Anda di halaman 1dari 11

PEMBAHASAN RADEN (KYAI PANJI ABDUL SINGOPATOKO ROHMAN)

(Asal-usul Desa Gedug, Karangasem, Ngatoko, Telogo, Tapaan, Kasingan) Pada tahun 1440-1490 Kadipaten Lasem diperintahkan oleh Prabu Santi Puspo. Prabu Santi Puspo anak Prabu Santi Bodro. Prabu Santi Bodro anak Prabu Bodro Nolo dengan Puteri Cempo. Prabu Bodro Nolo anak Prabu Wijoyo Bodro. Prabu Wijoyo Bodro anak Prabu Bodro Wardono. Prabu Bodro Wardono anak Dewi Indu/ Dewi Purnomo Wulan/ Prabu Puteri Maharani dengan Rajasa Wardana. Dewi Indu adalah saudara sepupu Prabu Hayam Wuruk Wilotikto. Dewi Indu pernah menjadi ratu di Kadipaten Lasem. Jadi Prabu Santi Puspo masih keturunan raja-raja Majapahit. Pada masa pemerintahan Prabu Santi Puspo, Kadipaten Lasem mencapai keadilan dan kemakmuran. Rakyat hidup serba kecukupan tidak kurang suatu apapun. Prabu Santi Puspo seorang dermawan, suka memberi pertolongan kepada yang membutuhkan. Pada suatu saat Prabu Santi Puspo beranganangan ingin memperluas wilayah kadipatennya. Keinginan beliau sangat kuat, maka dipanggillah Raden Panji Singopatoko untuk melaksanakan tugas membuka hutan atau babat alas di sebelah selatan Desa Kabongan terus ke selatan. Pada hari yang ditentukan, berangkatlah Raden Panji Singopatoko melaksanakan tugas. Raden Panji Singopatoko dibantu beberapa orang pilihan yang loyal kepada pemerintah Kadipaten Lasem dan didampingi oleh dua orang prajurit yaitu Ki Suro Gino dan Ki Suro Gendogo. Rombongan dibagi menjadi dua kelompok. Sebelah barat dipimpin oleh Ki Suro Gino, sedang sebelah timur oleh Ki Suro Gendogo. Ketika mereka mulai membuka hutan, banyak sekali rintangan diantaranya adalah gangguan yang dibuat oleh orang-orang yang tidak senang kepada pemerintah Prabu Santi Puspo. Banyak prajurit yang terserang penyakit. Gangguan itu juga datang dari binatang buas dan hewan berbisa. Gangguan dan rintangan itu dihadapi oleh Raden Panji Singipatoko dan prajurit-prajuritnya yang dipimpin Ki Suro Gino dan Ki Suro Gendogo dengan tabah serta tekad dan semangat yang menyala-nyala, meski banyak yang menjadi korban. Akhirnya semua rintangan dapat diatasi dan pekerjaan terselesaikan dengan memuaskan. Hutan yang dibuka itu menjadi desa yang sekarang disebut Desa Kunir dan Desa Sulang. Raden Panji Singopatoko beserta rombongan meneruskan tugasnya membuka hutan lagi, dari Sulang menuju ke barat daya. Dalam perjalanannya itu Raden Panji pun telah siap siaga untuk menyerang dan membunuh harimau itu.

Keduanya terlibat dalam pergumulan yang seru. Raden Panji Singopatoko tidak mau surut walau selangkah, terus maju pantang menyerah. Raden Panji Singopatoko adalah seorang yang sakti mandraguna. Akhirnya harimau itu lari dan tidak berhasil dibunuh oleh Raden Panji beserta teman-temannya. Raden panji Singopatoko beserta rombongannya merasa sangat lelah setelah bertempur melawan harimau. Kemudian mereka beristirahat dan membuat rumah untuk tempat peristirahatan. Di sela-sela istirahatnya, Raden Panji berfikir memikirkan pelaksanaan tugasnya itu. Sebenarnya beliau merasa belum dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, beliau kecewa. Karena sebagai orang yang dipercaya oleh Prabu Santi Puspo untuk menjadi pemimpin atau' "gegedug" (istilah zaman kerajaan) mestinya harus dapat menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Sudah menjadi kebiasaan orang-orang zaman dahulu apabila menghadapi atau mengalami suatu masalah atau kejadian yang mengesankan dan penting, maka diabadikan dengan suatu simbul atau ditengarai dengan tanda-tanda yang dapat dikenang sepanjang masa. Oleh karena itu, untuk mengenang apa yang sedang dipikirkan oleh Raden Panji Singopatoko itu, beliau berkata, "Besuk kalau ada ramainya zaman dan tempat ini menjadi desa, aku beri nama Desa "Gedug". Maka jadilah desa itu disebut Desa Gedug, sekarang disebut Desa Sumbermulyo. Setelah beberapa saat mereka beristirahat, lalu mereka melanjutkan perjalanan ke selatan untuk membuka hutan. Pengalaman membuka hutan yang kemarin ternyata terulang disini. Banyak rintangan dan gangguan yang dihadapi. Diantara mereka ada yang meninggal karena terserang penyakit. Ada yang digigit binatang buas atau binatang berbisa. Raden Panji Singopatoko beserta rombongan bekerja dengan giat membuka hutan. Setelah lama bekerja, mereka merasa lelah, lalu beristirahat di bawah pohon asam yang besar. Ketika badan mereka sudah terasa segar, dan hilang kelelahannya serta tenaga mereka telah pulih kembali. Raden Panji bangkit sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu beliau berkata, " Karena setelah kita beristirahat di tempat ini badan kita terasa segar sekali dan disini tumbuh banyak pohon asam, maka kalau besuk ada ramainya zaman, dan tempat ini menjadi desa aku beri nama Desa Karangasem." Dari Karangasem, Raden Panji Singopatoko melanjutkan tugasnya membuka hutan ke arah tenggara di sebuah hutan yang masih banyak harimaunya. Pada suatu hari, Ki Suro Gendogo menemukan goa yang cukup dalam. Di atas goa ada seekor harimau betina. Ketika Ki Suro Gendogo mendekati goa, harimau itu diam saja, tidak menyerang dan juga tidak pergi. Ki Suro Gendogo lalu berfikir dan berkata dalam hati, "Ada apa dengan harimau ini?". Lalu Ki Suro Gendogo melihat ke dalam goa. Ternyata di dalam goa ada seekor anak harimau yang jatuh ke dalam goa dan tidak dapat naik. Ki Suro Gendogo

berkata kepada harimau betina yang ada diatas goa itu, "Aku mau menolong anakmu, tetapi anakmu aku minta dan akan aku pelihara dengan baik." Akhirnya anak harimau itu diambil oleh Ki Suro Gendogo. Oleh karena itu Ki Suro Gendogo menjadi terkenal kemana-mana karena memelihara anak harimau itu. Setiap hari Jum'at, induk harimau itu datang ke rumah Ki Suro Gendogo untuk memberi makan anaknya. Pagi harinya pasti di luar rumah ada hewan yang mati, misalnya kijang, kera dan sebagainya, karena dimangsa induk harimau itu. Desa tempat Ki Suro Gendogo itu menjadi daerah yang ramai tumbuh menjadi pedukuhan, dan oleh Raden Panji Singopatoko diberi nama Dukuh Ngatoko. Setiap ada orang yang berniat jahat di Dukuh Ngatoko, tiba-tiba didatangi seekor harimau. Sehingga niat jahatnya gagal. Setiap Raden Panji Singopatoko memberi bimbingan dan nasehat serta tuntunan kepada Panji Singopatoko, sehingga penduduk Ngatoko taat dan setia kepada Raden Panji Singopatoko. Di bawah pimpinan Raden Panji, penduduk Ngatoko hidup dengan aman, damai, tentram, dan sejahtera atas berkah Allah SWT. Raden Panji Singopatoko juga tidak lupa mengajak rakyatnya untuk menjalankan ajaran Agama Islam. Ki Suro Gendogo dan Ki Suro Gino tinggal di Dukuh Ngatoko. Ki Suro Gendogo di Ngatoko Timur, sedang Ki Suro Gino tinggal di Ngatoko Barat. Demikianlah kehidupan masyarakat Ngatoko terus berjalan dengan tentram dan damai. Dan Raden Panji Singopatoko akhirnya menjadi Kyai Ageng Ngatoko dan terkenal dengan sebutan KYAI ABDUL RAHMAN. Pada suatu saat Raden Panji Singopatoko menginginkan suatu kehidupan yang lebih tentram. Sejalan dengan usianya yang sudah mulai udzur, beliau ingin mengurangi keterlibatannya dalam hiruk pikuknya kehidupan duniawi ini. Beliau ingin bertapa di atas gunung atau punthuk di dekat mata air atau telaga, guna merenungi dan tafakur tentang hakekat hidup dan kehidupan serta lebih bertaqqarub kepada Allah SWT. Di sekitar tempat Kyai Abdul Rahman bertapa, sekarang menjadi perkampungan yang ramai, banyak orang yang bermukim di sini. Oleh Raden Panji Singopatoko atau Kyai Abdul Rahman, kawasan itu diberi nama Dukuh Telogo yang sekarang masuk di wilayah Desa Karangasem, Kecamatan Bulu. Di dekat tempat pertapaan itu dibangun sebuah masjid lengkap dengan kolahnya. Sampai sekarang bekas kolah tersebut masih dapat dilihat berupa batu merah yang masih tersusun dengan baik. Daerah ini tidak pernah kekurangan air karena ada telaga yang bagus sumbernya, bahkan sumber air telaga ini disalurkan dengan pipa besar untuk memenuhi kebutuhan penduduk Desa Telogo dan Karangasem. Prabu Santi Puspo (Adipati Lasem), merasa berhutang budi kepada Raden Panji Singopatoko, karena berkat perjuangan Raden Panji Singopatoko wilayah Kadipaten Lasem bertambah luas, dan keadaannya aman dan tentram. Sebagai balas budi Prabu Santi Puspo atas jasa-jasa raden Panji Singopatoko beliau

ingin mengambil Raden Panji Singopatoko sebagai adik iparnya. Raden Panji dinikahkan dengan adik Prabu Santi Puspo yang bernama Dewi Sulanjari. Maka dipanggillah Raden Singopatoko menghadap Sang Prabu. Setelah Raden Panji menghadap Sang Prabu, maka Sang Prabu menyampaikan maksudnya. Raden Panji tidak dapat berbuat apa-apa dihadapan Sang Prabu. Kecuali hanya menerima saja tawaran Sang Prabu. Akhirnya Raden Panji Singopatoko menikah dengan adik Prabu Santi Puspo yaitu Dewi Sulanjari. Pernikahannya dilaksanakan di rumah Raden Panji Singopatoko di Desa Gedug (Sumbermulyo). Pada tahun 1472 Raden Panji Singopatoko dipanggil lagi oleh Prabu Santi Puspo untuk menerima tugas baru yaitu membuka hutan di sebelah barat daya Dukuh Kabongan. Raden Panji Singopatoko segera melaksanakan tugasnya tersebut dan dibantu para prajurit yang lain. Berbulan-bulan lamanya Raden Panji Singopatoko membuka hutan ini. Akhirnya berhasil dibuka dan tumbuh menjadi sebuah desa. Oleh Raden Panji Singopatoko diberi nama Desa Kasingan. Raden Panji Singopatoko memang seorang pemimpin yang arif bijaksana. Beliau mencintai masyarakatnya, demikian juga masyarakatnya mencintai dan mentaati pemimpinnya. Rakyat hidup rukun, damai, tentram dan sejahtera. Atas pembinaan dan kepemimpinan Raden Panji Singopatoko, rakyat yang tinggal di daerah-daerah yang telah dibuka oleh Raden Panji Singopatoko dapat disatukan yang jumlahnya mencapai seribu orang. Oleh karena Raden Panji Singopatoko dapat mempersatukan orang-orang lebih dari seribu maka beliau dianugerahi oleh Prabu Santi Puspo, Adipati Lasem jabatan sebagai penewu pada tahun 1485. Pada tahun 1492 Raden Panji Singopatoko alias Kyai Ageng Ngatoko alias Kyai Abdul Rahman, wafat. Sebelum wafat, beliau telah berpesan kepada keluarganya, kalau beliau meninggal supaya dimakamkan didekat masjid atau Tapakan Telogo Desa Karangasem yaitu Punthuk dekat Desa Watu Lintang, sebelah barat daya Goa Watu Gilang. Setelah Raden Panji Singopatoko wafat, jabatan Penewu digantikan oleh putera beliau yang bernama Raden Panji Singonagoro. Sebagai penghargaan dan penghormatan masyarakat Dukuh Telogo dan masyarakat Desa Karangasem kepada Raden Panji Singopatoko alias Kyai Abdul Rahman, setiap tanggal 12 Bakda Maulud masyarakat menyelenggarakan peringatan wafat beliau atau haul bertempat di makam Kyai abdul Rahman di Tapaan Dukuh Telogo Desa Karangasem. Kesimpulan Dari cerita di atas sampailah kita kepada kesimpulan dari beberapa alternatif tentang sejarah asal-usul Desa Gedug, Karangasem, Ngatoko, Telogo, Tapaan, Kasingan. Adanya fakta-fakta sejarah seperti pembentukan pemukiman awal yang kemudian tumbuh menjadi kota, adanya tokoh penguasa daerah dan

adanya

wilayah

kekuasaan.

Sedangkan dulu ternyata pusat kabupaten Rembang atau malah mungkin sebelum terbentuk kabupaten Rembang pusatnya berada di Lasem atau lebih tepatnya kadipaten Lasem, tapi seiring berjalannya waktu akhirnya sekarang berpindah ke kota Rembang sendiri dan jarak antara Lasem dengan kota Rembang kurang lebih 20 KM. Berdasarkan sumber di atas penguasa pada saat itu yang tinggal di Kadipaten Lasem masih keturunan kerajaan Majapahit mulai dari Prabu Santi Puspo anak Prabu Santi Bodro. Prabu Santi Bodro anak Prabu Bodro Nolo dengan Puteri Cempo. Prabu Bodro Nolo anak Prabu Wijoyo Bodro. Prabu Wijoyo Bodro anak Prabu Bodro Wardono. Prabu Bodro Wardono anak Dewi Indu/ Dewi Purnomo Wulan/ Prabu Puteri Maharani dengan Rajasa Wardana. Dewi Indu adalah saudara sepupu Prabu Hayam Wuruk Wilotikto. Dewi Indu pernah menjadi ratu di Kadipaten Lasem. Jadi Prabu Santi Puspo masih keturunan raja-raja Majapahit. Menurut sumber lain juga mengatakan bahwa kabupaten Rembang keseluruhannya dulu juga daerah kekuasaan Majapahit yang

1. Latar Belakang Berdasarkan sebuah sejarah, Tasnan dahulu dikenal sebagai daerah yang berada di dataran tinggi yang berada di dekat pegunungan. Namun, daerah-daerah yang berada di pinggiran daerah Tasnan termasuk yang mengelilingi daerah Tasnan, adalah daerah yang berada di dataran rendah sehingga dahulu, orang-orang pinggiran menganggap daerah Tasnan adalah daerah Tas Entasan atau biasa disebut Sefaram daerah Lewatan. Karena zaman dahulu sering terjadi banjir dan lahar kemana-mana sehingga masyarakat di dataran rendah melewati daerah Tasnan atau yang disebut sekarang Desa Tasnan yaitu pelindung dari arus air yang merendam rumah-rumah dan lahan mereka. Desa Tasnan dimanfaatkan sebagai tempat berdiam bahkan menjadi tempat tinggal mereka selama banjir masih terus berlangsung. Sampai pada saatnya, gunung tak lagi meletus, banjir tak lagi menerjang / merendam rumah-rumah. Mereka sebagian pindah ke tempat semula, tapi kebanyakan mereka menetap di Tasnan, karena dan rasa takut mereka masih menyelimuti sebagian besar penduduk yang tertimpa bencana alam tersebut. Sehingga sampai waktunya tiba, gunung tak lagi aktif mengeluarkan larva, banjir tak lagi terjadi, daerah Tasnan akhirnya menjadi pusat mata pencaharian sebagian penduduk yang bertempat tinggal maupun yang berasal dari daerah pinggiran. Karena Tasnan menjadi daerah yang subur, tanaman-tanaman hijau dan berbuah dimana-mana. Jadi penduduk yang

bertempat tinggal terus melanjutkan hidup di sana, dari generasi ke generasi, hingga sampai sekarang. Dalam masa sekarang Desa Tasnan sudah cukup terkenal bahkan termasuk daerah pinggiran jalan raya tempat lewatan / jalur lalu lintas menuju Kota. Bahkan di Desa Tasnan dibangun sebuah tempat pariwisata yang tempatnya sangat strategis, indah, nyaman dan sangat terkenal. Bagi para pengunjung mereka merasa sangat senang apabila menikmati keindahan Desa Tasnan. 1. Rumusan Masalah Perumusan masalah perlu dilakukan karena bertujuan untuk mencegah kekaburan di dalam menafsirkan apa yang terkadung di dalam penelitian sekaligus digunakan sebagai landasan dalam langkah berikutnya. Dalam penulisan karya ilmiah, perumusan masalah merupakan hal yang prinsipil dalam rangka menentukan atau memperoleh jawaban atas masalah yang diteliti. Seorang pakar menjelaskan, masalah adalah Kegiatan dari kebutuhan seorang untuk dipecahkan. Orang mengadakan penelitian karena ingin mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapi. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa masalah adalah persoalan yang membutuhkan jawaban sebagai pemecahannya. Adapun masalah-masalah difokuskan sebagai berikut. 1. Masalah Umum Adakah peningkatan atau perkembangan baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya di Desa Tasnan? 1. Sub Pokok Masalah 1. Apakah penduduk setempat tetap mendukung atas kelestarian Desa Tasnan? 2. Apakah pemerintah juga berpartisipasi dan menjaga keutuhan dasa maupun penduduk Desa Tasnan? 3. Bagaimana langkah-langkah pemerintah selanjutnya untuk tetap mempertahannkan bahkan mengembangkan masa depan Desa Tasnan? 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan kunci dari kegiatan penelitian yang berfungsi mengarahkan terhadap apa yang dituju oleh peniliti, dalam hal ini Sukandarrumi berpendapat bahwa, penelitian adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan dengan suatu Sistematika, Metodologi Ilmiah dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang baru atau ahli dalam memecahkan suatu masalah yang setiap saat dapat timbul di masyarakat.

Dengan demikian peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana Desa Tasnan berkembang dan bertahan dengan kelestarian Desa Tasnan. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah 1. Tujuan Pokok Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Fungsi-fungsi perangkat Desa Tasnan. 1. Sub Pokok Masalah 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan urgensi aplikasi manajemen perencanaan di Desa Tasnan. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan urgensi aplikasi manajemen pengelolaan di Desa Tasnan. 3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan urgensi aplikasi manajemen kepemimpinan di Desa Tasnan. 4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan urgensi aplikasi manajemen pengendalian/ Evaluasi di Desa Tasnan. 1. Mamfaat penelitian Dalam penelitian ini di harapkan memiliki manfaat bagi semua pihak yang antara lain: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan media untuk menambah wawasan dan khazanah keilmuan bagi peneliti tentang kehidupan sebuah desa. Sebagai wadah untuk proses dalam belajar penulisan karya ilmiah yang benar .

Selain itu masalah dalam penelitian ini sangat relevan dengan tugas yang sedang kami emban. 1. Bagi Desa Tasnan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang membangun dan sekaligus sebagai bahan pertimbangan bagi upaya-upaya yang perlu ditempuh. BAB II PEMBAHASA Untuk mempermudah dalam memahami pengertian dalam makalah ini, maka diperlukan adanya gambaran singkat yang dirumuskan dalam pembahasan.sehingga dirumuskan dalam pembahasan ini tidak ada sedikitpun kegamangan dalam penyusunannya.

Dalam bab ini akan dipaparkan laporan hasil penelitian ang berwujud data untuk mengetahui kebenaran yang telah diproleh. Selanjutnya dalam hasil laporan ini akan dicantumkan dan dipaparkan gambaran-gambaran kongkrit tentang obyek penelitian. Hal ini dimaksud untuk dapat memberikan pemahaman kepada pembaca tentang obyek penelitian. Adapun pembahasan dalam makalah ini adalah: 1. Keadaan Geografis Desa Tasnan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gerujugan Kabupaten Bondowoso. Di Desa Tasnan ini mempunyai 5 Dusun. Adapun jumlah penduduk Desa Tasnan Kecamatan Gerujugan sebanyak 4471 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1148 keluarga. Desa ini memiliki luas 273,50 Ha dan berada diketinggian 447 m. 1. Kependudukan Keadaan penduduk Desa Tasnan Kecamatan Gerujugan Kabupaten Bondowoso berdasarkan monografi yang ada pada tahun 2009, 4471 jiwa sebagai mana pada tabel berikut: No Penduduk 1 Laki-laki 2 Perempuan Jumlah 1. Tata Pemrintahan Desa Tasnan merupakan salah satu Desa yang ada di Kecamatan Gerujugan dengan dengan bagian-bagian tata pemerintah Desa sebagai berikut: No 1 2 3 Jenis Tata Pemerintahan Dusun Rukun Warga Rukun Tetangga 1. Keadaan Sosial 4.1 Keagamaan Penduduk Desa Tasnan seluruhnya beragama Islam dan dapat dikatakan penduduk yang agamis karena 100% penduduknya aktif dalam beragama, hal ini juga dapat dilihat dari sarana Peribadahan yang ada di Desa Tasnan sebagai berikut: Jumlah 5 5 17 Keterangan Jumlah 2223 2248 4471 Keterangan

No Sarana peribadahan 1 Masjid 2 Musholla 3 Pesantren 4.2 Kebudayaan

Jumlah 6 20 1

Dilihat dari budaya masyarakat, masyarakat Desa Tasnan dapat dikatakan maju, hal ini dapat dilihat dari tingkat kesadaran masyarakat terhadap pendidikan yang didukung adanya lembaga pendidikan baik yang berbasis keagamaan maupun umum. Terdapat 1(satu) Pesantren, 2(dua) sekolah menengah pertama (MTs dan SMP), 2(dua) sekolah menengah atas/Madrasah Aliyah (MA dan SMA) dan 2 (Dua) sekolah Dasar (SD), 1 (Satu) Madrasah Ibtidaiyah(MI). hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat Tasnan terhadapPendidikan bisa dikatakan baik. 4.3 Perekonomian Sebagian masyarakat Desa Tasnan adalah Petani bahkan dapat dikatakan 90% masyarakat hidup bertani, masyarakat Desa Tasnan Mayoritas bercocok tanam padi dan berternak Sapi. 4.4 Kesehatan Pelayanan kesehatan di Desa Tasnan Kecamatan Gerujugan Kabupaten Bondowoso cukup baik, hal ini dapat dilihat dari struktur kesehatan yang ada di Desa Tasnan. Terdapat 1 buah posyandu ditiap Dusun, 2 puskesmas pembantu. Namun demikian dalam 1 tahun terakhir tercatat sekitar 53 warga menderita typus, 70 menderita muntaber 2 orang terserang demam berdarah, yang hal ini tidak didukung oleh kesadaran masyarakat untuk senantiasa hidup bersih. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemanduan dari apa yang terkonsepsi dalam pengurain kerangka teoritic dengan hasil penelitian yang berdasarkan kondisi riil di lapangan, tentang kondisi manajmen yang diaplikasikan di Desa Tasnan maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Kesimpulan Umum Fungsi Manajmen (Perencnaan, Pengelolaan, Kepemimpinan, serta pengendalian/Evaluasi) yang yang diaplikasikan di Desa Tasnan cukup baik karena dapat menunujang peroses perkembangan desa dan kehidupan masyarakat Desa Tasnan dengan baik. Meskipun masih

banyak kekurangannya yang demikian itu masih lumrah atau wajar karena tidak ada yang sempurna secara mutlak di dunia ini selama hal tersebut mengganggu aktifitas demi perkembangan Desa Tasnan sebagaimana mestinya. 1. Kesimpulan Khusus. 1. Pemerintah Dalam mengaplikasikan manajmen yaitu perencanaan yang memungkinkan terjadinya kerjasama yang Efektif, Komprehensif, pemerintah berusaha membatasi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan tenaga kerja agar nantinya perencanaan tersebut mudah dilaksanakan. 1. Pemerintah dalam Pengelolaan Pengadaan perangkat Desa (Karyawan) dilakukan oleh pemerintah langsung, sedangkan pengembangan dan pertahanan tetap dilakukan oleh desa dengan cara mengikut sertakan perangkat Desa. 1. Kepemimpinan Desa Tasnan menggunakan tipe kepemimpinan situasional dan kondisional yang memungkinkan stabilitas dan kekondusipan desa tetap terjaga. 2. Pengendalian/Evaluasi yang ada di Desa Tasnan menggunakan secara langsung, sedangkan bila dilihat dari pelaksanaannya hanya menggunakan internal saja dan mengesampingkan kritik eksternal padahal hal tersebut diperlukan untuk pengembangan suatu lembaga. 3. Saran-Saran Setelah dilakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk penulisan makalah, maka diakhir penulisan ini, peneliti ingin memberikan beberapa saran yang mungkin berguna untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan Desa Tasnan selanjutnya. Saran-saran tersebut sebagai berikut: 1. Kepala Desa Tasnan, sebagai penanggung jawab dari desa hendaknya lebih memperhatikan tugas-tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakn kegiatan desa dan harus selalu inovatif, kreatif untuk pengembangan desa kedepan. 2. perangkat Desa/Staf Desa hendaknya kedisiplinan perlu ditingkatkan dan menjalankan tugas yang dibebankan dan juga perlu memperhatikan kondisi penduduk. 3. penduduk desa, hendaknya lebih berpartisipasi dan selalu mendukung atas perkembangan Desa Tasnan untuk menopang kemajuan zaman di masa yang akan datang.

Profil Desa
Kondisi Fisik
Semula Desa Ciburial secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Cicadas, Kabupaten Bandung, namun seiring terjadinya pemekaran wilayah (PP No. 16 tahun 1987) akhirnya Desa Ciburial menjadi bagian integral dari Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sebagai salah satu bagian dari Kecamatan Cimenyan, Desa Ciburial memiliki luas wilayah 8,2198 km. Secara topografi, Desa Ciburial tergolong dataran tinggi karena berada pada ketinggian antara 750 s.d. 1.200 m (dpl) dengan suhu udara ratarata 25C dan curah hujan tahunan mencapai 0,29 mm/tahun.

Batas Wilayah
Secara geografis, Desa Ciburial berbatasan dengan beberapa wilayah administratif, baik yang termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat maupun Kota Bandung, antara lain sebagai berikut: Utara Selatan Barat Timur : Kecamatan Lembang (Kabupaten Bandung Barat) : Kota Bandung dan Kecamatan Cilengkrang (Kabupaten Bandung) : Kelurahan Dago (Kota Bandung) : Desa Mekarsaluyu Kecamatan Cimenyan (Kabupaten Bandung)

Data Wilayah Administrasi Desa Ciburial


Kabupaten (kode) Kecamatan (kode) Desa (kode) Jumlah RT Jumlah RW Jumlah Dusun Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Kepala Keluarga (KK) *) = data per Oktober 2009 : : : : : : : : Bandung (32) Cimenyan (06) Ciburial (009) 48 (empat puluh delapan) * 12 (dua belas) * III (Tiga) * 11.525 Jiwa * 3.307 KK *

Anda mungkin juga menyukai