Anda di halaman 1dari 21

BENTUK OBAT

DAN
PENULISAN RESEP

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2020
PEMBAHASAN

A. PEMILIHAN BENTUK OBAT


Dalam memberikan terapi obat terhadap pasien, selain penetapan jenis obat; dosis obat, cara
pemberian dan frekuensi pemberian yang tepat, maka pemilihan bentuk obat yang tepat akan
berpengaruh terhadap keberhasilan terapi obat.
Pemilihan bentuk obat yang tepat berpengaruh terhadap:
1. Kepatuhan pasien dalam minum obat atau menggunakan obat
2. Kemudahan, kenyamanan pasien dalam pemakaian dan penggunaan obat
3. Tercapainya tujuan terapi
4. Kesembuhan pasien lebih cepat
Bentuk obat yang mudah diberikan pada pasien, tidak menimbulkan kesulitan atau
memberikan rasa yang tidak enak pada pasien tentunya akan menjadikan pasien patuh dalam
menggunakan atau minum obat sehingga tercapai tujuan terapi.
Sebagai contoh pemberian obat bentuk puyer (meskipun ada pro dan kontra) pada anak
dengan kombinasi beberapa macam obat, selain penentuan jenis dan dosis obat lebih tepat
tentunya pemberian lebih mudah dibanding pemberlan beberapa tablet atau kapsul maupun
sirup lebih dari 1 macam kemasan obat. Begitu pula dengan pemberian kombinasi beberapa
macam obat dalam satu kapsul pada usia lanjut lebih memudahkan pasien dalam minum obat.
Untuk menentukan bentuk obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien perlu diperhatikan
1. sifat bahan obat,
Sebagai contoh
 Bahan obat yang higroskopis, sebaiknya dibuat bentuk potio ( obat minum) atau
lotio,bukan bentuk kapsul, tablet atau puyer
 Bahan obat yang Iritasi lambung, misalnya asetosal, eritromisin dibuat tablet enteric
coated
 Eritromisin kaplet ( eritromisin stearat) pahit, maka bila dkehendaki obat bentuk sirup
atau pulvers dipilih eritromisin etilsuksinat yang kurang pahit
2. Stabilitas obat,
Sebagai contoh :
 Antibiotika yang tidak stabil dalam larutan untuk bentuk potio dibuat sirup kering
ampisilin, amoksisilin, cefadroxil, cefixim, eritromisin, tiamfenikol ), untuk bentuk
Injeksi juga dalam wadah vial bentuk kering.

2
 Asetosal dalam bentuk potio tidak stabil, sehingga dibuat dalam bentuk tabletromisin
3. Umur pasien,
Pada pasien anak, bentuk obat potio atau pulvers lebih mudah diberikan dibanding tablet.
Bentuk pulvers relatif lebih mudah diberikan dibanding obat bentuk potio dengan jumlah
obat lebih dari satu
4. Lokasi kerja obat,
Jenis obat yang sama dengan bentuk yang berbeda dapat diberikan pada lokasi berbeda
dengan tujuan terapi yang berbeda juga
Contoh, pemberian Metronidazol
- Untuk trichomoniasis, bentuk obat yang diberikan tablet, ovula, vaginal tablet,
- Untuk Amoebiasis, digunakan bentuk tablet, sirup
- Untuk bakteri anaerob digunakan bentuk tablet, sirup, supositoria, Injeksi
5. Keadaan umum pasien
Pada pasien yang tidak sadar lebih baik diberikan obat bentuk injeksi, supositoria atau
bila digunakan obat peroral bentuk obat pulvers melalui Nasogastric tube.
6. Tujuan terapi
Untuk mendapat efek terapi lokal blasanya digunakan salep, cream, lotion solution,
supositoria sedang untuk efek sistemik diberikan tablet, kapsul, potlo, Injeksi, supositoria
Jenis obat yang sama dengan bentuk yang berbeda dapat digunakan untuk terapi yang
tidak sama.

B. BENTUK OBAT DAN CARA PENULISAN RESEP


Untuk mendapatkan obat di apotek baik untuk keperluan praktek maupun untuk pasien
individu, seorang dokter harus menulis permintaan dalam bentuk resep. Resep yang
lengkap mencakup :
1. Nama dokter
2. Surat Izin Praktek/Surat Penugasan
3. Alamat dan telepon tempat praktek
4. Waktu praktek
5. Tempat & tanggal penulisan
6. Nama dan dosis Obat
7. Bentuk obat yang diminta
8. Aturan pakai
9. Paraf / tanda tangan
3
10. Nama, umur, berat badan pasien
11. Alamat pasien (RS: Nomor regester)

Nama obat
Untuk menulis nama obat yang benar dalam resep agar tidak menimbulkan duplikasi
pengertian nama obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Hindari penulisan nama obat dengan nama kimia atau rumus bangun, karena dengan
menulis nama kimia, akan sulit menghafalkan nama obat dan mungkin menimbulkan
kesulitan bagi apotek dalam penyediaan obat
2. Gunakan.nama generic
Penulisan nama obat dalam bentuk generik lebih mudah penyediaan obat pasien, karena
dengan penulisan nama generik Udak menimbulkan duplikasi pemberian obat dan
memberikan keleluasaan pasien untuk memilih obat yang terjangkau
3. Tulis nama obat dengan lengkap, jangan disingkat, karena bla disingkat dapat
menimbulkan pengertian yang berbeda dan secara psikologis pasien lebih percaya kalau
nama obat ditulis dengan lengkap
Misalnya :
 Paracetamol bukan ditulis Pct
 Chlorpheniramin maleat bukan CTM
 Dextromethorphan HBr bukan DMP
 Diphenylhydantoin bukan Dph (bisa diajukan Diphenhidramin)
4. Hindari kombinasi obat dengan golongan dan khasiat sama
Pemberian nama obat dengan khasiat yang sama bisa menimbulkan potensial bahkan
intoksikasi, kalau menginginkan kombinasi beberapa macam obat hendaknya dipilih
kombinasi obat yang dapat meningkatkan efek terapi dan menurunkan kemungkinan efek
samping
5. Jangan menggunakan sediaan lepas lambat untuk pulvers
Sediaan lepas lambat (SR, LA, Retard) dibuat dengan formulasi agar obat dalam saluran
pencernaan dilepas dengan pelan-pelan sehingga absorbsi obat secara bertahap dan efek
kerja obat lebih lama. Bila sedian Ini dibuat pulvers yang dalam pembuatannya harus
digerus maka sistem lepas lambatnya akan rusak.
6. Urutan penulisan nama obat :
a. nama obat

4
b. kekuatan
c bentuk,
d. kemasan
Contoh :
R/ Asam Mefenamat 500 mg kaplet No
R/ Amoksisilin 250 mg sirup Fl No
R/ Gentamicin 80 mg injeksi amp No
R/ Ampicillin 1 gram Injeksi vial No
R/ Diazepam 5 mg Rectal tube No
R/ Hidrokortison 2,5 % cream tube No
R/ Oralit 200ml sak No.

Urutan penulisan resep:


1. Remidium Cardinale:
- causa
- simtomatik
2. Remedium ajuvan
3. Vehikulum
Obat simtomatik dipisahkan bila:
- Gejala penyakit mudah sembuh/timbul
- Untuk terapi penyakit kronis
- Digunakan waktu tertentu
- Membantu memudahkan minum obat lain
Contoh :
R/ Amoksisilin
Paracetamol
Dekstrometorfan
Khlortimeton
Vitamin B complex
Saccharum Lactis
Mf Pulv dtd no XV
S3 dd pulv I, ½ h pc

5
R/ Metoklopramid
Mf pulv dtd No X
S prn muntah 3 dd Pulv 1, 1/2 h ac

Jumlah/ dosis obat


Untuk penulisan jumlah obat yang tepat, terdapat ketentuan sebagai berikut :
1. Jumlah obat hindari penulisan angka desimal yaitu,
 kurang 1 gram tulls miligram (500 mg, bukan 0,5 g)
 kurang 1 mg tulis microgram (100 mcg, bukan 0,1 mg)
2. Penulisan angka pecahan:
1/2 tablet bukan 0,5 tablet
3. Jangan menyingkat gram dengan gr (gr = granum = 65 mg) tetapi dengan g atau gm
4. Jangan menyingkat satuan mikrogram, nanogram, unit dengan Ug, Ng. U
5. Obat cairan, dalam ml, bukan cc atau cm 3
6. Hindari pemberian obat terlalu banyak / lama, kecuali untuk pasien kronis
7. Gunakan dosis efektif terkecil, bila dosis obat dalam rentang terapi
8. Satuan dosis obat dalam g, mg atau mcg bukan X/1/3/tablet/ kapsul, kecuali bila
kandungan obat lebih dari satu
Contoh :
R/ Dextromethorphan Hbr 10 mg
bukan
R/ DMP 2/3 tablet
R/ Actifed tablet
9. Bila kekuatan obat lebih dari satu, tulis dengan Lengkap,
Contoh :
R/ Luminal 50 mg tablet No. LX
S 3 dd tab 1
bukan
R/ Luminal tablet No LX
S 3 dd tab 1
R/ Cefotaxim 1 gram Inj Vial III
S Imm
bukan
R/ Cefotaxim vial inj No II
S imm

6
Catatan :
Bila ada bentuk obat dengan kekuatan lebih dari satu, tetapi ditulis tanpa kekuatan ( mg/g ),
maka oleh apotek pasien diberikan obat dengan kekuatan terkecil
Contoh :
R/ Luminal tablet No XC
S 3 dd tab I
Tablet luminal yang ada di apotek 15, 30, 50 dan 100 mg maka oleh apotek pasien tersebut
diberi yang 15 mg, padahal pemberian luminal dalam kasus ini kemungkinan untuk
antikonvulsan pada pasien epilepsi yang memerlukan dosis 50 mg untuk sekali pemberian

Aturan pakai
1. Bentuk obat potio,
 S 3 dd cth 15 ml
 sebaiknya tidak menggunakan atau sendok makan, karena ukuran sendok makan
di masyarakat tidak sama ( 8, 10, 12 MI) sehingga dosis obat tidak akurat
 Jangan gunakan aturan pakai tidak jelas
R/ Parasetamol sirup FI No. I
S imm
R/ Amoksisilin sirup R No 1
S Prn 3 dd Cth 1/3
2. Bentuk tablet/kaplet/kapsul
S 4 dd tab l, 1 hpc
Jangan gunakan aturan pakai menyulitkan pasien
S 3 dd tabl 1/3
S 4 dd caps 1/2
Aturan pakai yang jelas, bedakan AP dan Signa
Jangan menyingkat aturan pakai dengan bahasa Indonesia
Contoh :
S kp p&s tapi ( kalau perlu pagi dan sore 1 tablet )
S Jp mst tab (jika perlu malam sebelum tidur 1 tablet)
Beri batasan bila aturan pakai pm (pro renata: bila perlu)
Contoh :
S prn 2 dd kap 1

7
jangan
S prn kap I, bila ditulis seperti ini, maka dalam sehari pasien dapat minum obat lebih
besar dari dosis maksimal yang diperlukan
Jangan menggunakan aturan pakai terlalu panjang
Contoh :
R/ Prednison tablet No. L
S 3 dd tablet V (3 hari)
3 dd tablet IV ( 3 hari)
3 dd tablet II (3 hari) ... Dst ( model tappering off)
3. Bentuk ointment/cream/lotion
S ue Signa usus externus, pemakaian luar)
S uc ( Signa usus cognitus, pemakaian diketahui )
S Oleskan tipis
4. Bentuk injeksi
S Imm ( Signa in manum medicine, serahkan dokter)
S imm pro inj
S pro inj (signa pro Injeksi, untuk injeksi )
5. Bentuk supositoria
S 2 dd supp I

Ketentuan lain
1. Tiap resep mulai dengan R/ dan akhiri dengan tanda penutup dan paraf / tanda tangan
2. Tulis nama, umur dan berat badan pasien dengan jelas
3. Tulis nomor register pasien
4. Penulisan resep jangan ragu, merobek/ mencoret kertas R/ yang salah
5. Sebelum diserahkan ke keluarga pasien, baca dan teliti kembali kebenaran resep
6. Berikan KIE, al: nama obat, khasiat, bentuk, aturan pakai, efek samping dan
pantangannya

8
Contoh :
dr. Natasha Setyawan, Sp A ( K)
SIP : 077/DS/V/2019
Praktek : Jl. Pahlawan No. 70 Telp 0911382000 Ambon Inscriptio
Kantor : Lab Ilmu Kesehatan Anak RSUDIU
Ambon, 15 Januari 2020
R/Ambroxol 3 mg
Chlorpeniramin Maleat 0,4 mg R cardinale
Salbutamol 0,4 mg prescriptio
Vitamin B complex ½ tab Adjuvan
Saccharum Lactis qs Vehicula
Mf pulv dtd No. XII
S 3 dd pulv I,1 h pc habiskan
-------------------------‘’-------------------------------- paraf signatura
Pro : An. Riski Prima (1 th 10 bulan/8 kg)
Alamat: Liang

Pembagian bentuk Sediaan Obat


Obat padat
a. Pulvus e. Kaplet
b. Pulvers f. Suppositoria
c. Kapsul g. Ovula
d. Tablet h. Pilulae

Obat setengah padat


a. Salep/unguentum
b. Linimentum
c. Cream
d. Gel

Obat cair
a. Potio g.Guttae
b. Lotio - Guttae Ophtalmicae
c. Injeksi - Guttae Auriculae
9
d. Aerosol - Guttae Nasales
e. Nebulizer - Oral drop

A. Obat padat
1. Pulvis atau serbuk
Merupakan campuran yang homogen bahan obat yang relatif kering, digunakan obat dalam
(per oral) maupun obat luar
Pulvis obat dalam
R/ Oralit 200 sak no X
S 1 sak dalam 1 gelas air minum, ad libit
R Antasida pulv sak no XV
S 3 dd pulv I, ½ h ac
R/ Carbocysteine 200 mg pulv sak no. X
S Prn 3 dd Pulv I

Pulvis Obat luar:


R/ Bedak Salicyl 2% 50 gram
S ue
R/ Neomicin- Bacitracin powder btl No. l
S uc
R/ Acidum Salicylicum 1%
Mentholum 0,5 %
Camphor 2,0%
Zinc oxide 5,0%
Talcum venetum ad 100
Mfla pulv adspers
S ue

2. Pulvers
Merupakan serbuk terbagi berupa bungkus kecil dalam kertas, digunakan sebagai obat luar
maupun obat dalam
a.Pulvers obat Luar:
R/ Kalium Permanganas 1
Mf pulv dtd No. VII

10
S1 bungkus dalam 1 L air
Untuk rendam duduk
atau
S uc atau Sun

b. Pulvis obat dalam


Pulvers pada anak
Anak Aidan, umur 6 th, berat badan 20 kg. Oleh dokter didiagnosa ISPA dan diterapi dengan
Amoksisilin (30-50 mg/kg/ hr), Parasetamol (30-60 mg/ kg/hr), Dextromethorphan Hbr (1-2
mg/kg/hr), Chlorpheniramin maleat (0,09 mg/kg/X) dan Pseudoephedrine HCL (1 mg/kg/X).

R/Amoksisilin
Parasetamol
Dextromethorphan HBr
Pseudoephedrine
Chlorpheniramin Mal
Glukosa
Mf pulv dtd no XV
S3 dd pulv I habiskan

R/ Amoksisilin 200 mg
Parasetamol 200 mg
Dextromethorphan HBr 6 mg
Chlorpheniramin Mal 2 mg
Pseudoephedrine HCL 20 mg
Glukose qs
Mf pulv dtd no XV
S3 dd pulv i habiskan

Pulvers pada orang dewasa


R/ Na diclofenac 25 mg
Methyplrednisolon 2 mg
Diazepam 1 mg
Mf pulv dtd No XXX
11
S prn 3 dd pulv, 1-2 h pc (nyeri)
Atau
S 3 dd pulv 1 pc, prn nyeri

R/ Ambroxol 30 mg
Methylprednisolon 2 mg
Salbutamol 1 mg
Nairet ½ tab
Mf pulv dtd No XX
S 3 dd Pulv 1 pc

3.Kapsul
Keuntungan obat dalam kapsul:
- Dapat menutupi rasa tidak enak, pahit atau amis
- Bahan obat bisa tunggal atau kombinasi
- Dosis obat dapat sesuai kebutuhan
- Lebih mudah minumnya / ditelan

Penulisan resep
a. Obat tunggal
R/ Tiamfenikol 500 mg kapsul no XXI
S 3 dd kap I
Atau
R/ Kapsul Thiamfenikol 500 mg No. XXI
S 3 dd Kap I
R/ Cetirizine 10 mg kapsul No. X (Incidal OD)
S 1 dd Kap I
R/ Codipront 30 mg kapsul No X
S2 dd kap (Sediaan lepas lambat (sustained release) mengandung
Istilah Lepas lambat : prolong action, times release, times span, retard, long Acting sustained
release.

b. Obat kombinasi
R/ Acetaminophen 350 mg
12
Dextromethorphan HBr 10 mg
Chlortrimeton 1 mg
Phenylpropanolamin 12,5 mg
Guanesin 50 mg
Mf pulv dtd no XV
dain kapsul
S Prn 3 dd kaps I

R/ Paracetamol 300 mg
Amitriptilin 5 mg
Diazepam 1 mg
Coffein 20 mg
Mf pulv da in caps dtd No. XXI
S Prn 3 dd kaps I (nyeri kepala)

4. Tablet / kaplet
Keuntungan obat bentuk tablet:
- Lebih cepat penulisan resep oleh dokter
- Lebih cepat pelayanan obat oleh apotek
- Praktis mudah dibawa kemana-mana
- Lebih mudah ditelan

Kerugian obat bentuk tablet:


 Komposisi tetap, sulit menerapkan terapi Individual
 Dosis obat belum tentu sesuai untuk tiap individu
 Waktu hancur waktu disolusi obat tidak memenuhi syarat

Tablet untuk obat luar


R/ Nystatin 100.000 IU Vag tab No. VII
S 1 dd vag tab I, hs
R/ Formalin 500 mg tablet No XX
S uc
b.Tablet untuk obat dalam (per oral)
- Dragee

13
R/ Neurotropic vitamin dragee No XII
mis: Neurobion dragee
S 2 dd dragee I-1 h pc
-Enteric Coated tablet
R/ Natrium Diclofenac 25 mg No.X
S prn 2 dd tab I, ½ h pc
-Tablet hisap = Lozenges
R/ Dequalinium tablet No. XII
S 4 dd tab 1, hisap
-Tablet sublingual
R/ Isosorbid dinitrat 5 mg tablet No. XX
S mane et vesp tablet I, sublingual
-Tablet Sustain release
R/ Avil retard tablet No V
S1 dd tab I

5. Suppositoria dan ovula


Suppositoria per anal, ovula per vagianal, kedua bentuk obat ini dengan pembawa yang
meleleh pada suhu tubuh.
Efek sistemik
R/ Metronidazole 1000 mg supp No. V (antimikroba anaerobe)
S 1 dd supp I an
R/ Piroxicam 10 mg suppositoria No VI
S Prn 2 dd sup I, nyeri hebat
Efek lokal
R/ Antihemoroid Supp No. II
S1 dd supp I, prn sulit BAB
R/ Bisacodyl 10 mg supp No. I
S 1 dd Ovula I, malam
R/ Metronidazol - Nistatin Ovula No. VII ( untuk Trichomoniasis & candidiasis)
S 1 dd Ovulla , malam

14
B. Bentuk obat Setengah padat
Umumnya digunakan sebagai obat luar untuk terapi (anti infeksi, anti radang analgesik,
alergi), anti jamur, anti septik) sebagian kecil untuk obat per oral anti jamur, anti septik)
1. Unguentum / salep / oinment
R/ Salep 24 10 g (mengandung As Salisilat 2 % dan
S ue Sulfur 4 % Vaselin album ad 10 g)
R/ Menthol 1,0 %
Camphora 2,5%
Methyl salisilat 5,0%
Ol Cayuputi 4,0%
Parafin solid 10%
Vaselin alb ad 50
S ue

2. Cream dan Gel/jelly


R/ Hidrokortison 2,5 % cream tube No. I
S ue, oleskan tipis-tipis
R/ Oxytetracycline 3 % cream tube No. I
S ue
R/ Ketoconazole 2 % cream tube No. I
S ue
R/ Miconazole 2% oral gel tube No. I
S 3 dd Cth 1, kulum-kulum kemudian telan
R/ Diklofenac 1% gel tube Nol
S 2 dd ue, oleskan pada daerah yang sakit

3. Salep mata/ eye ointment/ ophthalmic ointment / Occulenta


R/Gentamisin 0,3 % eo tube No. I
S 3 dd Occul D
R/ Chloramphenicol 1% SM tube No. I
S 3 dd salep mata kiri

15
4. Liniment
Merupakan bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit. Dapat berupa larutan
dalam minyak atau emulsi cair
R/ Minyak gandapura 50 ml
S ue
R/ Benzilbenzoat emulsion 100ml
Sue

C. Sediaan Cair
1. Potio
Merupakan obat cair digunakan per oral, masuk ke saluran cerna
Bentuk potio : solutio ( larutan ), suspensi maupun emulsi berupa sirup jadi maupun sirup
kering
a. Obat tunggal
R/ Kloramfenikol sirup fl No. I sirup antibiotika, sediaan jadi
S 3 dd Cth (5 ml)
R/ Erythromycin sirup fl No. l sirup antibiotika, sirup kering
S 3 dd cth I (5ml) pc
R/ Parasetamol elixir fl No I sirup dengan pelarut alkohol
S 3 dd Cth I (5 ml) prn panas

b. Obat kombinasi
Cara penulisan komposisi obat minum (potio)
- Tulis semua komponen obat, kolagen (sirup 10- 50 %), vehikulum (air)
- Tentukan aturan pakai , misalnya 3 kali sehari 1 sendok teh (5 ml)
- Tentukan berapa hari obat akan diberikan
- Hitung Jumlah obat minum keseluruhan, misalnya obat untuk 4 hari pemakaian 3 dd Cth I
(5 ml). Jumlah obat = 4x3x5 ml = 60 ml
- Hitung dosis tiap komponen obat, dengan mengalikan dosis perkalian dan jumlah
perkalian minum, misalnya bila ad 60 ml, dosis obat x 12 ( 60 m: 5 ml).
- Bulatkan dosis obat, sesuaikan dengan ukuran bentuk obat yang tersedia.
- Bila digunakan potio obat jadi, maka dosis obat jadinya disesuaikan kebutuhan, misalnya
Amoksisilin sirup per sendok teh, mengandung 125 mg sedang kebutuhan pasien umur 6
th 20 kg adalah 200 mg, maka ditambah Amoksisilin (200 mg-125 mg) x 12
16
Contoh
Pasien Anak Anak umur 6 thn berat badan 20 kg dengan ISPA diberi obat seperti pada kasus
contoh pulveres ( lihat pulvers )
R/ Amoksisilin
Parasetamol
Dextromethorphan
Chlorpheniramin Mal
Pseudoephedrine
Sirup simplex
Mf potio ad 60 ml (sebagai pelarut aqua)
S3 dd Ct I (5 ml)

R/
Amoksisilin 200 x 12 = 2400 mg
Parasetamol 200 x 12 = 2400 mg
Dextromethorphan 0/3 x 12 = 80 mg
Chlorpheniramin Mal 1,8 x 12 = 21,6 mg
Pseudoephedrine 20 x 12 = 240 mg
Sirup simplex 20% x 60 = 12 ml
Mf potio ad 60 ml
S 3 dd Ct I (5ml)

Penulisan resepnya
R/ Amoksisilin 2500 mg
Parasetamol 2500 mg
Dekstrometorfan 82,5 mg
Chlorpheniramin Mal 20 mg
Pseudoephedrine 240 mg
Sirup simplex 12,5 ml atau qs
Mf Potio ad 60 ml
Sa dd Cth I (5 ml)
Pro : An. Julio
Umur : 6 thn
Berat badan 20 kg
17
Atau
R/ Amoksisilin sirup fl No. I
Adde
Amoksisilin 900 mg ( dibulatkan 1000 mg )
Parasetamol 2500 mg
Dekstrometorfan 82,5 mg
Chlorpheniramin Mal 20 mg
Pseudoephedrine 240 mg
Mf potio ad 60 ml
S 3dd Cth I (5 ml)

2. Lotio
Merupakan obat cair yang digunakan untuk obat luar, bentuk solutio, emulsi maupun
suspensi.
R/ Povidon iodin solution 60 ml fl No. 1
S ue
R/ Povidon iodin gargle 100 ml fl Nol
S 3 dd garg
R/ Nistatin 2 tablet
Borax gliserin 10 ml
Mf lotio
S3 dd ue oleskan bibir
R/ Caladryl Lotion 60ml f1 No.1
S 3 dd ue

3. Obat tetes/guttae
 Umumnya berupa sediaan cair larutan atau campuran cairan dengan cairan yang homogen
dan tidak mengendap.
 Pemakaian dibantu alat penetes.
 Dapat diberikan sebagai obat minum atau obat luar.
 Tetes International/standard 1 ml = 20 tetes
a. Guttae ophthalmicae / TM/ ED
Syarat Eye drop

18
1. Steril (bebas bakteri)
2. Jernih (tidak keruh)
3. Isohidris (ph 7,4)
4. Isotonis (tekanan osmosis sama dengan Normal Saline)
Pelarut :
-Air
- Minyak nabati

R/ Khloramfenikol 0,5 % ED fl No I
S 6 dd gtt i ODS
R/ Atropin Sulfat 1 % TM fl No. I
S 2 dd gtt I OD
R/Y rins FI No I
S 3 dd collyrium

b. Guttae auriculares/TT
Syarat Ear drop :
Pelarut yang digunakan bukan air, tapi minyak atau gliserin
Jernih atau mengandung zat padat yang terdispersi dalam larutan
Steril
Antibiotika, antiseptik, lokal anestesi
R/ Gentamisin gtt auric/TT fl No l
S 3 dd gtt III auric dextra
R/ Perhidrol 3 % 25 ml
S 3 dd cuci telinga
R/ Carbo gliserin 10 ml
S 3 dd gtt V auric sin

c. Guttae nasales / TH
Syarat Nose drop :
-Pelarut air, bukan minyak
-Jernih
-Isotonis
Bentuk :
19
-Drop / tetes
-Semprot / spray
Antihistamin, dekongestan

R/ Glukophedrin 1% nose drop 10 ml


S 3 dd gtt II
R/ Otrivin adult Nose drop fl Nol
S 3 dd gtt Il nasal
R/ Afrin nasal spray fl Nol
S 3 dd nasal spray

d. Oral drop
Cairan / larutan jernih
Digunakan penetes dengan dosis tetes atau ml
Antibiotika, antipiretika, antiemetika, anti anemia, vitamin, antiseptika, iodine
R/ Parasetamol drop fl No. I
S 3 dd 0.8 ml, prn panas
RV Multivitamin drop fl No. I
S mane 0,5 ml
R/ Solutio lugoll 30 ml
S 3 dd gtt V (dalam 1 gelas air)

4. Injectio
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan segera sebelum digunakan
Diberikan secara parenteral, dengan cara suntikan menembus/merobek Jaringan ke dalam
atau melalul kulit atau selaput lendir.
KEUNTUNGAN:
Onset cepat
Efek obat dapat diperkirakan dengan baik
Bioavailabilitas (hampir) sempurna
Tidak dipengaruhi Saluran cerna
Membantu untuk penderita sakit keras atau koma

20
KERUGIAN:
Nyeri
Efek psikologis (takut disuntik)
Kesalahan pemberian/dosis sulit dikoreksi!
Hanya dapat dilakukan oleh dokter/perawat

Pemberian & wadah Injectio


Pemberian secara:
Subkutan - Intramuskular
Intravena bolus - Infus (v drips)
Intra Arteri - Intraspinal
Intratekal, - Intracisternal,
intra articular, - Intrakardial
Intrapleural - Intradermal,
intraperitoneal (dialisis).

Wadah:
a. Single dose : ampul,vial, fles/botol/bag
b. Multiple dose : vial

Pelarut injeksi
Umurnya digunakan air
Syarat air untuk pelarut injeksi
1. Steril
2. Bidestilata
3. Demineralisata
4. Bebas pirogen
5. Jernih

21

Anda mungkin juga menyukai