sesuai dengan ukuran atau peraturan Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes
objek pemadam kebakaran untuk menekankan memiliki sarana alat pemadam api ringan
pentingnya pemadaman kebakaran awal (APAR) disetiap titik tertentu. Tetapi, terdapat
(Baek & Park, 2018). Pada penelitian Agus APAR yang ditempatkan tidak menggantung,
Pratama (Pratama, 2017) yang dilakukan dan tidak terdapat tanda pemasangan. Kondisi
digedung Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas tersebut tidak sesuai dengan penerapan APAR
II Balikpapan, menyimpulkan bahwa kantor berdasarkan Permenakertrans No. Per-04/
tersebut belum memiliki kebijakan darurat Men/1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan
kebakaran dan sarana penyelamatan diri Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
yang memadai. Sedangkan dalam penelitian Kondisi APAR yang tidak sesuai dengan standar
(Akbarrio, 2017) yang dilaksanakan di PTPN X akan mempengaruhi kemampuan, kemudahan,
Kebun Kertosari Kabupaten Jember diketahui dan kesiapan APAR dalam mencegah api
bahwa 47,6 % APAR dalam kondisi kurang menjadi besar sehingga dapat menimbulkan
baik. Tanda dan jarak tanda pemasangan kebakaran besar (Syakbania & Wahyuningsih,
APAR seluruhnya tidak sesuai dengan 2017).
ketentuan Permenakertrans No.: PER.04/ Berdasarkan uraian diatas perlu
MEN/1980, 81,8% APAR memiliki jarak antar dilakukan sebuah usaha untuk meminimalisir
APAR yang tidak sesuai dengan kententuan kerugian yang harus ditanggung akibat
Permenakertrans No.: PER.04/MEN/1980, bahaya kebakaran. Pemasangan APAR yang
ketinggian APAR seluruhnya tidak sesuai belum memenuhi standar sebaiknya segera
dengan ketentuan Permenakertrans No.: ditindaklanjuti untuk mengoptimalkan
PER.04/MEN/1980, serta pemeliharaan APAR kesiapan penanggulangan kebakaran
seluruhnya tidak sesuai dengan ketentuan (Hambyah, 2017). Oleh sebab itu, pemasangan
Permenakertrans No.: PER.04/MEN/1980. dan pemeliharaan APAR perlu diperhatikan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan kesesuaiannya berdasarkan Peraturan
Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 tentang Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.4
syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Tahun 1980 Tentang Syarat Pemasangan dan
APAR (Peratura Menteri Tenaga Kerja Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Transmigrasi No 08 Tahun 1980 Tentang Syarat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
- Syarat Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat kesesuaian penerapan Alat Pemadam Api
Pemadam Api Ringan, n.d.) telah mengatur Ringan Berdasarkan Permenakertrans No. 04

203
Nur Kholipah Yuniati, Anik Setyo Wahyuningsih / Penerapan Alat Pemadam Api / IJPHN (2) (2) (2022)

Tahun 1980 Di Dinas Kesehatan Kabupaten Kabupaten Brebes. Sumber data dari penelitian
Brebes. menggunakan data primer dan data sekunder.
Instrumen yang digunakan adalah lembar
Metode checklist dan pedoman wawancara. Teknik
Jenis penelitian yang digunakan adalah yang digunakan dalam pengambilan data
observasional deskriptif, dengan jenis data berupa observasi, pengukuran, wawancara, dan
kuantitatif. Variabel bebas yang digunakan dokumentasi. Setelah dilakukan pengambilan
dalam penelitian ini adalah jenis APAR, kondisi data dari setiap variabel, kemudian dilakukan
APAR, penempatan APAR, tanda pemasangan analisis tingkat kesesuaian APAR berdasarkan
APAR, petunjuk penggunaan APAR, dan Permenakertrans No.04 tahun 1980. Hasil
pemeliharaan APAR. Variabel terikat dalam dari tingkat kesesuaian APAR dianalisis
penelitian ini adalah kesesuaian APAR. Sampel menggunakan tingkat kesesuaian berdasarkan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Arikunto (Arikunto & Jabar, 2019) dengan
seluruh APAR yang ada di Dinas Kesehatan pembagian lima kategori kelayakan.
Tabel 1. Kategori kelayakan menurut Arikunto.
No Presentase (%) Kategori Kelayakan
1 <21% Sangat Tidak Layak
2 21%-40% Tidak Layak
3 41%-60% Cukup Layak
4 61%-80% Layak
5 81%-100% Sangat Layak

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli- APAR. Hal ini sejalan dengan penelitian
Agustus 2021 dan sebelum dilakukan penelitian (Panja, 2020) yang dilaksanakan di Java Mall
sudah mendapatkan ethical clearance dengan Semarang bahwa penerapan alat pemadam
Nomor: 211/KEPK/EC/2021 dari Komisi api ringan (APAR) belum sepenuhnya sesuai
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Ilmu dengan standar yang ada di Indonesia, yaitu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Permenakertrans No 4 Tahun 1980. Kondisi
APAR yang tidak sesuai dengan standar akan
Hasil dan Pembahasan mempengaruhi kemampuan, kemudahan, dan
Alat pemadam api adalah alat yang kesiapan APAR dalam mencegah api menjadi
digunakan dalam keadaan darurat untuk besar sehingga dapat menimbulkan kebakaran
mengendalikan kebakaran kecil (Tumram, besar (Purnamasari & Koesyanto, 2018).
Ambade, & Dixit, 2017). Alat Pemadam Api Berdasarkan observasi yang dilakukan di
Ringan (APAR) di Dinas Kesehatan Kabupaten Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, didapatkan
Brebes berjumlah 16 APAR dengan merek kesesuaian jenis alat pemadam api ringan
Smart Protect dengan jenis Dry Chemical sebesar 100%. Jenis APAR yang digunakan
Powder (serbuk kimia kering). Terdapat 14 adalah jenis dry chemical powder (serbuk
APAR yang beratnya 6 kg, dan 2 tabung APAR kimia kering), dimana jenis media APAR ini
beratnya 2,5 kg. cocok digunakan untuk kebakaran golongan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap A (kebakaran bahan padat kecuali logam),
Bapak Erwin, selaku penanggung jawab golongan B (kebakaran bahan cair atau gas yang
pemeliharaan APAR dan fasilitas lain seperti mudah terbakar), dan golongan C (kebakaran
printer dan komputer di Dinas Kesehatan instalasi listrik bertegangan). Hasil ini sejalan
Kabupaten Brebes, diperoleh bahwa dengan penyataan Sebben (1990) bahwa
pemasangan dan pemeliharaan APAR sudah alat pemadam api ringan yang paling umum
memenuhi standar, namun dari hasil observasi digunakan di gedung perkantoran adalah jenis
peneliti ditemukan bahwa ada ketidaksesuaian APAR berbahan serbuk kimia kering.
dengan peraturan Permenakertrans 04 Tahun Kondisi APAR di Dinas Kesehatan
1980 mengenai penempatan APAR, tanda Kabupaten Brebes 100% telah sesuai dengan
pemasangan APAR, dan petunjuk penggunaan Permenakertrans No.04 Tahun 1980. Kondisi

204
Nur Kholipah Yuniati, Anik Setyo Wahyuningsih / Penerapan Alat Pemadam Api / IJPHN (2) (2) (2022)

APAR dalam kondisi baik seperti tabung ini dapat menghambat proses penanggulangan
tidak berlubang atau cacat karena karat, saat terjadi kebakaran.
APAR masih berisi, tabung masih memiliki Terdapat 56.25% ketinggian APAR yang
tekanan, handle dalam keadaan baik, label tidak sesuai, diantaranya APAR 02 dengan
dalam keadaan tidak sobek, mulut pancar tidak tinggi 135 cm, APAR 06 (ruang kesehatan
tersumbat, pipa pancar tidak retak. Fasilitas keluarga) dengan tinggi 160 cm, APAR 07
pemadam kebakaran harus dilengkapi sesuai (gudang arsip 1) diletakkan pada lantai, APAR
dengan ukuran atau peraturan objek pemadam 08 (ruang suim) dengan tinggi 140 cm, APAR
kebakaran untuk menekankan pentingnya 09 (ruang farmasi) dengan tinggi 130 cm,
pemadaman kebakaran awal (Baek & Park, APAR 10 (dibawah tangga 2) dengan tinggi 160
2018). Terdapat tanda pemasangan pada lima cm, APAR 11 ( gudang arsip 2) ditempatkan
APAR yaitu APAR 02, APAR 05, APAR 06, pada meja, APAR 12 ( lantai 2, depan gedung
APAR 08, dan APAR 09. Akan tetapi, kesesuaian arsip) dengan tinggi 130 cm, dan APAR 13
0% karena tanda pemasangan yang tersedia (lantai 2, ruang aula kecil) dengan tinggi
tidak sesuai dengan Permenakertrans No.04 125 cm. Berdasarkan hasil wawancara yang
Tahun 1980. Syarat tanda pemasangan APAR dilakukan, ketidaksesuaian ketinggian APAR
yaitu gambar tanda pemasangan berbentuk dikarenakan ketidaktahuan penanggung jawab
segitiga sama sisi dengan warna dasar merah, pemeliharaan APAR mengenai peraturan yang
ukuran sisi segitiga 35 cm, tinggi huruf 3 cm mengatur tentang ketinggian APAR. Pada
berwarna putih, tinggi tanda panah 7,5 cm Permenakertrans No.04 Tahun 1980 pasal 8
warna putih, dan tinggi pemberian tanda menyebutkan bahwa pemasangan alat pemadam
pemasangan (pasal 4 ayat 3) yaitu 125 cm dari api ringan harus sedemikian rupa sehingga
dasar lantai tepat di atas satu atau kelompok bagian paling penting atas (puncaknya) berada
alat pemadam api ringan yang bersangkutan. pada ketinggian 120 cm dari permukaan lantai
Berdasarkan wawancara terhadap penanggung kecuali jenis CO², dan tepung kering (dry
jawab pemeliharaan APAR, ketidaktahuan chemical) dapat ditempatkan lebih rendah
penanggung jawab mengenai ukuran tanda dengan syarat, jarak antara dasar alat pemadam
pemasangan yang sesuai dengan peraturan, api ringan tidak kurang 15 cm dari permukaan
menjadi faktor utama ketidaksesuaian pada lantai.
semua tanda pemasangan APAR di Dinas Sedangkan untuk jarak APAR 100%
Kesehatan Kabupaten Brebes. telah sesuai dengan Permenakertrans No.04
Permenakertrans No. 04 Tahun 1980 Tahun 1980 Pasal 4 ayat (5) bahwa alat
pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap pemadam yang satu dengan yang lainnya atau
alat pemadam api ringan harus dipasang kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
(ditempatkan) menggantung pada dinding melebihi 15 meter. Sebesar 6,25% petunjuk
dengan penguatan sengkang atau dengan penggunaan APAR yang sesuai dengan syarat
konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan pemeliharaan APAR. Dalam hal ini terdapat
dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci. 93,75% petunjuk APAR yang tidak sesuai
Akan tetapi, di Dinas Kesehatan Kabupaten dengan peraturan. Ketidaksesuaian petunjuk
Brebes terdapat dua APAR yang yang penggunaan APAR di Dinas Kesehatan
ditempatkan pada posisi yang tidak sesuai, yaitu Kabupaten Brebes dikarenakan proses
APAR 07 (gudang arsip 1) yang ditempatkan pendanaan untuk memfasilitasi pemasangan
pada lantai dan APAR 11 (gudang arsip 2) APAR. Dalam Permenakertrans No.04 Tahun
yang ditempatkan pada meja. Ketidaksesuaian 1980 pada BAB III pasal 14 bahwa petunjuk
penempatan APAR dikarenakan tidak cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan
tersediannya tempat yang bisa digunakan harus dapat dibaca dengan jelas.
untuk menggantung APAR, karena gudang Kesesuaian periode pemeriksaan di
arsip telah dipenuhi dengan lemari dan benda Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes sebesar
lainnya. APAR 07 ditempatkan pada lantai dan 0% karena hanya dilakukan satu kali dalam
terhalang oleh benda lain sehingga posisi tabung setahun. Ketidaksesuaian pemeriksaan APAR
APAR tidak mudah dilihat dengan jelas. Hal dikarenakan penanggung jawab APAR lebih

205
Nur Kholipah Yuniati, Anik Setyo Wahyuningsih / Penerapan Alat Pemadam Api / IJPHN (2) (2) (2022)

memprioritaskan pemeliharaan fasilitas Masyarakat Universitas Diponegoro, 4(3),


lain yang sering digunakan, dengan hal ini 623–633.
pemeriksaan APAR tidak sesuai dengan Syarat Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2019). Evaluasi
pemeliharaan APAR dalam Permenakertrans Program Pendidikan Islam. In Paramurobi:
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Vol. 2,
No.04 Tahun 1980 pada BAB III pasal 11 ayat
Issue 1, pp. 65–74). https://doi.org/10.32699/
(1). Periode percobaan semua APAR dilakukan paramurobi.v2i1.817
dua sampai tiga tahun sekali. Waktu percobaan Arrazy, S. (2014). Penerapan Sistem Manajemen
telah sesuai dengan Permenakertrans No.04 Keselamatan di Rumah Sakit Dr. Sobirin
Tahun 1980 Pasal 15 ayat (1) bahwa untuk setiap Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013. Jurnal
alat pemadam api ringan dilakukan percobaan Kesmas, 5(2), 103.
tekanan secara berkala dengan jangka waktu Badan Penanggulangan Bencana Jawa Tengah.
tidak melebihi 5 (lima) tahun sekali dan (2019).
harus kuat menahan tekanan coba menurut Baek, C., & Park, I. (2018). Improvement To
ketentuan ayat (2), (3), dan ayat (4), pasal ini The Applicable Scope Of Automatic Fire
Extinguisher To Reduce Fire Damage.
selama 30 (tiga puluh) detik. Sedangkan untuk
Journal of the Korean Society of Safety, 33(1),
periode pengisian semua APAR dilakukan satu 62–65.
tahun sekali, sehinggan waktu pengisian APAR Campbell, R., & Levenstein, C. (2015). Fire and
telah sesuai. Pelaksanaan pemeriksaan dan Worker Health and Safety: An Introduction
pemeliharaan sarana proteksi kebakaran jika to the Special Issue. NEW SOLUTIONS: A
sudah dilakukan dengan rutin, ketersediaan Journal of Environmental and Occupational
alat pemadam kebakaran cukup berpengaruh Health Policy, 24(4), 457–468. https://doi.
pada keamanan staf/pekerja (Kurniawan & org/10.2190/ns.24.4.a
Laksito, 2014). Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes. (2020).
Hambudi, T. (2005). Professional General Affair.
Panduan Bagian Umum Perusahaan Modern.
Kesimpulan
Visimedia.
Berdasarkan penelitian yang telah Hambyah, R. F. (2017). Evaluasi Pemasangan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Apar Dalam Sistem Tanggap Darurat
penerapan alat pemadam api ringan di Dinas Kebakaran Di Gedung Bedah Rsud Dr.
Kesehatan Kabupaten Brebes berdasarkan Soetomo Surabaya. The Indonesian Journal
Permenakertrans No.04 Tahun 1980 of Occupational Safety and Health, 5(1), 41.
menunjukkan presentase 58,6% dengan https://doi.org/10.20473/ijosh.v5i1.2016.41-
kategori layak. 50
Harianja, E., Toruan, M., & Hasibuan, A. (2020).
Ucapan Terima Kasih Analisis Penerapan Sistem Proteksi
Aktif Dalam Upaya Pencegahan dan
Terima kasih saya sampaikan kepada
Penanggulangan Bahaya Kebakaran di PTPN
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes yang IV Unit PKS Pabatu, Serdang Bedagai. Journal
telah memberikan izin dalam melaksanakan of Healthcare Technology and Medicine, 6(2),
penelitian ini, dan pihak lain yang secara 134–146.
langsung atau tidak langsung memberikan Hidayat, D. (2017). Evaluasi Keandalan Sistem
dukungan untuk penelitian ini. Proteksi Kebakaran Ditinjau dari Sarana
Penyelamatan dan Sistem Proteksi Kebakaran
Daftar Pustaka Pasif di Gedung Lawang Sewu Semarang.
Akbarrio. (2017). Kajian Syarat-Syarat Pemasangan Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(5), 134–146.
Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Di PTPN X Kebun Kertosari Kabupaten (2020).
Jember. https://repository.unej.ac.id/ Kowara, R., & Martiana. (2017). Analisis Sistem
handle/123456789/82502 Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya
Alzahra, V., Widjasena, B., & Suroto, S. (2016). Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.
Analisis Mitigasi Non Struktural Jurnal Manajemen Kesehatan, 3(1), 69–84.
Kebakaran Dalam Upaya Pencegahan Kristianto, D., Ekawati, E., & Kurniawan, B. (2015).
Bencana Kebakaran Di Gedung Bertingkat Evaluasi Pemenuhan Permenaker No.04/
Perkantoran X Jakarta. Jurnal Kesehatan Men/1980 Dan Skep/100/Xi/1985 Terhadap

206
Nur Kholipah Yuniati, Anik Setyo Wahyuningsih / Penerapan Alat Pemadam Api / IJPHN (2) (2) (2022)

Alat Pemadam Api Ringan Di Pt. Angkasa Septiadi, H., Sunarsih, E., & Camelia, A. (2014).
Pura I Bandar Udara Ahmad Yani Semarang. Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Bangunan Gedung dan Lingkungan di
3(1), 339–345. Universitas Sriwijaya Kampus Inderalaya.
Kurniawan, S., & Laksito. (2014). Evaluasi Penerapan Jurnal Ilmu Krdrhstsn Masyarakar, 5(2),
Sistem Proteksi kebakaran pada Bangunan 49–56.
Rumah Sakit (Studi Kasus RS. Ortopedi Prof. Subagyo, A. (2016). Antisipasi yang Di perlukan
Dr. R. Soeharso Surakarta). Jurnal Matriks Terhadap Kebakaran Listrik pada Bangunan
Teknik Sipil, 2(4), 824–832. Gedung. JTET, 5(4).
Lestari, R. A., & Oginawati, K. (2016). Analisis Supriyanto, Nugraha, R., & Ginanjar, R. (2018).
Potensi Ledakan dan Kebakaran Primary Kajian Sistem Proteksi dan Penanggulangan
Reformer sebagai Unit Proses Produksi Kebakaran di Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Amonia di PT. X. Jurnal Rekayasa Kimia Umum (SPBU) di Jalan Kedunghalang
& Lingkungan, 11(2), 72. https://doi. Raya, Kota Bogor Utara tahun 2018. Jurnal
org/10.23955/rkl.v11i2.5049 Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 1(2),
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 130–139.
No 08 tahun 1980 tentang Syarat - Syarat Syakbania, D. N., & Wahyuningsih, A. S. (2017).
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Penerapan Sistem Manajemen Kebakaran
Pemadam Api Ringan. (n.d.). di Laboratorium Praktik Teknik Mesin.
Pratama, A. (2017). Perancangan Sarana Penyelamat Higeia Journal of Public Health Research and
Diri Dan Kebutuhan Apar Pada Darurat Development, 1(3), 84–94.
Kebakaran Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Ta, V. M., Frattaroli, S., Bergen, G., & Gielen, A.
Kelas Ii Balikpapan. The Indonesian Journal C. (2006). Evaluated community fire safety
of Occupational Safety and Health, 5(1), 21. interventions in the United States: A review
https://doi.org/10.20473/ijosh.v5i1.2016.21- of current literature. Journal of Community
30 Health, 31(3), 176–197. https://doi.
Ramli, S. (2010). Petunjuk Praktis Manajemen org/10.1007/s10900-005-9007-z
Kebakaran ( Fire Management). Dian Rakyat. Tumram, N. K., Ambade, V. N., & Dixit, P. G. (2018).
Sari, K. (2015). Analisis Kesiapan Tenaga kerja Fatality During Servicing of Fire Extinguisher.
Perempuan Bagian Food Court SP dan SB Journal of Forensic Sciences, 63(1), 318–320.
Terhadap Penggunaan Alat Pemadam Api https://doi.org/10.1111/1556-4029.13531
ringan (APAR) Sebagai Upaya Pencegah dan Turner, S. (2017). Risk Factors Associated With
Penanggulangan Kebakaran. Universitas Unintentional House Fire Incidents, Injuries
Diponegoro Semarang. and Death in High-Income Countries; A
Sebben, J. E. (1990). Fire Electrosurgery. May, 421– Systematic Review. BMJ, 23(2), 1–7.
424. Undang Undang Republik Indonesia Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung. (n.d.).

207

Anda mungkin juga menyukai