Anda di halaman 1dari 19

Tugas

MEMPERTAHANKAN BUDAYA LOKAL


DIMASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh
Alpreyawan Botutihe
191022049
Kelas MPI 2B

Diajukan Sebagai Persyaratan Ujian Akhir Semester 2

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala kemuliaan hanya bagi Allah swt. Sumber segala hikmah dan ilmu
pengetahuan , karena berkat rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga karya
ilmiah (makalah) ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam saya kirimkan
kepada kekasih orang yang beriman Nabi Muhammad saw., keluarga beliau yang
mulia, para sahabat beliau yang agung, dan kepada orang-orang yang telah
memperjuangkan agama Islam ini.
Saya menyadari bahwa di dalam penyusunan tugas ini, saya mengalami
berbagai macam hambatan dan rintangan. Akan tetapi, berkat bantuan orang-
orang terkasih dan bantuan dari teman-teman yang selalu memberi semangat,
tugas ini dapat terselesaikan, namun masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
segala kerendahan hati, saya sangat menyadari bahwa makalah masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca yang budiman sangat saya harapkan, demi perbaikan dan kesempurnaan
karya ilmiah selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan keilmuan kita semua, khususnya bagi saya sendiri dan mahasiswa
pada umumnya.
AmiinYaRabbal Alamin.

Gorontalo, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................4

BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi Covid-19...............................................................................5

B. Definisi Budaya Sosial.......................................................................9

C. Cara mempertahankan budaya lokal di masa pandemi covid-19.......10

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................14

B. Saran.................................................... ..............................................14

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan lokal terkait langsung dengan daerah. Seiring dengan

perkembangan zaman dan sistem sosial budaya, dewasa ini budaya lokal

dimaknai sebagai pengetahuan bersama yang dimiliki oleh sejumlah

orang. Dengan demikian, budaya lokal dapat digunakan untuk merujuk

budaya pedagang kaki lima, budaya pengemis, bahkan budaya sekolah.

Batasan – batasan budaya menurut wilayah menjadi kabur dan tidak

memadai lagi. Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama

yang dianut masyarakat tertentu.

Beberapa budaya lokal dapat langsung dikenali dari bahasa yang

digunakan di antara mereka. Bahasa merupakan simbol identitas, jati diri,

dan pengikat di antara suku bangsa. Ironisnya, terdapat kondisi yang

memprihatinkan disebabkan semakin banyak bahasa yang punah atau

hampir punah di dunia, khususnya di Indonesia.

Krisis penggunaan bahasa di tanah air secara antropologis

berdampak negatif terhadap kelestarian alam. Tersingkirnya bahasa –

bahasa lokal (daerah) di Indonesia merupakan salah satu penyebab

seringnya terjadi bencana alam (banjir, longsor, atau kerusakan hutan).

Kepunahan berbagai bahasa daerah di tanah air, baik disengaja maupun

tidak disengaja, telah menghilangkan kearifan lokal di berbagai bidang.

Banyak sekali idiom dalam bahasa lokal yang berhubungan erat dengan

1
pengetahuan sosial, ekologi, teknologi, pengobatan, bahkan kelestarian

lingkungan. Berbagai bencana alam yang semakin sering melanda

Indonesia, terkait erat dengan pemahaman bahasa lokal yang berhubungan

dengan pengetahuan sosial dan ekologi. Kerusakan lingkungan alam juga

disebabkan oleh penyimpangan masyarakat dari pedoman kearifan tradisi

yang ditunjukkan dengan berbagai ungkapan nenek moyang dalam bentuk

klasifikasi bahasa. Proses mulai hilangnya bahasa – bahasa daerah di tanah

air, juga diakibatkan semakin berkurangnya penutur asli bahasa lokal,

haruslah dipandang sebagai suatu bencana sosial yang bersifat global.

Budaya masyarakat yang tinggal di daerah pedalaman (pedesaan)

yang tinggal di daerah pantai berbeda. Budaya lokal masyarakat

pedalaman (pedesaan) terlihat tenang dengan karakteristik masyarakatnya

yang cenderung tertutup. Adapun budaya lokal masyarakat yang tinggal di

daerah pantai terlihat keras dan karakterisitk masyarakatnya relatif lebih

terbuka. Kekayaan budaya lokal di Nusantara dijadikan laboratorium

hidup antropologi oleh para antropolog dengan budaya lokal yang bersifat

tradisional yang masih dipertahankan. Tidak semua nilai tradisional buruk

dan harus dihindari. Justru nilai tradisional itu harus digali dan digunakan

untuk mendukung dan membangun agar tidak bertentangan dengan nilai

modern.

Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Risiko penyebaran

dan penularan virus Corona masih menjadi ancaman. Sejak

diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), memang

2
angka penularan Covid-19 menunjukkan penurunan. Beberapa daerah pun

mulai berencana akan tidak lagi memberlakukan PSBB. Namun pada

kenyataan pendemi virus Corona belum berakhit dan masih mengintai

setiap waktu. Untuk itulah santer terdengar kita akan masuk pada kondisi

‘new normal’.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi tentang covid-19?

2. Apakah definisi tentang budaya lokal?

3. Bagaimana cara mempertahankan budaya lokal di masa pandemi

covid-19?

3
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian covid-19

2. Untuk mengetahui tentang budaya lokal

3. Untuk mengetahui cara mempertahankan budaya lokal di masa pandemi

covid-19

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Covid-19

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem

pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi

pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan

infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).Selain

virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam

kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory

Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang

sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan

SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan

keparahan gejala.

Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 bisa menyerang siapa

saja. Menurut data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan

COVID-19 Republik Indonesia, jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga

12 Agustus 2020 adalah 130.718 orang dengan jumlah kematian 5.903

orang. Tingkat kematian (case fatality rate) akibat COVID-19 adalah

sekitar 4,5%. Jika dilihat dari persentase angka kematian yang di bagi

menurut golongan usia, maka lansia memiliki persentase tingkat kematian

yang lebih tinggi dibandingkan golongan usia lainnya.Sedangkan

5
berdasarkan jenis kelamin, 59,1% penderita yang meninggal akibat

COVID-19 adalah laki-laki dan 40,9% sisanya adalah perempuan.

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai

gejala flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit

kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat.

Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk

berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala

tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan

seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:

• Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

• Batuk kering

• Sesak napas

Ada beberapa gejala lain yang juga bisa muncul pada infeksi virus

Corona meskipun lebih jarang, yaitu:

• Diare

• Sakit kepala

• Konjungtivitis

• Hilangnya kemampuan mengecap rasa atau mencium bau

• Ruam di kulit

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari

sampai 2 minggu setelah penderita terpapar virus Corona. Guna

6
memastikan apakah gejala-gejala tersebut merupakan gejala dari virus

Corona, diperlukan rapid test atau PCR.

Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus,

yaitu kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian

besar kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan

sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan

infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus

Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik

adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda

terinfeksi virus ini, yaitu:

• Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal

1 meter dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah

kecuali ada keperluan mendesak.

• Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau

keramaian, termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan

dan mengikuti ibadah di hari raya, misalnya Idul Adha.

• Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand

sanitizer yang mengandung alkohol minimal 60%, terutama

setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.

• Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum

mencuci tangan.

7
• Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat,

seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara

rutin, beristirahat yang cukup, dan mencegah stres.

• Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang

dicurigai positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang

sedang sakit demam, batuk, atau pilek.

• Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin,

kemudian buang tisu ke tempat sampah.

• Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan

lingkungan, termasuk kebersihan rumah.

B. Definisi Budaya Lokal

Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat

suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses

belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni, tradisi,

pola pikir, atau hukum adat. Indonesia terdiri atas 33 provinsi, karena itu

memiliki banyak kekayaan budaya.

Bentuk budaya lokal yang lain adalah mitos. Mitos adalah suatu

cerita suci berupa simbol yang mengisahkan peristiwa nyata atau imajiner

mengenai perubahan alam dan asal usul jagat raya, dewa-dewi, atau

kepahlawanan seseorang.

Beberapa bentuk budaya lokal lain di antaranya adalah pakaian

tradisional, folklor, musik tradisional, olahraga tradisional, permainan

anak tradisional, kerajinan tangan, dan lain-lain. Menurut James

8
Danandjaja (dalam Sulastrin Sutrisno, 1985:460), folklor adalah sebagian

kebudayaan Indonesia yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun

secara tradisional. Tradisi ini bisa berbeda-beda versinya baik dalam

bentuk lisan, perbuatan, maupun alat-alat pembantu pengingat.

Kebudayaan Indonesia yang berbentuk folklor memiliki ciri-ciri khusus

antara lain sebagai berikut: bersifat lisan, bersifat tradisional, versinya

berbeda-beda, cenderung mempunyai bentuk berumus atau berpola, tidak

diketahui siapa penciptanya, mempunyai fungsi dalam kehidupan kolektif

yang memilikinya, berifat pralogis, menjadi hak milik bersama, dan

bersifat polos atau spontan.

Budaya lokal biasanya didefinisikan sebagai budaya asli dari suatu

kelompok masyarakat tertentu. Menurut J.W. Ajawaila, budaya lokal

adalah ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. Akan tetapi,

tidak mudah untuk merumuskan atau mendefinisikan konsep budaya lokal.

Menurut Irwan Abdullah, definisi kebudayaan hampir selalu terikat pada

batas-batas fisik dan geografis yang jelas. Misalnya, budaya Jawa yang

merujuk pada suatu tradisi yang berkembang di Pulau Jawa. Oleh karena

itu, batas geografis telah dijadikan landasan untuk merumuskan definisi

suatu kebudayaan lokal. Namun, dalam proses perubahan sosial budaya

telah muncul kecenderungan mencairnya batas-batas fisik suatu

kebudayaan. Hal itu dipengaruhi oleh faktor percepatan migrasi dan

penyebaran media komunikasi secara global sehingga tidak ada budaya

lokal suatu kelompok masyarakat yang masih sedemikian asli.

9
Ciri-ciri budaya lokal dapat dikenali dalam bentuk kelembagaan

sosial yang dimiliki oleh suatu suku bangsa. Kelembagaan sosial

merupakan ikatan sosial bersama di antara anggota masyarakat yang

mengoordinasikan tindakan sosial bersama antara anggota masyarakat.

Lembaga sosial memiliki orientasi perilaku sosial ke dalam yang sangat

kuat. Hal itu ditunjukkan dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan

anggota lembaga sosial tersebut. Dalam lembaga sosial, hubungan sosial

di antara anggotanya sangat bersifat pribadi dan didasari oleh loyalitas

yang tinggi terhadap pemimpin dan gengsi sosial yang dimiliki. Bentuk

kelembagaan sosial tersebut dapat dijumpai dalam sistem gotong royong

di Jawa dan di dalam sistem banjar atau ikatan adat di Bali. Gotong royong

merupakan ikatan hubungan tolong-menolong di antara masyarakat desa.

Di daerah pedesaan pola hubungan gotong royong dapat terwujud dalam

banyak aspek kehidupan.

C. Cara Mempertahankan Budaya Lokal di Masa Pandemi Covid-19

Setelah melewati masa enam bulan yang mencekam akibat

pandemi Covid-19 yang melanda berbagai belahan dunia itu, kini terjadi

pergeseran bentuk kecemasan di masyarakat. Semula publik cemas

terpapar virus corona, tetapi kini publik tampaknya lebih cemas oleh

kesulitan ekonomi. Oleh karenanya, kebijakan yang diintrodusir

pemerintah dengan berdasarkan konsep new normal bisa dikatakan agak

melegakan. Di satu sisi, publik diberi akses untuk kembali beraktifitas, di

sisi lain penerapan protokol kesehatan tetap diberlakukan. Ini berarti

10
bahwa kehidupan ekonomi didorong agar lebih produktif sementara kaidah

kesehatan tetap terjamin.

New normal tentu saja mensyaratkan sikap dan perilaku tertentu

dari semua pihak agar tujuan dari konsep tersebut dapat diwujudkan.

Dengan kata lain, sikap dan perilaku itu, sebagaimana yang tercermin

dalam pengertian new normal tersebut, mengisyaratkan bahwa aspek

budaya masyarakat dalam mencegah penularan virus tersebut memegang

peran sentral. Konsep new normal tidak hanya terjadi di Indonesia.

Konsep itu mulai diterapkan di beberapa negara Eropa agak lebih awal

dibandingkan di negara kita. Secara prinsip, new normal yang

dikembangkan di berbagai negara, termasuk di Indonesia, memang

bertujuan agar masyarakat membudayakan cara hidup baru dalam rangka

meminimalisasi dampak negatif Covid-19.

Gagasan tentang proses terjadinya evolusi mahluk hidup sudah

cukup lama menjadi pusat perhatian manusia. Namun demikian, dari

berbagai teori evolusi yang ada, teori yang dikemukakan Charles Darwin,

biolog ternama asal Inggris, tergolong paling sering diperbincangkan serta

dianggap didukung oleh bukti-bukti empirik.

Dalam konteks kemampuan adaptasi manusia, Darwin berpendapat

bahwa pola evolusi bersifat gradual. Berdasarkan cara pandang ini,

kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungannya lebih tinggi

dibandingkan mahluk hidup lain. Hal ini karena manusia memiliki syarat-

11
syarat yang cukup untuk menopang hidupnya secara berkelanjutan

dibanding makhluk hidup lain.

Kemampuan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya, termasuk

kemungkinan terserang penyakit, telah memunculkan ide atau gagasan

bagi manusia untuk mengantisipasinya melalui berbagai upaya. Melalui

pengalaman dan akal budinya, manusia akhirnya selalu dapat menemukan

upaya-upaya tertentu dalam menjawab tantangan alam dan lingkungan

dengan segala risiko hidupnya. Inilah yang secara umum kita sebut

sebagai budaya.

Terkait dengan itu, penanganan wabah penyakit memang tidak bisa

dilepaskan dari pendekatan sosial budaya. Berbagai catatan sejarah

penangan wabah di seluruh dunia memberikan informasi bahwa

penanganan wabah penyakit tidak bisa jika dilakukan dengan hanya

melibatkan aspek medis. Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu

bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktifitas, dan

bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain,

dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah," kata

Wiku seperti dalam keterangan yang diterima Kompas.com, baru-baru ini.

Apa saja protokol kesehatan Covid-19 yang harus ditaati masyarakat?

Berikut ini rinciannya, berdasarkan informasi yang dimiliki oleh

Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-

19. Pemerintah Penerapan Protokol Kesehatan Tak Bisa Ditawar 1. Jaga

kebersihan tangan Bersihkan tangan dengan cairan pencuci tangan atau

12
hand sanitizer, apabila permukaan tangan tidak terlihat kotor. Namun,

apabila tangan kotor maka bersihkan menggunakan sabun dan air

mengalir. Cara mencucinya pun harus sesuai dengan standar yang ada,

yakni meliputi bagian dalam, punggung, sela-sela, dan ujung-ujung jari.

13
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setelah melewati masa enam bulan yang mencekam akibat pandemi

Covid-19 yang melanda berbagai belahan dunia itu, kini terjadi pergeseran

bentuk kecemasan di masyarakat. Semula publik cemas terpapar virus corona,

tetapi kini publik tampaknya lebih cemas oleh kesulitan ekonomi. Oleh

karenanya, kebijakan yang diintrodusir pemerintah dengan berdasarkan

konsep new normal bisa dikatakan agak melegakan. Di satu sisi, publik diberi

akses untuk kembali beraktifitas, di sisi lain penerapan protokol kesehatan

tetap diberlakukan. Ini berarti bahwa kehidupan ekonomi didorong agar lebih

produktif sementara kaidah kesehatan tetap terjamin.

B.     Saran-saran

Untuk teman-teman agar dapat menambahkan tugas ini sebagai media

pembelajaran dan selalu mengembangkan ilmu dalam mempertahankan budaya

lokal dimasa pandemi Covid-19 khususnya demi meningkatkan protokol

kesehatan masa pandemi covid-19.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dyastriningrum. 2009. Antropologi : Kelas XI : Untuk SMA dan MA Program

Bahasa. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan

Nasional, Jakarta. p. 90.

Geertz, H. 1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta: Yayasan

Ilmu-Ilmu Sosial.

Lies, S. dan Budiarti, A. C. 2009. Antropologi Jilid 1 : Untuk Kelas XI SMA dan

MA. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan

Nasional, Jakarta. p. 137.

Soekmono.1998. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: PT

Kanisius.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_COVID-19

http://yessicasuvanni4.blogspot.com/2017/02/budaya-lokal-di-indonesia.html

https://medium.com/@homecare24.blog/ini-protokol-kesehatan-selama-new-
normal-agar-terhindar-covid-19-bb26df7911a8

https://kesehatan.kontan.co.id/news/protokol-kesehatan-covid-19-ini-masih-
sering-salah-diterapkan-lo

15

Anda mungkin juga menyukai