ABSTRAK
Selain itu, guru mengajar dengan melakukan aktifitas yang rutin dan
sama, tanpa menyadari bahwa hal tersebut menyebabkan siswa menjadi
bosan. Akibatnya, siswa tidak dapat memahami materi sepenuhnya karena
motivasi dan partisipasi mereka turun atau hilang karena rasa bosan tersebut.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Brown, “Routine
activities in learning can make the students bored. As a result, their
motivation and participation in learning will decrease” (Brown, 2001: 48).
Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, maka peneliti merencanakan
untuk mengadakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk mengatasi
masalah pada mata pelajaran biologi materi virus pada siswa kelas X-1 MA
Negeri Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran 2007/2008. Peneliti
merencanakan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan
metode kontekstual berbantuan media audio visual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitan ini adalah: Apakah melalui pendekatan Contextual Teaching
amd Learning (CTL) berbantuan media audio visual dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar Biologi materi virus pada siswa kelas X-1 MA
Negeri Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Biologi materi virus pada
siswa kelas X-1 MA Negeri Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran
2007/2008 secara umum.
2. Tujuan khusus:
Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Biologi materi virus pada
siswa kelas X-1 MA Negeri Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran
2007/2008 melalui penerapan metode kontekstual berbantuan media audio
visual.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
Biologi siswa materi virus.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar Biologi
a. Hakekat Motivasi
Banyak pakar yang merumuskan definisi 'motivasi' sesuai dengan
kajian yang diperdalamnya. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan
sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian,
ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini
dideskripsikan beberapa kutipan pengertian 'motivasi'.
b. Hakekat Belajar
Gagne (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana
organisma berubah perilakunya. Cronbach mendefinisikan belajar:
"learning is shown by a change in behavior as a result of experience"
(belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu
sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa:
learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to
listen, to follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca,
meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan).
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan (modeling) yaitu dalam sebuah pembelajaran
keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru.
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaiman guru menginginkan para peserta didik
untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar peserta
didik dapat melakukannya sendiri. Pemodelan dapat berbentuk
demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap
kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari itu
semua adalah bagaimana pengetahuan mengendap atau membekas
dibenak peserta didik. Mereka mencatat apa-apa yang sudah dipelajari
dan bagaimana merasakan ide-ide baru tersebut dalam proses
pembelajaran yang sesungguhnya.
Media audio visual adalah media yang dapat dilihat dan dapat
didengar dan dapat sebagai bahan diskusi. Media audio visual dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1) Slide Suara
Slide suara adalah pengembangan dari slide biasa yang belum
menggunakan suara kemudian digabungkan dengan audio yang
berhubungan dengan temanya. Slide suara biasanya berupa power
point yang berisi materi pembelajaran disertai dengan suara.
2) Film Nyata
Film nyata menggambarkan kejadian tertentu secara lebih hidup,
karena diperagakan langsung oleh manusia atau makhluk hidup
lainnya dan ditampilkan apa adanya sesuai dengan alur cerita. Film
nyata dapat berupa film dokumenter, sinetron, radio vision dan
sebagainya.
Virus berasal dari bahasa latin venom yang berarti racun. Apabila
virus berada di luar sel hidup maka virus dianggap sebagai makhluk tak
hidup, tetapi bila berada di dalam sel hidup virus dikaatakan sebagai
makhluk hidup. Virus dikatakan tidak hidup karena virus dapat dikristalkan
dan tidak mempunyai protoplasma. Virus dikatakan hidup karena virus
dapat berkembangbiak dan memiliki materi genetik (ARN/ ADN) yang
menyusun tubuhnya. Adapaun struktur Tubuh Virus adalah :
B. Kerangka Berpikir
Pada penelitian ini diketahui bahwa motivasi dan prestasi belajar Biologi
siswa kelas X-1 MA Negeri Sukoharjo rendah karena dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu masih kurangnya minat serta
pemilihan metode/pendekatan mengajar dan media pembelajaran yang dipilih
oleh guru masih belum tepat dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
pada siswa.
Dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) berbantuan media audio visual dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar Biologi materi virus pada siswa kelas X-1 MA Negeri
Sukoharjo. Skema kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Guru:Belum menerapkan
KONDISI Siswa :
pembelajaran kontekstual
Motivasi dan
AWAL berbantuan media audio
prestasi belajar
visual dalam pembelajaran
Biologi rendah
Biologi
Siklus I
Menerapkan
Menerapkan pembelajaran
pembelajaran
kontekstual berbatuan
kontekstual
media audio visual secara
berbantuan media
klasikal
audio visual dalam
TINDAKAN pembelajaran Siklus II
Biologi Menerapkan pembelajaran
kontekstual berbantuan
media audio visual dalam
Diduga melalui penerapan
pembelajaran Biologi secara
pembelajaran kontekstual
kelompok
berbantuan media audio
visual dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar
Biologi materi virus pada
KONDISI siswa kelas X-1 MAN
Sukoharjo semester gasal
AKHIR
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Diduga melalui pembelajaran
kontekstual berbantuan media audio visual dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar Biologi materi virus pada siswa kelas X-1 MA Negeri
Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran 2007/2008.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester gasal Tahun
Pelajaran 2007/2008 selama empat bulan, yaitu pada periode bulan Agustus
sampai November 2008. Adapun jadwal penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut:
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini diadakan di MA Negeri Sukoharjo kelas X-1 semester
gasal Tahun Pelajaran 2007/2008. MA Negeri Sukoharjo beralamat di di Jl.
K.H Samanhudi, Jetis, Sukoharjo, Telp (0271) 593766 Kode Pos 57511.
Alasan pemilihan tempat penelitian adalah karena peneliti sebagai guru
Biologi di MA Negeri Sukoharjo, merasa bertanggungjawab menyelesaikan
masalah yang dialami oleh anak didiknya. Masalah yang dihadapi oleh
siswa kelas X-1 adalah rendahnya motivasi belajar dan rendahnya prestasi
belajar pada mata pelajaran Biologi materi virus.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X-1 MA Negeri
Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 21
siswa. Secara psikologis, siswa kelas X-1 adalah siswa yang aktif dan enerjik.
Tetapi karena pembelajaran disampaikan dengan cara yang kurang
menyenangkan dan tidak menarik minat siswa, maka pada saat pelajaran
Biologi, perhatian dan motivasi mereka rendah.
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah rendahnya motivasi dan pretasi
belajar pada mata pelajaran Biologi materi virus siswa kelas X-1 MA Negeri
Sukoharjo dan penerapan metode kontekstual/CTL berbantuan media audio
visual.
Kedudukan peneliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
guru pelaksana tindakan. Peneliti dibantu oleh satu orang guru kolaborator,
yang juga guru mata pelajaran Biologi di MA Negeri Sukoharjo, yang bertugas
mengawasi dan membantu guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas,
sekaligus memberikan masukan, kritik, dan saran demi perbaikan
pembelajaran.
C. Sumber Data
Sumber data penelitian ini meliputi nilai Biologi pada kondisi awal, hasil
tes siklus I, dan hasil tes siklus II. Data tentang motivasi belajar siswa berasal
dari informan, yaitu guru-guru yang mengajar kelas X-1, teman sejawat dan
siswa kelas X-1 MA Negeri Sukoharjo,
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan
data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka yaitu nilai hasil tes Biologi,
sedangkan data kualitatif berupa informasi tentang keefektifan pembelajaran di
dalam kelas ketika guru mengajar Biologi dengan menggunakan metode
kontekstual/CTL berbantuan media audio visual.
Banyaknya data dalam penelitian ini ada enam macam yaitu:
E. Validasi Data
1. Validasi data motivasi belajar siswa kelas X-1, baik data motivasi siswa
setelah pelaksanaan siklus I maupun data motivasi siswa setelah
pelaksanaan siklus II diperoleh dengan teknik observasi. Supaya data
tersebut valid, peneliti membandingkan hasil observasinya dengan hasil
observasi teman sejawat.
2. Validasi data prestasi belajar siswa kelas X-1 pada mata pelajaran Biologi
materi virus, baik data prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan siklus I
maupun data prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan siklus II diperoleh
dengan teknik tes. Supaya data yang diperoleh valid perlu dilakukan validasi
isi.
F. Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah:
2. Analisis prestasi belajar siswa kelas X-1 pada mata pelajaran Biologi.
Ada 3 data pada data prestasi belajar siswa yaitu data prestasi belajar
kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK, data prestasi belajar siklus I, dan
data prestasi belajar siswa siklus II dianalisis dengan menggunakan teknik
deskriptif komparatif dan dilanjutkan dengan reflektif.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian tindakan kelas ini adalah:
No Nilai Predikat
1 4.1 – 5.0 Amat Baik
2 3.1 – 4.0 Baik
3 2.1 – 3.0 Cukup
4 1.1 – 2.0 Kurang
5 ≤1 Sangat Kurang
H. Prosedur Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus.
Tiap siklus terdiri dari 3 pertemuan, dengan rincian 2 pertemuan untuk
tindakan penelitian dengan penerapan metode kontekstual berbantuan media
audio visual, dan 1 pertemuan di akhir siklus untuk pelaksanaan tes tertulis.
Dalam penelitian ini guru peneliti bertindak sebagai pelaksana pembelajaran,
observer, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor hasil penelitian.
Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan
Taggart, yang terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Alur tindakan perbaikan
dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Perencanaan Tindakan
Siklus I
Refleksi Pengamatan
Perencanaan Tindakan
Siklus II
Refleksi Pengamatan
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Pada kondisi awal ini, pembelajaran biologi lebih terpaku pada buku
acuan atau buku teks, hal ini dikarenakan pembelajaran biologi dianggap
bisa dipahami hanya dengan membaca materinya. Namun keadaan ini
menimbulkan banyak kelemahan seperti tidak terlihat keaktifan siswa dalam
pembelajaran biologi. Guru bersifat mendikte sehingga pembelajaran dirasa
sangat membosankan bagi siswa. Pembelajaran biologi tidak akan
mempunyai makna bagi siswa.
Selain itu media dalam pembelajaran IPA juga belum sesuai dengan
semestinya, serta belum mampu menerapkan suatu inovasi pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Sehingga siswa
kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran dan metode yang digunakan
guru dalam pembelajaran IPA. Hasil observasi awal motivasi belajar
ditunjukkan dalam tabel berikut,
Kondisi Awal
Kondisi Awal
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Amat Baik Baik Cukup Kurang
No Uraian Nilai
1. Nilai terendah 40
2. Nilai tertinggi 80
3. Nilai rata-rata 59
4. Ketuntasan 7 siswa (33.3%)
Kondisi Awal
Kondisi Awal
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata
Nilai rata-rata prestasi belajar siswa kelas X-1 pada kondisi awal
adalah 59, jauh dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan,
yaitu 70. Nilai terendah 40, nilai tertinggi 80 dan siswa yang mencapai nilai
KKM hanya 7 siswa (33.3%), sedangkan 14 siswa yang lain nilainya masih
di bawah KKM.
Untuk mengatasi masalah yang dialami siswa kelas X-1 tersebut, peneliti
sebagai guru Biologi merencanakan melaksanakan suatu Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) untuk mengatasi masalah yang dialami anak didiknya. Dalam
penelitian ini akan menerapkan metode kontekstual berbantuan media audio
visual. Melalui penerapan metode kontekstual berbantuan media audio visual,
diharapkan motivasi dan prestasi belajar biologi siswa kelas X-1 MA Negeri
Sukoharjo dapat meningkat.
2. Pelaksanaan tindakan
Siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan, 2 pertemuan untuk
pelaksanaan tindakan melalui penerapan metode kontekstual berbantuan
media audio visual dan 1 pertemuan di akhir siklus I digunakan untuk tes
tertulis. Rincian kegiatan siklus I adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam, berdo’a dan
mengecek daftar kehadiran siswa.
2) Guru bertanya jawab tentang tentang definisi virus, ini dimaksudkan
untuk menggali pengetahuan siswa tentang virus.
3) Guru menjelaskan tujuan penelitian tindakan kelas melalui penerapan
metode kontekstual berbantuan media audio visual.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Aspek Nilai
Perhatian 3.4 (Baik)
Keaktifan 2.9 (Cukup)
Kerjasama 2.6 (Cukup)
Amat Baik -
Baik 7 siswa (33.3%)
Cukup 14 siswa (66.7%)
Kurang -
Rata-rata 3.0 (Cukup)
Siklus I
Siklus I
14
12
10
0
Amat Baik Baik Cukup Kurang
No Uraian Nilai
1. Nilai terendah 50
2. Nilai tertinggi 90
3. Nilai rata-rata 68
4. Ketuntasan 13 siswa (61.9%)
Siklus I
Siklus I
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata
Dari data di atas, nilai rata-rata prestasi belajar siswa kelas X-1
pada siklus I adalah 68 (masih di bawah nilai KKM). Nilai terendah 50,
nilai tertinggi 90 dan siswa yang mencapai nilai KKM sejumlah 13 siswa
(61.9%), artinya masih ada 8 siswa yang nilainya di bawah KKM.
4. Refleksi
Peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas X-1 pada siklus
I, adalah sebagai berikut:
2. Pelaksanaan tindakan
Sama seperti pada siklus I, siklus II juga dilaksanakan dalam 3
pertemuan, 2 pertemuan untuk pelaksanaan tindakan melalui penerapan
metode kontekstual berbantuan media audio visual dan 1 pertemuan di akhir
siklus I digunakan untuk tes tertulis. Rincian kegiatan siklus II adalah
sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru membuka kelas dengan mengucapkan salam, berdo’a dan
mengecek daftar kehadiran siswa.
2) Guru memberikan evaluasi hasil yang dicapai pada siklus I.
3) Guru bertanya jawab dengan siswa tentang pelajaran pada pertemuan
sebelumnya.
4) Guru menjelaskan tujuan penelitian tindakan kelas melalui penerapan
metode kontekstual berbantuan media audio visual.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Aspek Nilai
Perhatian 4.2 (Amat Baik)
Keaktifan 4.5 (Amat Baik)
Kerjasama 4.0 (Baik)
Amat Baik 12 siswa (57.1%)
Baik 9 siswa (42.9%)
Cukup -
Kurang -
Rata-rata 4.2 (Amat Baik)
Siklus II
Siklus II
12
10
0
Amat Baik Baik Cukup Kurang
No Uraian Nilai
1. Nilai terendah 60
2. Nilai tertinggi 100
3. Nilai rata-rata 76
4. Ketuntasan 18 siswa (85.7%)
Siklus II
Siklus II
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata-rata
Nilai rata-rata prestasi belajar siswa kelas X-1 pada siklus II adalah
76 (di atas nilai KKM). Nilai terendah 60, nilai tertinggi 100 dan siswa
yang mencapai nilai KKM sejumlah 18 siswa (85.7%), artinya hanya 3
siswa yang nilainya di bawah KKM.
4. Refleksi
Peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas X-1 pada siklus
I, adalah sebagai berikut:
D. Pembahasan
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media
audio visual dalam 2 siklus, diperoleh data peningkatan motivasi dan prestasi
belajar siswa kelas X-1 MA Negeri Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran
2007/2008 sebagai berikut:
E. Hasil Tindakan
Dari langkah-langkah yang telah dilaksanakan, mulai dari pra siklus,
siklus I dan siklus II menunjukkan hasil sebagai berikut:
1. Melalui penerapan metode kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) berbantuan media audio visual dapat meningkatkan
motivasi belajar bagi siswa kelas X-1 MA Negeri Sukoharjo semester gasal
Tahun Pelajaran 2007/2008. Dari kondisi awal nilai rata-rata motivasi
belajar siswa adalah 1.9 predikat Kurang ke kondisi akhir siklus II nilai rata-
rata motivasi belajar menjadi 4.2 masuk predikat Amat Baik.
2. Melalui penerapan metode kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) berbantuan media audio visual dapat meningkatkan prestasi
belajar biologi materi virus pada siswa kelas X-1 MA Negeri Sukoharjo
semester gasal Tahun Pelajaran 2007/2008. Dari kondisi awal nilai rata-rata
prestasi belajar biologi siswa kelas X-1 59 (jauh di bawah nilai KKM) dan
hanya 7 siswa (33.3%) yang mencapai nilai KKM, ke kondisi akhir siklus II
nilai rata-rata prestasi belajar siswa menjadi 76 (di atas KKM) dan
ketuntasan 18 siswa (85.7%).
3. Jadi melalui penerapan metode kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) berbantuan media audio visual dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar biologi materi virus pada siswa kelas X-1 MA
Negeri Sukoharjo semester gasal Tahun Pelajaran 2007/2008.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah,
peneliti menarik simpulan dari penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
B. Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan adalah:
1. Kepada guru
Hendaknya selalu berusaha mencari alternatif metode dan media
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan siswa, sehingga mutu
pembelajaran dapat ditingkatkan.
2. Untuk sekolah
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat dijadikan sebagai salah
satu pertimbangan dalam pembelajaran, dengan modifikasi yang sesuai.
3. Kepada siswa
Hendaknya selalu meningkatkan motivasinya dalam pembelajaran.
4. Kepada perpustakaan
Hendaknya hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah koleksi
perpustakaan sehingga bermanfaat bagi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
Dra. ZAIDATUL HIDAYAH, M.SI
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa dari
minat yang redah ke minat yang lebih tinggi serta meningkatkan hasil belajar Al-
Qur’an Hadits melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Jigsaw untuk mencapai hasil belajar diatas ketuntasan minimal.
Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas VIII G yang berjumlah 34
siswa selama 6 bulan bertempat di MTs Negeri Sukoharjo pada semester gasal
tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus. Siklus pertama melakukan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw dalam
kelompok besar kemudian dilakukan evaluasi, dan siklus kedua melakukan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning
Tipe Jigsaw dalam kelompok kecil, kemudian dilaksanakan evaluasi. Langkah-
langkah setiap siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data
melalui teknik tes yaitu tes tertulis yang digunakan untuk mengukur peningkatan
hasil belajar. Cara menganalisa data dengan menggunakan analisis diskriptif
komparatif berdasarkan hasil refleksi.
Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa minat dan hasil belajar Al-
Qur’an hadits dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Jigsaw baik pada kelompok besar maupun kecil.
Peningkatan dapat dilihat dari kondisi awal dibandingkan siklus pertama terjadi
kenaikan 3 atau 4,41%. Dari siklus pertama dibandingkan siklus kedua terdapat
kenaikan 6 atau 8,45 % . Dari kondisi awal dibandingkan dengan siklus kedua
terdapat peningkatan 9 atau 13,23%.
Kata kunci : Minat, Hasil Belajar, Model Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah bagian pokok dari kegiatan siswa di sekolah.
Keberhasilan belajar ditandai dengan sejumlah kompetensi siswa baik
sewaktu dalam proses belajar di kelas maupun setelah selesai proses belajar
di kelas. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam Kurikulum Madrasah
Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendiidkan Agama
Islam yang mengarahkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati
dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penugusan, pengamalan dan pembiasaan.
Kondisi ini diharapkan dapat diterapkan dalam pembelajaran Al-
Qur’an hadits, namun pada kenyataanya disaat pembelajaran di kelas, siswa
masih terlihat kurang konduksif, siswa senang ribut dikelas, mengobrol
dengan temannya, bila diingatkan sebentar kemudian kembali ke situasi
semula. Kesadaran akan kepentingan belajar untuk memperoleh ilmu
belum tertanam pada jiwa siswa, seolah mereka datang hanya untuk duduk
didalam kelas tanpa menghiraukan suasana belajar berlangsung. Terlebih
pada pelajaran Al-Qur’an Hadis, yang menurut siswa merupakan pelajaran
kurang penting. Hal ini disebabkan karena pelajaran Al-Qur’an Hadis
merupakan pelajaran yang tidak diujikan secara Nasional. Kurangnya minat
belajar, menjadikan siswa masih banyak memiliki nilai dibawah standar
kompetensi minimal (KKM), sedang tsandar kompetensi minimal yang
harus dicapai siswa adalah dicapai 75.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa
kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa cenderung tidak begitu
tertarik dengan pelajaran Al-Quran Hadits karena selama ini pelajaran Al-
Qur’an Hadits dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan
hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran. Selain hal tersebut
peneliti dalam menyampaikan pembelajaran belum menggunakan model
yang berfariatif, peneliti masih sering menggunakan pembelajaran ceramah
dan penugasan. Kondisi tersebut menjadikan siswa kurang berminat dalam
mengikuti pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang cenderung masih
konvensional.
Fakta rendahnya rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran
Al’Qur’an hadits tersebut perlu diperbaiki, sebab Al-Qur’an adalah bagian
dari mata pelajaran yang digunakan sebagai syarat kelulusan bagi siswa,
meskipun anggapan siswa bukan mata pelajaran yang diujikan secara
Nasional. Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar Al-
Qu’an akan meningkat. Nilai ulangan harian diharapkan setelah penelitian
bisa mencapai 75 keatas atau mencapai batas ketuntasan belajar mata
pelajaran Al-Qur’an dan Hadis.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, maka perlu dicari
jalan keluar yang berkenaan dengan cara menerapkan strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Strategi ini menekankan
pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi berpusat pada
siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman
belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant
and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya
dan kuat pada siswa. Pada Pembelajaran ini peneliti dituntut untuk merancang
kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik
dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang
menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. Dalam hal ini peneliti memilih
model Cooperative learning tipe Jigsaw sebagai strategi pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas nampak adanya kesenjangan antara kondisi
nyata dengan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek adalah minat yang
rendah menjadikan hasil belajar Al-Qur’an Hadts juga rendah. Sedang
kondisi yang diharapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits siswa
memiliki minat tinggi sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan yaitu dapat
memenuhi kriteria ketuntasan minimal 75
Kesenjangan pokok dari peneliti adalah pada kondisi awal peneliti
dalam kegiatan belajar mengajar yang masih konvensional dan kurang variatif
sedang kondisi yang diharapkan bahwa guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dapat menggunakan cara yang variatif atau menggunakan
model yang berbeda dari biasanya (konvensional) diantaranya dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative learning tipe Jigsaw
diharapkan dapat dijadikan solusi indah mmeningkatkan minat dan hasil
belajar lebih baik sehingga dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal yang
ditetapkan kurikulum atau bahkan melampaui kriteria ketuntasan minimal.
Agar tujuan pembelajaran dapat mencapai sasaran dengan baik seperti
yang tercantum dalam KKM, peneliti melakukan tindakan dengan
menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw. Pada
siklus pertama peneliti melakukan penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Jigsaw pada kelompok besar, dan pada siklus
kedua peneliti melakukan penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Jigsaw pada kelompok kecil. Tindakan peneliti pada tahap
pertama maupun kedua diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa,
sehingga dengan kondisi belajar dengan tipe jigsaw dapat menumbuhkan
minat yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran Al-Qur,an hadits bagi siswa kelas VIIIG Madrasah Tsanawiyah
Negeri Sukoharjo pada semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa minat belajar Al-Qur’an Hadits siswa kelas VIIIG Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 rendah?
2. Mengapa hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa kelas VIIIG Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 rendah?
3. Apakah minat belajar Al-Qur’an Hadits siswa kelas VIIIG Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 rendah
karena dalam menyampaikan pelajaran, guru hanya menggunakan
model konvensional?
4. Apakah hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa kelas VIIIG Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014 rendah
karena dalam menyampaikan pelajaran, guru hanya menggunakan
model konvensional?
5. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat
meningkatkan minat belajar Al-Qur’an Hadits siswa kelas VIIIG
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014?
6. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadits siswa kelas VIIIG
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan menjelaskan masalah yang
berkenaan dengan Peningkatan Minat dan hasil belajar Al-Qur’an Hadits
Materi QS. Al Humazah dan QS. At-Takatsur melalui Penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Jigsaw Bagi Kelas VIII G MTs Negeri
Sukoharjo Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014
Variabel pada penilitian ini yang pertama adalah tentang minat
belajar Al-Qur’an Hadits. Minat yang dimaksud adalah keinginan,
ketertarikan tentang sesuatu hal (Dimyati, 1982: 34). Sehingga dengan minat
siswa dapat menumbuhkan hasrat untuk mewujudkan suatu keinginan
tersebut. Dalam hal ini jika siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajar
Al-Qur’an Hadits maka siswa dapat mewujudkan hasil belajar yang
maksimal.
Varibel kedua pada penelitian ini adalah tentang hasil belajar.
Pelajaran Al-Qur’an Hadits dalam kurikulum MTs merupakan salah satu
bagian penentu kenaikan kelas, sehingga dalam pembelajaran siswa harus
mampu mencapai hasil belajar Al-Qur’an Hadits sesuai dengan kriteria
ketuntasan minimal bahkan diharapkan melebihi dari ketuntasan minimal.
Belajar membutuhkan suasana yang menyenangkan agar siswa dapat
memiliki gairah dalam belajar, suasana yang menyenangkan dapat memberi
dampak pada hasil belajar yang meningkat. Jika guru tidak mempunyai
kreatifitas mengelola pembelajaran sangat dimungkinkan dalam mengikuti
pembelajaran siswa mengalami kejenuhan. Pengelolaan kelas dengan
menerapkan model pembelajaran yang menarik dapat menumbuhkan minat
belajar siswa. Dalam penelitian ini, model pembelajar Cooperative Learning
Tipe Jigsaw diharapkan mampu meningkatkan minat dan hasil belajar Al
Qur’an Hadits Materi QS.Al Humazah dan At Takatsur bagi Siswa kelas VIII
G MTs Negeri Sukoharjo Pada Semester Genap Tahun Pelajaran
2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan observasi dan pengalaman dilapangan terungkap bahwa
penelitian, eksperimen dan obsevasi secara langsung menemukan
kemungkinan hal yang terjadi dalam mengajar yang terpenting adalah
menyampaikan materi secara keseluruhan sesuai alokasi waktunya. Dengan
demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Apakah melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw
Dapat Meningkatkan Minat Belajar Al-Qur’an Hadits Materi QS.Al
Humazah dan QS. At Takatsur bagi Siswa kelas VIIIG Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo pada Tahun pelajaran 2013/2014?
b. Apakah melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
dapat Meningkatkan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Materi QS.Al
Humazah dan QS.At Takatsur bagi Siswa kelas VIIIG Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo pada Tahun pelajaran 2013/2014?
c. Apakah melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
dapat Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Materi
QS.Al Humazah dan At Takatsur bagi Siswa kelas VIIIG Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo pada Tahun pelajaran 2013/2014?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah: Untuk mengetahui peningkatan minat dan hasil
belajar Al-Qur’an Hadits melalui model pembelajaran Cooperative
Learning tipe Jigsaw bagi siswa kelas VIIIG MTsN Sukoharjo Semester
Genap Tahun Pelajaran 2013/2014
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa :
a. Meningkatkan minat belajar Al-Qur’an Hadits bagi siswa
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo.
b. Meningkatkan hasil belajar Al-Qur’an Hadits bagi siwa Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sukoharjo.
c. Meningkatkan minat dan hasil belajar Al-Qur’an Hadits bagi
siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo.
2. Manfaat bagi guru:
a. Untuk melatih guru dalam memvariasi model pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe
Jigsaw
b. Sebagai bahan umpan balik terhadap efektivitas berbagai teknik
pembelajaran yang diterapkan selama ini.
c. Sebagai bahan kajian bagi guru untuk menciptakan inovasi
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar Al-Qur’an Hadits
khususnya bagi siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri
3. Manfaat bagi Sekolah/Madrasah:
Untuk meningkatkan kemajuan sekolah karena memiliki siswa yang
minat dan hasil belajarnya optimal.
4. Manfaat bagi perpustakaan Sekolah/Madrasah:
Untuk menambah khasanah perpustakaan tetang Peningkatan Minat
dan Hasil Belajar Al-Qur’an Hadits Materi QS.Al Humazah dan At
Takatsur melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Jigsaw bagi siswa kelas VIII G Madrasah Tsanawiyah Negeri
Sukoharjo pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Minat Belajar Al-Qur’an Hadits
a. Hakekat Minat
Kondisi belajar mengajar yang efektif sangat dipengaruhi
adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. minat merupakan
suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. minat besar
pengaruhnya terhadapbelajar sebab dengan minat seseorang akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. sebaliknya, tanpa minat
seseorang tidak akan mungkin melakukan sesuatu. Ketelibatan siswa
dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang
bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat
afektif seperti motivasi, rasa percaya diri dan minatnya.
Minat menurut Tidjan (1976: 71) adalah gejala psikologis yang
menunjukan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek sebab ada
perasaan senang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa minat
itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhadap suatu obyek
seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului oleh
perasaan senang terhadap obyek tersebut.
Dyimyati Mahmud (1982: 34), Minat adalah sebagai sebab
yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh
perhatian pada orang situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada
yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang
distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena
berpartisipasi dalam suatu aktifitas.
Uzer Usman (2005: 27) melihat bahwa minat siswa merupakan
faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
Sehingga minat minat merupakan faktor yang menentukan
keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Guru hendaknya
berusaha membangkitkan minat siswa terhadap belajar.
Berdasarkan uraian tentang minat tersebut dapatlah penulis
kemukakan bahwa minat mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1) Minat adalah suatu gejala psikologis
2) Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek
karena tertarik.
3) Adanya perasaan senang terhadap obyek yang menjadi
sasaran
4) Adanya kemauan atau kecenderungan pada diri subyek
untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.
Kelompok Asal
Gambar 1
Contoh Pengelompokan siswa Tipe Jigsaw
2) Di kelompok asal, setelah masing-masing siswa menentukan
pilihannya , mereka langsung membentuk kelompok ahli
berdasarkan materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai
berikut:
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 2
Ilustrasi Tim Ahli Tipe Jigsaw
3) Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang
materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli
kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-
apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Kelompok Ahli
Kelompok Asal
Gambar 3
Ilustrasi Diskusi Tim Ahli ke Kelompok Asal
4) Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu
memfasilitasi agar pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok
ahli maupun penularan dalam kelompok asal berjalan secara efektif
dan optimal.
5) Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai
menyampaikan apa yang dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli,
guru memberikan soal/kuis pada seluruh siswa. Soal harus
dikerjakan secara individual.
6) Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar
pemberian nilai penghargaan untuk masing-masing kelompok.
Teknik penilaian/penghargaan akan dijelaskan tersendiri di akhir
bab pembelajaran kooperatif ini.
Model ini dikembangkan oleh Elliot aronson, dkk dari Universitas
Texas yang kemudian di adaptasi oleh Slavin dan dinamakan model
Jigsaw. Dalam model ini siswa bekerja dalam suatu kelompok (ada
kelompok asal dan kelompok ahli) yang terdiri dari beberapa siswa yang
heterogen. Setiap murid dalam kelompok (kelompok asal) nantinya akan
diberi tugas untuk menjadi tim ahli pada suatu topik tertentu. Secara
ringkas, sintaks pembelajaran sebagai berikut:
1) Sintak Model pembelajaran Jigsaw
a. Orientasi
Guru menyampaiakan tujuan pembelajaran yang akan
diberikan. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan
metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar. Mengingatkan
senantiasa percaya diri, kritis, kooperatif dalam model belajaran
ini. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan secara
untuk memperoleh gambaran keseluran dari konsep. (Bisa juga
pemahaman konsep ini menjadi tugas yang sebelumya harus sudah
dibaca di rumah).
b. Pengelompokan
Misalkan dalam kelas ada 20 Siswa, yang kita tahu
kemampuan Qur’an Haditsnya dan sudah dirangking (siswa tidak
perlu tahu), kita bagi dalam bagi 25% (Rangking 1- 5) kelompok
sangat baik, 25% (rangking 6-10) kelompok baik, 25% selanjutnya
(rangking 11-15) kelompok sedang, 25% (rangking 15-20) Rendah.
Selanjutnya kita akan mermbaginya menjadi 5 group (A –
E) yang isi tiap-tiap groupnya heterogen dalam kemampuan Qur’an
Hadits, berilah indek 1 untuk siswa dalam kelompok sangat baik,
indek 2 untuk kelompok baik, indek 3 untuk kelompok sedang dan
indek 4 untuk kelompok rendah. Misalkan (A1 berarti group A dari
kelompok sangat baik, A4 berarti group A dari kelompok rendah).
Tiap group akan berisi
Group A {A1, A2, A3, A4}
Group B {B1, B2, B3, B4}
Group C {C1, C2, C3, C4}
Group D {D1, D2, D3, D4}
Group E {E1, E2, E3, E4}
c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya group itu dipecah menjadi kelompok yang akan
mempelajari materi yang kita berikan dan dibina supaya jadi
expert, berdasarkan indeknya.
Kelompok 1 {A1, B1, C1, D1, E1}
Kelompok 2 {A2, B2, C2, D2 ,E2}
Kelompok 3 {A3, B3, C3, D3 ,E3}
Kelompok 4 {A4, B4, C4, D4 ,E4}
Tiap kelompok ini di beri konsep Qur’an Hadits sesuai
dengan kemampuannya. Kelompok 1 yang terdiri dari siswa yang
sangat baik kemapuannya diberi materi yang lebih komplek
worksheet 1, Kelompok 2 diberi materi Worksheet 2, Kelompok 3
diberi materi worksheet 3, dan kelompok 4.
Setiap kelompok diharapkan bisa belajar topik yang
diberikan dengn sebaik-baiknya sebelum ia kembali kedalam group
sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran guru cukup penting
dalam fase ini.
d. Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam group
Expertist (peserta didik ahli) dalam konsep tertentu ini,
masing masing kembali dalam group semula. Pada fase ini ke-lima
group (1-5) memiliki ahli dalam konsep-konsep tertentu
(Workksheet 1-4). Selanjutnya guru mempersilahkan anggota
group untuk mempresentasikan keahliannya kepada groupnya
masing-masing, satu persatu. Proses ini diharapakan akan terjadi
shearing pengetahuan antara mereka.
Aturan dalam fase ini adalah:
Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa
setiap anggota tim mempelajari materi yang diberikan.
Memperolah pengetahuan baru adalah tanggung jawab
bersama, jadi tidak ada yang selasi belajar sampai setiap
anggota menguasai konsep.
Tanyakan pada anggota group sebelum tanya pada guru
Pembicaraan dilakukan secara pelan agar tidak menggangu
group lain.
Akhiri diskusi dengan “merayakannya” agar memperoleh
kepuasan.
e. Test (Penilaian).
Pada fase ini guru memberikan test tulis untuk dikerjakan
oleh siswa yang memuat seluruh konsep yang didiskusikan. Pada
test ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerjasama. Jika
mungkin tempat duduknya agak dijauhkan.
C. Kerangka Berfikir
Pelajaran Al-Qur’an Hadits oleh kebanyakan siswa seringkali menjadi
pelajaran yang kurang disenangi. karena anggapan mereka, pelajaran Al-
Qur’an Hadits dalah pelajaran yang hanya memerlukan hafalan. Kondisi hasil
belajar yang rendah tersebut perlu adanya tindakan peneliti. Untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa, peneliti menerapkan cara
pembelajaran yang menarik yaitu pembelajaran dengan model cooperative
learning tipe jigsaw. Melalui pembelajaran model cooperative learning tipe
jigsaw dalam proses belajar mengajar akan meningkatkankan pemahaman
tentang materi yang dipelajarinya sehingga prestasi belajar meningkat.
Pada tahap pertama, peneliti melakukan pembelajaran model
cooperative learning tipe jigsaw dalam kelompok besar. Siswa melakukan
diskusi bersama teman kelompoknya. Mereka menemukan, memahami dan
menyelesaikan tugas bersama teman kelompoknya. Kerja kelompok ini
menumbuhkan rasa percaya diridan tanggung jawab. Sehingga siswa
diharapkan dapat memiliki hasil belajar lebih baik.
Pada tahap kedua, peneliti melakukan pembelajaran model
cooperative learning tipe jigsaw dalam kelompok kecil. Siswa melakukan
diskusi bersama teman kelompoknya. Mereka menemukan, memahami dan
menyelesaikan tugas bersama teman kelompoknya. Kerja kelompok dalam
jumlah kecil menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab lebih
besar, mereka dituntut lebih menguasai dalam terhadap materi yang diberikan
guru. Sehingga kerja keras siswa pada siklus kedua menunjukkan hasil belajar
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran di siklus pertama.
Dari uraian tersebut diduga bahwa pembelajaran dengan model
cooperative learning tipe jigsaw pada siswa kelas VIII G MTsN Sukoharjo
tahun 2013/2014 tahap pertama ( dalam kelompok besar) sudah menunjukkan
peningkatan minat dan hasil belajar. Demikian pula dengan model
pembelajara cooperative learning tipe jigsaw pada siswa kelas VIIIG MTsN
Sukoharjo tahun 2013/2014 tahap kedua ( dalam kelompok kecil )
menunjukkan minat dan hasil belajar lebih baik lagi. Secara umum diduga
bahwa pembelajaran dengan model cooperative learning tipe jigsaw pada
siswa kelas VIIIG MTsN Sukoharjo tahun 2013/2014 dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar.
SIKLUS I
Guru melakukan Pembelajaran
dengan model
TINDAKAN model Pembelajaran cooperative
tipe Jigsaw learning tipe
jigsaw kelompok
besar
SIKLUS II
Pembelajaran
dengan model
cooperative
learning tipe
jigsaw kelompok
kecil
Gambar 4
Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan dan gambaran dari kerangka
berfikir diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
a. Minat belajar Al-Qur’an Hadits dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw bagi Siswa kelas VIIIG
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo pada semester Gasal Tahun
pelajaran 2013/2014.
b. Hasil belajar Al-Qur’an Hadits dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw bagi Siswa kelas VIIIG
Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo pada semester Gasal Tahun
pelajaran 2013/2014.
c. Minat dan hasil belajar Al-Qur’an Hadits dapat ditingkatkan melalui
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw bagi Siswa kelas
VIIIG Madrasah Tsanawiyah Negeri Sukoharjo pada semester Gasal
Tahun pelajaran 2013/2014.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
a. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan /
satu semester, yaitu bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Desember
2013. Hal ini disesuaikan dengan pokok bahasan yang kami teliti
yaitu mem mempelajari surat pendek pilihan yang terkait dengan
materi penerapan hukum bacaan mad. Pada bulan Juli (bulan ke-1 )
digunakan peneliti untuk menyusun proposal. Bulan ke-2 yaitu bulan
Agustus peneliti gunakan untuk menyusun instrumen, pada bulan ke-3
yaitu September peneliti mengumpulkan data dengan melaksanakan
tindakan penelitian pada siklus I , bulan ke-4 yaitu bulan Oktober
peneliti mengumpulkan data dan melaksanakan tindakan pada siklus
II, bulan ke-5 yaitu pada bulan Nopember peneliti gunakan untuk
menganalisis data dan membahas dengan teman sejawat dan
dilanjutkan penulisan laporan yang dilaksanakan pada bulan
Desember 2013.
Rincian pembagian waktu tersebut diatas dapat terlihat dengan jelas
pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1
Alokasi Waktu Penelitian
Juli Agust Sept Okt Nop Des
NO Uraian Kegiatan
2013 2013 2013 2013 2013 2013
1 Menyusun Proposal PTK
Menyusun Instrumen
2
Penelitian
Pengumpulan data
dengan melakukan
3 tindakan
a. Siklus 1
b. Siklus 2
4 Analisis Data
5 Pembahasan
Menyusun Laporan Hasil
6
Penelitian
b. Peneliti melaksanakan tindakan pada bulan Maret dan April karena
beberapa alasan:
1) Karena bulan Maret dan April merupakan bulan efektif
pembelajaran dikelas VIII, meskipun kelas IX sudah persiapan
Ujian Nasional.
2) Pokok bahasan tentang belajar surat pendek pilihan diberikan
pada bulan tersebut.
2. Tempat Penelitian
a. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di Sukoharjo yaitu di
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Sukoharjo, sesuai dengan SK
tugas mengajar. Meskipun sebelumnya peneliti pernah mendapatkan
tugas mengajar pertama di MTsN Kaleng Puring Kebumen pada
Tahun 1994 sampai dengan Tahun 1998. Kemudian pada tahun 1998
peneliti bertugas di MTsN Sukoharjo sampai sekarang, sehingga
pemilihan lokasi disesuaikan dengan tempat mengajar yang sedang
dijalani peneliti sekarang yaitu Madratsah Tsanawiyah Negeri
(MTsN)Sukoharjo.
b. Penelitian dilaksanakan di Madrasah tersebut diatas, karena peneliti
bertugas sebagai guru yang mengajar di MTsN Sukoharjo yang
beralamat di JL. KH.Agus Salim No. 48 Sukoharjo.
c. Pada Tahun Pelajaran 2013/2014 Peneliti mendapatkan tugas
mengajar di MTsN Sukoharjo sebagai pengampu mata pelajaran Al-
Qur’an Hadis pada Kelas VII PK, kelas VIII F,G dan VIII PK dan
kelas IX A,B,C,D,E,F,G dan IX PK. Dari sekian kelas yang peneliti
ampu, kelas VIII G paling banyak mengalami kesulitan menguasai
konsep belajar Al-Qur’an Hadits, maka yang kami teliti adalah VIII G
F. Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis diskriptif komparatit
yaitu
1. Analisa Data Minat siswa dalam Belajar Al-Qur’an Hadits
Membandingkan minat belajar Al-Qur’an Hadits pada kodisi awal
sebelum menggunakan media Al-Qur’an digital dengan minat belajar Al-
Qur’an Hadits pada siklus I. Kemudian membandingkan minat belajar Al-
Qur’an Hadits pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan minat
belajar Al-Qur’an Hadits pada kondisi awal dengan kondisi akhir. Dari
kondisi awal minat siswa yang masih rendah akan meningkat setelah
mengggunkan model pada siklus I , karena adanya media pada siklus
pertama akan lebih menarik minat siswa dan pada siklus II minat siswa
semakin meningkat karena guru melakukan bimbingan lebih terarah.
2. Analisa Data Hasil belajar siswa Belajar Ayat Al-Qur’an
Membandingkan hasil belajar belajar ayat Al-Qur’an pada kodisi awal
sebelum menggunakan media Al-Qur’an digital dengan hasil belajar
belajar ayat Al-Qur’an pada siklus I. Kemudian membandingkan hasil
belajar belajar ayat Al-Qur’an pada siklus I dengan siklus II dan
membandingkan hasil belajar belajar ayat Al-Qur’an pada kondisi awal
dengan kondisi ahir. Dari kondisi awal hasil belajar siswa yang masih
rendah akan meningkat setelah mengggunkan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe Jigsaw pada siklus I (siswa dikelompokkan
dengan jumlah besar) , karena adanya model pembelajaran pada siklus
pertama akan lebih menarik minat siswa sehingga hasil belajar siswa pada
siklus I meningkat dan pada siklus II hasil belajar siswa belajar semakin
meningkat karena pada siklus II siswa dikelompokkan dalam jumlah kecil
sehingga kondisi belajar siswa lebih terarah, terkontrol sehingga hasil
belajar siswa lebih baik.
G. Indikator Kinerja
Indikatort yang diharapkan dari minat dan hasil belajar Al-Qu’an
Hadits adalah sebagai berikut:
1. Indikator kinerja minat siswa dalam belajar Al-Qur’an Hadits
a. Minat sisiwa belajar Al-Qur’an Hadits pada pada awalnya rendah
dengan gambaran siswa ketika mengikuti pembelajaran dikelas kurang
semangat indikator kinerja pada kondisi akhir, siswa memiliki minat
yang semakin meningkat.
b. Minat belajar Al-Qur’an Hadits yang rendah pada kondisi awal
terdapat 16 siswa ditargetkan indikator kinerja pada kondisi akhir
tinggal 5 siswa.
2. Indikator kinerja hasil belajar siswa pada pembelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Hasil belajar Al-Qur’an Hadits pada kondisi awal terukur nilai rata-
rata 67; indikator kinerja pada kondisi akhir mencapai 75.
b. Kondisi awal hasil belajar belajar ayat al-Qur’an yang tuntas 35,29 %,
indikator kinerja pada kondisi akhir, ketuntasan mencapai 80 %.
H. Prosedur Tindakan
Seperti dinyatakan diatas bahwa desain penelitian yang penliti lakukan
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus.
Pada penelitian ini langkah yang peneliti lakukan adalah:
1. Menentukan Metode yang digunakan dalam penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian tindakan
kelas, karena dalam penelitian ini peneliti terlibat langsung pada tindakan
yang peneliti lakukan.
2. Menentukan Tindakan dalam Siklus
Tindakan dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw
pada siklus I, siswa melakukan pembelajaran dengan cara
dikelompokkan dalam jumlah besar, diharapkan dengan belajar
kelompok siswa mampu berdiskusi bertukar informasi sehingga
pembelajaran lebih komunikatif.
Sedang pada penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
tipe Jigsaw pada siklus II, siswa melakukan diskusi kelompok dengan
jumlah kecil. Dalam pengelompokan siswa yang tidak terlalu banyak,
siswa dapat belajar lebih aktif, semua ikut terlibat dalam memecahkan
masalah.
3. Menentukan tahapan-tahapan tindakan dalam siklus
Rancangan-rancangan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
a. Membuat perencanaan tindakan (planning) terdiri
dari apersepsi, kegiatan inti dan penutup.
b. Melaksanakan tindakan sesuai yang direncanakan
(acting) meliputi tindakan pada siklus I dan siklus II.
c. Melakukan pengamatan terhadap tindakan yang
dilakukan (observing)
d. Menganalisis hasil pengamatan tindakan dengan
diskriptif komparatif.
e. Melaksanakan Refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective)
tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru.
Semua siswa mendiskusikan hasil sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan kemudian merumuskan hasil tersebut, baik berupa
keberhasilan maupun kekurangannya untuk ditindak lanjuti dengan
langkah-langkah program berikutnya yang berupa penyempurnaan
dan pengembangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Nilai kondisi awal akan terlihat lebih jelas dengan diagram berikut ini.
Chart Title
90
80
70
60
50
Nilai Kondisi Awal
40
30
20
10
0
Nilai Terendah Rerata Nilai Tertinggi Rentan Nilai
Gambar 5
Histogram Kondisi Awal
Dari hasil ulangan hafalan kondisi awal terdapat 22 siswa belum
mencapai ketuntasan minimal, disebabkan belum mencalai nilai 75.
Sedang yang telah mencapai ketuntasan minimal 12 siswa.
Gambar 6
Kondisi Kelompok Pada Siklus I
b. Kemampuan Belajar Al-Qur’an
Setelah siswa melakukan hafalan dengan memanfaatkan media Al-
Qur’an Digital, sudah terdapat sedikit peningkatan kemampuan
belajar meskipun belum begitu menunjukkan peningkat yang
memuaskan, disebabkan dalam pemanfaatan media siswa
melakukan sendiri tanpa pembimbingan guru. Kemampuan belajar
pada siklus pertama digambarkan pada lampiran 3b.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I dapat diambil kesimpulan
sementara yaitu:
a. Minat Belajar Al-Qur’an
Kondisi minat belajar siswa pada siklus I telah menunjukkan
peningkatan, terlihat dari kondisi siswa yang lebih antusias
melakukan kegiatan belajar. Siswa lebih bersemangat ketika
melakukan pembelajaran dengan diskusi kelompok pembelajaran
model cooperative learning tipe jigsaw. Pada tahap ini peneliti
dikelompokkan dalam jumlah besar.
b. Kemampuan Belajar Al-Qur’an
Kemampuan belajar pada siklus I telah menunjukkan sedikit
peningkatan, kondisi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 3
Hasil Pengamatan Nilai Siklus I
No Uraian Nilai
1 Nilai Terendah 58
2 Nilai Tertinggi 84
3 Nilai Rata-rata 71
4 Rentang Nilai 24
80
70
60
50
Nilai Kondisi Awal
40 Nilai Siklus I
30
20
10
0
Nilai Terendah Rata-rata Nilai Tertinggi Rentan Nilai
Gambar 7
Histogram Kemampuan Belajar antara Kondisi Awal dan Siklus I
Gambar 8
Kelompok Kecil Pada Siklus II
No Uraian Nilai
1 Nilai Terendah 67
2 Nilai Tertinggi 90
3 Nilai Rata-rata 77
4 Rentang Nilai 23
90
80
70
60
50 Nilai Siklus I
Nilai Siklus II
40
30
20
10
0
Nilai Terendah Rata-rata Nilai Tertinggi Rentan Nilai
Gambar 9
Histogram Kemampuan Menghafal antara Siklus I dan Siklus II
D. Pembahasan
1. Pembahasan Tindakan
No Uraian Tindakan
1. Kondisi awal Belum melaksanakan pembelajaran dengan model
pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw
2. Siklus Pertama Melaksanakan pembelajaran dengan model
cooperative learning tipe jigsaw kelompok besar
3. Siklus Kedua Melaksanakan pembelajaran dengan model
cooperative learning tipe jigsaw kelompok kecil
1. Pembahasan Hasil Pengamatan
90
80
70
60
Nilai Kondisi Awal
50
Nilai Siklus I
40 Nilai Siklus II
30
20
10
0
Nilai Terendah Rata-rata Nilai Tertinggi Rentan Nilai
Gambar 10
Histogram Hasil Belajar antara Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
E. Hasil Tindakan
Hasil penelitiaan mengenai Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar
Alqur’an Hadits Materi Qs. Al Humazah Dan At-Takatsur Melalui
Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Bagi Kelas VIII G
MTs Negeri Sukoharjo Pada Semester Gasal Tahun 2013/2014
menunjukkan adanya kebenaran baik secara teoritis maupun secara empiris.
Secara teoritis kebenaran dapat dilihat dari kajian teori bahwa hassil
belajar Al-Qur’an Hadits dapat ditingkatkan, salah satunya dengan
menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Sebab
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw dapat
membantu siswa belajar lebih berminat, sehingga dengan minat yang tinggi
siswa mampu belajar dengan baik sehingga hasil belajar juga lebih baik.
Keberadaan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan berbagai model,
akan mendudukung siswa dalam belajar Al-Qur’an Hadits secara
menyenangkan.
Secara empiris kebenaran telah terbukti berdasarkan analisis data
yang peneliti peroleh dari bab IV, sehingga penelitian pada bab IV ini
merupakan kebenaran secara empiris.
Hasil yang peneliti peroleh membuktikan bahwa pembelajaran
dengan menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada
kelompok besar maupun penerapan Model Cooperative Learning Tipe
Jigsaw pada kelompok kecil, dapat meningkatkan minat dan kemampuan
belajar Al-Qur’an Hadits. Kenaikan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus
pertama terdapat kenaikan nilai rata-rata 3 atau 4,41%. Dari siklus pertama
dibanding siklus kedua terdapat kenaikan nilai rata-rata 6 atau 8,45 % . Dari
kondisi awal dibandingkan dengan siklus kedua terdapat peningkatan nilai
rata-rata sebesar 9 atau 13,23%. Dan dari 34 siswa pada siklus II yang
mencapai ketuntasan minimal sebanyak 28 siswa atau 85,35 %.
Persentase hasil siswa yang mencapai ketuntasan minimal telah
sesuai harapan dari penelitian ini. Jika dilihat pada gafrik berikut nampak
terdapat kenaikan rata-rata kondisi awal hingga kondisi siklus II.
Rata-rata
78
76
74
72
Rata-rata
70
68
66
64
62
Kondisi awal Siklus I Siklus II
Gambar 11
Kondisi Rata-rata Hasil belajar
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan keseluruhan pembahasan bab terdahulu , dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan hipotes tindakan bahwa minat belajar Al-Qur’an Hadits
dapat ditingkatkan dengan menerapankan Model Cooperative Learning
Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas VIII G MTs Negeri Sukoharjo tahun
Pelajaran 2013/2014 dapat dibuktikan dengan hasil tindakan bahwa minat
belajar siswa dengan menerapankan Model Cooperative Learning Tipe
Jigsaw menunjukkan peningkatan. Sebelum pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran, siswa telihat tidak komunikatif dalam
melaksanakan pembelajaran setelah pembelajaran diupayakan dengan
menerapankan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw siswa lebih
kreatif dan antusias.
2. Berdasarkan hipotesis tindakan bahwa hasil belajar Al-Qur’an Hadits
dapat ditingkatkan dengan menerapan Model Cooperative Learning Tipe
Jigsaw pada Siswa Kelas VIII G MTs Negeri Sukoharjo tahun Pelajaran
2013/2014, ditunjukkan pula pada hasil tindakan bahwa hasil belajar yang
didukung dengan penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw
dapat meningkat. Terbukti bahwa pada saat belum penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Jigsaw nailai rata-rata hasil belajar mencapai
68, setelah memanfaatkan media pada siklus I nilai rata-rata mencapai 71
(terdapat kenaikan nilai 3 atau 4,41%) dan pada siklus II rnilai rata-rata
mencapai 77 (terdapat kenaikan 6 dari siklus I atau naik 8,45%)
3. Minat dan hasil belajar Al-Qur’an Hadits dapat ditingkatkan dengan
menerapankan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw pada Siswa
Kelas VIII G MTs Negeri Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014.
Peningkatan dapat dilihat dari kondisi awal dibandingkan siklus pertama
terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 3 atau 4,41%. Dari siklus pertama
dibandingkan siklus kedua terdapat kenaikan 6 atau 8,45 % . Dari kondisi
awal dibandingkan dengan siklus kedua terdapat peningkatan nilai rata-
rata sebesar 9 atau 13,23%.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini maka implikasi yang dapat
diambil adalah bahwa dengan menerapankan Model Cooperative Learning
Tipe Jigsaw pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa. sehingga dengan penerapan Model
Cooperative Learning Tipe Jigsaw tersebut menjadikan anak yang memiliki
minat yang rendah dapat meningkat lebih baik, sehingga hasil belajar juga
meningkat lebih baik. Dengan demikian untuk meningkatkan minat dan hasil
belajar Al-Qur’an Hadits perlu penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Jigsaw.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka
saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
Bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar perlu mencari alternatif
belajar diantaranya berdiskusi dengan teman, bertukar argumen/pendapat
agar dapat menumbuhkan suasana belajar lebih hidup dan menyenangkan.
dan saling menumbuhkan rasa persaingan yang sehat sehingga termotivasi
mencapai hasil yang baik.
2. Kepada Guru
a. Kerja kolaboratif dalam penelitian tindakan kelas dapat dipakai
menjadi wahana pengembangan pembelajaran Al-Qur’an Hadits
melalui kerja kolaboratif guru Al-Qur’an Hadits yang efektif, karena
penelitian tindakan kelas berdasarkan permasalahan konkrit dikelas
sehingga gurulah yang paling bisa melakukannya.
b. Guru dapat mengemas proses pembelajaran yang menyenangkan dan
dapat mengikutkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
3. Kepada Sekolah
a. Kepala sekolah harus menjadi pemimpin dan penggerak perbaikan
pembelajaran dengan melibatkan guru. Hubungan guru dan kepala
sekolah dapat dikembangkan melalui kerja kolaboratif.
b. Kepala Sekolah perlu memotivasi guru agar menerapkan
pembelajaran yang berfariatif sehingga pembelajaran bagi siswa
menyenangkan. Karena dengan kodisi tersebut dapat meningkatkan
hasil belajar bagi siswa.
4. Kepada Perpustakaan
Perpustakan perlu mengarsipkan hasil penelitian agar bisa dibaca oleh
guru dan siswa untuk menambah wawasan dan memperkaya ilmu
pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 1997. Peranan Suasana Belajar Kooperatif dan Kompetitif dalam
Peningkatan Hasil Belajar. Jakarta: Lembaga Penelitian IKIP.
Anita Lie. 2003. Cooperative Learning. “Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas”. Jakarta: Grasindo.
Arikunto, Suharsini, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta, Bina aksara
Bambang Suteng Sulasmono. 2003. Mengembangkan Kecerdasan Antarpribadi
Melalui Belajar Cooperatif. Academika. “News Letter Dewan
Pendidikan Kota Salatiga”, Edisi No. 2 Tahun I 2003.
Departemen Agama. 2006. Standar Isi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta
Nana Sudjana, 2001. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Puji Astuti dan Supriyadi. 2004. Peningkatan Prestasi Belajar Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning. Surakarta: APK
Karang-anyar.
Slavin R. 1997. Cooperative Learning. Second Edition. Allyn & Bacon. A Simon &
Aschuster Company
Tabrani Rusyan, 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
The Liang Gie, 1995. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberty.
PTK 3
Oleh:
SUTAMI, S.Pd.I
ABSTRAK
Sutami . 2015. “Upaya peningkatan hasil belajar PAI materi wudhu melalui
model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture pada
siswa kelas IIC SDN Gabus 01 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati
Semester I Tahun Pelajaran 2015 /2016”.
BAB I
PENDAHULUAN
Karena begitu pentingnya wudlu dalam pelaksanaan ibadah, maka siswa harus
menguasai materi ini sedini mungkin dan dapat mempratikkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk beribadah.
Pembelajaran yang aktif dan kreatif merupakan tuntutan bagi guru maupun
siswa agar kondisi dan situasi pembelajaran dapat menyenangkan. Salah satu
pembelajaran yang di tawarkan adalah model pembelajaran cooperative
learning tipe picture and picture. Model pembelajaran cooperative learning
tipe picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang terdiri dari 4-5 orang murid yang di bentuk secara heterogen seperti
kemampuan akademik yang berbeda, variasi jenis kelamin, ras maupun etnis.
Mereka bekerja sama memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Kualitas
Pembelajaran PAI Materi Wuḍu melalui Model Pembelajaran Cooperative
Learning tipe Picture and Picture pada Siswa Kelas II C SDN Gabus 01
Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2015 /2016”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Secara umum guru PAI, terutama di SD Negeri Gabus 01 Kabupaten Pati
mengajar hanya menggunakan metode ceramah tanpa alat peraga.
2. Secara umum siswa kelas IIC SD Negeri Gabus 01 Kabupaten Pati tidak
terlibat aktif dalam pembelajaran.
3. Kurang interaksi antara guru dengan siswa dan antar siswa dalam
pembelajaran PAI.
4. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang menarik motivasi
siswa untuk belajar PAI.
5. Secara umum prestasi belajar PAI siswa SD Negeri Gabus 01 Kabupaten
Pati kurang memuaskan.
C. Pembatasan Masalah
Bertitik tolak dari identifikasi masalah, penulis berupaya untuk
mengubah situasi belajar PAI menjadi lebih menyenangkan. Upaya untuk
meningkatkan prestasi belajar PAI menggunakan indikator:
1. Ketrampilan Guru menerapkan model pembelajaran cooperative learning
tipe picture and picture .
2. Aktifitas siswa saat guru menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe picture and picture .
3. Peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative
learning tipe picture and picture.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas, permasalahan dalam
penelitian ini adalah :“Apakah dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe picture and picture .dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI materi wuḍu pada siswa kelas II C SDN Gabus 01 Pati?”
Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana ketrampilan guru dalam menerapan model pembelajaran
cooperative learning tipe picture and picture pada materi wuḍu mata
pelajaran PAI pada siswa kelas IIC SDN Gabus 01 Pati?
2. Apakah aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI materi wuḍu dapat
meningkat melalui model pembelajaran cooperative learning tipe picture
and picture .pada siswa kelas II C SDN Gabus 01 Pati??
3. Apakah hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi dapat
meningkat melalui model pembelajaran cooperative learning tipe picture
and picture pada siswa kelas II C SDN Gabus 01 Pati?
E. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan secara umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
peningkatan kualitas pembelajaran PAI materi wuḍu dengan menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture .pada
siswa kelas II C SDN Gabus 01 Pati, sehingga mengarah ke suasana yang
lebih hidup, menyenangkan dan meningkatkan keantusiasan semua siswa,
serta perubahan sikap yang diharapkan.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran cooperative
learning tipe picture and picture dalam pembelajaran PAI materi wuḍu
pada siswa kelas II C SDN Gabus 01 Pati.
2) Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran cooperative
learning tipe picture and picture dapat meningkatkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran PAI materi wuḍu pada siswa kelas II C SDN Gabus
01 Pati.
3) Untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran cooperative
learning tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran PAI pada siswa kelas II C SDN Gabus 01 Pati.
F. Manfaat Penelitian
Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan
dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini, peneliti
mendapat pengalaman langsung dan memberikan kontribusi berupa
konsep dalam melaksanakan pembelajaran PAI melalui model
pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture bahwa
penerapan model tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI
pada siswa kelas II C SDN Gabus 01 Pati.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat praktis bagi :
a. Siswa
Siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan dan
memungkinkan siswa untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Meningkatkan rasa setia kawan dan kerjasama melalui kerja kelompok.
b. Guru
Mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi untuk memperbaik
dan meningkatkan pembelajaran PAI. Diperolehnya strategi
pembelajaran yang tepat untuk materi wuḍu.
c. Sekolah
1) Meningkatnya hasil belajar siswa yang akhirnya meningkat pula
mutu lulusan.
2) Timbulnya motivasi guru dalam mengembangkan proses.
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga
pembelajaran lebih bermakna. Meningkatnya pemberdayaan
penggunaan alat peraga dan model pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi belajar.
BAB II
KAJIAN PUSAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Crow dan Crow, belajar adalah suatu perubahan dalam
diri individu karena kebiasaan, pengetahuan dan sikap (Kurnia dkk,
2007: 63). Arsyad (2010: 1) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu
proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang
hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja
dan di mana saja.
Dimyati dan Mudjiono (2006: 7) menyebutkan bahwa belajar
adalah tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan
mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa di
sekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.
Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Jihad dan Haris (2012:1) berpendapat
bahwa belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggraan jenis dan jenjang
pendidikan.
Howard L Kingsly yang dikutip oleh Wasty Sumanto (1998:104)
menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku dalam
arti luas ditumbuhkan atau diubah melalui praktek atau latihan-latihan.
Dengan demikian belajar memang erat hubungannya dengan perubahan
tingkah laku seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku
seseorang, karena adanya perubahan dalam tingkah laku seseorang
menandakan telah terjadi belajar dalam diri orang tersebut.
Lisnawaty Simanjuntak (1998: 38) juga memiliki pendapat bahwa
belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi tigkah
laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan yang
tidak termasuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan,
dan kerasukan pada susunan syaraf atau dengan kata lain mengetahui
dan memahami sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam diri seseorang
yang belajar
Dari berbagai pendapat ahli tersebut di atas, penulis
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam
kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan,
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap berdasarkan
latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan
masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan–
pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan
pengungkapan kembali di waktu yang akan datang.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (2010:54) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a) Faktor Intern
Faktor intern yang mempengaruhi proses belajar di bagi
menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor
kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan faktor
cacat tubuh. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Sedangkan faktor
kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(psikis).
b) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar,
dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah dan faktor masyarakat.
1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antaranggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi
keluarga
2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, metode belajar.
3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul.
Dari beberapa faktor-faktor tesebut, maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses pemerolehan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan dan perubahan sikap yang dilakukan secara bertahap
melalui pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya
secara berkelanjutan melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Baik faktor intern maupun faktor ekstern mempunyai pengaruh yang
kuat dalam proses belajar. Jika faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut mendukung proses belajar (pengaruh positif) maka hasil belajar
yang akan dicapai siswa akan maksimal.
2. Hakekat Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Suprijono (2009: 13) berpendapat bahwa pembelajaran adalah
dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan
konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Pembelajaran
merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak
sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat
diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan
dan pengalaman hidup.
Menurut Kustandi dan Sutjipto (2010: 5) pembelajaran adalah
suatu usaha sadar guru untuk membantu siswa agar mereka dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Pembelajaran adalah
suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil
yang optimal (Sugihartono dkk, 2007: 81).
Menurut Briggs dalam (Rifai, 2009: 193-197) menyatakan
pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa
sedemikian rupa sehingga siswa itu memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi siswa (siswa) dengan guru melalui
sumber belajar dan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Komponen Pembelajaran
Menurut Sutikno (2013:34-38) ada beberapa komponen-komponen
pembelajaran, yaitu sebagai berikut: Tujuan Pembelajaran, Materi
Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Metode, Media, Sumber Belajar
serta Evaluasi
c. Kualitas Pembelajaran
Daryanto (2010:57) mengemukakan bahwa kualitas dapat dimaknai
sebagai keefektifan atau efektivitas. Etzioni (dalam Daryanto, 2010:57)
menyebutkan bahwa efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Bramley
(dalam Hamdani, 2011:194) menyatakan bahwa belajar adalah
komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khusus yang berkaitan
dengan pola perilaku individu untuk mewujudkan tugas atau pekerjaan
tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta
pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.
d. Indikator Kualitas Pembelajaran.
1. Keterampilan Guru
Djamarah (2010:99) menyatakan bahwa keterampilan dasar
mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus guru punyai.
Sedangkan keterampilan dasar mengajar menurut Anitah (2008:7.1)
merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan yang
terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap
keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan
pembelajaran secara lebih efektif.
Rusman (2012:80) berpendapat bahwa keterampilan dasar
mengajar (teaching skills) merupakan suatu karakteristik umum dari
seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan
yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar mengajar
(teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku
bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru
sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas
pembelajarannya secara terencana dan profesional.
Adapun keterampilan dasar mengajar guru sebagai berikut
(Rusman, 2012:80):
a) Keterampilan membuka pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru
dalam pembelajaran untuk menciptakan pra-kondisi bagi siswa
agar mental maupun perhatian terpusat pada materi sehingga
memberi efek positif terhadap proses belajar. Komponennya
meliputi: (1) melakukan appersepsi; (2) menarik perhatian
siswa; (3) menyampaikan tujuan; dan (4) menimbulkan
motivasi.
b) Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya sangat penting dilakukan dalam
pembelajaran karena dapat memberi dampak positif terhadap
aktivitas maupun kreativitas siswa bila pertanyaan yang
digunakan dan teknik pelontarannya tepat. Komponen bertanya
antara lain: (1) pengungkapan pertanyaan secara jelas dan
singkat; (2) pemberian waktu berpikir; (3) pemindahan giliran;
(4) penyebaran; dan (5) pemberian tuntunan.
c) Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian
informasi secara lisan diorganisasikan dengan sistematik untuk
menunjukkan hubungan satu dan lainnya. Penyampaian
informasi yang terencana dan disajikan secara runtut merupakan
ciri utama kegiatan menjelaskan. Dalam keterampilan
menjelaskan perlu memperhatikan hal berikut: (1) kejelasan
bahasa atau istilah yang dimengerti siswa; (2) penggunaan
contoh sesuai kehidupan sehari-hari; (3) penekanan pada
masalah pokok; dan (4) adanya balikan yang memberi
kesempatan pada siswa untuk menunjukkan pemahaman atau
keraguan.
d) Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan
Komponennya antara lain:
(1) mengadakan pendekatan secara pribadi;
(2) membentuk kelompok dengan tepat;
(3) pemanfaatan waktu, kondisi yang optimal;
(4) membimbing dan memudahkan kegiatan belajar.
e) Keterampilan mengadakan variasi
Keterampilan mengadakan variasi perlu dilakukan karena
siswa yang dihadapi bersifat heterogen dan bertujuan untuk
mengatasi kejenuhan dalam pembelajaran agar lebih bermakna.
Dengan demikian, siswa akan menunjukkan ketekunan,
antusiasme serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
f) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
Komponennya adalah:
(1) memimpin diskusi;
(2) memperjelas masalah;
(3) memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi;
(4) menganalisis pandangan;
(5) menyebar kesempatan berpartisipasi;
(6) menutup diskusi.
g) Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru
untuk menciptakan, memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran. Komponen mengelola kelas antara lain:
(1) memberi petunjuk yang jelas;
(2) memusatkan perhatian kelompok;
(3) menunjukkan sikap tanggap;
(4) menegur siswa bila melakukan tindakan menyimpang.
h) Keterampilan memberi penguatan
Pemberian penguatan dapat berupa verbal dan nonverbal
sebagai suatu dorongan untuk memberi informasi dan umpan
balik pada siswa atas perbuatan baik yang dilakukan agar terus
diulang. Cara memberi penguatan yaitu:
(1) jelas ditujukan pada siswa tertentu;
(2) juga dapat diberikan kepada kelompok;
(3) diberikan dengan segera; dan
(4) jenis penguatan yang digunakan bervariasi.
i) Keterampilan menutup pelajaran
Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri pembelajaran. Komponennya antara lain:
(1)menyimpulkan hasil pembelajaran;
(2)memberi umpan balik dan soal evaluasi;
(3)merefleksi kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Aktivitas Siswa
Menurut Ratini (2011:63), aktivitas belajar adalah kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Aktivitas ini mencakup kegiatan bertanya, menanggapi atau
menjawab pertanyaan, diskusi, latihan soal, dan memperhatikan.
Aktivitas setiap siswa memiliki kekhasan dan sesuai dengan
karakteristik masing-masing siswa. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran terdapat aktivitas siswa yang berbeda-beda sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan belajar masing-masing siswa
untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Menurut Sardiman (2012:100) aktivitas belajar merupakan
prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Aktivitas yang dimaksudkan bukan hanya fisik tetapi juga
mental. Kedua aktivitas saling berkaitan dalam kegiatan belajar.
Aktivitas fisik mendorong siswa aktif bergerak dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja sehingga tidak
hanya duduk, mendengar, maupun melihat saja. Siswa beraktivitas
psikis (kejiwaan) apabila kemauan diarahkan secara aktif dalam
pembelajaran untuk menperolehkan hasil yang optimal.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat
saja. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman 2012:101) membuat suatu
daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat
digolongkan sebagai berikut:
a) Visual activities, yang termasuk didalamnya yaitu, membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan
orang lain.
b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
f) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, beternak.
g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
h) Emosional activites, seperti misalnya: menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Rohani (dalam Arisandi, 2013:3) menjelaskan bahwa belajar
yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas
fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah kegiatan-kegiatan yang
menggunakan fisik atau anggota badan seseorang, misalnya
membuat miniatur, mencatat, berbicara, dan mengerjakan sesuatu.
Aktivitas fisik ini dipengaruhi pula oleh aktivitas psikis yang
dilakukan seseorang, misalnya berpikir dan mempertimbangkan
suatu hal.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menekankan pada
partisipasi aktif siswa merupakan salah satu cara untuk mewujudkan
belajar aktif. Menurut Natawijaya (dalam Arisandi, 2013:3), belajar
aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual, dan emosional guna
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor. Guru sebagai fasilitator berkewajiban untuk
menyediakan fasilitas belajar dan menciptakan suasana belajar
kondusif agar siswa lebih termotivasi untuk belajar dan membangun
pengetahuannya. Kegiatan belajar siswa berpedoman pada tujuan
belajar yang mencakup perkembangan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas
siswa dalam pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilakukan
oleh siswa selama pembelajaran baik secara fisik maupun psikis
(mental) yang merupakan satu kesatuan dan tidak dapat terpisahkan
untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Siswa
melakukan aktivitas belajar agar dapat memperoleh pengalaman dan
pengetahuan selama belajar dan mengalami perubahan dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Aktivitas siswa yang
diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas yang mencakup visual,
lisan, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, dan
emosional.
Berdasarkan konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar siswa adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dalam mengikuti suatu pembelajaran sehingga menimbulkan
perubahan perilaku pada diri siswa tersebut. Aktivitas siswa dalam
penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
model pembelajaran cooperatif learning tipe picture and picture
yang meliputi:
1) Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran (Emosional
activites)
2) Menanggapi apersepsi sesuai dengan materi (Mental activities)
3) Memperhatikan penjelasan guru (Visual activities dan Listening
activities)
4) Mampu memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang
diberikan dalam diskusi (Mental activities)
5) Mengajukan pertanyaan (Oral activities)
6) Mampu melaksanakan pembelajaran mandiri dan kelompok
(Listening, Writing, Mental, dan Oral activities)
7) Menyampaikan hasil diskusi kelompok (oral activities dan
mental activities)
8) Menanggapi hasil diskusi dari kelompok lain (oral activities
mental activities)
9) Melaksanakan kuis (Oral activities)
10) Mengerjakan soal evaluasi (Writing activities)
11) Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran PAI melalui
model-model pembelajaran cooperative learning tipe picture
and picture (Emosional activites)
12) Refleksi terhadap hasil pembelajaran (oral activities dan mental
activities)
3. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Hamdani,
2010:120).
Materi pembelajaran berdasar Permendikbud No 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum, dapat dilihat dari beberapa
aspek yaitu (1) kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran,
kompetensi yang harus dikuasai dan potensi siswa berdasar tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual; (2)
ada keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan
waktu yang tersedia; (3) adanya relevansi dengan karakteristik
daerah; (4) dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam
belajar; (5) kebermanfaatan bagi peserta didik; dan (6) adanya
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan.
4. Hasil Belajar
Slameto (2010:2-5) menjelaskan bahwa belajar akan
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada diri individu. Hasil
belajar yang berupa perubahan tingkah laku ini akan berlangsung
secara berkesinambungan dan dinamis. Selain itu, perubahan tingkah
laku ini bersifat menyeluruh pada aspek sikap, keterampilan,
pengetahuan, dan sebagainya.
Senada pendapat Suprijono (2008:13) hasil belajar adalah
perubahan perilaku tidak hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja
melainkan secara keseluruhan atau komprehensif. Selain itu, hasil
belajar diartikan sebagai kulminasi yang diiringi kegiatan tindak
lanjut diperoleh dari pelaksanaan proses belajar berupa perubahan
tingkah laku siswa bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari
(Anitah, 2011:2.19).
Sementara itu, Arikunto (1990:133) mengatakan bahwa hasil
belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar,
perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati, dan
dapat diukur”. Sedangkan Nasution (1995: 25) mengemukakan
bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan
yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga
meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengrtian, dan penghargaan
diri pada individu tersebut.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui plroses belajar
mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri
sebagai berikut:
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
pada dirisiswa
b. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan
tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat
untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan sebagai alat
untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya.
d. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengerndalikan dirinya terutaman adalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (dalam Sudjana,
2013:22) membagi ke dalam tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotoris.
a. Ranah Kognitif
Menurut Purwanto (2013:50) hasil belajar kognitif adalah
perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Hasil
belajar kognitif tidak merupakan kemampuan tunggal.
Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam
domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang.
b. Ranah Afektif
Menurut Mulyana (dalam Fitri, 2012: 106) Terdapat 18 nilai
karakter yaitu cinta dan kasih sayang, kepedulian dan empati,
kerjasama, berani, keteguhan hati dan komitmen, adil, suka
menolong, kejujuran dan integritas, humor, mandiri, disiplin,
loyalitas, sabar, rasa bangga, banyak akal, sikap hormat,
tanggung jawab, dan toleransi.
c. Ranah Psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Menurut Harrow
(dalam Purwanto, 2013:52) ada enam aspek ranah psikomotoris,
yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c)
kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e)
gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan
gerakan interpretatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan tingkah laku/peningkatan dalam diri
seseorang setelah mengalami belajar baik yang meliputi semua
aspek, bukan hanya penetahuan, melainkan kecakapan, sikap,
kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri
seseorang (ranah kognitif, afektif dan psikomotorik).
Dalam pembelajaran pada mata pelajaran PAI materi wuḍu model ini
dapat digunakan untuk meningkatkan kerjasama antar siswa di kelas dan
memfokuskan perhatian siswa. Model ini menekankan pada aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam
menyusun gambar tata urutan wuḍu secara urut guna memahami konsep
wuḍu yang benar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
6. Materi Wuḍu
a. Pengertian wudlu
Wuḍu adalah salah satu cara bersuci (ṭaharah). Wuḍu harus
menggunakan air suci dan mensucikan. Kegunaan wuḍu
Kita berwuḍu untuk menghilangkan hadas kecil.
Kita harus berwuḍu jika hendak mengerjakan ṣalat.
Salat yang dikerjakan tanpa berwuḍu tidak sah.
Wuḍu bisa dilakukan untuk ibadah lainnya, misalnya ketika hendak
membaca Al Qur’an.
b. Tata cara wuḍu
Urutan atau tata cara wuḍu adalah:
(1) Membasuh telapak tangan sambil membaca basmalah.
(2) Berkumur tiga kali.
(3) Membasuh lubang hidung tiga kali.
(4) Membasuh muka tiga kali sambil membaca niat wuḍu.
(5) Membasuh kedua tangan sampai siku tiga kali.
(6) Mengusap sebagian kepala tiga kali.
(7) Membasuh kedua telinga tiga kali.
(8) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki tiga kali.
(9) Tertib artinya urut
(10) Membaca do’a sesudah wuḑu.
Kualitas
Kondisi Pembelajaran
Awal relatif rendah:
Penerapan model
Pelaksanaan pembelajaran cooperatif
learning tipe picture and
Tindakan
picture
Kualitas
Kondisi Akhir
pembelajaran
meningkat
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas yang
berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran PAI materi wuḍu model
pembelajaran cooperatif learning tipe picture and picture pada siswa kelas
IIC SDN Gabus 01 Pati yang dilakukan oleh penulis, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Keterampilan guru dalam pembelajaran PAI materi wuḍu meningkat
melalui model pembelajaran cooperatif learning tipe picture and picture
pada siswa kelas II C SD Negeri Gabus 01 .
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI meningkat melalui model
pembelajaran cooperatif learning tipe picture and picture pada siswa kelas
IIC SD Negeri Gabus 01.
3. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi wuḍu meningkat
melalui model pembelajaran cooperatif learning tipe picture and picture
pada siswa kelas VI C SD Negeri Gabus 01.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Kondisi kelas
Kondisi ruang kelas IIC SD Negeri Gabus 01 kurang memadahi
sehingga tampak sempit. Ini mengakibatkan gerak guru dan siswa kurang
leluasa dalam KBM. Di samping itu siswa juga kurang konsentrasi dalam
belajar karena tempat duduk mereka berdekatan.
2. Kondisi siswa
Siswa kelas IIC SD Negeri Gabus 01 sebanyak 23 siswa yang
terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sebagian besar
mereka berasal dari keluarga dengan ekoomi menengah ke bawah.
Sehingga mereka masih banyak yang belum mau/mampu untuk sekolah
diniyah maupun TPQ. Akibatnya penetahuan keagamaan belum mencapai
harapan.
3. Tempat Penelitian
Peneliti menentukan lokasi sebagai tempat penelitian yakni Kelas II C
SD Negeri Gabus 01 ini sebagai tempat penelitian karena permasalahan
terjadi di kelas tersebut dan peneliti bertugas sebagai guru PAI di sekolah
tersebut juga.
4. Waktu penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan selama tiga bulan yaitu mulai
bulan September sampai November 2015. Penelitian dilaksanakan pada
waktu tersebut karena sesuai dengan waktu untuk melaksanakan
pembelajaran Kompetensi Dasar dimana siswa mengalami permasalahan
pada hasil belajar dan aktifitasnya. Adapun rincian waktu pelaksanaan
kegiatan penelitian adalah:
Tabel 3.1 Perincian Waktu Penelitian
B. Subyek Penelitian
Suatu penelitian akan berhadapan pada data menurut M.Rahmat
(1993:57) populasi akan totalitas semua nilai yang mungkin baik
menghitung,mengukur secara kumulatif maupun kualitatif daripada.
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.
Lebih spesifik Sutrisno Hadi (1986:220) mengemukakan bahan populasi
adalah sejumlah besar individu yang akan diselidiki dan paling sedikit
mempunyai sifat yang sama .
Dari pengertian diatas penelitian berkesan bahwa populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang mempunyai ciri-ciri tertentu.berdasarkan
daerah penelitian ditentukan populasi yang akan di jadikan subyek
penelitian adalah siswa Kelas IIC semester 1 SD Negeri Gabus 01 Dinas
Pendidikan Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun pelajaran 2015/2016,
yang berjumlah 23 siswa terdiri 13 siawa laki-laki dan 10 siswa perempuan,
dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda
Peneliti mengambil subjek kelas II C SD Negeri Gabus 01 dengan harapan:
1. Meningkatkan motivasi belajar PAI
2. Meningkatkan kerja sama antar siswa
3. Kesiapan menghadapi UASBN
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh guru
(teman sejawat) sebagai kolaborator sekaligus sebagai pengamat ketika
penelitian tindakan kelas ini berlangsung.
C. Sumber data
Sumber data penelitian ini diambil dari dan guru sebagai peneliti dan
guru kolaborator. Data dari guru berupa nilai hasil belajar siswa dalam
memahami tata cara wuḍu dan data dari guru kolaborator berupa hasil
pengamatan terhadap proses pembelajaran materi wuḍu.
Adapun bentuk data hasil belajar berbentuk angka atau data kuantitatif dan
data hasil pengamatan ketrampilan guru dan aktifitas siswa berbentuk data
kualitatif.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan beberapa kegiatan
untuk merencanakan pembelajaran secara matang. Adapun kegiatan
pada tahap perencanaan meliputi:
(1) Menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran dan langkah
pembelajaran PAI dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe picture and picture
(2) Menyiapkan Media yang lebih konkret yaitu gambar tata cara wudhu
(3) Menyiapkan lembar kerja siswa sebagai bahan diskusi kelompok
(4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
keterampilan guru dalam proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (acting)
Kegiatan Awal
1) Memberi salam dan mengajak berdoa sesuai agama
masing-masing dilanjutkan hafalan-hafalan
2) Mengecek kehadiran siswa. (karakter disiplin)
3) Mengajak siswa menyanyi”rukunnya Islam”
4) Mengadakan apersepsi dengan menggali materi prasyarat melalui
pertanyaan-pertanyaan yang kontekstual (karakter ingin tahu)
5) Guru memotivasi siswa dan memberi kesempatan kepadanya
untuk menyelesaikan masalah tersebut. (ingin tahu)
6) Guru menuliskan judul materi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
EKSPLORASI
1) Guru menyajikan cerita/ pengalaman menarik yang berkaitan
dengan materi wudhu. Kemudian memperagakan cara berwudhu
yang benar. (ingin tahu)
2) Guru menunjukkan gambar tentang tata cara wudhu
3) Siswa memperhatikan dan mencoba mendemonstrasikannya
4) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya
heterogen.
5) Siswa berkumpul sesuai kelompoknya.(kerja sama)
ELABORASI
6) Setiap kelompok diberi lembar kerja dan gambar –gambar tata
cara wudhu
7) Siswa berdiskusi memasang gambar yang sesuai dengan lembar
kerja (kerja sama)
8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasamanya dan
kelompok yang lain memberi tanggapan dipandu oleh guru.
(disiplin)
9) Guru memantau dan menyamakan persepsi siswa dalam diskusi
kelas.
10) Siswa menyerahkan hasil kerja kelompoknya (disiplin )
Konfirmasi
11) Guru memotivasi siswa disertai menegaskan konsep dengan cara
mendemonstrasikan tata cara berwudhu yang benar
12) Siswa memajangkan hasil karya kelompoknya pada papan
pajangan
Kegiatan Penutup
1) Guru menekankan kembali simpulan sebagai konsep pemecahan
masalah kontekstual. (ingin tahu)
2) Guru mengadakan tes akhir pertemuan.(jujur)
3) Guru menganalisa hasil tes kemudian memberikan tindak lanjut
berupa perbaikan, pengayaan dan PR.(disiplin dan ingin tahu)
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan (planning)
Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan beberapa kegiatan
untuk merencanakan pembelajaran secara matang. Adapun kegiatan
pada tahap perencanaan meliputi:
1) Menyusun Rencana Perbaikan Pebelajaran dan langkah pembelajaran
PAI melalui model pembelajaran cooperatif learning tipe picture
and picture .
2) Menyiapkan Media yaitu gambar-gambar tata cara wudhu, sedangkan
jumlah anggota kelompok diperkecil.
3) Menyiapkan lembar kerja siswa sebagai bahan diskusi kelompok
berpasangan.
4) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa
dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran.
b. Tahap Tindakan (acting)
Kegiatan Awal
(1) Memberi salam dan mengajak berdoa sesuai agama masing
masing.
(2) Mengecek kehadiran siswa. (karakter disiplin)
(3) Mengajak siswa menyanyi”Rukannya wudhu”
(4) Mengadakan apersepsi dengan menggali materi prasyarat
melalui pertanyaan-pertanyaan yang kontekstual (karakter ingin
tahu), misalnya:Syarat utama apa yang dilakukan seorang
muslim sebelum shalat?
(5) Guru memotivasi siswa dan memberi kesempatan kepadanya
untuk menyelesaikan masalah tersebut. (ingin tahu)
(6) Guru menuliskan judul materi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Kegiatan Inti
EKSPLORASI
1) Guru menyajikan cerita/ pengalaman menarik yang berkaitan
dengan materi wudhu. Kemudian memperagakan cara berwudhu
yang benar. (ingin tahu)
2) Guru menunjukkan gambar tentang tata cara wudhu
3) Siswa memperhatikan dan mencoba mendemonstrasikannya
4) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang anggotanya
heterogen.
5) Siswa berkumpul sesuai kelompoknya.(kerja sama)
ELABORASI
6) Setiap kelompok diberi lembar kerja dan gambar –gambar tata
cara wudhu
7) Siswa berdiskusi memasang gambar yang sesuai dengan lembar
kerja (kerja sama)
8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjasamanya dan
kelompok yang lain memberi tanggapan dipandu olehguru.
(disiplin)
9) Guru memantau dan menyamakan persepsi siswa dalam diskusi
kelas.
10) Siswa menyerahkan hasil kerja kelompoknya (disiplin )
KONFIRMASI
11) Guru memotivasi siswa disertai menegaskan konsep dengan cara
mendemonstrasikan tata cara berwudhu yang benar
12) Siswa memajangkan hasil karya kelompoknya pada papan
pajangan
Kegiatan Penutup
1) Guru menekankan kembali simpulan sebagai konsep pemecahan
masalah kontekstual. (ingin tahu)
2) Guru mengadakan tes akhir pertemuan.(jujur)
3) Guru menganalisa hasil tes kemudian memberikan tindak lanjut
berupa perbaikan, pengayaan dan PR.(jujur & ingin tahu)
c. Observasi (observating)
Pengamatan dilakukan pada prinsipnya hampir sama pada siklus I
hanya perbedaannya terletak pada fokus pengamatan yang ditekankan pada
kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan konsep wudhu melalui
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Picture And Picture
Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran
berlangsung, dimana pengamat duduk di belakang mengamati dan merekan
proses pembelajaran. Dalam kegiatan pengumpulan data (merekam data)
pengamat menggunakan instrument obeservasi tertutup. Pengamat
memberikan tanda cek (V) pada kolom kemunculan sesuai indjkator. Pengamat
juga memberikan komentar sehubungan dengan kemunculan indikator
pada kolom komentar (hasil pengamatan siklus II terlampir).
d.Tahap Refleksi (reflecting)
Setelah mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dan
menganalisa hasil observasi dan nilai formatif, peneliti mengadakan refleksi
diri. Adapun hasil dari refleksi adalah:
1) Hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan di atas nilai KKM
2) Siswa aktif dalam proses pembelajaran
3) Melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Picture
And Picture, aktivitas dan hasil belajar PAI materi wudhu meningkat.
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian dilakukan di kelas V SD Negeri Gabus 01 semester I
tahun 2015/2016. Jumlah siswa ada 23 yang terdiri dari 13 siswa laki-laki
dan 10 siswa perempuan. Sebelum diadakan penelitian tindakan kelas
pembelajaran dilaksanakan dengan cara siswa memperhatikan penjelasan
guru dan memperhatikan gerakan wuḍu yang dicontohkan guru.
Pembelajaran dengan cara ini ternyata membuat sebagian besar anak
belum bisa memahami konsep dan tata cara wuḍu yang benar. Hal ini
dapat dilihat dari hasil tes formatif yaitu dari 23 siswa hanya ada 8 siswa
(35%) yang memperoleh nilai KKM ke atas. Sedangkan 15 siswa (65%)
yang lain memperoleh nilai di bawah KKM. Hasil tersebut dapat di lihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1
Hasil Tes Formatif Pembelajaran Awal
No Indikator Keterangan
1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 90
3 Jumlah Nilai 1565
4 Rata – rata nilai tes formatif 62,69
5 Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥75 8
6 Prosentase siswa yang memperoleh nilai ≥75 35%
7 Banyaknya siswa yang memperoleh nilai < 75 15
8 Presentase siswa dengan nilai < 75 65%
Untuk lebih jelasnya ketuntasan anak dapat dilihat pada diagram dibawah
ini:
Diagram 4.1 ketuntasan anak pada pembelajaran awal
tuntas tidak tuntas
4 INDIKATOR
3.5
2.5
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
INDIKATOR
Diagram 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I
Keterangan:
a) Klasifikasi kriteria ketuntasan untuk lembar observasi ketrampilan
guru dapat dirumuskan sebagai berikut :
Skor Kategori Ketuntasan
35≤ skor ≤ 44 Sangat baik (A) Tuntas
27 ≤ skor < 34 Baik (B) Tuntas
19≤ skor < 26 Cukup ( C ) Tidak Tuntas
11 ≤ skor < 18 Kurang ( D ) Tidak Tutas
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
INDIKATOR
3.5
2.5
1.5
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
INDIKATOR
4. PEMBAHASAN
a. Pemaknaan Temuan Penelitian
Pembahasan pelaksanaan penelitian didasarkan pada hasil
observasi keterampilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar siswa
yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture secara
rinci disajikan dalam pembahasan dari tiap siklus.
b. Pembahasan Tentang Peningkatan Keterampilan Guru
Siklus I
Skor perolehan hasil observasi keterampilan guru pada siklus I
adalah 35 dengan kategori baik. Secara lebih rinci hasil observasi
keterampilan guru akan dibahas sebagai berikut.
Indikator melakukan kegiatan membuka pelajaran mendapatkan
skor 4. Pada indikator keterampilan melakukan apresepsi
mendapatkan skor 4. Berdasarkan hasil pengamatan keterampilan guru
dan catatan lapangan pada, indikator menyampaikan tujuan
pembelajaran mendapatkan skor 3.
Pada indikator keterampilan memberikan penjelasan
mendapatkan skor 4. Pada indikator mengarahkan perhatian siswa
mendapatkan skor 3. Indikator memberikan pertanyaan kepada siswa
mendapatkan skor 2.
Indikator membimbing siswa dalam menyampaikan pendapat
dalam diskusi mendapatkan skor 2. Indikator membimbing diskusi
siswa dalam berkelompok mendapatkan skor 3. Pada indikator
melakukan Variasi dengan kuis mendapatkan skor 3. Indikator
Memberikan penguatan terhadap hasil belajar siswa kepada
mendapatkan skor 3. Pada indikator melakukan kegiatan menutup
pelajaran mendapatkan skor 4.
Siklus II
Skor perolehan hasil observasi keterampilan guru pada siklus II
adalah 41 dengan kategori sangat baik. Secara lebih rinci hasil
observasi keterampilan guru akan dibahas sebagai berikut:
1) Indikator kegiatan membuka pelajaran mendapatkan skor 4.
2) Indikator keterampilan melakukan apresepsi mendapatkan skor 4.
3) Indikator menyampaikan tujuan pembelajaran skor 3.
4) Indikator keterampilan memberikan penjelasan skor 3.
5) Indikator mengarahkan perhatian siswa mendapatkan skor 4.
6) Indikator memberikan pertanyaan siswa mendapatkan skor 4.
7) Indikator membimbing siswa dalam menyampaikan pendapat
dalam diskusi mendapatkan skor 3.
8) Indikator membimbing diskusi siswa dalam berkelompok
mendapatkan skor 3.
9) Indikator melakukan Variasi dengan kuis mendapatkan skor 4.
10) Indikator Memberikan penguatan terhadap hasil belajar siswa
kepada mendapatkan skor 4.
11) Pada indikator melakukan kegiatan menutup pelajaran
mendapatkan skor 4.
Dari hasil observasi keterampilan guru pada pembelajaran PAI
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe picture
and picture dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Secara
lebih jelas peningkatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7: Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru
pada Siklus I dan II
No Indikator Siklus I Siklus II
1 Membuka pembelajaran 4 4
2 Melakukan apersepsi 4 4
3 Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4
4 Menyampaikan materi dengan menggunakan media 4 3
Video
5 Mengarahkan perhatian siswa agar mengikuti 3 4
pembelajaran
6 Memberikan pertanyaan kepada siswa 2 4
7 Membimbing siswa dalam menyampaikan pendapat 2 3
8 Keterampilan membimbing diskusi kelompok 3 3
9 Mengadakan variasi dengan melakukan kuis 3 4
10 Memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa 3 4
11 Menutup pembelajaran 4 4
Jumlah Skor 35 41
Kategori Baik Sangat
Baik
1.5
1
0.5
0
r1 r2 r3 r4 r5 r6 r7 r8 r9 10 11
ki a
to
ki a
to
ki a
to
ki a
to
ki a
to
ki a
to
ki a
to
ki a
to
ki a
to tor tor
d d d d ka ka
In
d
In In In
d
In
d
In In In
d
In
d di di
In In
Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses
pembelajaran pada siklus II, jumlah skor yang didapatkan adalah 34,34
dengan kategori baik
Indikator mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran ini mencapai
rata-rata skor 3,09. Terdapat 10 siswa yang memperoleh skor 4 yang
berarti siswa sudah mempersiapkan perlengkapan belajar, duduk di tempat
duduk masing-masing, duduk dengan tenang dan memperhatikan guru.
Indikator menanggapi apersepsi sesuai dengan materi mencapai rata-
rata skor sebanyak 2,96. Terdapat 5 siswa memperoleh skor 4 yang berarti
siswa mendengarkan arahan yang diberikan oleh guru, Menanggapi
apersepsi sesuai dengan materi, aktif memberikan tanggapan dan berani
mengungkapkan gagasan yang mereka miliki.
Indikator memperhatikan penjelasan guru tentang materi mencapai
rata-rata skor sebanyak 3,21. Terdapat 11 siswa yang mendapatkan skor 4
yang berarti siswa memperhatikan penjelasan guru, tidak mengobrol
dengan teman ketika guru memberi penjelasan, mampu menjawab
pertanyaan spontan dari guru dan tidak bermain sendiri saat pelajaran.
Indikator memperhatikan penjelasan guru tentang materi mencapai
rata-rata skor sebanyak sebesar 3,08. Terdapat 7 siswa yang memperoleh
skor 4 yang berarti siswa mengamati Video pembelajaran, menanggapi
pertanyaan dari guru, bertanya kepada guru dan mendengarkan
penjelasan guru tentang materi.
Indikator memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan
dalam diskusi mencapai rata-rata skor sebanyak 3,04. Terdapat 7 siswa
memperoleh skor 4 yang berarti siswa memperhatikan masalah yang
disajikan guru, mampu memberikan jawaban yang cepat, jawaban yang
disampaikan sesuai dengan masalah yang diajukan dan menyampaikan
jawaban dengan bahasa yang santun.
Indikator melakukan kegiatan mengajukan pertanyaan mencapai rata-
rata skor sebanyak 2,87. Terdapat 5 siswa memperoleh skor 4 yang berarti
siswa mengangkat tangan sebelum bertanya, mengajukan pertanyaan
sesuai dengan materi, mengajukan pertanyaan lebih dari dua kali,
pertanyaan menarik siswa lain untuk menanggapi.
Indikator melakukan kegiatan pembelajaran mandiri dan kelompok
mencapai rata-rata skor 3,22. Terdapat 8 siswa memperoleh skor 4 yang
berarti siswa berdiskusi dalam kelompok, menanggapi pertanyaan dari
siswa lain, menanggapi pendapat dari siswa lain dan mencatat hasil
diskusi.
Indikator menyampaikan hasil diskusi kelompok mencapai rata-rata
skor 2,91. Hal ini ditunjukkan dari 23 siswa, 6 siswa memperoleh skor 4
yang berarti siswa menggunakan kalimat yang baik dalam menyampaikan,
mempresentasikan hasil diskusi, mempresentasikan dengan bersemangat,
jelas dan mudah dipahami siswa lain.
Indikator menanggapi hasil diskusi mencapai rata-rata skor 2,56. Hal
ini ditunjukkan dengan 8 siswa yang memperoleh skor 4 yang berarti
siswa memperhatikan presentasi kelompok lain, memperhatikan
pertanyaan atau jawaban kelompok lain, mengajukan pertanyaan kepada
kelompok presentasi dan memberikan tepuk tangan terhadap hasil
presentasi kelompok lain .
Indikator menjawab kuis mencapai rata-rata skor 3,57. Hal ini
ditunjukkan dengan 13 siswa memperoleh skor 4 yang berarti siswa
menjawab pertanyaan guru dengan jawaban yang tepat, menjawab
pertanyaan guru dengan bahasa yang mudah dipahami, menjawab
pertanyaan guru secara runtut dan menjawab pertanyaan guru dengan
tidak membaca buku.
Diakhir pembelajaran siswa membuat kesimpulan bersama
guru.Indikator dalam membuat kesimpulan mencapai rata-rata 3,89. Hal
ini ditunjukkan dengan 9 siswa memperoleh skor 4 yang berarti siswa
tidak membuat gaduh saat menyimpulkan. Hasil observasi aktivitas
siswa pada pembelajaran PAI materi wuḍu menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture dari siklus I
dan siklus II mengalami peningkatan. Secara lebih jelas peningkatan dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8: Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa
pada Siklus I dan II
Siklus
No Indikator Siklus II
I
1 Kesiapan siswa dalam mengikuti 2,52 3,09
pembelajaran
2 Menanggapi apersepsi sesuai dengan 2,91 2,96
materi
3 Memperhatikan penjelasan guru 2,78 3,21
4 Memperhatikan media yang ditampilkan 2,95 2,08
guru dalam pembelajaran
5 Mampu memberikan jawaban 2,87 3,04
terhadap pertanyaan yang diberikan
dalam diskusi
6 Mengajukan pertanyaan 2,65 2,87
7 Mampu melaksanakan pembelajaran 2,91 3,22
mandiri dan kelompok
8 Menyampaikan hasil diskusi kelompok 2,09 2,91
9 Menanggapi hasil diskusi dari kelompok 2,09 2,56
lain
10 Menjawab kuis 2,83 3,57
11 Membuat Kesimpulan Pembelajaran 3,35 3,89
Jumlah 30,70 34,34
Kategori Baik Sangat Baik
3.5
2.5
2 Siklus I
Siklus II
Skor
1.5
0.5
0
r1
r4
r6
r9
0
r2
r3
r5
r7
r8
1
r1
r1
to
to
to
to
to
to
to
to
to
to
to
ika
ika
ika
ika
ika
ika
ika
ika
ika
ka
ka
d
di
di
In
In
In
In
In
In
In
In
In
In
In
2 Nilai terendah 50 60 70
100
90
80
70
60
Pra Siklus
50 Siklus I
40 Siklus 2
30
20
10
0
Nilai
Diagram 4.6 Hasil Peningkatan Hasil Belajar PAI Siswa dari Data
Awal, Siklus I, dan Siklus II
B. UJI HIPOTESA
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari siklus I dan II,
maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning
tipe picture and picture dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI materi wuḍu kelas IIC
SD Negeri Gabus 01 Kabupaten Pati. Dengan demikian, hipotesis yang telah
diajukan terbukti kebenarannya sehingga penelitian diakhiri.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model
pembelajaran cooperatif learning tipe picture and picture pada pembelajaran
PAI kelas IIC SDN Gabus 01 Kabupaten Pati dapat disimpulkan bahwa:
1. Keterampilan guru pada model pembelajaran cooperatif learning tipe
picture and picture meningkat. Pada siklus I perolehan skor yaitu 35
dengan kategori sangat baik. Pada siklus II lebih meningkat dengan skor
41 dengan kategori sangat baik, dan telah mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan.
2. aktivitas siswa pada model pembelajaran cooperatif learning tipe
picture and picture meningkat, perolehan skor pada siklus I yaitu 31,29
dengan kategori baik. Pada siklus II memperoleh skor 34,34 yang
masuk dalam kategori sangat baik dan telah mencapai indikator
keberhasilan yang ditetapkan.
3. Hasil belajar siswa meningkat, hal ini dapat dilihat pada siklus I
diperoleh nilai rata-rata kelas 71,15 dan persentase ketuntasan klasikal
70%. Pada siklus II hasil belajar siswa mendapatkan nilai rata-rata 86,08
dan persentase ketuntasan klasikal 96%.
Paparan simpulan di atas menunjukkan hipotesis tindakan
penggunaan model pembelajaran cooperatif learning tipe picture and
picture dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PAI materi wuḍu Kelas
IIC SDN Gabus 01 terbukti kebenarannya.
B. Saran
Dari seluruh hasil penelitian, sangatlah disarankan kepada rekan-rekan
guru khususnya rekan guru PAI pembaca karya tulis ini untuk memperhatikan
dan mengindahkan saran-saran berikut ini:
1. Guru PAI diharapkan selalu membimbing dan mengarahkan siswa agar
gemar bereksplorasi dalam memahami konsep melalui berbagai cara.
2. Adalah hal yang sangat terpuji jika guru selalu mencoba berinovasi
dalam mengembangkan bahan ajar dan model pembelajaran dengan
berbagai kreatifitas sehingga tercipta pembelajaran yang aktif, kreatif,
efekif, dan menyenangkan.
3. Sebaiknya siswa lebih aktif dan termotivasi dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
C. Penutup
Alhamdulillah, berkat pertolongan dan karunia Allah SWT dengan niat
dan kesungguhan akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan PTK yang
berjudul “Upaya peningkatan kualitas pembelajaran PAI materi wuḍu
melalui model pembelajaran cooperative learning tipe picture and picture
pada siswa kelas IIC SDN Gabus 01 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun
pelajaran 2015 /2016” Dengan harapan semoga dapat memberi manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
memohon adanya kritik dan saran demi kesempurnaan PTK ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian PTK ini. Semoga
senantiasa mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal
Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva
Press.
Disusun Oleh :
FATMAWATI, S.Pd.I
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa kelas V SDN
Wonoketingal 1 terlihat dari kurangnya antusias belajar saat berlangsung
pembelajaran PAI dengan metode ceramah antara lain :
C. Analisis Masalah
Setelah mengetahui adanya kekurangan dalam pembelajaran yang
dilaksanakan, maka peneliti mendiskusikan dengan teman sejawat dan supervisor.
Dari hasil diskusi diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya tingkat pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru antara lain :
1. Penjelasan guru tentang materi terlalu cepat;
2. Guru tidak menggunakan contoh-contoh riil/kongkrit;
3. Guru dalam memberikan soal-soal latihan masih kurang;
4. Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan kurang tepat;
5. Guru kurang mengaktifkan siswa.
Dalam kegiatan guru memang cukup sulit untuk dapat membawa seluruh
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.. Inovasi pembelajaran memungkinkan
akan dapat membantu penyelamatan keterpurukan hasil belajar siswa, model-dan
metode pembelajaran kreatif dan inovatif sangat diperlukan, salah satunya metode
pembelajaran Cooperative Learning Type STAD (Student Team Achievement
Division) dalam pembelajaran PAI ini kiranya sangat diperlukan untuk dapat
meningkatkan prestasi / hasil belajar siswa dengan baik karena model
Cooperative Learning Type STAD (Student Team Achievement Division) secara
aktif melibatkan siswa kegiatan pembelajaran.
Dari uraian di atas maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan
judul ” Penerapan Cooperative Learning Type STAD Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Pada Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Beriman Kepada Kitab –
Kitab Allah SWT Pada Siswa Kelas V Semester 1 SDN Wonoketingal 1
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2015 / 2016”.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut di
atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
D. Karakteristik PAI
Peran agama sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi
kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan
setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan di
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan
dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan individual ataupun kemasyarakatan. Peningkatan
potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai
potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntutan bahwa
agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Menurut Muhammad Daud Ali, yang dimaksud dengan pendidikan agama
Islam adalah “Proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan
yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan
fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun sebagai kholifah-Nya di bumi,
dengan selalu taqwa dalam makna memelihara hubungan dengan Allah, dirinya
sendiri, masyarakat dan alam sekitarnya serta bertanggung jawab kepada Tuhan
Yang Maha Esa, manusia (termasuk dirinya sendiri) dan lingkungan hidupnya
PAI sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar
bertujuan agar peserta didik dapat memahami hukum Islam tentunya
membutuhkan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan peserta
didik agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.Untuk itu proses pembelajaran
yang dilakukan harusnya lebih mengarahkan pada proses aktifitas peserta didik
secara aktif agar mereka memahami apa yang sedang dipelajar
Peran PAI dalam hal ini adalah menyiapkan sumber daya manusia yang
mampu berfikir mandiri dan kritis (independent article thinking) dengan cara
salah satunya adalah membuat terobosan baru atau konsep baru yang biasa disebut
dengan pendidikan partisipatif yaitu pendidikan yang dalam prosesnya
menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam pendidikan. Pendidik lebih
berperan sebagai tenaga fasilitator. Keterlibatan peserta didik dalam pendidikan
tidak sebatas sebagai pendengar, pencatat dan penampung ide-ide pendidik tetapi
lebih dari itu terlibat aktif dalam pengembangan diri sendiri.
E. Kerangka Berfikir
Keberhasilan proses pembelajaran disekolah dan meningkatnya hasil
prestasi belajar sangat ditentukan oleh kemampuan profesionalisme guru.
Meskipun banyak komponen yang menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru
harus mempunyai kemampuan menentukan metode pembelajaran yang tepat.
Dalam pelaksanaan ini penulis menggunakan 2 tahap /II siklus. Pada tahap
awal, penulis melakukan pembelajaran dan menilai tes formatif siswa kelas V di
SDN Wonoketingal 1 untuk mendapatkan data kondisi awal.
Kemudian pada siklus I penulis menetapkan metode cooperative learning
selama 1 kali pertemuan secara kelompok untuk mempelajari materi beriman
kepada kitab – kitab Allah SWT.
Pada siklus II penulis menerapkan metode cooperative learning secara
individu selama 1 kali pertemuan untuk mempelajari materi beriman kepada kitab
– kitab Allah SWT.
F. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas maka
hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Melalui penerapan
metode cooperative learning dapat meningkatkan prestasi belajar materi beriman
kepada kitab – kitab Allah SWT bagi siswa kelas V di SDN Wonoketingal 1”
BAB III
2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di
tempat tugas peneliti di SD Negeri Wonoketingal 1 Kecamatan
Karanganyar Kabupaten Demak khususnya di kelas V. Hal tersebut
dilaksanakan sesuai dengan tugas peneliti sebagai guru di sekolah
tersebut.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I selama 1 bulan yaitu
bulan September 2015. Adapun rincian penggunaan alokasi waktu adalah
sebagai berikut : pada bulan September 2015 Minggu pertama peneliti
menyusun proposal dan RPP untuk mengambil data kondisi awal,
menyusun instrumen penelitian, melakukan pengumpulan data dan
melakukan tindakan siklus I. Pada bulan September 2015 minggu ketiga
dan keempet peneliti melakukan analisis data dari kondisi awal siklus I
sampai melakukan tindakan siklus II. Peneliti melakukan pembahasan,
dan menyusun laporan hasil penelitian.
Untuk lebih jelas jadwal kegiatan penelitian ini dapat di lihat pada
tabel 3.1sebagai berikut :
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
Bulan
No Uraian Kegiatan September/Minggu Ke
1 2 3 4
1 Menyusun Proposal dan RPP untuk ×
mengambil data kondisi awal
2 Menyusun instrumen penelitian ×
Gambar 3.1
Skema Pelaksanaan Pembelajaran PAIdalam dua siklus
SIKLUS I
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Refleksi
Tahap Perbaikan
SIKLUS II
Tahap Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Refleksi
Tahap Perbaikan
1. Tahap Perencanaan
Pada tahapan ini mencakup kegiatan berikut.
a. Penyusunan rencana pembelajaran;
b. Menyusun lembar observasi;
c. Menyusun format kejadian untuk mencatat kejadian selama
pembelajaran berlangsung;
d. Menyusun format catatan hasil refleksi untuk mendokumentasikan
temuan / hasil refleksi;
e. Menyiapkan sarana pembelajaran berupa alat peraga dan sebagainya;
f. Menyusun tes untuk mengukur hasil belajar siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mencakup pelaksanaan rencana
pembelajaran yang telah disusun guru, meliputi :
1). Kegiatan Awal
a) Apersepsi;
b) Menyampaikan kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran;
c) Penjelasan tugas individu / kelompok.
2). Kegiatan Inti
a) Informasi konsep;
b) Penjelasan langkah-langkah kegiatan;
c) Penyelesaian tugas;
d) Laporan;
e) Evaluasi.
3). Penutup
a) Membuat rangkuman;
b) Informasi kegiatan mendatang;
c) Menutup pelajaran.
3. Tahap Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan setelah melaksanakan proses
pembelajaran pada tanggal 07 September 2015 yang dilakukan peneliti
dan supervisor yang bertindak sebagai pengamat. Kegiatan yang dilakukan
adalah mengamati kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran PAI
materi beriman kepada kitab – kitab Allah melalui metode cooperative
learning yang meliputi :
5. Tahap Perbaikan
1. Hasil dan perolehan pra siklus, siswa yang tuntas 18 siswa dari 38 siswa,
tingkat ketuntasannya adalah 47,4%.
2. Hasil yang diperoleh siklus I, siswa yang tuntas 31 siswa dari 38 siswa,
tingkat ketuntasan adalah 81,6%, rata-rata kelas mencapai 78,42.
3. Hasil yang diperoleh dari siklus II siswa yang tuntas 38 siswa dari 38
siswa, tingkat ketuntasannya adalah 100%, rata-rata kelas mencapai
86,32.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
b. Pelaksanaan
Keterangan : KKM = 70
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa hasil evaluasi siklus I menunjukkan bahwa
prestasi belajar mulai meningkat secara signifikan tetapi belum maksimal.
Dari 38 siswa, yang tuntas sebanyak 31 siswa (81,6%) sedangkan siswa
yang belum tuntas sebanyak 7 siswa (18,4%). Pada kondisi awal ini rata-rata
kelas 78,42
Gambar 4.1
Grafik Pencapaian Hasil Nilai Siklus I
data tes formatif
16
14
14
12
10
8 Siswa
4
6 6 6
2
3
2
1
0
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99 100
\
c. Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan sesudah pembelajaran. Pengumpulan data
dilakukan dengan berdiskusi dengan hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan serta menganalisis beberapa instrumen yang terdiri dari
lembar pengamatan pembelajaran, hasil tes formatif, dan analisis hasil tes
formatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah didiskusikan dengan
teman sejawat, dari analisis butir soal dan lembar observasi dapat
dikumpulkan hasil sebagai berikut.
1. Siswa belum memahami konsep materi pembelajaran;
2. Siswa belum terbiasa dengan metode yang digunakan.
d. Refleksi
Data dari pengamatan serta nilai-nilai yang diperoleh dari tes
formatif hasilnya diseleksi dan difokuskan kearah tujuan penelitian. Hasil
analisis data dikaji keberhasilan dan kelemahan guna mencapai tujuan
pembelajaran serta direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus
selanjutnya yaitu perbaikan pembebelajaran Siklus II. Pengumpulan data
dimulai sejak dilaksanakan akhir pembelajaran serta dibantu oleh Ibu
Sulinyah selaku teman sejawat yang berperan sebagai pengamat dengan
mengisi lembar pengamatan. Temuan permasalahan yang ada dicatat, dan
hasilnya dikonsultasikan antara peneliti dengan observer. Hasil refleksi
siklus I dapat disajikan sebagai berikut.
1. Dari 38 siswa yang tuntas 31 siswa( 81,6%) sedangkan yang belum
tuntas 7 siswa ( 18,4%)
2. Interaksi siswa masih kurang;
3. Antusias siswa kurang baik sehingga hasil belajar yang diperoleh juga
belum memuaskan;
4. Siswa masih belum terbiasa menggunakan metode Cooperative Stad.
2. Diskripsi Siklus II
a. Perencanaan
1). Menentukan Materi
Dalam pelaksanaan pembelajaran Siklus I, peneliti dan teman
sejawat mengamati adanya beberapa kelemahan bahkan hasil refleksi
didapati siswa yang tuntas hanya 81,6%. Oleh karena itu peneliti
merencanakan melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II
sebagai perbaikan pembelajaran siklus I dengan kompetensi dasar
dan materi pembelajaran yang sama.
2). Menyusun Rencana Pembelajaran
Pada tanggal 10 September 2015 peneliti menyusun rencana
perbaikan pembelajaran termasuk didalamnya langkah-langkah
pembelajaran, media yang digunakan, serta alat evaluasi yang akan
digunakan untuk pelaksanaan perbaikan pembelajaran selama satu
kali pertemuan pada hari Senin, 14 September 2015 dengan
kompetensi dasar yang telah ditentukan dan materi pembelajaran
yang sama dengan Siklus I.
3). Menyusun Instrumen
Pada tanggal 11 September 2015, setelah selesai jam pelajaran
peneliti di ruang guru SD Negeri Wonoketingal1 menyusun
instrumen yang akan digunakan dalam perbaikan pembelajaran
selama satu kali pertemuan pada hari Senin, 14 September 2015
yang meliputi : lembar kerja siswa, lembar pengamatan, lembar
evaluasi, dan lembar penilaian.
4). Menentukan Teman sejawat
Dalam pelaksanan perbaikan pembelajaran siklus II peneliti
masih dibantu teman sejawat yang sama pada siklus I dengan tujuan
untuk memudahkan komunikasi dan kesamaan visi agar hasil
penelitian ini dapat lebih baik lagi.
b. Pelaksanaan
Siklus II
Adapun langkah-langkah pembelajaran pada Siklus II sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan kelas, instrumen penilaian, rencana
pembelajaran, dan buku pelajaran. Selanjutnya mengucapkan
salam, berdoa, dan persensi siswa. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan apersepsi dengan menunjukkan
kekurangan dan kesalahan siswa dalam materi berriman kepada
kitab-kitab Allah dengan hasil tes formatif yang perlu diperbaiki
dalam pelajaran yang lalu;
2. Guru memberikan dorongan kepada siswa agar lebih antusias
mengikuti pembelajaran;
3. Guru menjelaskan isi pokok salah satu kitab suci Allah
4. Dengan bimbingan guru siswa mencari tahu isi pokok kitab suci
yang lain sesuai peirntah guru;
5. Siswa secara individu mengerjakan Lembar Kerja Siswa;
6. Guru menjelaskan cara menyelesaikan tugas tersebut;
7. Siswa membacakan hasil pekerjaannya secara individu di depan
kelas dan teman yang lain memberi tanggapan;
8. Guru memberikan tes formatif dan kemudian menilai hasil tes
formatif siswa;
9. Guru menutup pelajaran dengan motivasi positif bagi siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi perbaikan
pembelajaran pada pembelajaran siklus II hasilnya sangat baik bila
dibandingkan dengan hasil proses pembelajaran pada siklus I. Analisis
evaluasi dan hasil belajar siswa, serta hasil pengamatan pada siklus II ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Hasil Data pada Tes Formatif Siklus II
40 – 49 -
50 – 59 -
60 – 69 -
70 – 79 8 8 -
80 – 89 10 10
90 – 99 8 8
100 12 12
Jumlah 38 38 0
Ketuntasan % - 100% 0
Gambar 4.2
Grafik Pencapaian Hasil Nilai Siklus II
14
12
12
10
10
8
8 8
Siswa
6
0
40 – 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 99 100
c. Pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan pada sesudah pembelajaran dibantu oleh
Sulinyah,S.Pd.SD selaku teman sejawat sebagai pengamat. Pengumpulan
data dilakukan dengan berdiskusi dengan hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan serta menganalisis beberapa instrumen yang terdiri dari
lembar pengamatan pembelajaran, hasil tes formatif, dan analisis hasil tes
formatif dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah didiskusikan dengan
teman sejawat, dari analisis butir soal dan lembar observasi dapat
dikumpulkan hasil sebagai berikut.
1. Penyampaian tujuan pembelajaran sudah baik;
2. Siswa sudah termotivasi dalam proses pembelajaran dan aktif
mengikuti pelajaran;
3. Ketelitian siswa dalam menyelesaikan tugas sudah cukup baik;
4. Respon siswa dalam bertanya meningkat;
5. Guru sudah memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
d. Refleksi
Dalam siklus ini analisis data dilakukan seperti halnya pada
siklus I yaitu meliputi reduksi data dan pengumpulan data. Adapun data
yang dianalisis adalah data dari hasil tindakan perbaikan pada Siklus II
dengan tetap memperhatikan analisis data dan refleksi data dari Siklus I.
Dari hasil analisis data pada siklus II ini dicermati tentang apa yang telah
terjadi dan telah dilaksanakan, seperti pada Siklus I. Dari analisis data
dikaji keberhasilan dan kelemahan guna mencapai tujuan pembelajaran
serta direfleksikan untuk menentukan tindakan pada siklus. Pengumpulan
data dimulai sejak dilaksanakan proses pembelajaran berlangsung serta
dibantu oleh teman sejawat yang berperan sebagai pengamat dengan
mengisi lembar pengamatan.
Pengambilan data dilakukan sesuai dengan jenis data. Data hasil
belajar diambil dengan memperbaiki evaluasi, data proses pembelajaran
diambil dengan menggunakan observasi dan data ketertaitan perencanaan
dengan pelaksanaan diperoleh dari rencana perbaikan pembelajaran dan
lembar observasi.
Temuan yang ada dicatat, dan hasilnya dikonsultasikan antara
peneliti dengan observer. Hasil refleksi Siklus II sebagai berikut.
1. Tingkat ketuntasan siswa meningkat secara signifikan. Dari 38 siswa,
yang tuntas mencapai 100% (38 siswa) . Hasil pengamatan terhadap
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan prosesnya sudah baik dan
anak juga dapat mengikuti pembelajran secara kondusif;
3. Guru telah baik dalam memotivasi siswa sehingga antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran cukup baik dan hasil belajarnya anak
sudah maksimal.
Melihat hasil refleksi Siklus II dimana hasil belajar siswa sudah
dinyatakan tuntas karena sudah sesuai dengan pembelajaran yang
diharapkan yaitu sudah melebihi batas KKM maka proses perbaikan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam diakhiri pada siklus II.
Siklus I Siklus II
No Indikator
Jml % Jml %
1. Tuntas 31 81,6 38 100
2. Tidak Tuntas 7 18,4 0 0
Jumlah 38 100 38 100
Rata- rata kelas 78,4 86,3
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada siklus I siswa tuntas sebesar
81,6% dan yang belum tuntas sebesar 18,4% dengan nilai rata-rata 78,4. Setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II didapati hasil belajar siswa
meningkat dimana yang tuntas menjadi 100% siswa dengan nilai rata-rata 86,3.
Gambar 4.3
Grafik Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa
Setelah Tindakan Perbaikan Pembelajaran Siklus I dan
Setelah Tindakan Perbaikan Pembelajaran Silkus I
100
81.6
Tuntas
Tidak Tuntas
%
31
7 0
Siklus I Siklus II
1. Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dengan menerapkan metode
cooperative learning yang dilakukan dengan satu kali pertemuan. Dari hasil
evaluasi belajar pada siklus I diperoleh siswa yang tuntas 31 anak dengan
rata rata kelas 78.42. Hasil evaluasi siswa pada siklus ini dirasa belum
maksimal karena ketuntasan siswa baru mencapai 81,6%. Oleh karena itu
perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II setelah dilakukan
pengamatan dengan bantuan teman sejawat sebagai observer, peneliti
kembali merefleksi hasil pengamatan perbaikan siklus I yang hasil
pengamatannya adalah :
a. Siswa masih suka bermain dengan temannya;
b. Siswa dalam mengerjakan tugas kurang teliti;
c. Interaksi pembelajaran dikelas masih kurang;
d. Guru masih belum maksimal menjalankan metode pembelajaran.
Pada siklus ini pembelajaran berlangsung cukup baik dan masih ada
beberapa faktor kelemahan yang muncul, maka pada siklus ini masih perlu
dilakukan perbaikan pembelajaran agar hasil belajar siswa lebih meningkat.
3. Siklus II
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II masih dilakukan dengan
menerapkan metode cooperative learning. Setelah dilaksanakan
pembelajaran siklus II didapati hasil belajar meningkat dengan tingkat
ketuntasan 100%. Hasil diskusi peneliti dengan teman sejawat tentang
perbaikan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agam Islam akhirnya
tidak dilanjutkan lagi karena setelah dilakukan tindakan perbaikan selama
Siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat dari 81,6 % pada siklus I
menjadi 100% pada siklus II. Dengan melihat hal tersebut artinya ada
peningkatan 18,4 % dari sebelum tindakan perbaikan pembelajaran. Oleh
karena itu proses pembelajaran dirasa cukup berhasil dan memuaskan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama 2
siklus dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran akan lebih menarik apabila guru mampu
menampilkan media yang sesuai dan siswa diberi kesempatan untuk
terlibat aktif dan menemukan sendiri dalam setiap pembelajaran. Dengan
demikian siswa merasa dihargai keberadaannya serta merasa tertarik pada
pembelajaran.
2. Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning type
STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, siswa akan terangsang,
tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran Pendidikan Agama
Islam. Sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
3. Melalui pengerjaan soal latihan siswa akan mampu menyelesaikan soal
yang dihadapi sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa dan
menimbulkan kreativitas berfikir dalam pemecahan masalah.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh guru untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran sebagai berikut :
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran hendaknya guru harus membuat
rencana pembelajaran dengan baik
2. Agar dapat mencapai hasil pembelajaran yang maksimal dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, guru hendaknya menggunakan
model belajar yang variatif seperti model cooperative learning type STAD
dengan menggunakan alat peraga, sehingga diharapkan prestasi belajar
siswa akan meningkat.
3. Sebaiknya guru menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sesuai
dengan materi pembelajaran yang relevan dengan lingkungan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2003.
Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan
Pembelajaran, Rajawali Press,Jakarta 2013
Muchith Saekhan, dkk.,Cooperative Learning, RasailL Media Group. Semarang,
2010
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana, Jakarta:
2009
Sudjana Nana.,Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo.
2005
Widoyoko Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2013
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006
Mel Silberman, Active Learning :101 Strategi Pembelajaran Aktif, Penerjemah
Raisul Muttaqien, Nusamedia, Bandung, 2006
https://definisi-hasil-belajar-menurut-para-ahli/ (Diakses 17 September 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Joe L Kinchelo.2014. Guru Sebagai Peneliti, Pemberdayaan Mutu Guru dengan
Metode Panduan Penelitian Kualitatif. Jogjakarta. IRCisoD
Ismail SM. 2013. PTK PAI, Konsep & Contoh Praktis Penelitian Tindakan Kelas
Pendidikan Agama Islam. Semarang. IAIN Walisongo
Profil Penulis
Pemilik nama lengkap Yan Vita ini putri dari ayah Asjhuri dan ibu Hayati.
Ibu dari putri semata wayangnya Adelia Octaviani lahir di sragen.
Menyelesaikan studi S2 di IAIN Surakarta tahun 2012.
Prestasi/penghargaan yang pernah diraih diantaranya adalah Juara 2 lomba
Karya Tulis Ilmiah se-jateng tahun 2017, Juara 2 guru berprestasi PAI
JATENG tahun 2014, Juara harapan 2 penulisan karya ilmiah Nasional
Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2010. Beberapa Karya yang pernah
ditulis adalah :
a. “Pemanfaatan Facebook Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis Siswa Kelas VII-D MTsM 2
Kalijambe Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013. (Juara Harapan 2
Lomba Karya Ilmiah tingkat Nasinal).
b. Jurnal Attarbawi edisi 8 tahun 2010, Peningkatan Prestasi Belajar PAI
Materi surat Pendek Pilihan Melalui Metode Peerteaching Bagi Siswa
kelas IV SDN Tegalombo 1 Tahun 2009/2010.
c. Jurnal Attarbawi Edisi 9 .Upaya Meningkatkan Prestasi belajar BTQ
Melalui Alat Peraga Kartu Huruf Hijaiyah bagi Siswa kelas III SDN
Tegalombo 1.
d. Jurnal At-Tarbawi edisi. Mei 2014 Upaya Meningkakan Prestasi
Belajar PAI Materi Salat Melalui Metode JAS BERDASI. Karya Ilmiah
“Penguatan Jujur melalui metode Roleplay”.
e. Jurnal DIMAS UIN Walisingo, Vol 14 no 1 tahun 2014. Penanaman
Budaya Damai Via Pendidikan.
f. Jurnal at-Tarbawi. Penguatan Sikap Percaya Diri melalui Dreams Book
pada Siswa kelas 1 SDN Tegalombo 1.
g. Opini Pendidikan di Majalah Genta.. Menjadi Guru Gaul Itu Perlu.
h. Opini Pendidikan di Majalah Genta. JAS (Jelajah Alam Sekitar )
Sebagai Pendekatan Pembelajaran.
i. Opini Pendidikan di Majalah Genta. PKG dan PKB antara Harapan
dan Tantangan.
j. Buku “Metode-Metode Pembelajaran PAI & Budi Pekerti Pendekatan
Scientific” cetakan pertama, Juli 2014, cetakan kedua Agustus 2014.
k. Buku “Penilaian Otentik PAI & Budi Pekerti, dari penyusunan Instrumen
sampai Pengolahan Deskripsi Rapor” Oktober 2014.
l. Buku “Pengembangan Kinerja dan Profesionalisme Guru” Desember
tahun 2016.
m. Buku ”On Being Teacher,Inspirasi Guru Hebat” Juni 2017
n. Buku Antologi “ Inovasi Pembelajaran” Oktober 2017
o. Editor buku Sukses Inobel
yanvita27@yahoo.com, 081329452252