Anda di halaman 1dari 19

LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN

NOMOR : TAHUN 2023


TANGGAL :

PANDUAN FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA)


DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Pengertian
1. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang
berdampak negatif terhadap pencapaian sasaran organisasi.
2. Manajemen Risiko adalah proses yang proaktif dan kontinu meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi komunikasi,
pemantauan, dan pelaporan Risiko, termasuk berbagai strategi
yang dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya.
3. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, analisis,
evaluasi dan pengelolaan semua Risiko yang potensial dan diterapkan
terhadap semua unit/bagian/program/kegiatan mulai dari
penyusunan rencana strategis, penyusunan dan pelaksanaan program
dan anggaran, pertanggungjawaban dan monitoring dan evaluasi serta
pelaporan.
4. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) adalah metode perbaikan
kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan
sebelum terjadi.
5. Unit Pemilik Risiko adalah Satuan Kerja yang bertanggung jawab
melaksanakan Manajemen Risiko Terintegrasi.
6. Proses Manajemen Risiko adalah suatu proses yang bersifat
berkesinambungan, sistematis, logis, dan terukur yang digunakan
untuk mengelola Risiko di instansi.
7. Retensi adalah keputusan untuk menerima dan menyerap suatu
Risiko.
8. Selera Risiko adalah tingkat Risiko yang bersedia diambil instansi
dalam upayanya mewujudkan tujuan dan sasaran yang
dikehendakinya.
9. Peta Risiko adalah gambaran total Risiko dan distribusi posisinya
dalam grafik dengan frekuensi pada sumbu horizontal (x) dan
konsekuensi pada sumbu vertikal (y).
10. Probabilitas adalah kemungkinan terjadi atau tidak terjadinya
sesuatu.
11. Konsekuensi adalah dampak yang ditimbulkan akibat perjalanan
bahaya seperti penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, bahkan
kematian.
12. Risiko adalah potensi terjadi kerugian yang apat timbul dari proses
atau kegiatan saat sekarang atau kejadian pada masa yang akan
datang.
13. Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap
pencapaian pelayanan pasien yang bermutu, aman, dan efektif.
14. Risiko non klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap
tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari lingkungan kerja.

C. Tujuan

1. Mengantisipasi dan menangani segala bentuk risiko secara efektif dan


efisien.
2. Meningkatkan kepatuhan terhadap regulasi.
3. Memberikan dasar pada setiap pengambilan keputusan dan
perencanaan.
4. Meningkatkan pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja.
BAB II
LANGKAH – LANGKAH FMEA

A. Penentuan Topik
Langkah pertama dalam melakukan FMEA adalah mengidentifikasi
dan menentukan topik yang akan dianalisis. Topik terpilih harus mewakili
area berisiko tinggi dan/atau rentan dan proses yang akan lakukan
analisis. Berikut langkah – langkah dalam mengidentifikasi topik yang
sesuai.
1. Jenis Sistem/ Proses
Tentukan topik FMEA bersama dengan definisi yang jelas
tentang proses yang akan dipelajari. Saat memilih topik, persempit
ruang lingkup analisis dengan spesifik tentang proses atau produk
yang akan dipelajari. Daftar berikut merupakan salah satu cara
memvisualisasikan sistem dalam sebuah fasilitas kesehatan :
a. Sistem
Menganalisis fungsi seluruh sistem yang dapat berdampak pada
keselamatan pasien, yaitu keterlambatan diagnosis dan
perawatan.
b. Desain
Fokus pada proses desain awal menggunakan pemikiran sistem
dan pendekatan multidisiplin.
c. Proses
Pertimbangkan proses seperti pemberian obat dan perencanaan
pemulangan.
d. Layanan
Standarisasi layanan ketika variabilitas kinerja produk atau
layanan menimbulkan risiko keselamatan pasien.
e. Perangkat Lunak
Menilai kerentanan perangkat lunak rekam medik elektronik
(RME).
2. Mengidentifikasi Potensi Topik FMEA
Tim dapat melihat sistem, desain, proses, layanan, dan
perangkat lunak untuk membantu membuat konsep topik untuk
dianalisis. Ada banyak sumber yang tersedia untuk membantu tim
mengidentifikasi topik FEMA, contoh ECRI Institute menerbitkan
daftar tahunan “Top 10 Patient Safety Concerns,” yang menyoroti
potensi risiko di seluruh rangkaian perawatan. Daftar ini dapat
dijadikan referensi untuk membantu mengidentifikasi topik atau
masalah dengan prioritas tinggi.
Topik FMEA juga dapat diidentifikasi menggunakan daftar
sumber berikut:
a. Topik dapat diidentifikasi selama proses RCA
b. Meninjau dan/atau tren laporan kejadian keselamatan pasien
atau sistem pelaporan kejadian lainnya
c. Peninjauan kembali dan data pasien
d. Analisis tentang bahaya yang mungkin menyebabkan cedera
atau penyakit jika tidak dikendalikan secara efektif
e. Mengevaluasi risiko dengan produk, proses, dan sistem baru
atau yang sudah ada yang berpotensi gagal (Sebaiknya, hal ini
dilakukan sebelum penerapan produk, proses, atau sistem baru)
f. Tinjau daftar kejadian sentinel
3. Penentuan Ruang Lingkup Topik dengan Penetapan Area Prioritas
Area prioritas adalah suatu area / unit pelayanan yang
diutamakan atau didahulukan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien. Tujuan area prioritas dipilih adalah menjadi
fokus utama dalam upaya perbaikan. Penentuan area prioritas
diperlukan karena adanya keterbatasan sumber daya yang ada di
puskesmas.
Penentuan area prioritas dilakukan dengan kriteria 3H1P yaitu :
High risk, High volume, High cost, dan Problem prone. Setiap unit
layanan berdasarkan kriteria yang ditetapkan dengan (skor paling
tinggi diberikan kepada unit layanan yang memiliki kecenderungan
tertinggi terhadap kriteria yang ditetapkan). Setelah dilakukan
penilaian langkah selanjutnya adalah menghitung nilai akumulasi
dari setiap unit layanan. Unit layanan yang memiliki skor/ nilai
akumulatif paling tinggi ditetapkan sebagai area prioritas. Dalam
menentukan prioritas, berikut panduannya :
a. Prioritas utama adalah proses – proses yang memenuhi ke empat
kategori
b. Prioritas berikutnya adalah proses – proses yang memenuhi
ketiga kategori dengan urutan prioritas sebagai berikut :
1) High risk, problem prone, high volume
2) High risk, problem prone, high cost
3) High risk, high volume, high cost
4) Problem prone, high volume, high cost
c. Prioritas selanjutnya adalah proses – proses yang memenuhi dua
kategori dengan urutan prioritas sebagai berikut
1) High risk, problem prone
2) High volume, problem prone
3) High cost, problem prone
4) High risk, high volume
5) High risk, high cost
6) High volume, high cost

Tabel 3H1P
Area/Unit High High High Problem Total Urutan
Layanan Risk Volume Cost Prone Skor Prioritas
.................
..................

4. Menyusun Pernyataan Topik FMEA


Setelah melakukan penilaian area prioritas, langkah selanjutnya
adalah menyusun pernyataan topik. Pernyataan topik harus
mencakup deskripsi tentang topik yang dianalisis dan ruang lingkup
apa yang akan dibahas. Berikut pertimbangan saat menyusun
pernyataan topik:
a. Pernyataan topik harus menggambarkan proses apa yang
sedang dianalisis
b. Pernyataan topik harus menggambarkan batasan atau ruang
lingkup dari apa yang akan dianalisis
c. Pernyataan topik harus jelas, definitif, ringkas, dan tidak
meninggalkan ruang untuk salah tafsir
d. Pernyataan topik harus singkat, terdiri dari satu atau dua
kalimat.
Contoh pernyataan topik

“Pencegahan kesalahan identifikasi pasien saat pelayanan


farmasi”

”Pembersihan peralatan medis non-kritikal yang dapat


digunakan kembali dan permukaan yang sering disentuh
ruang rawat inap.”

B. Tahap Pembentukan Tim


Tahap persiapan adalah tahapan dimana Koordinator Manajemen
Resiko mempersiapkan KAK serta berkoordinasi untuk mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan FMEA yang
selanjutnya berkoordinasi untuk pembentukan Tim FMEA.
Komposisi tim harus multidisiplin dan jumlah orang dalam tim
tergantung pada ruang lingkup proses yang sedang ditinjau. Setidaknya
harus ada satu perwakilan dari setiap kelompok karyawan yang terlibat
dalam proses tersebut. Tim dapat dibentuk dengan komposisi sebagai
berikut :
1. Multidisiplin & multi personal
a. Berbagai macam profesi yang terkait dilibatkan menjadi anggota
tim.
b. Terdiri dari beberapa karakter seperti :
1) Orang yang memiliki kewenangan memutuskan
2) Orang yang penting untuk penerapan perubahan yang
mungkin diperlukan
3) Orang yang memiliki pengetahuan, dipercaya, dihormati,
4) Orang dengan kemampuan analisis “analytical skill” dan

berpikir secara kritis “critical thinking”


5) Orang dengan pengetahuan yang sesuai, mengetahui
tentang proses yang akan dianalisis & komitmen terhadap
“performance improvement”
2. Mewakili bidang yang dianalisis
3. Jumlahnya tidak lebih dari 10 orang

Berikut dijelaskan pembagian peran dalam tim.


1. Ketua Tim
Ketua memandu tim dan memandu jalannya FMEA, penting bahwa
ketua tim harus memahami proses FMEA dan dapat memfasilitasi
tim, sesuai kebutuhan. Tanggung jawab ketua tim meliputi:
a) Mengatur waktu dan tempat pertemuan
b) Menetapkan aturan dan memastikan aturan dipenuhi saat
kegiatan FMEA berlangsung
c) Mengarahkan tim untuk fokus pada masalah.
d) Memastikan tim melaksanakan tugasnya masing – masing dan
sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan.
e) Memfasilitasi penggunaan alat dan bahan (misalnya, flipchart
dan catatan tempel) yang diperlukan untuk flowchart dan
diagram
f) Merangkum pekerjaan yang telah diselesaikan dan
mengidentifikasi langkah selanjutnya
g) Menulis hasil akhir FMEA akhir untuk tinjauan Pimpinan
2. Tenaga Ahli
Tenaga ahli adalah petugas yang memiliki pengalaman langsung
dengan proses yang sedang dianalisis atau petugas yang memiliki
pengetahuan, pengalaman atau sudut pandang yang dapat
membantu dalam proses FMEA.
Tenaga ahli yang efektif harus mempunyai kemampuan sebagai
berikut :
a) Memiliki pengetahuan tentang apa yang terjadi dalam proses,
termasuk perbedaan antara pekerjaan yang dilakukan dan yang
direncanakan
b) Berperan penting terhadap keberhasilan FMEA
c) Berkomitmen terhadap partisipasi penuh dan jadwal dalam
pertemuan tim dan bekerja diluar dari jadwal rapat tim yang
telah ditentukan.
3. Notulen
Notulen adalah orang yang bertanggung jawab atas dokumentasi
selama sesi kerja, membuat jadwal, dan mendistribusikan informasi
kepada tim. Notulen bertanggung jawab untuk:
a) Memperbarui flip chart, lembar kerja, dan diagram alur proses di
seluruh sesi.
b) Mendokumentasikan seluruh kegiatan FMEA
c) Mencatat informasi yang diperlukan
d) Membantu ketua tim untuk tetap pada timeline

Tabel Time Line dan Aktivitas Tim


Persiapan Identifikasi Topik dan Pembentukan Tim
Pertemuan ke 1 Buat diagram proses, identifikasi subproses, verifikasi ruang lingkup
Pertemuan ke 2 Kunjungi unit layanan untuk mengamati proses, verifikasi bahwa
semua proses dan langkah-langkah subproses sudah benar
Pertemuan ke 3 Brainstorming failure mode, tugaskan masing-masing anggota tim
berkonsultasi dengan user
Pertemuan ke 4 Identifikasi penyebab failure mode, tetapkan anggota tim untuk
berkonsultasi dengan user agar mendapatkan tambahan masukan
Pertemuan ke 5 Tulis failure mode & penyebab ke Lembar Kerja FMEA. Mulailah
analisis bahaya. Identifikasi tindakan korektif dan tetapkan tanggung
jawab tindak lanjut
Pertemuan ke Tetapkan anggota tim untuk menindaklanjuti penanggung jawab
6,7,8...n+1 yang bertugas melakukan tindakan perbaikan
Pertemuan n+2 Perbaiki tindakan korektif berdasarkan umpan balik
Pertemuan n+3 Uji perubahan yang diusulkan
Pertemuan n+4 Bertemu dengan Kepala Puskesmas dan PJ terkait untuk
mendapatkan persetujuan atas semua tindakan
Pertemuan n+5 Kegiatan difollow up sampai semua tindakan korektif dilaksanakan

C. Penggambaran Alur Proses


Setelah topik ditentukan, tim akan menggambarkan alur proses dalam
bentuk diagram untuk mengenali potensi atau perilaku yang dapat
menyebabkan terjadinya modus kegagalan dari sebuah pelayanan.
Tujuannya adalah untuk mengindentifikasi langkah dari proses menjadi
bagian-bagian kecil, mengaturnya dalam urutan yang logis, dan membuat
diagram alur proses yang akan digunakan tim untuk membangun analisis.
Tim akan mengidentifikasi langkah-langkah proses utama, langkah-
langkah subproses, dan menyusunnya secara berurutan. Penting untuk
memiliki beberapa sumber daya yang tersedia untuk tim yang mencakup
tim, kebijakan yang relevan, prosedur operasi standar, dan sumber daya
apa pun yang memberikan panduan kepada tim untuk membantu
mengidentifikasi setiap langkah dalam proses yang sedang dianalisis.

Gambar Diagram alur proses

Langkah no 1 Langkah no 2 Langkah no 3

Langkah no 1a
Langkah no 2a Langkah no 3a

Langkah no 1b Langkah no 2b Langkah no 3b

D. Identifikasi Modus Kegagalan dan Dampaknya


Tahapan selanjutnya adalah mengindentifikasi beberapa potensi
modus kegagalan dari sebuah alur proses pelayanan dalam bentuk tabel
identifikasi. Mode kegagalan didefinisikan sebagai salah satu dari berbagai
cara langkah proses atau langkah subproses dapat gagal mencapai tujuan
yang dimaksudkan.
Misalnya, untuk langkah subproses identifikasi pasien untuk
pengambilan spesimen, mode kegagalan potensial akan mencakup: (1)
Pasien tidak teridentifikasi dengan menggunakan dua pengidentifikasi, (2)
Formulir persetujuan pasien tidak diisi, dan (3) Timeout pra-prosedur tidak
selesai.
Tabel Identifikasi Modus Kegagalan
Tahapan Kegiatan
No Modus Kegagalan Dampak
Pada Alur Proses

E. Identifikasi prioritas modus kegagalan


Setelah tim telah mengidentifikasi modus kegagalan dan dampaknya
untuk setiap langkah subproses, langkah berikutnya adalah tahap
identifikasi prioritas modus kegagalan. Tahap identifikasi prioritas adalah
tahapan tim dalam melakukan penilaian prioritas dari setiap potensi
modus kegagalan sebuah proses alur pelayanan.
Perhitungan prioritas dilakukan dengan menggunakan 3 kriteria yaitu
Kriteria Probabilitas (Occurance), Kriteria Dampak Keparahan (Severity),
Kriteria Deteksi Kemungkinan Kegagalan (Detection). Setiap parameter
dapat disusun secara kualitatif kemudian ditafsirkan secara kuantitatif
dengan menggunakan skala peringkat numerik, misalnya skala 1 – 10 atau
skala 1- 5. Ketiga parameter tersebut memiliki skala nilai yang sama.

Tabel Skala Peringkat Probabilitas Kegagalan (Occurance)


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Kemungkinan terjadinya Kesalahan terjadi paling tidak sekali sehari
dapat dipastikan atau hampir setiap saat
9 Hampir tidak dapat Kesalahan dapat diprediksi terjadi atau
dihindarkan terjadi setiap 3 sampai 4 hari
8 Kemungkinan terjadai Kesalahan sering terjadi atau terjadi paling
7 sangat tingggi tidak seminggu sekali
6 Kemungkinan terjadi Kesalahan terjadi sekali sebulan
5 tinggi sedang
4 Kemungkinan terjadi Kesalahan kadang terjadi, atau sekali tidap
3 sedang tiga bulan
2 Kemungkinan terjadi Kesalahan jarang terjadi atau terjadi
rendah sekitar sekali setahun
1 Kemungkinan terjadi Kesalahan hampir tidak pernah terjadi,
amat sangat rendah atau tidak ada yang ingat kapan terakhir
terjadi

Tabel Skala Peringkat Keparahan (Severity)


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Amat sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan
kematian pelanggan dan kerusakan sistem
tanpa tanda-tanda yang mendahului
9 Sangat berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan
8 cedera berat/permanen pada pelanggan
atau gangguan serius pada sistem yang
dapat menghentikan pelayanan dengan
adanya tanda yang mendahului
7 Berbahaya Kesalahan yang dapat menyebabkan
Nilai Penjelasan Pengertian
cedera ringan sampai sedang dengan
tingkat ketidak puasan yang tinggi dari
pelanggan dan/atau menyebabkan
ganggung sistem yang membutuhkan
perbaikan berat atau kerja ulang yang
signifikan
6 Berbahaya sedang Kesalahan berakibat pada cedera ringan
5 dengan sedikit ketidak puasan pelanggan
dan/atau menimbulkan masalah besar
pada sistem
4 Berbahaya ringan sampai Kesalahan menyebakan cedera sangat
3 sedang ringan atau tidak cedera tetapi dirasakan
mengganggu oleh pelanggan dan/atau
menyebabkan masalah ringan pada sistem
yang dapat diatasi dengan modifikasi
ringan
2 Berbahaya ringan Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
pelanggan tidak menyadari adanya
masalah tetapi berpotensi menimbulkan
cedera ringan atau tidak berakibat pada
sistem
1 Tidak berbahaya Kesalahan tidak menimbulkan cedera dan
tidak berdampak pada sistem

Skala Peringkat Kegagalan Deteksi (Detection)


Nilai Penjelasan Pengertian
10 Tidak ada peluang untuk Tidak ada mekanisme untuk mengetahui
diketahui adanya kesalahan
9 Sangat sulit diketahui Kesalahan dapat diketahui dengan inspeksi
8 yang menyeluruh, tidak feasible dan tidak
segera dapat dilakukan
7 Sulit diketahui Kesalahana dapat diketahui dengan
6 inspeksi manual atau tidak ada proses
yang baku untuk mengetahui, sehingga
ketahuan karena kebetulan
5 Berpeluang sedang untuk Ada proses untuk double checks atau
diketahui inspeksi tetapi tidak otomatis atau
dilakukan secara sampling
4 Berpeluang tinggi untuk Dipastikan ada proses inspeksi yang rutin
3 diketahui tetapi tidak otomatis
2 Berpeluang sangat tinggi Dipastikan ada proses inspeksi rutin yang
untuk diketahui otomatis
1 Hampir dipastikan untuk Ada proses otomatis yang akan
diketahui menhentikan proses untuk mencegah
kesalahan

Selanjutnya dilakukan penilaian dengan perhitungan RPN (Risk


Priority Number) dengan rumus; occurance x severity × detection (O x S x D).
Hasil perhitungan tersebut kemudian dijadikan dasar dalam menentukan
prioritas modus kegagalan yang harus ditindak lanjuti.

Tabel Perhitungan OSD dan RPN


N Failure Mode Sebab Akibat O S D RPN
o
Lakukan analisis dengan pareto dan hitung cut off point dengan cara
berikut :
1. Urutkan failure mode dengan nilai RPN dari yang tertinggi ke yang
terendah.
2. Hitung kumulatif untuk tiap failure mode.
3. Hitung persentase kumulatif.
4. Pada RPN yang mendekati 80% tetapkan sbg cut off point
5. Nilai dibawah cutoff point tidak memerlukan tindakan segera kecuali
tersedia waktu, sedangkan nilai di atas cutoff point, harus dilakukan
eksplorasi
6. Tetapkan yang harus ditindak lanjuti dengan solusi.

Tabel Cut Off Point


Failure Mode RPN Kumulatif % Kumulatif Keterangan

F. Identifikasi Akar Masalah Modus Kejadian


Setelah tim mengidentifikasi satu atau lebih mode kegagalan potensial
yang menyebabkan tindakan yang diperlukan, langkah selanjutnya
mencari kemungkinan penyebab modus kegagalan, prinsipnya adalah
kegagalan masa mendatang dapat dicegah, jika tidak dapat dicegah
diperlukan adanya proteksi terhadap dampak kegagalan tersebut. Alat
bantu yang bisa digunakan untuk menganalisis akar penyebab antara
lain : brainstroming, cause & effect diagram, fish bone.

G. Redesain Alur Proses Pelayanan


Tahap selanjutnya adalah tahap redesain alur proses pelayanan,
Tahap ini adalah tahapan tim dalam menentukan solusi atau tindak lanjut
dari modus kegagalan dengan memperhatikan potensi penyebab atau akar
masalah modus kegagalan yang sudah diidentifikasi. Solusi tersebut
digambarkan dalam bentuk diagram alur proses pelayanan yang baru.
Hal yg perlu dilakukan adalah dalam melakukan redesain adalah:
1. Lakukan studi literatur untuk mengumpulkan informasi dari literatur
ilmiah.
2. Belajar dari fasilitas kesehatan lain dalam mengatasi masalah untuk
problem yang sama.
3. Berkomitmen untuk mencapai perubahan baru dalam cara pandang
baru.
Dalam melakukan redesain diperlukan strategi. Strategi Redesain
adalah sebagai berikut :
1. Desain atau desain ulang proses untuk eleminasi peluang terjadinya
kegagalan (mencegah terjadinya kegagalan).
2. Mencegah kegagalan sampai ke pasien dg meningkatkan deteksi
kegagalan.
3. Fokus pada mitigasi dampak kesalahan yang sampai ke pasien.

Tabel Redesign Proses


No Proses/Sub Failure Sebab Akibat Solusi Indikator
Proses Mode Keberhasilan

H. Analisa dan Uji Coba


Tahap analisa dan uji coba adalah tahapan tim dalam melakukan uji
coba skala kecil dari alur proses pelayanan yang baru. Dalam tahap uji
coba ini kemudian akan dihitung kembali nilai RPN (Risk Priority Number)
sebagai validasi tolak ukur keberhasil solusi.
1. Panduan Analisis.
a. Bagaimana proses baru tersebut dapat diterapkan.
b. Kapan proses yg baru akan diterapkan
c. Siapa yang akan bertindak & bertanggung jawab.
d. Dimana proses baru tersebut akan diterapkan.
2. Panduan Pengujian.
a. Pengujian diatas kertas.
b. Simulasi
c. Uji coba terbatas.
3. Pengumpulan Data.
a. Tinjauan terhadap catatan hasil pengujian,
b. Survei sebelum dan sesudah perubahan.
c. Sistem pelaporan.
d. Pengamatan di lapangan
e. Diskusi kelompok terfokus (FGD).
f. Evaluasi kompetensi.

I. Implementasi dan monitoring


Tahap implementasi dan monitoring adalah tahapan tim dalam
mengenalkan redesain alur proses pelayanan ke dalam skala besar dengan
terus melakukan monitoring untuk mempertahankan proses redesain alur
proses pelayanan yang baru. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dikatakan
berhasil jika nilai RPN (Risk Priority Number) sebelum redesain dan setelah
redesain turun antara 30-50%. Tindakan dan pengukuran outcome
dilakukan dengan :
1. Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan akan di : Kontrol
atau di Eliminasi.  Terima.
2. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan
dieliminasi atau dikontrol.
3. Identifikasi ukuran outcome yang digunakan untuk analisa dan uji re-
desain proses.
4. Identifikasi penanggung jawab dan deadline / target waktu untuk
melaksanakan tindakan tersebut.
5. Tentukan apakah perlu dukungan Kepala Puskesmas atau tidak untuk
menjalankan proses baru tersebut.
6. Lakukan pengukuran S, O dan D kembali setelah tindak lanjut
dilakukan.
7. Hitung kembali nilai RPN baru

J. Keluaran/Output
Keluaran dari teknik FMEA adalah lembar kerja FMEA yang terdiri
dari:
1. Daftar modus kegagalan dan dampak kegagalan pada proses yang
dianalisis.
2. Daftar kekritisan setiap modus kegagalan yang ditunjukkan oleh nilai
RPN (Risk Priority Number).
3. Daftar tindakan penanganan yang direkomendasikan untuk
mengurangi keparahan dan kemungkinan terjadi kegagalan, serta
meningkatkan kemampuan deteksi kegagalan.
BAB IV
PENUTUP
LAMPIRAN II KEPUTUSAN KEPALA DINAS
KESEHATAN
NOMOR : TAHUN 2023
TANGGAL :

LEMBAR KERJA FMEA

No FMEA :
Nama Proses :
Tim FMEA
Ketua :
Anggota :

Proses
Sub
Proses

Anda mungkin juga menyukai