BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pengertian
1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang
berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi.
2. Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi
yang dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya.
3. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, analisis,
evaluasi dan pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan
terhadap semua unit/bagian/program/kegiatan mulai dari
penyusunan rencana strategis, penyusunan dan pelaksanaan program
dan anggaran, pertanggungjawaban dan monitoring dan evaluasi serta
pelaporan.
4. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) adalah metode perbaikan
kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan
sebelum terjadi.
5. Unit Pemilik Risiko adalah Satuan Kerja yang bertanggung jawab
melaksanakan Manajemen Risiko Terintegrasi.
6. Proses Manajemen Risiko adalah suatu proses yang bersifat
berkesinambungan, sistematis, logis, dan terukur yang digunakan
untuk mengelola Risiko di instansi.
7. Retensi adalah keputusan untuk menerima dan menyerap suatu
Risiko.
8. Selera Risiko adalah tingkat Risiko yang bersedia diambil instansi
dalam upayanya mewujudkan tujuan dan sasaran yang
dikehendakinya.
9. Peta Risiko adalah gambaran total Risiko dan distribusi posisinya
dalam grafik dengan frekuensi pada sumbu horizontal (x) dan
konsekuensi pada sumbu vertikal (y).
10. Probabilitas adalah kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya
sesuatu.
11. Konsekuensi adalah dampak yang ditimbulkan akibat perjalanan
bahaya seperti penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, bahkan
kematian.
12. Risiko adalah potensi terjadi kerugian yang apat timbul dari proses
atau kegiatan saat sekarang atau kejadian pada masa yang akan
datang.
13. Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap
pencapaian pelayanan pasien yang bermutu, aman, dan efektif.
14. Risiko non klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap
tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari lingkungan kerja.
C. Tujuan
A. Penentuan Topik
Langkah pertama dalam melakukan FMEA adalah mengidentifikasi
dan menentukan topik yang akan dianalisis. Topik terpilih harus mewakili
area berisiko tinggi dan/atau rentan dan proses yang akan lakukan
analisis. Berikut langkah – langkah dalam mengidentifikasi topik yang
sesuai.
1. Jenis Sistem/ Proses
Tentukan topik FMEA bersama dengan definisi yang jelas
tentang proses yang akan dipelajari. Saat memilih topik, persempit
ruang lingkup analisis dengan spesifik tentang proses atau produk
yang akan dipelajari. Daftar berikut merupakan salah satu cara
memvisualisasikan sistem dalam sebuah fasilitas kesehatan :
a. Sistem
Menganalisis fungsi seluruh sistem yang dapat berdampak pada
keselamatan pasien, yaitu keterlambatan diagnosis dan
perawatan.
b. Desain
Fokus pada proses desain awal menggunakan pemikiran sistem
dan pendekatan multidisiplin.
c. Proses
Pertimbangkan proses seperti pemberian obat dan perencanaan
pemulangan.
d. Layanan
Standarisasi layanan ketika variabilitas kinerja produk atau
layanan menimbulkan risiko keselamatan pasien.
e. Perangkat Lunak
Menilai kerentanan perangkat lunak rekam medik elektronik
(RME).
2. Mengidentifikasi Potensi Topik FMEA
Tim dapat melihat sistem, desain, proses, layanan, dan
perangkat lunak untuk membantu membuat konsep topik untuk
dianalisis. Ada banyak sumber yang tersedia untuk membantu tim
mengidentifikasi topik FEMA, contoh ECRI Institute menerbitkan
daftar tahunan “Top 10 Patient Safety Concerns,” yang menyoroti
potensi risiko di seluruh rangkaian perawatan. Daftar ini dapat
dijadikan referensi untuk membantu mengidentifikasi topik atau
masalah dengan prioritas tinggi.
Topik FMEA juga dapat diidentifikasi menggunakan daftar
sumber berikut:
a. Topik dapat diidentifikasi selama proses RCA
b. Meninjau dan/atau tren laporan kejadian keselamatan pasien
atau sistem pelaporan kejadian lainnya
c. Peninjauan kembali dan data pasien
d. Analisis tentang bahaya yang mungkin menyebabkan cedera
atau penyakit jika tidak dikendalikan secara efektif
e. Mengevaluasi risiko dengan produk, proses, dan sistem baru
atau yang sudah ada yang berpotensi gagal (Sebaiknya, hal ini
dilakukan sebelum penerapan produk, proses, atau sistem baru)
f. Tinjau daftar kejadian sentinel
3. Penentuan Ruang Lingkup Topik dengan Penetapan Area Prioritas
Area prioritas adalah suatu area / unit pelayanan yang
diutamakan atau didahulukan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien. Tujuan area prioritas dipilih adalah menjadi
fokus utama dalam upaya perbaikan. Penentuan area prioritas
diperlukan karena adanya keterbatasan sumber daya yang ada di
puskesmas.
Penentuan area prioritas dilakukan dengan kriteria 3H1P yaitu :
High risk, High volume, High cost, dan Problem prone. Setiap unit
layanan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dengan (skor paling
tinggi diberikan kepada unit layanan yang memiliki kecenderungan
tertinggi terhadap kriteria yang ditetapkan). Setelah dilakukan
penilaian langkah selanjutnya adalah menghitung nilai akumulasi
dari setiap unit layanan. Unit layanan yang memiliki skor/ nilai
akumulatif paling tinggi ditetapkan sebagai area prioritas. Dalam
menentukan prioritas, berikut panduannya :
a. Prioritas utama adalah proses – proses yang memenuhi ke empat
kategori
b. Prioritas berikutnya adalah proses – proses yang memenuhi
ketiga kategori dengan urutan prioritas sebagai berikut :
1) High risk, problem prone, high volume
2) High risk, problem prone, high cost
3) High risk, high volume, high cost
4) Problem prone, high volume, high cost
c. Prioritas selanjutnya adalah proses – proses yang memenuhi dua
kategori dengan urutan prioritas sebagai berikut
1) High risk, problem prone
2) High volume, problem prone
3) High cost, problem prone
4) High risk, high volume
5) High risk, high cost
6) High volume, high cost
Tabel 3H1P
Area/Unit High High High Problem Total Urutan
Layanan Risk Volume Cost Prone Skor Prioritas
.................
..................
Langkah no 1a
Langkah no 2a Langkah no 3a
J. Keluaran/Output
Keluaran dari teknik FMEA adalah lembar kerja FMEA yang terdiri
dari:
1. Daftar modus kegagalan dan dampak kegagalan pada proses yang
dianalisis.
2. Daftar kekritisan setiap modus kegagalan yang ditunjukkan oleh nilai
RPN (Risk Priority Number).
3. Daftar tindakan penanganan yang direkomendasikan untuk
mengurangi keparahan dan kemungkinan terjadi kegagalan, serta
meningkatkan kemampuan deteksi kegagalan.
BAB IV
PENUTUP
LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA DINAS
KESEHATAN
NOMOR : TAHUN 2023
TANGGAL :
No FMEA :
Nama Proses :
Tim FMEA
Ketua :
Anggota :
Proses
Sub
Proses