Pada jaman dahulu kala, ketika Sangiran masih berupa hutan lebat dan berbukit-bukit,
hiduplah sekelompok masyarakat dengan penuh kedamaian. Meskipun kondisi di daerah
tersebut kurang subur namun mereka tidak pernah kekurangan pangan karena mereka rajin
bercocok tanam dan beternak.
Sebagai seorang Ksatria, Raden Bandung menyanggupi akan meminta para raksasa
meninggalkan dari dusun secara baik-baik akan tetapi para Raksasa menolak, bahkan para
raksasa meminta setiap hari disediakan persembahan berupa seorang anak manusia sebagai
makanan raja raksasa yang bernama Tegopati. Raden Bandung sangat marah dan terjadilah
peperangan antara bala prajurit Raden Bandung dengan pasukan raksasa. Dalam peperangan
sengit tersebut Raden Bandung beserta pasukannya terdesak. Namun Raden Bandung beserta
sisa pasukan berhasil melarikan diri dan bersembunyi di tengah hutan. Dalam pengasingan
Raden Bandung mendapatkan wangsit (wahyu) dari Dewa yang menasehati agar dia bertapa
selama di hutan sewindu. Setelah sewindu bertapa Raden Bandung mendapat wisik dari
dewata agar menenggelamkan diri (slulup) di sebuah telaga (kedung) yang banyak pohon
beringinnya.
Setelah mendapat wisik tersebut Raden Bandung bergegas mencari lokasi telaga yang
di sekitarnya banyak ditumbuhi pohon beringin. Sesampainya di telaga Raden Bandung
segera menceburkan diri, di dalam air Raden Bandung bertemu dengan Dewa Ruci yang
banyak memberikan wejangan atau petuah tentang berbagai hakekat hidup dan cara
mengalahkan kejahatan yang dilakukan para raksasa. Pada akhir nasehatnya Dewa Ruci
mengatakan “Sangir kukumu ing sela gilang kuwi minangka sanjata ngasorake para Denawa”
(asahlah kukumu di batu itu sebagai senjata mengalahkan para raksasa).
http://perpustakaansragen.blogspot.com/2010/03/asal-mula-sangiran.html