Anda di halaman 1dari 40

PERAWATAN PRE OPERATIF

RSUD
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1/2
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
Dr. Dedy Damhudy
NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Pengertian Perawatan pre operatif merupakan tahap


pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak
pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan
tindakan.
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam
mempersiapkan pasien sebelum dilakukan pembedan untuk
menghindari adanya infeksi nasokomial.
Kebijakan a. Perawatan pre operasi dilakukan saat pasien masih
di ruang rawat inap.
b. Perawatan pre operasi meliputi persiapan fisik dan
mental
Prosedur 1) Persiapan fisik
 Diet
a) Bila diperlukan dilakukan persiapan
terhadap pasien untuk menunjang
kelancaran operasi, seperti pemasangan
infus, istirahat total, pemasangan Supportif
seperti O2, Foley catheter, NGT , dll.
b) 8 jam menjelang operasi pasien tidak
diperbolehkan makan, 4 jam sebelum
operasi pasien tidak diperbolehkan minum,
(puasa) pada operasi dengan anaesthesi
umum.
c) Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau
spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi
akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :
 Aspirasi pada saat pembedahan
 Mengotori meja operasi.
 Mengganggu jalannya operasi.
d) Pemberian lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedah saluran pencernaan
dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan
pagi hari menjelang operasi. Maksud dari
pemberian lavement antara lain :
 Mencegah cidera kolon
 Memungkinkan visualisasi yang
lebih baik pada daerah yang akan
dioperasi.
 Mencegah konstipasi Mencegah
infeksi

 Persiapan kulit
a. Daerah yang akan dioperasi harus bebas
dari rambut. Pencukuran dilakukan pada
waktu malam menjelang operasi. Rambut
pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan
kotoran harus terbebas dari daerah kulit
yang akan dioperasi. Luas daerah yang
dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.
b. Pencukuran menggunakan pisau cukur
searah dengan rambut kemudian dicuci
dengan sabun sampai bersih.
c. Setelah dilakukan pencukuran, pasien
dimandikan dan dikenakan pakaian khusus
dan memakai tutup kepala.

 Kebersihan mulut
a. Mulut harus dibersihkan dan gigi harus
disikat.
b. Gigi palsu harus dilepas dan disimpan
c. Pemeriksaan penunjang laboraturium, foto
rontgen, ECg,USG, dll.
d. Persetujuan oprasi / informed consent
e. Izin tertulis dari pasien / keluarga harus
tersedia. Persetujuan bisa didapat dari
keluarga dekat yaitu suami / istri, anak
tertua, orang tua dan kelurga terdekat.
f. Pada kasus gawat darurat ahli bedah
mempunyai wewenang untuk
melaksanakan operasi tanpa surat izin
tertulis dari pasien atau keluarga, setelah
dilakukan berbagai usaha untuk mendapat
kontak dengan anggota keluarga pada sisa
waktu yang masih mungkin.
g. Diberikan antibiotik perioperatif sesuai
petunjuk dokter.

2) Persiapan Mental
 Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi
serta resiko yang harus dihadapi dalam menjalani
operasi ini. Lakukan Informed Consent sesuai
prosedur.
 Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik
agar tegar menghadapi tindakan operasi yang akna
dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut
keyakinannya masing-masing.
 Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan
mendukung secara moril.
Unit Terkait  Unit Rekam Medic
 Bidang Perawatan
 Kelompok Kerja
Perawatan luka

No. Dokumen : No. Revisi Halaman


RSUD 1/2
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Membersihkan luka, mengobati luka, dan menutup kembali


luka dengan tehnik steril.
Tujuan  Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam
luka.
 Memberi pengobatan pada luka.
 Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien.
 Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka.
Kebijakan Pasien yang luka baru maupun luka lama, luka post oprasi,
luka bersih danluka kotor.
Prosedur Peralatan
 Pinset anatomis
 Pinset chirurgis
 Gunting debridemand / gunting jaringan.
 Kassa steril.
 Kom kecil 2 buah.
 Peralatan lain terdiri dari :
a. Sarung tangan.
b. Gunting plester.
c. Plester.
d. Desinfektan (Bethadin).
e. Cairan NaCl 0,9%
f. Bengkok
g. Perlak / pengalas.
h. Verband.
i. Obat luka sesuai kebutuhan.

Pelaksanaan
A. Tahap pra interaksi
1. Cek catatan keperawatan
2. Siapkan alat-alat
3. Cuci tangan
B. Tahap orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya.
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
pada klien dan keluarga.
C. Tahap kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Menjaga privasy pasien.
3. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
4. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.
5. Membuka peralatan.
6. Memakai sarung tangan.
7. Basahi kasa dengan bethadin kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan area sekitar luka
bagian luar sampai bersih dari kotoran. (gunakan
teknik memutar searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian
dengan menggunakan pinset bersihkan area luka
bagian dalam. (gunakan teknik usapan dari atas ke
bawah).
9. Keringkan daerah luka dan Pastikan area daerah
luka bersih dari kotoran.
10. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.
11. Pasang kasa steril pada area luka sampai tepi luka.
12. Fiksasi balutan menggunakan plester atau balautan
verband sesuai kebutuhan.
13. Mengatur posisi pasien seperti semula.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Buka sarung tangan.
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Catat tindakan.
3. Berpamitan.

 Unit Rekam Medic


Unit terkait  Bidang Perawatan
 Kelompok Kerja
PEMASANGAN NGT

No. Dokumen : No. Revisi Halaman

RSUD
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Memasang selang / pipa khusus melalui saluran


pencernaan atas
secara langsung yang berakhir di lambung.
Tujuan  Memasukkan makanan, obat pasien yang tidak bisa
makan melalui mulut.
 Mencegah distensi gaster
 Melakukan bilas lambung
 Mengambil spesimen asam lambung untuk diperiksa
dilaboratorium
Kebijakan  Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut
 Pasien yang Illeus atau Peritonitis trauma abdoment
(untuk dekompresi
 Pasien perdarahan lambung/bilas lambung

Prosedur Peralatan
 Slang NGT
 Klem
 Spuit 10 cc
 Stetoskop atau gelas berisi air matang
 Plester & gunting
 Kain kassa
 Pelumas (jelly)
 Perlak atau pengalas
 Bengkok
 Sarung tangan
 Tissue

Pelaksanaan
1. Tahap Pra Interaksi
 Melakukan pengecekan program terapi
 Mencuci tangan
 Menempatkan alat di dekat pasien
2. Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan menyapa nama
pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
 Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien

3. Tahap Kerja
 Menjaga privacy.
 Mengatur posisi pasien dalam posisi semi
fowler atau fowler (jika tidak ada kontra
indikasi.
 Memakai sarung tangan
 Membersihkan lubang hidung pasien
 Memasang pengalas diatas dada
 Mengukur panjang NGT dan memberi tanda
(dariprosessus xipoideus ke hidung dan belok
ke daun telinga)
 Mengolesi ujung NGT dengan jelly sesuai
panjang NGT yang akan di pasang
 Mengatur pasien pada posisi fleksi kepala,
dan masukkan perlahan ujung NGT melalui
hidung (bila pasien sadar menganjurkan
pasien untuk menelan ludah berulang-ulang)
 Cek posisi ujung selang NGT dengan salah
satu cara
 Masukkan 10 ml udara ke dalam NGT dan
dengarkan bunyi udara tersebut di lambung,
aspirasi kembali udara
 Masukkan ujung luar selang NGT ke dalam
air
 Aspirasi cairan lambung
 Menutup ujung NGT dengan spuit/klem atau
disesuaikan dengan tujuan pemasangan
 Melakukan fiksasi NGT di depan hidung dan
pipi
4. Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan
 Berpamitan dengan klien
 Membereskan alat-alat
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perawatan

Unit Terkait
PERAWATAN LUKA BAKAR
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
1/2
RSUD
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Melakukan tindakan perawatan terhadap luka bakar,


membersihkan luka , mengobati luka, dan menutup kembali luka
dengan teknik seteril.
Tujuan 1. Mencegah infeksi pada luka
2. Mempercepat penyembuhan pada luka
Kebijakan Pasien yang luka baru maupun yang luka lama, luka post operasi,
luka bersih dan luka kotor / Dokter atau Perawat harus
melaksanakan langkah-langkah sesuai prosedur
Prosedur A. Peralatan
Bak instrument yang berisi:
a. Pinset anatomis 2 buah
b. Pinset chirurgis 2 buah
c. Gunting debridemand
d. Kassa steril
e. Cucing 2 buah
Peralatan lain terdiri dari:
a. Spuit 5 cc atau 10 cc
b. Sarung tangan
c. Gunting plester
d. Plester atau hifafiks
e. Desinfektant
f. NaCl 0,9%
g. Bengkok
h. Verband atau kasa Obat luka sesuai kebutuhan

B. Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
 Melakukan verifikasi program pengobatan klien
 Mencuci tangan
 Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

C. Tahap Orientasi
 Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
 Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

D. Tahapan Kerja
 Menjaga privacy klien
 Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas
 Membuka peralatan
 Memakai sarung tangan
 Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit basahi
dengan NaCl 0,9%
 Membersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9%
 Melakukan debridemand bila terdapat jaringan nekrotik.
 Membersihkan luka dengan NaCl 0,9%
 Mengeringkan luka dengan mengguanakan kassa steril
 Memberikan obat topical sesuai advice pada luka
 Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang
verband atau kasa dan diberi hifafiks
 Merapikan pasien

E. Tahap Terminasi
 Mengevaluasi hasil tindakan
 Berpamitan pada pasien
 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatn
Unit Terkait Rri Bedah
Kelompok Kerja
MELATIH PASIEN UNTUK BATUK EFEKTIF
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
½
RSUD
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Suatu tindakan melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan


batuk secara efektif untuk membersihkan laring, trakea, dan
bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.
Tujuan  membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
 mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic
laboraturium
 mengurangi sesak nafas akibat akumulasi secret
Kebijakan Pemberian latihan batuk efektif diberikan pada pasien dengan
gangguan saluran pernafasan akibat akumulasi sekreat seperti
pada pasien dengan : 1) Penyakit paru obstruktif (PPOK) 2) Asma
3) Pneumonia 4) Tuberculosis
prosedur Perlatan
 Bengkok/pot sputum
 Perlak
 Tissue
 Alat pelindung diri untuk petugas seperti (handscone dan
masker)

Tahap Prainteraksi
 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan nama klien
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dan langkah prosedur
 Menanyakan kesiapan pasien
Tahap Kerja
 Menjaga privasi klien
 Mempersiapkan klien
 Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
 Mendekatkan alat-alat pada pasien
 Mengatur posisi semi-fowler atau fowler
 Memasang perlak dan bengkok letakan di pangkuan
pasien
 Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan satu
tangan di perut
 Menganjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4
detik lalu ditahan selam 2 detik
 Kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selam 5 detik
 Menganjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali
 Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik
nafas dalam yang ke-3
 Menganjurkan mengulangi persedur diatas sebanyak dua
hingga enam kali
 Membersihkan mulut klien dan menganjurkan pasien
untuk membuang sputum pada pot sputum
 Memebersihkan alat dan mencuci tangan
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk
mencegah kontaminasi terhadap sputum yang telah
dikeluarkan dengan membuanya dengan benar dan
mencuci tangan
 Menganjurkan mengulangi tindakan tersebut setelah 2-3
menit selanjutnya jika pasien merasa ingin batuk dan
mengeluarkan sekreatnya
Unit Terkait Kelompok Kerja
PENGGUNAAN SECTION

RSUD No. Dokumen : No. Revisi Halaman


1/1
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Merupakan tindakan keperawatan yang di lalukan pada klien


yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir dan cairan
secara mandiri dengan menggunakan bantuan alat penghisap.
Tujuan  Membersihkan jalan nafas.
 Mempertahankan kepatenan jalan nafas.
 Memenuhi kebutuhan oksigenasi.
Kebijakan Semua petugas dapat melalukan tondakan section
Prosedur Persiapan alat:
 Selang penghisap lendir steril sesuai ukuran.
 Mesin penghisap.
 Pinset steril.
 Sarung tangan steril.
 Dua kom berisi larutan aquades atau NaCI 0,9% dan
larutan desinfektan.
 Kassa steril.
 Kertas tissue.
 Stetoskop
 Bak instrument
 Masker
 Orofaringeal (sesuai kondisi klien).
 Nierbeken
Alattulis
 Persiapan klien : Menjelaskan pada klien tentang tindakan
yang akan dilakukan (lihat SPO informed consent).
Pelaksanaan :
 Cuci tangan.
 Pasang APD sesuai kebutuhan.
 Jaga privasi klien.
 Atur posisi klien.
 Penghisapan orofaringeal : posisi semi fowler dengan
kepala menghadap ke area perut.
 Penghisapan nasofaringeal : posisi supine dengan kepala
hiperextensi.
 Penghisapan klien tidak sadar : posisi luteral menghadap
kearah perut.
 Gunakan sarung tangan.
 Hubungkan cateter pengisap dengan selang alat pengisap
 Mesin penghisap di hidupkan.
 Lakukan pengisapan lendir dengan memasukkan kateter
pengisap kedalam kom berisi aquades atau NaCI 0,9%
untuk mempertahankan tingkat kesterilan.
 Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak
menghisap.
 Gunakan alat penghisap dengan tekanan 95 - 110 mmHg
untuk anak-anak dan 50 - 95 mmhg untuk bayi.
 Tarik kateter penghisap tidak lebih dari 10-15 detik
dengan gerakan memutarsambil menutup lubang pangkal
chateter suction dengan ibu jari.
 Bilas kateter dengan menggunakan aquades atau NaCI
0,9%
 Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan
berikutnya minta klien untuk bernafas dalam dan batuk.
Apabila klien mengalami distres pernafasan, biarkan
istirahat 20 - 30 detik sebelum melakukan pengisapan
berikutnya.
 Seteiah selesai kaji jumiah, konsistensi, warna, bau secret
dan respon klien terhadap prosedur yang dilakukan dan
dokumentasikan.
 Atur kembali posisi klien senyaman mungkin.
 Rapihkan alat - alat seperti semula.
 Cuci tangan seteiah prosedur dilakukan.
 Dokumentasikan tindakan di catatan keperawatan

Unit Terkait Rawat inap


Kelompok kerja
PEMELIHARAAN ALAT TENUN PADA TEMPAT TIDUR
TERBUKA

RSUD No. Dokumen : No. Revisi Halaman


MARTAPUR 1/2
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup tanpa sprei
penutup,sprei atas / penutup dilipat kebawah pada bagain kaki
Tujuan Dapat segera dipakai
Kebijakan Dilakukan jika ada pasien baru dan pasien diizinkan berjalan
Prosedur Peralatan
 Tempat tidur, kasur, dan bantal
 Alat- alat tenun (untuk mempermudah cara kerja alat-alat
tenun disusun menurut urutan pemakaiannya)
 Alas kasur
 Perlak
 Stek laken
 Sprei / boven laken
 Selimut
 Sarung tangan
Pelaksanaan
 Mencuci tangan
 Jika sudah tersedia tempat tertutup, hanya sprei penutup
yang diangkat dan dilipat sebgaimana mestinya dan
disimpan
 Lipat sperai atas dan selimut kebawah pada bagian kaki
dengan cara tangan memegang sprei atas dan selimut
kemudian ditarik ke bagian kaki lalu dilipat bersusulan
Unit Terkait Igd, Instalasi Rawat Inap, Kelompok Kerja
LATIHAN NAFAS DALAM

No. Dokumen : No. Revisi Halaman


RSUD
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Nafas dalam adalah bernapas (inhalasi dan ekshalasi) untuk


mengambil oksigen maksimal.
Tujuan  Meningkatkan kapasitas paru
 Mencegah atelektasis

Kebijakan
Prosedur A. Tahap Pra Interaksi
 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi pasien
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
 Memberikan salam, panggil klien dengan namanya
 Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakanMemberikan
kesempatan pada klien untuk bertanya
C. Tahap Kerja
 Mengatur posisi yang dirasa enak oleh klien (semi fowler)
dengan lutut ditekuk, punggung dan kepala diberi bantal
atau posisi supine dengan kepala diberi bantal dan lutut
ditekuk.
 Menganjurkan klien meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di abdomen.
 Melatih pasien melakukan pernapasan perut
(memerintahkan klien menarik napas dalam melalui
hidung dengan mulut ditutup hingga 3 hitungan)
 Menganjurkan klien tetap rileks, jangan melengkungkan
punggung dan konsentrasi pada pengembangan abdomen
sejauh yang dapat dilakukan. Meminta klien menahan
napas hingga 3 hitungan.
 Memerintahkan klien untuk mengerutkan bibir seperti
sedang bersiul dan mengeluarkan udara dengan pelan dan
tenang hi ngga 3 hitungan.
 Menganjurkan klien merasakan mengempisnya abdomen
dan kontraksi otot.
 Merapikan klien
D. Tahap Terminasi
 Mengevaluasi hasil / respon klien.
 Mendokumentasikan hasilnya
 Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
 Mengakhiri kegiatan, membereskan alat-alat
 Mencuci tangan
Unit Terkait Kelompok Kerja, Unit Rawat Inap
TEKNIK MENGATASI NYERI
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
1/1
RSUD
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Cara meringankan atau mengurangi nyeri sampai tingkat


kenyamanan yang dapat diterima pasien.
Tujuan Untuk menjaga pasien dalam kondisi senyaman mungkin
Kebijakan Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri kronis
Prosedur Tahap Pra Intraksi
 Menbaca Status Pasien
 Mencuci Tangan
 Menyiapkan Alat
Tahap Orientasi
 Memberikan Salam Theraupetik
 Menjaga Privasi Pasien
 Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur Yang Akan Dilakukan
Kepada Pasien Dan Keluarga
Tahap Kerja
 Atur Posisi Pasien Agar Rileks Tanpa Beban Fisik
 Instruksikan Pasien Untuk Tarik Nafas Dalam Sehingga
Rongga Paru Berisi Udara
 Instruksikan Pasien Untuk Bernafas Dengan Irama
Normal Beberapa Saat (1-2 Menit)
 Instruksikan Pasien Untuk Bernafas Dalam, Kemudian
Menghembuskan Secara Perlahan Dan Merasakan Saat
Udara Mengalir Dari Tangan, Kaki Menuju Ke Paru-Paru
Dan Rasakan Udara Mengalir Keseluruh Tubuh
 Instruksikan Pasien Untuk Mengulangi Teknik-Teknik Ini
Apabila Rasa Nyeri Kembali Lagi
 Setelah Pasien Merasakan Ketenangan,Meminta Pasien
Untuk Melalukan Secara Mandiri
 Evaluasi Kegiatan
 Mencuci Tangan
Unit Terkait Unit Rawat Inap
Kelompok Kerja
PENGANGKATAN JAHITAN LUKA / UP HECTING

No. Dokumen : No. Revisi Halaman


RSUD
MARTAPUR
A
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Mengangkat Jahitan (Aff Hecting/ Hecting Up adalah satu


tindakan melepaskan jahitan yang biasanya dilakukan hari ke 5-7
(atau sesuai dengan penyembuhan luka yang terjadi)
Tujuan 1.   Mempercepat proses penyembuhan luka
2.   Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya corpus alinineum

Kebijakan

Prosedur A. Persiapan Alat :


 Set heating up steril yang berisi:
 pinset cirugis 2,
 pinset anatomis 2,
 gunting heating up,
 kassa steril dalam bak instrumen steril.
 Bengkok
  Korentang
 Gunting plester
 Kassa dalam bak instrumen
 Plester
 betadin
 Alkohol 70 %
 Ember untuk wadah sampah infeksius
 Tahap preinteraksi:
Mengeksplorasi kemampuan diri
 Tahap Orientasi
1. Megecek intruksi dari dokteR
2.  Memastikan identitas pasien
3. Perawat memberi salam
4. Perawat menjelaskan pada pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
5. Perawat melakukan kontrak waktu tindakan pada pasien
6. Jaga privasi pasien
 Tahap Kerja :
1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien mengenai
prosedur yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat di dekat pasien
3. Membantu pasien mengatur posisi sesuai kebutuhan,
sehingga luka mudah dirawat
4. cuci tangan
5. Meletakkan bak instrument steril ke dekat pasien atau di
darah yang mudah dijangkau
6. Membuka bak instrumen secara steril
7. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan
dimasukkan ke dalam ember bak sampah
8. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas alcohol
9. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan betadhin 10%
10. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling
dengan cara:menjepit simpul jahitan dengan pinset
cirugis dan ditarik sedikit ke atas kemudian
menggunting benang tepat dibawah simpul yang
berdekatan dengan kulit atau disisi lain yang tidak ada
simpul
11.  Mengolesi luka dengan kasa steril kering dan di
plester
12. Menutup luka dengan kassa steril kering dan di
plester
13. Merapikan klien
14. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan pada
tempatnya
15. Perawat cuci tangan
16. Mencatat pada catatan perawatan
 Tahap Evaluasi :
1.         Evaluasi respon pasien
2.         Upaya tindak lanjut di rumuskan
3.         Salam teraupetik di ucapkan dalam mengakhiri tindakan

 Dokumentasi
1.     respon klien selama dan setelah tindakan dicatat dengan jelas
dang ringkas
2.         Waktu paraf, dan nama perawat dengan jelas.

Unit terkait Kelompok Kerja


Unit rawat inap
SERAH TERIMA PASIEN DI RUANG OPERASI
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
1/2
RSUD
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot Kota
Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara
perawat ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.

Tujuan  Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh


petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaanoperasi
bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan
pasien.
 Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darahdan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
operasi tersebut
Kebijakan Petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab
atas persiapan pasien calon operasi ini.
Prosedur 1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi
2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai
prosedur yang berlaku.
3. Petugas ruangan mengisi berita acara.
4. Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik
pasien termasuk surat izin operasi untuk dibawa bersama
pasien ke ruang operasi.
5. Petugas ruangan mengalungkan label identitas yang
meliputi: nama, umur, no. RM, alamat, dokter operator,
diagnosis, rencana jenis operasi pasien pada pergelangan
tangan kanan pasien atau bila tidak memungkinkan pada
pergelangan tangan kiri, kemudian pergelangan kaki kanan,
kemudian kiri, kemudian leher.
6. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang
operasi misalnya : persediaan obat-obatan atau persediaan
darah yang diperlukan saat operasi dilakukan yang akan
dibawa bersama pasien ke kamar operasi.
7. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada
panggilan dari petugas kamar operasi, pasien dibawa ke
kamar operasi dengan memakai tempat tidur yang dipakai
di ruangan.
8. Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang transfer.
9. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara
serah terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan
petugas kamar operasi dan ditulis dalam buku register
kamar operasi.
10. Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan berita
acara, kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan
umum pasien, surat izin tindakan dan kelengkapan
penunjang lainnya seperti obat-obatan dan persediaan
darah.
11. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi
berlangsung dicatat dalam berita acara oleh asisten operasi /
omloop.
12. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara,
catatan medik pasien.
13. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas
ruangan.
14. Serah terima dilakukan di ruang transfer, petugas operasi
menyerahkan pasien beserta kelengkapannya yang di tandai
dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien
pasca operasi.

Unit Terkait Unit rawat inap


Kelompok kerja

PERAWATAN POST OPERASI


No. Dokumen : No. Revisi Halaman
1/1

RSUD
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot Kota
Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan


pre dan intra operatif yang dimulai saat pasien diterima diruang
pemulihan / pasca anastesi dan berakhir samapai saat evaluasi
selanjutnya.
Tujuan Sebagian acuan penerapan langkah langkah sesudah pasien
operasi agar keadaan pasien pulih kembali seperti semula
Kebijakan Sesudah pasien dioperasi pasien harus segera dipindahkan
keruangan pemulihan

Prosedur  Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan


pada pasien dengan pembiusan umum, sedangkan pada
pasien dengan anastesi regional posisi semi fouler
 Pasang penganaman pada tempat tidur
 Monitor tanda vital TD, Nadi, Respirasi / 15 menit
 Penghisapan lender daerah mulut dan trachea
 Beri 02, 2,3 liter sesuai program
 Observasi adanya muntah
 Catat intakhe dan output cairan
 Semua pasien harus di tulis dan dibawa ke bangsal masing
– masing
 Jika keadaan pasien membaik pernyataan persetujuan
harus dibuat untuk kehaduran pasien tersebut oleh seirang
perawat khusus yang bertugas pada unit dimana pasien
akan dipindahkan
 Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan perlu
diingatkan untuk menyiapkan dan menerima pasien
tersebut.

Unit Terkait Unit Rawat Inap


Kelompok Kerja
Init Rekam Medic
Bidang Keperawatan

CARA TINDAKAN LUMBAL FUNGSI


No. Dokumen : No. Revisi Halaman
1/3

RSUD
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot Kota
Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian suatu cara pengambilan cairan cerebrospinal melalui pungsi pada


daerah lumbal
Tujuan Mengambil cauran cerebrospinaluntuk kepentingan
pemeriksaan/diagnostik maupun kepentingan therapy
Kebijakan Untuk diagnostic
 kecurigaan meningitis
 Kecurigaan perdarahan sub arachnoid
 Pemberian media kontras pada pemeriksaan myelografi
 Evaluasi hasil pengobatan

Untuk Therapi
 Pemberian obat anti neoplastik atau anti mikroba intra
tekal
 Pemberian anesthesi spinal
 Mengurangi atau menurunkan tekanan CSF
Prosedur Persiapan pasie
 Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang
lumbal pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama
tindakan, sensasi-sensasi yang akan dialami dan hal-hal
yang mungkin terjadi berikut upaya yang diperlukan
untuk mengurangi hal-hal tersebut
 Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani
formulir kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
 Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan

Persiapan Alat
 Bak streil berisi jarum lumbal, spuit dan jarum, sarung
tangan, kassa dan lidi kapas, botol kecil (bila akan
dilakukan pemeriksaan bakteriologis), dan duk bolong.
 Tabung reaksi tiga buah
 Bengkok
 Pengalas
 Desinfektan (jodium dan alkohol) pada tempatnya
 Plester dan gunting
 Manometer
 Lidokain/Xilocain
 Masker. Gaun, tutup kepala
Pelaksanaan Tindakan Lumbal Pungsi
 Posisi pasien lateral recumbent dengan bagian punggung
di pinggir tempat tidur. Lutut pada posisi fleksi
menempel pada abdomen, leher fleksi kedepan dagunya
menepel pada dada (posisi knee chest)
 Pilih lokasi pungsi. Tiap celah interspinosus vertebral
dibawah L2 dapat digunakan pada orang dewasa,
meskipun dianjurkan L4-L5 atau L5-S1 (Krista iliaca
berada dibidang prosessus spinosus L4). Beri tanda pada
celah interspinosus yang telah ditentukan.
 Dokter mengenakan masker, tutup kepala, pakai sarung
tangan dan gaun steril.
 Desinfeksi kulit degan larutan desinfektans dan bentuk
lapangan steril dengan duk penutup.
 Anesthesi kulit dengan Lidokain atau Xylokain, infiltrasi
jaringan lebih dapam hingga ligamen longitudinal dan
periosteum
 Tusukkan jarum spinal dengan stilet didalamnya kedalam
jaringan subkutis. Jarum harus memasuki rongga
interspinosus tegak lurus terhadap aksis panjang vertebra.
 Tusukkan jarum kedalam rongga subarachnoid dengan
perlahan-lahan, sampai terasa lepas. Ini pertanda
ligamentum flavum telah ditembus. Lepaskan stilet untuk
memeriksa aliran cairan serebrospinal. Bila tidak ada
aliran cairan CSF putar jarumnya karena ujung jarum
mungkin tersumbat. Bila cairan tetap tidak keluar.
Masukkan lagi stiletnya dan tusukka jarum lebih dalam.
Cabut stiletnya pada interval sekitar 2 mm dan periksa
untuk aliran cairan CSF. Ulangi cara ini sampai keluar
cairan.
 Bila akan mengetahui tekananCSF, hubungkan jarum
lumbal dengan manometer pemantau tekanan, normalnya
60 – 180 mmHg dengan posisi pasien berrbaring lateral
recumbent. Sebelum mengukur tekanan, tungkai dan
kepala pasien harus diluruskan. Bantu pasien meluruskan
kakinya perlahan-lahan.
 Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal, hindarkan
mengedan.
 Untuk mengetahui apakah rongga subarahnoid tersumbat
atau tidak, petugas dapat melakukan test queckenstedt
dengan cara mengoklusi salah satu vena jugularis selama
I\10 detik. Bila terdapat obstruksi medulla spinalis maka
tekanan tersebut tidak naik tetapi apabila tidak terdapat
obstruksi pada medulla spinalis maka setelah 10 menit
vena jugularis ditekan, tekanan tersebut akan naik dan
turun dalam waktu 30 detik.
 Tampung cairan CSF untuk pemeriksaan. Masukkan
cairan tesbut dalam 3 tabung steril dan yang sudah berisi
reagen, setiap tabung diisi 1 ml cairan CSF. Cairan ini
digunakan untuk pemeriksaan hitung jenis dan hitung sel,
biakan dan pewarnaan gram, protein dan glukosa. Untuk
pemeriksaan none-apelt prinsipnya adalah globulin
mengendap dalam waktu 0,5 jam pada larutan asam
sulfat. Cara pemeriksaanya adalah kedalam tabung reaksi
masukkan reagen 0,7 ml dengan menggunakan pipet,
kemudian masukkan cairan CSF 0,5 . diamkan selama 2 –
3 menit perhatikan apakah terbentuk endapan putih.

Cara penilainnya adalah sebagai berikut:


 ( - ) Cincin putih tidak dijumpai
 ( + ) Cincin putih sangat tipis dilihat dengan latar
belakang hitam dan bila dikocok tetap putih
 ( ++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan
menjadi opolecement (berkabut)
 ( +++ ) Cincin putih jelas dan bila dikocok cairan
menjadi keruh
 ( ++++ ) Cincin putih sangat jelas dan bila dikocok cairan
menjadi sangat keruh
 Untuk test pandi bertujuan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan globulin dan albumin, prinsipnya adalah
protein mengendap pada larutan jenuh fenol dalam air.
cAranya adalah isilah tabung gelas arloji dengan 1 cc
cairan reagen pandi kemudian teteskan 1 tetes cairan CSF,
perhatikan reaksi yang terjadi apakah ada kekeruhan.
 Bila lumbal pungsi digunakan untuk mengeluarkan cairan
liquor pada pasien dengan hydrocepalus berat maka
maksimal cairan dikeluarkan adalah 100 cc.
 Setelah semua tindakan selesai, manometer dilepaskan
masukan kembali stilet jarum lumbal kemudian lepaskan
jarumnya. Pasang balutan pada bekas tusukan.

Setelah Prosedur
a. Klien tidur terletang tanpa bantal selama 2 – 4 jam
b. Observasi tempat pungsi terhadap kemungkinan
pengeluaran cairan CSF
c. Bila timbul sakit kepala, lakukan kompres es pada kepala,
anjurkan tekhnik relaksasi, bila perlu pemberian analgetik
dan tidur sampai sakit kepala hilang.

Komplikasi
a. Herniasi Tonsiler
b. Meningitis dan empiema epidural atau sub dural
c. Sakit pinggang
d. Infeksi
e. Kista epidermoid intraspinal
f. Kerusakan diskus intervertebralis
Unit Terkait Kelompok Kerja
Unir Rawat Inap

PENGGUNAAN NEBULIZER
No. Dokumen : No. Revisi Halaman
RSUD
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot Kota
Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur
Tanggal Terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. Dedy Damhudy


NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat


menggunakannebulator
Tujuan Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan2.
Melonggarkan jalan nafas
Kebijakan
Prosedur 1. Persiapan Pasien
 Memberi salam dan memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
 Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan
tindakan
 Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan
2. Persiapan lingkungan
 Menutup pintu dan memasang sampiran
3. Persiapan Alat
 Set nebulizer
 Obat bronkodilator
 Bengkok 1 buah
 Tissue
 Spuit 3 /5 cc
 Aquades
4. Tahap Pelaksanaan
a. Mencuci tangan dan memakai handscoon
b. Mengatur pasien dalam posisi duduk atau semifowler
c. Mendekatkan peralatan yang berisi set nebulizer ke bed
pasien
d. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
e. Memasukkan obat sesuai dosis
f. Memasang masker pada pasien
g. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam
sampai obat habis
h. Mematikan nebulizer
i. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
j. Bereskan alat
k. Buka handscoon dan cuci tangan
l. Evaluasi perasaan pasien
m. Kontrak waktu untuk pekerjaan selanjutnya
n. Dokumentasi prosedur dan hasil observasi

Unit Terkait IGD


Kelompok Kerja
Unit Rawat Inap
IRIGASI LAMBUNG

RSUD
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1/2
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
Dr. Dedy Damhudy
NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Kumbah lambung merupakan salah satu tindakan dalam


memberikan pertolongan kepada
pasien dengan cara memasukkan air atau cairan tertentu
dan kemudian mengeluarkannya
menggunakan alat yaitu NGT.
Tujuan  Membuang racun yang tidak terabsorbsi setelah
racun masuk saluran pencernaan
 Mendiagnosa perdarahan lambung
 Membersihkan lambung sebelum prosedur
endoscopy
 Membuang cairan atau partikel dari lambung
Kebijakan  Untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya
menurunkan absorpsisistemik
 Untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur
endoskopik
 Untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan
menghentikan hemoragi
Prosedur Alat dan bahan
a. Baki berisi selang NGT (ukuran dewasa 14 – 20Fr
dan anak-anak 8 – 16Fr)
b. 2 buah baskom
c. Perlak dan handuk pengalas
d. Stetoskop
e. Spuit 10 cc
f. Plester
g. Nierbeken
h. Kom penampung
i. Air hangat
j. Kassa/tissue
k. Jelly
l. Hanscoen
m. Pinset
n. Tongue spatel
o. Corong
p. Gelas ukur

Prosedur
1. Cuci tangan dan atur peralatan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Bantu klien untuk posisi semifowler (bila
memungkinkan)
5. Berdirilah disisi kanan tempat tidur klien bila anda
bertangan dominan kanan (atau sisi kiri bila anda
bertangan dominan kiri)
6. Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan
tissue lembab atau lidi kapas
7. Tempatkan handuk mandi diatas dada klien.
Pertahankan tissue wajah dalam jangkauan klien
8. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan
ditandai dengan plester.
9. Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan
menempatkan ujung melingkar slang pada daun
telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi tonjolan sternum di
sepanjang slang dengan plester kecil
10. Ujung atas NGT diolesi jelly, dan bagian ujung bawah
di klem.
11. Minta klien menengadahkan kepala (bila
memungkinkan), masukkan selang ke dalam lubang
hidung yang paling bersih
12. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke
hidung, minta klien menahan kepala
13. dan leher lurus dan membuka mulut (bila klien dalam
keadaan sadar)
14. Ketika slang terlihat dan klien bisa merasakan slang
dalam faring, instruksikan klien untuk menekuk kepala
ke depan dan menelan (bila klien dalam keadaan
sadar)
15. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan
memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat
klien menelan (jika klien batuk atau slang menggulung
di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi
langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong
klien untuk bernafas dalam
16. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan
masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan
periksa penempatannya:minta klien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau
drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit
sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong
udara sambil mendengarkan lambung dengan
stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.
17. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah
plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh,
tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan
salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester
lilitan mengitari slang
18. Setelah NGT masuk pasien diatur dengan posisi
miring tanpa bantal atau kepala lebih rendah
selanjutnya klem dibuka.
19. Corong dipasang diujung bawah NGT, air hangat
dituangkan ke dalam corong jumlah cairan sesuai
kebutuhan (±500 cc). Cairan yang masuk tadi
dikeluarkan dan ditampung dalam baskom
20. Pembilasan lambung dilakukan berulang kali sampai
air yang keluar dari lambung sudah jernih.
21. Jika air yang keluar sudah jernih selang NGT dicabut
secara pelan-pelan dan diletakkan dalam baki.
22. Setelah selesai pasien di rapikan, mulut dan
sekitarnya dibersihkan dengan tissue.
23. Bereskan peralatan
24. Perawat mencuci tangan
25. Terminasi
26. Pendokumentasian
Unit Terkait Kelompok Kerja
Unit Rawat Inap

GANTI VERBAN
RSUD No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1/3
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
Dr. Dedy Damhudy
NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Mengganti balutan atau perban adalah suatu tindakan


keperawatan untuk mengganti balutan dalam perawatan
luka untuk mencegah infeksi silang dengan cara menjaga
luka tetap dalam keadaan steril.
Tujuan  Meningkatkan penyembuhan luka dengan
mengabsorbsi caican dan dapat menjaga kebersihan
luka.
 Melindungi luka dari kontaminasi luar.
 Dapat menolong hemostatis ( bila menggunakan
elastisPerban ).
 Membantu menutupnya tepi luka secara sempurna.
 Menurunkan pergerakan dan trauma.
Kebijakan
Prosedur A. Persiapan alat:
Alat – alat seteril
 Pinset anatomis 2 buah.
 Pinset chirurgis 1 buah.
 Gunting jaringan 1 buah.
 Kassa steril secukupnya.
 Handscoon steril sesuai ukuran.
 Korentang.
 Bak instrumen.

Alat-alat tidak steril


 APD ( sesuai prosedur).
 Gunting verban 1 buah.
 Kassa gulung sesuai dengan kebutuhan.
 Plester.
 Pengalas.
 Nierbeken 2 buah.
 Alkohol swab.
 NaCI0,9%.
 Cairan antiseptic (bila dibutuhkan).
 Tempatsampah medis.
 Alattulis.

B. Persiapan klien :
Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan.
C. Pelaksanaan :
 Cuci tangan.
 Persiapan alat.
 Jaga privasi.
 Dekatkan alat-alat ke klien.
 Atur posisi klien senyaman mungkin.
 Letakkan pengalas dibawah area luka.
 Letakkan nierbeken didekat klien.
 Pasang APD ( sesuai kebutuhan ).
 Pasang handscoon bersih.
 Buka balutan lama (hati-hati jangan sampai
menyentuh luka) dengan menggunakan pinset
anatomi, buang balutan bekas kedalam
nierbeken. Jika menggunakan plester lepaskan
plester dengan cara melepaskan ujungnya dan
menahan kulit dibawahnya, setelah itu
 tarik secara perlahan sejajar dengan kulit dan
kearah balutan. ( Bila masih terdapat sisa perekat
dikulit,dapat dihilangkan dengan alkohol swab ).
 Biia balutan melekat pada jaringan dibawah,
berikan cairan NaCI 0,9% di balutan luka sesuai
kebutuhan kemudian angkat balutan dengan
perlahan.
 Letakkan balutan kotor ke neirbeken lalu buang
ketempat sampah medis, hindari kontaminasi
dengan permukaan luar wadah.
 Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari luka
dan tanda - tanda infeksi.
 Membuka set balutan steril, menyiapkan larutan
pencuci luka dan obat luka dengan
memperhatikan tehnik aseptic.
 Buka sarung tangan ganti dengan sarung tangan
steril.
 Membersihkan luka dengan cairan anti septic
atau NaCI 0,9 %.
 Memberikan obat atau antikbiotik pada area luka
(disesuaikan dengan terapi).
Menutup luka dengan cara:
 Balutan kering
 lapisan pertama kassa kering steril untuk
menutupi daerah insisi dan bagian
sekeliling kulit
 lapisan kedua adalah kassa kering steril
yang dapat menyerap
 lapisan ketiga kassa steril yang tebal
pada bagian luar

Balutan basah kering


 pertama kassa steril yang telah diberi cairan steril
atau anti mikrobial untuk menutupi area luka
 lapisan kedua kasa steril yang lembab yang sifatnya
menyerap
 lapisan ketiga kassa steril yang tebal pada bagian
luar

Balutan basah basah


 lapisan pertama kassa steril yang telah dilembabkan
dengan cairan fisiologik untuk menutupi area luka.
 lapisan kedua kassa kering steril yang bersifat
menyerap
 lapisan ketiga (lapisan paling luar) kassa steril yang
sudah dilembabkan dengan cairan fisiologik.
 Plester dengan rapi.
 Buka sarung tangan dan masukan kedalam
nierbeken.
 Lepaskan APD.
 Atur dan rapikan kembali posisi klien senyaman
mungkin.
 Buka sampiran.
 Evaluasi keadaan umum klien.
 Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya
dalam keadaan bersih, kering dan rapi.
 Cuci tangan.
 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Unit Terkait IGD
Kelompok Kerja
Unit Rawat Inap

PEMASANGAN KATETER
RSUD No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1/2
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
Dr. Dedy Damhudy
NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Memasukkan selang karet atau plastic melalui uretra dan


kedalam kandung kemih
Tujuan  Menghilangkan distensi kandung kemih
 Penatalaksanaan kandung kemih inkompeten
 Mendapatkan urin steril
 Pengosongan kandung kemih secara lengkap
Kebijakan  Kandung kemih inkompeter
 Prostat hipertropi
Prosedur Persiapan Alat
 Bak instrument steril berisi : pinset anatomis, duk,
kassa
 Kateter sesuai ukuran
 Sarung tangan steril 2 pasang
 Desinfektan dalam tempatnya
 Spuit 20 cc
 Pelumas
 Urine bag
 Plester dan gunting
 Selimut mandi
 Perlak dan pengalas
 Bak berisi air hangat, washlap, sabun, handuk
 Bengkok
 Baki (Pengalas)

Tahap Pra Interaksi


 Mengecek program terapi
 Mencuci tangan
 Menyiapkan alat

Tahap Orientasi
 Memberikan salam dan menyapa nama pasien
 Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
 Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

Tahap kerja
 Memasang sampiran
 Menyiapkan pasien dengan posisi dorsal recumbent
dan melepas pakaian bawah
 Memasang perlak, pengalas dan selimut mandi
 Memakai sarung tangan
 Membersihkan genetalia dengan air hangat
 Mengganti sarung tangan steril, memasang duk steril
 Memberi pelumas pada ujung kateter
 Mengarahkan penis keatas
 Memasukkan kateter perlahan – lahan sedalam 15 –
23 cm atau hingga urin keluar
 Menyambungkan kateter pada urin bag
 Mengisi balon dengan aquades sesuai ukuran
 Memfiksasi kateter kearah atas / perut
 Melepas duk, pengalas dan sarung tangan
 Mengganti selimut mandi dengan selimut klien

Tahap Terminasi
 Melakukan evaluasi tindakan yang baru dilakukan
 Merapikan pasien dan lingkungan
 Berpamitan dengan pasien
 Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
 Mencuci tangan
 Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

Unit Terkait Kelompok Kerja


Unit Rawat Inap

MEMBERI HUKNA RENDAH


RSUD No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1/2
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
Dr. Dedy Damhudy
NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian
Memasukkan cairan sampai ke dalam kolon desenden
Tujuan  Meningkatkan defekasi dengan merangsang
peristaltic
 Mengosongkan usus sebagai persiapan operasi,
kolonskopi
 Tindakan pengobatan
Kebijakan
Prosedur Persiapan Alat
 Irrigator lengkap ( irrigator, selang, klem, selang
rectal
 Ukuran selang rektal untuk bayi dan anak – anak 10-
12 G French, 22-26 G Frenc Untuk dewasa
 Cairan ( air hangat, NaCl 0,9% hangat, air kran,
larutans abun)Bayi 150 - 250 cc
 Toddler 250 - 350cc
 Usia sekolah 300 - 500 cc
 Remaja 500 - 750 cc
 Dewasa 750 - 1000 cc
 Bengkok, vaselin / jel
 Beberapa potong kain kassa
 Alas bokong
 Selimut mandi
 Pot / pispot dan tutupnya, air cebok dalam botol,
kertas closet atau tissue
 Bangku untuk pot
 Standar untuk irrigator
 Sarung tangan
 Skort
 Sampiran bila perlu

Cara Kerja
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Tutup ruamgan / pasang sampiran
3. Bantu klien pada posisi miring kekiri ( lateral kekiri)
untuk huknah rendah dan miring kekanan untuk
huknah tinggi dengan lutut kanan fleksi,. Anak – anak
pada posisi dorsal rekumben
4. Letakkan perlak dibawah bokong
5. Pasang selimut mandi, area anal yang kelihatan
6. Pasang irrigator set ( irrigator, selang, klem, selang
rectal)
7. Gantung di standar irrigator
8. Tututp klem pengatur
9. Masukan larutan ke irrigator sesuai indikasi ( jenis
dan diklem lagi )
10. Letakkan standaran irrigator dekat klien ( dekat
bokong sebelah kanan untuk huknah tinggi dan
sebelah kiri untuk huknah rendah)
11. Letakkan pispot dekat tempat tiduR
12. Cuci tangan, pasang sarung tangan dan pasang
skort
13. Beri pelumas / gel 3-4cm pada ujung selang rectal
14. Dengan perlahan regangkan bokong dn cari letak
anus, instriksikan klien rileks dengan
menghembuskan napas perlahan melalui mulut
15. Masukkan selang rectal secara perlahan dengan
mengarahkan kearah umbilicus klien, panjang insersi
7,4-10 cn untuk dewasa,5-7,5 untuk anak-anak 2,5-
3,5 untuk bayi. Tarik selang dengan segera jika
ditemukan obstruksi
16. Naikan irrigator secara perlahan sampai pada
keitnggian diatas anus (30-45 cm untuk hukanh tinggi
dan 30 cm untuk hukanh rendah dan 7,5 cm untuk
bayi.
17. Buka klem dan alirkan secara perlahan. Waktu
pengaliran sesuai dengan pemberian volume cairan (
1 liter dalam 10 menit)
18. Bila klien mengeluh kram, rendahkan irrigator atau
klem selama 30 detik, kemudian alirkan kembali
secara lambat
19. Klem selang setelah larutan habis
20. Beritahu klien untuk menahan napas ketika selang
ditarik
21. Letakkan tissue pada sekitar anus dan Tarik selang
anus secara perlahan
22. Buang tissue pada bengkok
23. Jelaskan pada klien bahwa perasaan distensi adalah
normal. Minta klien untuk menahan larutan selama
mungkin saat berbaring ditempat tidur, untuk bayi
dan anak – anak dengan perlahan pegang kedua
bokong selama beberapa menit
24. Singkirkan irrigator set dan selang tempat yang
sudah disediakan
25. Atur posisi terlentang
26. Bantu klien ke kamar mandi atau pasang pispot di
bawah bokong
27. Observasi karakter feses dan larutan ( beritahu klien
jagan menyiram toilet sebelum feses di observasi
oleh perawat
28. Lepaskan perlak dari bawah bokong
29. Bantu / anjurkan klien untukb membersihkan daerah
anal dengan air hangat dan sabun
30. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan lepaskan
skort
31. Catat hasil enema pada lembar observasi
Unit Terkait Unit Rawat Inap
Kelompok Kerja

MEMBERIKAN HUKNA TINGGI


RSUD No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :1/2
MARTAPURA
Jl. Adiwiyata
Simpang Lengot
Kota Baru Selatan
Martapura
Ditetapkan Oleh
Direktur

STANDAR
PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL
Dr. Dedy Damhudy
NIP. 19780101 201001 1 018

Pengertian Memasukan cairan kedalam escenden dengan


menggunakan canul rekti melalui anus
Tujuan 1. Merangsang peristaltic usus agar pasien bias
buang air besar
2. Mengosongkan usus sebagai persiapan tindakan
operasi,colonoscopy
Kebijakan 1. Pasienobstipasi
2. Akan dilakukan operasi
3. Pemeriksaan diaknostik
Prosedur Persiapan alat
 Irrigator lengkap dengan canul rektinya
 Cairan hangat, vaselin, bengkok berisi cairan
desinfektan
 Perlak dan alasnya, selimut mandi, pispot
 Sarung tangan
Pelaksanaan
 Berikan penjelasan mengenai hal yang akan
dilakukan
 Tutup pintu jendela dan sampiran, atur posisi pasien
miring ke kanan pasang perlak dan alasnya,letakkan
bengkok dengan punggung pasien, kanul rektil diberi
vaslin, selang irrigator diklem
 Irrigator dipegang dengan tangan kiri setinggi 100cm
diatas kasur, masukkan kanul kedalam anus dengan
tangan kanan kira-kira 15cm
 Bila cairan sudah habis, selang diklem lagi, kanul di
cabut, lepaskan kanul dan masukkan kedalm
bengkok
 Posisi pasien tetap miring pasang pispot
 Anjurkan pasien BAB
 Bersihkan pasien dan bereskan alat
 Observasi umum pasien dan fasesnya
Unit Terkait IGD
Unit Rawat Inap
Kelompok Kerja
STANDAR OPERASINAL PROSEDUR
(SOP)
ZAAL BEDAH

RSUD MARTAPURA KELAS D


KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2022

DAFTAR ISI

1. Perawatan Pre Operatif


2. Perawatan luka
3. Pemasangan NGT
4. Perawatan Luka Baka
5. Melatih Pasien Untuk Batuk Efektif
6. Penggunaan Section
7. Pemeliharaan Alat Tenun Pada Tempat Tidur Terbuka
8. Latihan Nafas Dalam
9. Teknik Mengatasi Nyeri
10. Pengangkatan Jahitan Luka / Up Hecting
11. Serah Terima Pasien Di Ruang Operasi
12. Perawatan Post Operasi
13. Cara Tindakan Lumbal Fungsi
14. Penggunaan Nebulizer
15. Irigasi Lambung
16. Ganti Verban
17. Pemasangan Kateter
18. Memberi Hukna Rendah
19. Memberikan Hukna Tinggi

Anda mungkin juga menyukai