Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
NIM : 041640782
Fakultas : Ekonomi
UPBJJ-UT : Jakarta
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan
tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Yogi Ginanjar
Buku Jawaban Ujian Universitas Terbuka
3. Perhitungan distribusi bagi hasil usaha yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) bisa
mengacu pada ketentuan dasar yang diatur dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). DSN
sebagai otoritas yang memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa – fatwa yang berkaitan dengan
akad – akad transaksi Syariah telah mengeluarkan Fatwa No. 15/DSN-MUI/I/IX/2000 tentang Prinsip
Distribusi Hasil Usaha dalam Lembaga Keuangan Syariah dengan beberapa ketentuan antara lain :
a. Pada dasarnya, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh menggunakan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) maupun bagi untung (profit sharing) dalam pembagian hasil usaha dengan
mitra-nya.
b. Dilihat dari segi kemaslahatan, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip bagi hasil.
c. Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad.
Baik revenue sharing maupun profit sharing memiliki konsekuensi dalam perhitungan distribusi hasil
usaha. Penggunaan revenue sharing relative lebih mudah karena LKS hanya menghitung pendapatan
yang diterima untuk kemudian hasilnya dibagikan kepada nasabah sesuai kontribusi dana masing –
masing, sedangkan penggunaan profit sharing akan lebih rumit mengingat LKS perlu
memperhitungkan pendapatan dan biaya – biaya yang digunakan untuk mengelola dana
mudharabah mutlaqoh.
Lembaga keuangan Syariah di Indonesia, khusunya perbankan Syariah, belum ada yang menjalankan
prinsip profit sharing, hal ini disebabkan karena kesulitan untuk menghitung beban – beban yang
digunakan untuk pengelolaan dana mudharabah. Namun demikian, pendapat tersebut masih
merupakan asumsi yang belum didasari temuan empiris.
Jika melihat praktik beberapa bank Syariah di dunia, terdapat dua instrumen yang digunakan dalam
distribusi bagi hasil, yaitu nasabah dan bobot. Beberapa bank Syariah di dunia juga memiliki berbagai
perbedaan dalam perhitungan bagi hasil usaha yang akan diberikan kepada nasabah investasi dengan
akad mudharabah mutlaqoh.
Sampai saat ini, belum ada keseragaman dalam melakukan perhitungan distribusi hasil usaha dari
Lembaga keuangan Syariah yang satu dengan Lembaga keuangan Syariah lainnya. Dalam perhitungan
distribusi hasil usaha bukanlah suatu yang mudah, banyak faktor yang harus ditetapkan dalam bank
Syariah sebelum melakukan perhitungan distribusi hasil usaha.
Dapat disimpulkan bahwa, untuk saat ini net revenue sharing merupakan sistem pembagian yang
ideal bagi Lembaga keuangan Syariah di Indonesia. Net revenue sharing merupakan rekomendasi
dari MUI dan perhitungannya pun lebih mudah. Profit sharing di masa depan mungkin bisa saja
menjadi sistem pembagian yang ideal. Namun sebelumnya, Badan yang mengatur regulasi keuangan
Syariah di dunia harus dapat merumuskan konsep dan kerangka yang mendasar yang menjadi
landasan Lembaga - lembaga keuangan Syariah di seluruh dunia.
Catatan :
Untuk fasilitas rahn, tidak diperlukan Analisa khusus oleh karena nasabah dating dengan membawa
barang/emas yang akan digadaikan dan jumlah pinjaman yang diberikan oleh bank lebih kecil dari
nilai pasar emas tersebut. Berapa besar pinjaman sepenuhnya bergantung pada kebijakan bank
Syariah.
TERIMA KASIH