Anda di halaman 1dari 5

Khutbah I

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Mengawali khutbah pada Jumat yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada
kita semua, marilah kita selalu berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah
Subhanahu Wa Taala dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan semua laranganNya.    

Kaum Muslimin yang Berbahagia.

Kemarin kita telah merayakan dua hari besar yang saling berdekatan. Hari Rabu, 17
Agustus 2022 diperingati sebagai hari ulang tahun ke-77 Kemerdekaan Republik
Indonesia. Waktu tersebut paling bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia. Dan
sebelumnya kita memperingati Tahun Baru 1444H di bulan Muharaam, yang
merupakan salah satu momentum bersejarah dalam perjalanan umat Islam.   

Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Selama 77 tahun kita menghirup udara kemerdekaan, merdeka dari cengkeraman


kaum penjajah merupakan kenikmatan agung yang Allah anugerahkan kepada bangsa
Indonesia dan pengakuannya telah dituangkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-
3 : “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya”
Betapa tidak, dengan kenikmatan merdeka, kita bisa dengan leluasa melakukan banyak
hal yang bermanfaat. Hal tersebut juga atas jasa para ulama yang telah berjuang
merumuskan dasar negara Indonesia, ada nama-nama ulama pejuang saat itu yang
tergabung dalam Panitia 9 diantaranya : KH Abdul Wahid Hasyim, KH Kahar
Muzakkir, H. Agus Salim dan Abikusno Tjokrosuyoso yang kadang-kadang kita
luput dalam bermuhasabah sejarah ini dalam peringatan HUT Kemerdekaan RI.

Jamaah yang Berbahagia.

Peringatan tahun baru 1444H juga merupakan tonggak perjuangan ummat Islam, itulah
kenapa ketika Khalifah Umar Bin Khattab menetapkan pergantian tahun baru Islam
didasarkan pada Hijrah Rosululloh dari Mekkah ke Madinah, karena momentum Hijrah
itu adalah momentum perjuangan membentuk negara Madinatul Munawwaroh sebagai
puncak perjuangan dan merupakan titik balik ummat Islam dari ketertindasan menjadi
kemerdekaan. Kita juga mengenal tahun Jawa dimana nama-nama bulannya
merupakan akulturasi nama bulan di tahun Hijriyah : Muharram – Sura, Shaffar –
Sapar, Robiul Awwal – Mulud, Rabi’ul Akhir – Bakda Mulud, Jumadil ula/Awal,
Jumadil Akhir, Rojab – Rejeb, Sya’ban – Ruwah, Ramadhan – Poso, Syawal,
Dzulqa’dah-Sela, Dzulhijjah-Haji/Besar. Itupun juga atas jasa besar raja Mataram
Islam waktu itu Sultan Agung Hanyakrakusuma yang bertujuan menyatukan ummat
Islam dan elemen masyarakat lain dalam perjuangan melawan penjajah Belanda saat
itu. Semoga kita juga dapat memahami momentum sejarah seperti ini untuk
kemaslahatan ummat.

Sidang Jumat yang berbahagia.

Marilah kita teruskan mengisi kemerdekaan dengan meraih kemerdekaan yang


hakiki.
Kemerdekaan hakiki adalah ketika kita sudah mampu memerdekakan diri kita
dari jerat hawa nafsu. Kemerdekaan sejati adalah ketika kita telah mampu
memerdekakan diri dari perangkap jahat setan yang tiada henti membuai kita
dengan rayuannya. Kemerdekaan yang sebenarnya adalah tatkala kita telah
mampu memerdekakan hati kita dari penyakit-penyakit hati yang
membinasakan.   
Kemerdekaan yang sesungguhnya bagi seorang pejabat adalah saat ia mampu
memerdekakan dirinya dari mental korup. Pejabat yang korup dan memakan
uang rakyat sejatinya ia terjajah dan belum merdeka. Terjajah oleh angan-
angannya bahwa kekayaan dan status sosial yang tinggi akan melambungkan
kebahagiaannya.

Kemerdekaan yang hakiki bagi orang kaya adalah tatkala ia mampu


memerdekakan hatinya dari penyakit sombong dan sikap merendahkan orang
lain. Kemerdekaan bagi seorang pedagang adalah ketika ia mampu
memerdekakan dirinya dari kecurangan. Seorang santri atau siswa dikatakan
merdeka apabila ia mampu memerdekakan dirinya dari kemalasan dalam
menuntut ilmu. Guru atau dosen yang merdeka adalah yang mampu
memerdekakan dirinya dari niat lain selain mengabdi, mendidik, dan mengader.
Seorang tetangga yang merdeka adalah apabila ia mampu memerdekakan
hatinya dari virus iri, dengki, dan hasud kepada tetangganya. Dan begitulah
seterusnya. 

Kemampuan melepaskan belenggu yang menghalangi kita dari berbuat baik,


itulah kemerdekaan yang hakiki dan sesungguhnya. Jika seluruh bangsa
Indonesia sudah meraih kemampuan itu, maka Indonesia benar-benar telah
merdeka. Merdeka dalam arti yang sesungguhnya.   

Jamaah Rahimakumullah.

Sebelumnya kita memperingati hari Asyura, 10 Muharram 1444 H. Salah satu


yang kita kenang dan petik hikmahnya pada hari Asyura adalah kemerdekaan
Nabi Musa Alaihis Salam beserta para pengikutnya yang beriman dari
cengkeraman Fir’aun, al-Walid bin Mush’ab, raja Mesir yang mengaku dirinya
sebagai tuhan yang wajib disembah. 

Allah memerintahkan Nabi Musa ‘Alaihis Salam agar pergi kepada Fir’aun
untuk mengajaknya masuk ke dalam Islam, mentauhidkan Allah dan
menyucikan-Nya dari sekutu dan serupa. Nabi Musa pun pergi dan
memperlihatkan kepadanya mukjizat-mukjizat yang sangat menakjubkan dan
membuktikan kenabian dan kerasulannya. Meskipun begitu, Fir’aun tetap kafir
kepadanya, menolak dan bersikap congkak serta menyiksa dan menindas kaum
Nabi Musa yang beriman. Akhirnya Nabi Musa ‘Alaihis Salam dan para
pengikutnya dari kalangan Bani Isra’il keluar dari Mesir dengan jumlah 600
ribu orang. Fir’aun mengejarnya bersama 1.600.000 pasukan karena ingin
memusnahkan Musa dan orang-orang yang bersamanya. 

Ketika Musa dan para pengikutnya telah mendekati laut merah, Allah
mewahyukan kepada Musa untuk memukul lautan dengan tongkatnya. Laut
terbelah menjadi 12 belahan dan setiap belahan seperti gunung yang besar. Di
antara setiap dua belahan ada jalan yang kering. Nabi Musa ‘alaihissalam dan
orang-orang yang bersamanya masuk ke laut. Fir’aun dan pasukannya pun
mengejar mereka. Allah Subhanahu Wata’ala kemudian menenggelamkan
mereka semua dan Allah selamatkan Nabi Musa ‘Alaihis Salam dan orang-
orang yang bersamanya.   
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Para nabi Allah telah memberikan kepada kita contoh dan teladan dalam
berdakwah kepada Allah dan bersabar untuk itu. Di atas garis  perjuangan
mereka inilah para sahabat dan para ulama menempuh jalan. Mereka
mendarmabaktikan jiwa dan raga untuk memperjuangkan agama Allah. 
 
Hadirin Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga
bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua, dan menjadi inspirasi dan
motivasi kita semua bahwa para pejuang di jalan Allah meski mereka telah
gugur tetapi mereka tetap hidup di sisi Allah. 

Khutbah II

Anda mungkin juga menyukai