Anda di halaman 1dari 7

NAMA : A. NURUL ANNISA.

NIM : 14120210036

KELAS : C7

MATA KULIAH : MANAJEMEN RISIKO

1. Jelaskan pengertian dari Jenis-jenis analisis risiko pada slide 15-17, Bagaimana cara
penggunaannya dan berikan contoh penggunaanya di lingkungan kerja !
2. Carilah contoh Penilaian Risiko yang dilakukan oleh Organisasi/Industri/Perusahaan!

Jawaban :

1. Jenis-jenis analisi risiko


 Risk Matrix
Risk matrix adalah matriks yang digunakan selama risk assesment untuk menentukan
berbagai berbagai tingkatan risiko sebagai produk dari kategori probabilitas bahaya atau
keparahan. Risk matrix adalah alat yang sangat efektif yang dapat berhasil digunakan
Manajemen Senior untuk meningkatkan kesadaran dan visibilitas risiko, sehingga
pengambilan keputusan suatu risiko dapat dibuat.
 Untuk menggunakan risk matrix, langkah-langkah umumnya adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi risiko: Identifikasi semua potensi risiko yang terkait dengan proyek
atau kegiatan tertentu.
2. Menentukan tingkat probabilitas: Tentukan seberapa mungkin risiko tersebut
akan terjadi, menggunakan skala seperti rendah, sedang, atau tinggi.
3. Menilai dampak: Tentukan dampak dari terjadinya risiko tersebut, baik dari
segi finansial, waktu, reputasi, atau faktor lainnya.
4. Menempatkan risiko di dalam matriks: Letakkan setiap risiko dalam matriks
berdasarkan tingkat probabilitas dan dampaknya.
5. Menetapkan tindakan mitigasi: Berdasarkan lokasi risiko dalam matriks,
tentukan tindakan yang perlu diambil untuk mengurangi risiko tersebut.
 Contoh penggunaan risk matrix di lingkungan kerja: Misalnya, dalam proyek
konstruksi:
a. Risiko: Keterlambatan pengiriman material.
b. Probabilitas: Rendah
c. Dampak: Sedang
Dalam matriks, risiko tersebut akan ditempatkan di zona yang sesuai. Tindakan mitigasi
dapat meliputi penjadwalan ulang pemesanan material dengan pemasok alternatif atau
memiliki rencana cadangan untuk mengatasi keterlambatan pengiriman.
 Risk nomogram
Risk nomogram adalah alat grafis yang digunakan untuk memperkirakan risiko
atau probabilitas suatu kejadian berdasarkan beberapa variabel atau faktor yang
berbeda. Biasanya, nomogram risiko terdiri dari garis-garis dan titik-titik yang
membentuk pola
matematika yang memungkinkan pengguna untuk menentukan risiko dengan
cara yang lebih intuitif daripada menggunakan rumus matematika rumit.
Nomogram risiko sering digunakan dalam berbagai bidang, termasuk
kedokteran, penelitian klinis, ilmu lingkungan, dan manajemen risiko.
 Untuk menggunakan risk nomogram, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi variabel: Tentukan variabel atau faktor yang relevan untuk
memperkirakan risiko atau probabilitas suatu kejadian.
2. Mengukur nilai variabel: Berdasarkan data yang tersedia, tentukan nilai
dari masing-masing variabel yang ada.
3. Temukan nilai risiko: Gunakan nomogram untuk menemukan titik
persilangan antara nilai variabel yang diberikan. Titik ini akan
memberikan estimasi risiko atau probabilitas yang dicari.
• Contoh penggunaan risk nomogram di lingkungan kerja: Misalnya, dalam
industri
konstruksi:
a. Variabel 1: Kategori keselamatan pekerjaan (rendah, sedang, tinggi).
b. Variabel 2: Tingkat pelatihan pekerja (rendah, sedang, tinggi).
c. Variabel 3: Penggunaan peralatan pelindung diri (tidak, kadang-kadang,
selalu).
Dengan menggunakan nomogram risiko, kita dapat menentukan tingkat risiko
keselamatan pekerja dengan memasukkan nilai dari setiap variabel ke
nomogram dan menemukan titik di mana garis-garis variabel bersilangan. Ini
akan memberikan perkiraan tingkat risiko keselamatan pekerja berdasarkan
kombinasi variabel yang diberikan.

 Risk Graph
Risk graph adalah alat visual yang digunakan untuk menggambarkan hubungan
antara risiko (biasanya diukur dalam nilai finansial) dan waktu. Biasanya, risk
graph menunjukkan bagaimana nilai risiko berubah seiring waktu berjalan,
terutama dalam konteks investasi atau proyek bisnis. Dengan menggunakan risk
graph, pemangku kepentingan dapat memahami potensi kerugian atau
keuntungan dari suatu keputusan atau strategi di masa depan.
 Untuk menggunakan rish graph, berikut adalah langkah-langkah umumnya:
1. Identifikasi variabel: Tentukan variabel yang akan dievaluasi, misalnya,
nilai finansial dari suatu investasi atau proyek.
2. Tentukan rentang waktu: Pilih periode waktu yang relevan untuk analisis,
misalnya, bulanan, tahunan, atau selama masa proyek.
3. Nilai risiko: Hitung atau estimasikan nilai risiko untuk setiap periode waktu
yang dipilih, berdasarkan faktor-faktor yang relevan.
4. Buat grafik: Gambarkan nilai risiko dari setiap periode waktu pada grafik,
dengan sumbu-x mewakili waktu dan sumbu-y mewakili nilai risiko.
5. Analisis: Tinjau grafik untuk melihat tren dan pola risiko seiring waktu, dan
identifikasi titik-titik kritis di mana risiko mungkin meningkat atau
berkurang secara signifikan.
 Contoh penggunaan risk graph di lingkungan kerja: Misalnya, dalam manajemen
proyek konstruksi:
a. Variabel: Biaya proyek
b. Rentang waktu: Setiap bulan selama durasi proyek
c. Nilai risiko: Estimasi biaya aktual versus anggaran yang disetujui
Risk graph akan menampilkan bagaimana biaya proyek berubah dari bulan ke
bulan selama proyek berlangsung. Jika ada peningkatan biaya yang tidak
terduga, grafik tersebut akan menunjukkan titik-titik di mana risiko meningkat,
memungkinkan manajer proyek untuk mengambil tindakan pencegahan atau
mengubah strategi untuk mengelola risiko secara efektif.
 Analisis Lapis Proteksi Operasional (LOPA)
Analisis Lapis Proteksi Operasional (LOPA) adalah metode evaluasi risiko yang
digunakan dalam industri untuk menilai efektivitas lapisan proteksi dalam
mengurangi risiko kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan. Metode ini
mempertimbangkan lapisan proteksi operasional seperti sistem alarm,
pengendalian proses, atau perangkat keamanan lainnya, dan mengevaluasi
seberapa baik mereka dapat mencegah atau memitigasi potensi kegagalan atau
kecelakaan.
• Cara penggunaan Analisis Lapis Proteksi Operasional (LOPA) melibatkan
beberapa langkah:
1. Identifikasi skenario bahaya atau kejadian yang tidak diinginkan yang
mungkin terjadi di lingkungan kerja.
2. Tentukan lapisan proteksi operasional yang ada, seperti sistem alarm,
perangkat pengendalian, atau prosedur keselamatan.
3. Hitung probabilitas kegagalan setiap lapisan proteksi dan konsekuensi
kegagalan.
4. Evaluasi risiko total dengan mengalikan probabilitas kegagalan dengan
konsekuensi kegagalan setiap lapisan proteksi.
5. Tentukan apakah risiko yang ditangani oleh setiap lapisan proteksi adalah
tingkat yang dapat diterima.
• Contoh penggunaan LOPA di lingkungan kerja dapat melibatkan evaluasi
lapisan proteksi untuk mengurangi risiko kebakaran dalam sebuah pabrik kimia.
Misalnya, lapisan proteksi operasional mungkin termasuk sistem deteksi
kebakaran, sistem pemadaman otomatis, dan prosedur evakuasi. Dengan
menggunakan LOPA, tim keselamatan dapat mengevaluasi efektivitas masing-
masing lapisan proteksi dalam mencegah atau meminimalkan risiko kebakaran,
serta menentukan apakah tindakan tambahan diperlukan untuk meningkatkan
keamanan.
 Fault tree
Fault tree adalah alat analisis yang digunakan dalam rekayasa keandalan dan
keselamatan untuk menganalisis potensi penyebab kegagalan sistem. Ini
menggambarkan struktur logis dari serangkaian peristiwa dan kondisi yang dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan sistem. Dalam fault tree, kegagalan sistem
direpresentasikan sebagai akar pohon, sementara penyebab kegagalan potensial
disajikan sebagai cabang-cabang yang mempengaruhi akar tersebut. Analisis
fault tree membantu dalam mengidentifikasi penyebab potensial kegagalan
sistem dan mengembangkan strategi mitigasi risiko yang efektif.
• Cara penggunaan Fault Tree Analysis (FTA) melibatkan beberapa langkah:
1. Identifikasi kegagalan yang ingin dianalisis: Tentukan kejadian yang tidak
diinginkan atau kegagalan sistem yang ingin diteliti.
2. Identifikasi faktor penyebab: Identifikasi faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan sistem atau kejadian tidak diinginkan tersebut.
3. Bangun struktur pohon kegagalan: Mulai dengan kegagalan akhir atau
kejadian tidak diinginkan sebagai akar pohon, lalu buat cabang-cabang
yang mewakili faktor penyebab yang mungkin. Setiap cabang dapat
memiliki kondisi atau peristiwa yang diperlukan untuk terjadinya
kegagalan.
4. Evaluasi probabilitas: Tinjau setiap cabang dan evaluasi probabilitas
kejadian atau kondisi pada cabang tersebut.
5. Analisis pohon: Analisis fault tree untuk mengidentifikasi jalur-jalur
kegagalan yang paling mungkin atau yang paling berpotensi untuk
menyebabkan kejadian tidak diinginkan. Ini membantu dalam
mengidentifikasi penyebab utama dan faktor-faktor kritis yang
mempengaruhi kegagalan sistem.
• Contoh penggunaan FTA di lingkungan kerja bisa mencakup evaluasi risiko
kecelakaan di pabrik kimia. Misalnya, untuk mengidentifikasi penyebab
kecelakaan yang potensial, kita bisa membangun pohon kegagalan yang
mencakup faktor-faktor seperti kebocoran pipa, kegagalan peralatan, atau
pelanggaran prosedur keselamatan. Dengan menganalisis pohon kegagalan ini,
tim keselamatan dapat mengidentifikasi jalur-jalur kegagalan yang paling
signifikan dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki atau mengurangi
risiko kecelakaan di tempat kerja.
 Event tree
Event tree adalah alat analisis yang digunakan dalam rekayasa keandalan dan
keselamatan untuk menganalisis rangkaian peristiwa yang dapat terjadi sebagai
akibat dari suatu kejadian awal atau kegagalan sistem. Event tree
menggambarkan rangkaian peristiwa berurutan yang dapat terjadi setelah
terjadinya kejadian awal, serta kemungkinan hasil atau konsekuensi dari setiap
peristiwa. Analisis event tree membantu dalam memahami potensi konsekuensi
dari suatu kejadian dan mengembangkan strategi mitigasi risiko yang sesuai.
• Cara penggunaan Event Tree Analysis (ETA) melibatkan beberapa langkah:
a) Identifikasi kejadian awal: Tentukan kejadian awal yang ingin dianalisis,
seperti kegagalan sistem atau insiden tertentu.
b) Identifikasi kemungkinan peristiwa lanjutan: Identifikasi berbagai
kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi setelah kejadian awal. Ini bisa
berupa reaksi alami, intervensi manusia, atau perubahan kondisi sistem.
c) Bangun struktur pohon peristiwa: Mulai dengan kejadian awal sebagai
akar pohon, lalu buat cabang-cabang yang mewakili kemungkinan
peristiwa lanjutan. Setiap cabang dapat memiliki kemungkinan
probabilitas atau kejadian yang berbeda.
d) Evaluasi probabilitas: Tinjau setiap cabang dan evaluasi probabilitas
kejadian atau kondisi pada cabang tersebut, jika memungkinkan.
e) Analisis pohon: Analisis event tree untuk mengidentifikasi berbagai
kemungkinan jalur peristiwa dan konsekuensinya. Ini membantu dalam
memahami dampak potensial dari kejadian awal dan mengembangkan
strategi mitigasi risiko yang sesuai.
• Contoh penggunaan ETA di lingkungan kerja dapat melibatkan evaluasi dampak
kecelakaan di sebuah pabrik. Misalnya, untuk mengidentifikasi konsekuensi dari
kegagalan sistem pemadaman kebakaran, ETA dapat digunakan untuk
memodelkan kemungkinan peristiwa lanjutan seperti penyebaran api, pelepasan
bahan berbahaya, atau kerusakan struktural. Dengan menganalisis event tree ini,
tim keselamatan dapat mengidentifikasi skenario terburuk dan mengambil
langkah-langkah untuk mengurangi risiko dan mempersiapkan tanggapan
darurat yang tepat.
 Quantitative Risk Assessment (QRA)
Quantitative Risk Assessment (QRA) adalah proses analisis yang menggunakan
data numerik untuk menilai risiko dalam suatu situasi atau lingkungan tertentu.
Pendekatan ini melibatkan penggunaan teknik matematis dan statistik untuk
mengukur dan memodelkan probabilitas serta dampak dari berbagai kejadian
atau keadaan yang tidak diinginkan. QRA digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi risiko secara terperinci, termasuk potensi konsekuensi dan
probabilitas terjadinya kejadian, sehingga memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih terinformasi dalam pengelolaan risiko.
• Cara penggunaan Quantitative Risk Assessment (QRA) melibatkan beberapa
langkah:
a) Identifikasi sumber risiko: Identifikasi berbagai sumber risiko potensial di
lingkungan kerja, seperti kegagalan peralatan, kecelakaan kerja, atau
kebocoran bahan berbahaya.
b) Kumpulkan data: Kumpulkan data yang diperlukan untuk analisis,
termasuk data historis, spesifikasi peralatan, informasi tentang bahan
kimia, dan faktor-faktor lingkungan.
c) Identifikasi skenario risiko: Identifikasi berbagai skenario risiko yang
mungkin terjadi, termasuk kemungkinan kejadian, probabilitas terjadinya,
dan potensi dampaknya.
d) Analisis probabilistik: Gunakan teknik analisis probabilistik untuk
menghitung probabilitas terjadinya setiap skenario risiko, serta perkiraan
dampaknya dalam hal kerugian finansial, kerusakan properti, atau bahaya
bagi karyawan.
e) Evaluasi risiko: Evaluasi hasil analisis untuk menentukan tingkat risiko
yang terkait dengan setiap skenario, serta mengidentifikasi area di mana
tindakan mitigasi diperlukan.
• Contoh penggunaan QRA di lingkungan kerja bisa mencakup evaluasi risiko
keselamatan di sebuah pabrik kimia. Misalnya, QRA dapat digunakan untuk
menghitung probabilitas terjadinya kebocoran bahan berbahaya dari tangki
penyimpanan, serta dampaknya terhadap kesehatan pekerja dan lingkungan
sekitar. Dengan menggunakan data historis, model matematika, dan teknik
statistik, QRA dapat membantu dalam mengidentifikasi skenario risiko yang
paling berbahaya dan mengembangkan strategi mitigasi yang efektif untuk
mengurangi risiko keselamatan di tempat kerja.

2. contoh Penilaian Risiko yang dilakukan ole Organisasi/Industri/Perusahaan!


Analisis Resiko Pada Bagian Produksi Pabrik Pengolah Getah Karet Menggunakan Metode
Hirarc (Studi Kasus PT X Kota Padang) : PT X merupakan sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang pengolahan getah karet menjadi karet remah di Kota Padang. Beberapa kejadian
kecelakaan kerja masih ditemukan pada kegiatan produksi pabrik ini. Untuk itu penting
untuk dilakukan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan menentukan jenis pengendalian
resiko pada bagian produksi tertama pada bagian yang sering ditemukan terjadinya
kecelakaan kerja PT X, salah satu cara dengan menggunakan Metode HIRARC. Analisis risiko
dilakukan dengan mengalikan peluang dan tingkat keparahan terjadinya bahaya pada
proses pengolahan raw material, penjemuran blanket dan pengolahan blanket di dryer.
Hasil menunjukkan tidak terdapatnya tingkat risiko tinggi pada proses tersebut. Tingkat
proses rendah ditemukan pada proses transfer dengan forklft, selebihnya merupakan
tingkat resiko sedang. Pengendalian yang disarankan berupa rekayasa teknik, pengendalian
adminitratif serta penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Anda mungkin juga menyukai