Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ALPREYAWAN BOTUTIHE

KELLAS : MPI 2 B
NIM : 191022049
MK : BAHASA INDONESIA

Pengertian jurnal adalah sebuah publikasi periodik dalam bentuk artikel yang diterbitkan

secara berkala, dalam hal ini biasanya jurnal diterbitkan pada interval waktu tertentu seperti

setiap 4 bulan atau setiap 1 tahun. Jurnal memiliki beberapa jenis yang diantaranya adalah

Professional or Trade Journals, Popular Journals, dan Scholarly Journals. (wikipedia)Pada

umumnya jurnal memiliki cakupan materi yang luas namun sangat padat, hanya terdiri dari 6

hingga 8 halaman, namun di setiap kalimatnya bernilai ilmu pengetahuan. Tujuan pembuatan

jurnal adalah untuk mengembangkan sebuah penelitian yang telah dituliskan serta menjadi

acuan untuk para peneliti lainnya sedang melakukan kegiatan penelitian yang sejenis.Jurnal

pada umumnya berisi sejumlah referensi yang menjadi rujukan penulisan tiap artikel. Jenis

artikel yang ditulis tak sebatas laporan penelitian, namun bisa pula berupa review literatur

A.Langkah-Langkah Pembuatan Jurnal

1. Judul

2. Abstrak

3. Pendahuluan

4. Bahan dan Metode


5. Hasil

6. Pembahasan

7. Kesimpulan

8. Daftar Pustaka

B. Sistematika Jurnal

1. Judul

Setiap jurnal ilmiah harus memiliki judul yang jelas. Dengan membaca judul, akan

memudahkan pembaca mengetahui inti jurnal tanpa harus membaca keseluruhan dari jurnal

tersebut. Judul tidak boleh memiliki makna ganda. Disarankan tidak boleh lebih dari 12 kata

jurnal berbahasa Indonesia dan lebih dari 10 kata jurnal berbahasa Inggris. Judul ditulis di

tengah atas halaman, menggunakan huruf kapital, dan dicetak tebal.

2. Nama

Nama Penulis, Nama Pembimbing I, Nama Pembimbing II, tanpa gelar akademik dianjurkan

disertai nama lembaga (afiliasi : nama prodi, fakultas, dan universitas), serta dianjurkan

menyertakan alamat dan email.

3. Abstrak
Abstrak berbeda dengan ringkasan. Bagian abstrak dalam jurnal ilmiah berfungsi untuk

mencerna secara singkat isi jurnal. Abstrak di sini dimaksudkan utnuk menjadi penjelas tanpa

mengacu pada jurnal. Bagian abstrak harus menyajikan sekitar 250 kata yang merangkum

tujuan, metode, hasil dan kesimpulan. Jangan gunakan singkatan atau kutipan dalam abstrak.

Pada abstrak harus berdiri sendiri tanpa catatan kaki. Abstrak ini biasanya ditulis terakhir.

Cara mudah untuk menulis abstrak adalah mengutip poin-poin paling penting di setiap bagian

jurnal. Kemudian menggunakan poin-poin untuk menyususn deskripsi singkat tentang jurnal

yang telah dibuat. Penulisan abstrak diketik menggunakan 1 spasi.

4. Kata Kunci

Kata kunci sebanyak 3-5 kata, diambil dari inti yang akan dibahas dalam penelitian.

5. Pendahuluan

Pendahuluan berisi latar belakang mengapa penelitian dilakukan, uraian permasalahan yang

akan diteliti, dikaitkan dengan teori, dan diakhiri dengan tujuan dilaksanakan penelitian

tersebut. Penulisan diketik dengan 2 spasi, kurang lebih 4-6 halaman.

6. Metode Penelitian

Bagian ini menjelaskan ketika percobaan telah dilakukan. Peneliti menjelaskan desain

percobaan, peralatan, metode pengumpulan data, dan jenis pengendalian. Jika percobaan

dilakukan di alam, maka penulis menggambarkan daerah penelitian, lokasi, dan juga

menjelaskan pekerjaan yang dilakukan. Aturan umum yang perlu diingat adalah bagian ini

harus memaparkan secara rinci dan jelas sehingga pembaca memiliki pengantahuan dan
teknik dasar agar bisa dipublikasikan. Penulisan Metode diketik dengan 2 spasi, kurang lebih

1 halaman.

7. Pembahasan/Hasil Pembahasan

Pembahasan dapat dibagi dalam beberapa sub bagian. Diketik dalam 2 spasi. Penulisan

kurang lebih 4-6 halaman. Dalam pembahasan membandingkan hasil penelitian dengan

model atau teori yang diacu, dan menghubungkan hasil penelitian Anda dan penelitian

sebelumnya dengan menunjukkan persamaan dan membahas perbedaannya. Pembahasan

digunakan untuk hasil penelitian kualitatif, sedangkan Hasil dan Pembahasan digunakan

untuk hasil penelitian kuantitatif.

8. Simpulan

Dalam simpulan yang dibahas pembuktian hipotesis dari penelitian, ditulis ringkas yang

memuat informasi yang cukup sehingga pembaca mengetahui bahwa telah membuktikan

hipotesis yang telah dilakukan dan dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan metode. Dan

biasanya terdapat saran yang berisi kemungkinan penelitian lebih lanjut, dan potensi-potensi

yang dimiliki metode yang dipakai dapat dimasukkan.

9. Daftar Pustaka

Daftar pustaka pada karya ilmiah ditulis langsung setelah teks berakhir (tidak perlu ganti

halaman baru), sedangkan daftar pustaka pada makalah, buku, atau penelitian ditulis dengan

berganti halaman baru. Jenis penulisan daftar pustaka diberi judul DAFTAR PUSTAKA,

dicetak tebal dengan huruf tegak, kapital semua.


Unsur yang ditulis dalam daftar pustaka secara berturut-turut meliputi: (1) nama pengarang

ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2)

tahun penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.

Unsure-unsur tersebut dapat bervariasi bergantung kepada jenis sumber pustakanya

C. Jurnal Tentang manajemen Pendidikan

. PROGRAM PENINGKATAN MUTU GURU BERBASIS


KEBUTUHAN
Dwi Esti Andriani

E-mail: dwiesti@yahoo.com

Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Colombo No. 1 Sleman Yogyakarta

Abstrak

Abstract: Program peningkatan mutu guru yang efektif harus didasarkan pada need

assessment. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan program peningkatan kualitas guru

berdasarkan kebutuhan guru. Temuan penelitian menunjukkan ada dua program yang

dibutuhkan untuk meningkatkan kualita guru-guru SMP di Banyumas. Guru membutuhkan

sebuah program untuk meningkatkan kualifikasi akademik mereka. Berdasarkan pada

kebutuhan guru, program ini harus mempertimbagkan aspek-aspek berikut. Pertama, program

harus menawarkan program sarjana (S1) dan program pasca sarjana (S2) dibidang pendidikan

dan relevan dengan mata pelajaran yang guru mengajar. Kedua, program harus mengambil

tempat didekat atau didalam lokasi dimana guru tinggal. Ketiga, program harus memberikan

dukungan bagi guru seperti pendanaan untuk mempelajari biaya kuliah dan biaya operasional,
dan izin belajar atau dispensasi bagi guru untuk bebas dari atau untuk mengurangi jam kerja

mereka.

Disetujui April 2018

Dipublikasikan Juni 2018

Keywords:

Perencanaan SDM;

prestasi kerja; organisasi;

rekrutmen; seleksi;

pengembangan
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan keunggulan bangsa. Melalui pendidikan akan

dihasilkan manusia-manusia cakap yang dibutuhkan dalam proses pembangunan. Hasil

studiHeyneman dan Loxley dalam (Supriadi, 1999)di 29 negara menemukan bahwa di antara

berbagai masukan (inputs) yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh

prestasi belajar siswa), ditentukan oleh guru. Peranan guru sangatlah penting dalam

keterbatasan sarana dan prasarana di negara berkembang. Terbukti pada16 negara

berkembang guru memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan

manajemen 22%, waktu belajar 18%, sarana fisik26%. Sedangkan 13 negara industri

kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19%

Pemerintah mengembangkan dan menetap-kan standar mutu guru melalui UU Nomor 14

tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Berlandaskan UU tersebut, seorang guru profesional

harus memiliki: kualifikasi akademik yang memadai, menguasai standar kompetensi guru,

lolos sertifikasi, sehat jasmani dan rohani, serta kemampuan untuk mewujudkan pencapaian
tujuan pendidikan. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru dijabarkan dalam

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Seorang guru yang memenuhi standar mutu

guru diharapkan mampu mewujudkan pembelajaran yang efektif dan juga menjadi

pembelajar sepanjang karir dalam rangka mewujudkan mutu pendidikan.

KESIMPULAN

Program peningkatan mutu guru dibutuhkan oleh para guru SMP se-Kabupaten

Banyumas. Program ini hendaknya berbasis pada kebutuhan guru agar efektif. Program

Peningkatan Mutu Guru SMP se-Kabupaten Banyumas yang dibutuhkanguru mencakup 1)

program peningkatan kualifikasi akademik dan 2) program peningkatan kompetensi guru.

Komponen-komponen yang perlu diperhatikan mencakup: bentuk program, relevansi

program, dan sumber daya pendukung bagi peserta untuk mengikuti program.

Program peningkatan kualifikasi akademik guru SMP berbasis kebutuhan mencakup:

program penyetaraan D3 ke S1, studi lanjut S1 dan S2. Studi lanjut dilaksanakan di daerah

sendiri dan peserta mendapatan bantuan biaya pendidikan, biaya operasional selama

mengikuti pendidikan, dan ijin/ penugasan studi lanjut. Sedangkan program peningkatan

kompetensi guru SMP berbasis


kebutuhan ditujukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, dan didasarkan

pada hasil analisis kebutuhan. Bentuk program yang diprioritaskan adalah diklat yang

dilaksanakan di daerah guru. Dukungan izin dan bantuan dana akan membantu peserta

mengikuti program dengan baik. Penelitian ini memberikan rekomendasi agar pengembangan

dan implementasi program peningkatan mutu guru selalu melalui tahap-tapah analisis

kebutuhan, kemudian pengembangan desain atau rencana, implementasi, evaluasi dan tindak

lanjut, serta dipadukan dengan manajemen guru. Oleh karenanya, perlu koordinasi dan

kerjasama antar lembaga penyelenggara program peningkatan mutu guru. Sekolah-sekolah

hendaknya memberikan dukungan baik moril maupun materil bagi para guru mereka yang

berkeinginan melanjutkan studi dan mengikuti program peningkatan penguasaan kompetensi

guru.
DAFTAR PUSTAKA

Beare, H. 2001. Creating the Future School.

London. Rouutledge Falmer.

Castetter, W. B. 1996. The Personnel Function

in Education Administration Sixth

Edition. New York: Mac Millan Publishing


Co.

Darling, L. H. 2006. Constructing 21st Century Teacher Education. Journal of Teacher Education, 57:
300-314.

Supriadi, D. 1999. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Adicita Karya Nusantara.

Dessler, dan Gary. 2006. Manajemen Sumber Manusia Jilid 1 Edisi Kesepuluh. Jakarta: Indeks.

Direktorat Profesi Pendidikan Dirjen PMPTK

Depdiknas. 2007. Pedoman Pemilihan

Guru Berprestasi Tingkat Nasional.

Jakarta: Depdiknas.

Hargreaves, A. 1997. The Four Ages of

Professionalism and Professional Learning.

Unicorn, 23(2): 86-114.

Anda mungkin juga menyukai