PELINGKUPAN
A. Lokasi Kegiatan
Rencana pembangunan Jalan Kendari–Toronipa sepanjang ±14.620 meter
oleh Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara
merupakan salah satu program prioritas pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Rencana pembangunan jalan Kendari-Toronipa yang melintasi Kota Kendari dan
Kabupaten Konawe ini telah mendapatkan Izin Prinsip Nomor:
01/IP/DPMPDEBU/I/2019.
Rencana Kegiatan Pembangunan Ruas Jalan Jalan Kendari–Toronipa
sebagian besar akan melewati jalan eksisting jalan yang sudah ada. Adapun
wilayah adminitrasi Kota Kendari dan Kabupaten Konawe yang akan dilintasi
rencana ini yaitu:
1. Kota Kendari: panjang ruas jalan yang direncanakan melintasi Kota Kendari
sepanjang ±5.200 meter. Jalan Jendral Sudirman (depan Mesjid Raya Kota
Kendari) Kelurahan Kandai sampai dengan Jalan R.E. Martadinata Kelurahan
Purirano Kecamatan Kendari. Jalan ini akan melintasi Kelurahan Kandai,
Kelurahan Kampung Salo, Kelurahan Kendari Caddi, Kelurahan Kasilampe,
Kelurahan Mata dan Kelurahan Purirano.
Tabel 2.1 Jalur Lintasan Jalan Berdasarkan Wilayah Administrasinya
No. Kota/Kabupaten Kecamatan Kelurahan/Desa
1. Kota Kendari Kendari Kandai
Kampung Salo
Kendari Caddi
Kessilampe
Mata
Purirano
2. Kabupaten Konawe Soropia Sorue Jaya
Tapulaga
Lepe
Bajo Indah
Mekar
Bajoe
Bokori
Toronipa
Sumber: Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2019
A. Geometri Jalan
Geometri jalan yang direncanakan merupakan jalan tipe 4/2 D (jalan terdiri
dari 8 lajur untuk 2 arah dengan pemisah jalur) dengan pengaturan sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Kriteria Desain Konstruksi Jalan Kendari-Toronipa
C. Jembatan
Jembatan adalah suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai, saluran irigasi dan pembuangan, jalan
kereta api, waduk, dan lain-lain. Desain dari jembatan yang akan dibangun pada
Jalan Kendari-Toronipa oleh Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi
Sulawesi Tenggara akan disesuaikan dengan fungsi dari jembatan atau kondisi
bentuk permukaan bumi dimana jembatan tersebut dibangun. Struktur jembatan
yang akan dibangun adalah jembatan kerangka (Truss Bridge), Jembatan kerangka
dibuat dengan menyusun tiang-tiang jembatan membentuk kisi-kisi agar setiap
tiang hanya menampung sebagian berat struktur jembatan tersebut. Kelebihan
sebuah jembatan kerangka dibandingkan dengan jenis jembatan lainnya adalah
biaya pembuatannya yang lebih ekonomis karena penggunaan bahan yang lebih
efisien. Selain itu, jembatan kerangka dapat menahan beban yang lebih berat
untuk jarak yang lebih jauh dengan menggunakan elemen yang lebih pendek.
Selain jembatan pada jalan di darat, ada pula jembatan pada jalan atas laut sebagai
akses nelayan masuk dan keluar.
2.1.4. Deskripsi Teknis Kondisi Eksisting Jalan
2. Pembebasan/Pengadaan lahan
Kegiatan pelaksanaan pengadaan lahan untuk pembangunan jalan, dilakukan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, dan Peraturan Presiden
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan lahan bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan
Keempat atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
lahan Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Penentuan besarnya harga tanah didasarkan pada hasil kesepakatan pemilik
tanah, hak ulayat/adat dengan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah. Hasil
kesepakatan tersebut kemudian oleh Panitia Pengadaan lahan dituangkan dalam
Berita Acara Hasil Musyawarah, dan selanjutnya menerbitkan Surat Keputusan
Penetapan Besarnya Harga Tanah. Musyawarah antara pemilik tanah dengan
instansi pemerintah yang memerlukan tanah tersebut berpedoman pada penilaian
harga tanah yang dilakukan oleh Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah. Hasil Studi
Penyediaan Lahan akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembebasan lahan.
Pengadaan lahan dilaksanakan mengacu pada Rencana Tindak Pengadaan
lahan dan Pemukiman Kembali dan perlu dilakukan secara tuntas sebelum
pekerjaan konstruksi jalan dimulai agar tidak terjadi kendala pada pelaksanaan
konstruksi.
Terkait ganti kerugian dalam bentuk uang dalam pengadaan lahan, sesuai
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 148 Tahun 2015, dilakukan oleh instansi
yang memerlukan tanah berdasarkan validasi dari ketua pelaksana pengadaan
lahan atau pejabat yang ditunjuk. Validasi tersebut dilaksanakan dalam waktu
paling lama tiga hari kerja (sebelumnya tidak ada batas waktu) sejak berita acara
kesepakatan bentuk ganti kerugian.
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 148 Tahun 2015 disebutkan,
pemberian ganti kerugian dilakukan dalam waktu paling lama tujuh hari kerja
(sebelumnya tidak ada batas waktu) sejak penetapan bentuk ganti kerugian oleh
pelaksana pengadaan lahan. Perpres ini juga menegaskan, pengadaan lahan bagi
pembangunan yang dilaksanakan oleh badan usaha swasta, dilakukan langsung
dengan cara jual beli, tukar-menukar, atau cara lain yang disepakati oleh pihak
yang berhak dengan badan usaha swasta.
Lebar tanah yang akan diadakan diharapkan memenuhi standar ruang milik
jalan-jalan fungsi kolektor dan sistem jaringan jalan sekunder. Untuk itu, maka
lebar ruang milik jalan (RUMIJA) pada kawasan permukiman dan kawasan
perkebunan rakyat adalah 40 meter.
B. Tahap Konstruksi
Kualifikasi
No. Posisi Jumlah Daerah Asal
Pendidikan
1. Team Leader 1 S2 Kontraktor
2. Tenaga Ahli Sipil 1 S1 Kontraktor
3. Tenaga Ahil Transportasi 1 S1 Kontraktor
4. Asisten Ahil 5 S1 Kontraktor
5. Mandor 15 SMU/S1 Lokal
6. Tukang 40 SMP/SMU Lokal
7. Pembantu Tukang 60 SD/SMP/SMU Lokal
8. Operator Alat Berat 20 SMP/SMU Lokal
9. Supir Angkut Material 20 SMP/SMU Lokal
10. Keamanan 12 SMP/SMU Lokal
Total 175
Sumber: Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2019
2. Mobilisasi Peralatan dan Material
Peralatan pembangunan didatangkan ke lokasi secara bertahap berdasarkan
kebutuhan penggunaan alat tersebut. Untuk mengurangi kepadatan jalan,
kedatangan atau pengangkutan peralatan bangunan dilaksanakan di luar waktu-
waktu padat lalu lintas. Jenis peralatan berat dan peralatan pembangunan secara
berturut-turut disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Jenis Peralatan dan Prakiraan Kapasitasnya
5. Pekerjaan Tanah
Pekerjaan tanah mencakup pengupasan tanah atas (top soil), penggalian dan
penimbunan tanah (cut and fill). Pengupasan tanah atas dilakukan sebelum
pekerjaan galian dan timbunan yaitu dengan cara memindahkan atau
menyingkirkan lapisan tanah atas yang subur biasanya dimanfaatkan untuk
menyuburkan tanaman pada pekerjaan lansekap. Penggalian dan penimbunan
dimaksudkan untuk mengurangi atau menambah tanah atau batuan dari elevasi
tanah asli, sehingga mencapai tanah dasar yang direncanakan.
Pekerjaan penggalian dan penimbunan (cut and fill) akan dilaksanakan
menggunakan alat berat, seperti bulldozer, loader, penggilas, motor grader,
scraper, dump truck dan excavator, serta kendaraan angkut. Material hasil
penggalian, seperti tanah ditimbun di lokasi lain (disposal area) dan batu akan
dimanfatkan jika memenuhi spesifikasi teknis, seperti tingkat kekerasan.
Sesuai kondisi bentang alam setempat, penggalian ataupun penimbunan
akan berlangsung di kedua sisi atau salah satu sisi rencana badan jalan.
Selama kegiatan berlangsung akan ditugaskan traffic man untuk mencegah
gangguan lalu lintas pada ruas jalan eksisting. Pekerjaan penggalian dan
penimbunan ang dilakukan ini memberikan dampak terhadap lingkungan, berupa
penurunan kualitas udara dengan adanya peningkatan debu, kecelakaan kerja,
terganggunya aksesibilitas atau gangguan kelancaran lalu lintas.
Sumber: Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2019
c) Pekerjaan Jembatan
Pekerjaan jembatan mencakup pembuatan bangunan bawah/pondasi (antara
lain yaitu tiang pancang, abutment, poer, pilar, oprit) dan bangunan atas/rangka
baja atau beton termasuk lantai jembatan.
Pemancangan tiang pancang umumnya menggunakan bor (bor pile) atau
paku bumi (pile hummer). Bor pile umumnya digunakan atas pertimbangan
kondisi tanah dan kondisi lingkungan di sekitarnya yang relatif dekat dengan
bangunan rumah, dan utilitas umum. Pile hummer umumnya digunakan
berdasarkan pertimbangan kondisi lapisan tanah dan kondisi eksisting kegiatan
sekitarnya yang relatif jauh dari bangunan rumah dan utilitas umum, sehingga
dapat terhindar dari gangguan getaran yang dapat menimbulkan kerusakan
terhadap bangunan dan utilitas umum.
Potensi dampak lingkungan pada pekerjaan jembatan adalah meningkatnya
kebisingan, meningkatnya getaran, terganggunya lalu lintas dan pencemaran
kualitas air permukaan.
d) Penghijauan dan pertamanan
Penghijauan dan pertamanan mencakup pemasangan gembalan rumput,
penanaman tanaman berupa semak, perdu dan pohon di tepi jalan dan median
jalan serta pulau jalan. Jenis tanaman yang ditanam harus memenuhi kriteria
manfaatnya dan pertimbangan keselamatan pengguna jalan. Tujuan penghijauan
ini adalah untuk mengurangi pencemaran udara, mengurangi tingkat kebisingan,
mencegah erosi dan longsor serta fungsi estetika.
Potensi dampak positif lingkungan pada penghijauan dan pertamanan adalah
mencegah dan mengurangi longsor dan erosi, mengurangi kebisingan, mengurangi
pencemaran udara, meningkatkan estetika lingkungan dan kenyamanan para
pemakai jalan.
e) Pemasangan perlengkapan jalan
Pemasangan perlengkapan jalan antara lain adalan pemasangan pagar, guard
rail, trotoir, rambu lalu lintas, penerangan jalan dan marka jalan. Tujuannya
adalah untuk melancarkan lalu lintas dan mencegah kecelakaan lalu lintas. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini adalah arus lalu lintas di sekitar lokasi
kegiatan yang dapat terganggu.
C. Tahap Operasi
1. Pengoperasian jalan
Pengoperasian jalan merupakan kegiatan penggunaan jalan untuk melayani
lalu lintas jalan. Pengoperasian jalan harus memenuhi standar pelayanan minimal
jalan. Pada awal pengoperasian jalan, frekuensi lalu lintas di jalan masih belum
terlalu padat tetapi seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan
daerah sekitar, volume kendaraan makin meningkat, yang akan mempengaruhi
pelayanan jalan.
Prasarana pendukung keselamatan dan keamanan lalu lintas yang akan
diadakan bagi Kendari-Toronipa adalah sebagai berikut:
a) Rambu jalan tunggal dengan permukaan pantul.
b) Patok kilometer.
c) Rel pengaman.
d) Kerb pracetak.
e) Marka jalan thermoplastik.
Penempatan prasarana pendukung bagi keselamatan dan keamanan lalu
lintas dimaksud akan dilakukan bersama instansi terkait di Kota Kendari,
kabupaten Konawe dengan Kordinasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Tanggara.
2. Pemeliharaan jalan
Setelah dioperasikan beberapa waktu, jalan akan mengalami kerusakan
dengan demikian perlu dilakukan upaya pemeliharaan agar tidak terjadi kerusakan
yang lebih lanjut. Kegiatan pemeliharaan pada umumnya ditujukan untuk
mencegah setiap kerusakan lebih lanjut sehingga fungsi pelayanan jalan tidak
menurun. Kegiatan pemeliharaan jalan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala dan rehabilitasi jalan.
Kegiatan pemeliharaan Jalan Kendari-Toronipa secara berkala setiap 1
(satu) tahun, terdiri dari:
a) Pemeliharaan badan jalan, meliputi pelapisan ulang permukaan jalan.
b) Perbaikan atau pengecatan kembali rambu-rambu dan marka jalan.
c) Penambahan rambu-rambu dan marka jalan pada lokasi yang membutuhkan.
d) Pembersihan drainase atau saluran samping.
e) Pemotongan rumput atau tegakan pada bagian bahu dan tebing jalan.
f) Pengadaan berbagai fasilitas penunjang jalan sesuai dengan keberadaannya.
Berdasarkan frekuensi pelaksanaan, derajat kesukaran serta tingkat
kepentingannya, kegiatan pemeliharaan dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
a) Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin dilaksanakan secara teratur sepanjang tahun dengan ciri-
ciri kegiatannya adalah sebagai berikut:
1) Tidak memerlukan keterampilan teknis yang tinggi.
2) Tidak memerlukan perencanaan teknis, dan dapat langsung
mempergunakan gambar pelaksanaan yang ada.
3) Tidak memelukan peralatan khusus, cukup peralatan sederhana sehari-
hari.
4) Tidak banyak memerlukan waktu penyelesaian, tetapi dilaksanakan scara
rutin dan kontinyu.
b) Pemeluharaan perkerasan lama, penambalan lubang kecil, dan pelaburan
setempat pada permukaan perkerasan berpenutup aspal lama yang masih
utuh, dimana luas lokasi yang retak kurang dari 10 % terhadap luas total
perkerasan. Perataan ringan secara rutin dengan motor grader pada jalan
tanpa penutup aspal untuk mengendalikan terjadinya lubang atau keriting
(corrugations).
c) Pemeliharaan bahu jalan lama, penambalan lubang pada bahu jalan lama
tanpa penutup aspal, penambalan lubang, dan pelaburan retak pada bahu jalan
lama berpenutup aspal.
d) Pemeliharaan gorong-gorong, saluran air, pembersihan dan pembuangan
lumpur secara rutin pada selokan dan saluran yang ada, pembuangan semua
sampah dari sistem drainase yang ada setelah hujan lebat, pemotongan
rumput secara rutin dan pengendalian pertumbuhan tanaman pada galian,
timbunan, lereng, dan berm.
e) Pemeliharaan perlengkapan jalan, pengecatan ulang semua rambu jalan, patok
tanda dan lainnya yang tidak terbaca, pembersihan rutin terhadap semua
perlengkapan jalan dan pengatur lalu lintas, perbaikan minor terhadap
masing-masing jenis perlengkapan jalan.
f) Pemeliharaan Jembatan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dan
pembersihan rutin pada semua komponen struktur jembatan dimana korosi
pada baja atau pelapukan pada beton dapat terjadi jika tidak dibersihkan,
pemeriksaan dan pembersihan rutin kotoran pada semua saluran air dimana
penggerusan terhadap timbunan atau pondasi jembatan dapat terjadi jika tidak
dibersihkan, pemeriksaan dan pembersihan rutin semua kotoran dan sampah
dari lubang-lubang drainase lantai jembatan dan pipa-pipa saluran.
g) Pemeliharaan Darurat dilaksanakan menurut keperluan sesuai kerusakan yang
terjadi secara mendadak, misalnya jalan rusak akibat bencana. Hal yang
harus diperhatikan pada pemeliharaan darurat adalah:
1) Adanya kerusakan harus cepat diidentifikasi melalui inspeksi harian
sebelum sempat membesar.
2) Perbaikan harus segera berlangsung cepat dan dilaksanakan secara
darurat dimana jalan dapat diselamatkan dan berfungsi dengan baik.
Pemeliharaan darurat dapat dilaksanakan oleh instansi yang berwenang
mengingat besar kecilnya kerusakan, dilakukan dengan menggunakan tenaga
trampil yang keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan, regu pemeliharaan
ini dengan atau tanpa bantuan buruh lokal.
Perbaikan Tanah Longsor
1) Pergeseran Kecil (Minor Slips)
Lereng-lereng galian yang tidak memiliki penahan atau perlindungan
akan mudah terkena erosi permukaan. Tiap pergeseran kecil dalam
lereng galian harus diselidiki dan diusahakan langkah-langkah
perbaikannya. Perbaikan akan segera dilakukan bila pergeseran dapat
dianggap telah merugikan/memperlemah fungsi salah satu bagian dari
struktur tersebut, misalnya mengganggu aliran atau menyumbat aliran
pada saluran drainase. Dalam kenyataan terjadinya pergeseran ini akan
sangat sulit ditentukan secara pasti. Namun demikian, penggunaan
instrumentasi ataupun pengamatan visual yang dilakukan secara teratur,
secara kualitatif akan dapat memberikan petunjuk terjadinya gejala
tersebut. Pada tingkatan yang kecil, mungkin perbaikan perlu dilakukan
dengan hanya membangun kembali bagian-bangian yang rusak. Namun
demikian, usaha tersebut perlu dilakukan bila dinaggap justru
membahayakan kestabilan konstruksi secara keseluruhan.
2) Perseseran Besar (Major Slips)
Apabila terjadi kesrusakan berat, maka harus segera diambil langkah
untuk mencegah atau mengurangi kerusakan yang berkelanjutan.
Material yang ada sebaiknya jangan dipindah dari lokasi pergeseran,
tetapi baru dipindah apabila tidak dapat dihindarkan. Sebagai tindakan
darurat, setiap air rembesan harus dirahan/dibendung. Sebagai tindakan
lebih lanjut, petunjuka dari tenaga ahli diminta sebelum melaksanakan
perbaikan permanen, yang perlu diingat bahwa pergeseran besar ini biasa
terjadi setelah adanya penurunan permukaan air (rapid drawdown) atau
terjadinya gempa bumi.
3) Longsoran Lahan dan Amblesan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada daerah longsor maupun rawan
longsor adalah ebagai berikut:
(a) Slope reshaping lereng terjal (pembentukan lereng lahan mejadi
lebih landai) pada daerah yang potensial longsor.
(b) Penguatan lereng terjal dengan bronjong kawat pada kaki lereng.
(c) Penutupan rekahan/retakan tanah dengan segera karena pada musim
penghujan rekahan bisa diisi oleh air hujan yang masuk ke dalam
tanah sehngga menjenuhi tanah di atas lapisan kedap.
(d) Bangunan rumah dari konstruksi kayu (semi permanen) lebih tahan
terhadap retakan tanah dibanding dengan bangunan pasangan
batu/bata pada lahan yang masih akan bergerak.
Teknik pengendalian tanah longsor metode vegetatif perlu dipilahkan
antara bagian kaki, bagian tengah, dan bagian atas lereng. Stabilisasi
tanah diutamakan pada kaki lereng, baik dengan tanaman (vegetatif)
maupun bangunan. Persyaratan vegetasi untuk pengendalian tanah
longsor antara lain: jenis tanaman memiliki sifat perakaran dalam
(mencapai batuan), perakaran rapat dan mengikat agregat tanah, dan
bobot biomassanya ringan. Pada lahan yang rawan longsor, kerapatan
tanaman berbeda antara bagian kaki lereng (paling rapat = standar
kerapatan tanaman), tengah (agak jarang = setengah standar), dan atas
(jarang = seperempat standar). Kerapatan yang jarang diisi dengan
tanaman rumput dan atau tanaman penutup tanah (cover crop) dengan
drainase baik, seperti pola agroforestry. Pada bagian tengah dan atas
lereng diupayakan perbaikan sistem drainase (internal dan eksternal)
yang baik, sehingga air yang masuk ke dalam tanah tidak terlalu besar,
agar tingkat kejenuhan air pada tanah yang berada di atas lapisan kedap
(bidang gelincir) bisa dikurangi bebannya.
Upaya pengendalian tanah longsor dengan metode teknik sipil, antara
lain berupa pengurugan/penutupan rekahan, reshaping lereng, bronjong
kawat, perbaikan drainase, baik drainase permukaan seperti saluran
pembuangan air (waterway) maupun drainase bawah tanah. Untuk
mengurangi aliran air (drainase) bawah tanah dilakukan dengan cara
mengalirkan air secara horisontal melalui terowongan air, sperti paritan
(trench) dan sulingan (pipa perforasi).
Deskripsi umum rona lingkungan hidup awal berisi uraian mengenai rona
lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan yang mencakup:
A. Komponen Geo-Fisik-Kimia
1. Iklim
3. Angin
Data angin di sekitar lokasi proyek didekati dari data sekunder yang
bersumber dari data Stasiun Meteorologi Maritim Kendari. Distribusi arah dan
kecepatan angin baik secara total maupun rata-rata bulanan selama 21 tahun
(Januari 1998 sampai Desember 2018) ditunjukkan dalam bentuk windrose pada
berikut.
Gambar 2.8. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Total Tahun 1998 –
2018
Gambar 2.9. Windrose Arah dan Kecepatan Angin Bulanan Tahun 1998 – 2018
4. Kualitas Udara
Gambaran umum tingkat kualitas udara di sekitar lokasi rencana
pembangunan jalan akses pariwisata Kendari-Toronipa diperoleh dari pengukuran di
lapangan. Lokasi pengukuran kualitas udara ini dilakukan pada 7 (tujuh) lokasi
pengamatan, yaitu :
a) Stasiun U-01 dengan koordinat S: 030 58' 17,6" E: 1220 35' 14,4" (Kel.
Kendari Caddi Kec. Kendari Barat Simpang Awal),
b) Stasiun U-02 dengan koordinat S: 030 58' 14,4" E: 1220 35' 26,8" (Kel.
Kendari Caddi Kec. Kendari Barat),
c) Stasiun U-03 dengan koordinat S: 030 57' 45,1" E: 1220 36' 34,4" (Kel. Mata
Kec. Kendari),
d) Stasiun U-04 dengan koordinat S: 030 57' 12,9" E: 1220 36' 44,93" (Kel.
Purirano Kec. Soropia),
e) Stasiun U-05 dengan koordinat S: 030 55' 43,5" E: 1220 38' 43,2" (Desa
Leppe Kec. Soropia),
f) Stasiun U-06 dengan koordinat S: 030 55' 35,6" E: 1220 39' 29,0" (Desa
Bajoe Kec. Soropia),
g) Stasiun U-07 dengan koordinat S: 030 54' 29,7" E: 1220 39' 47,1" (Kel.
Toronipa Kec. Soropia).
Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999, parameter SO2, CO, dan NO2, memiliki
baku mutu untuk pengukuran 1 jam, namun untuk parameter PM 10, PM 2,5 dan
Debu (TSP) tidak memiliki baku mutu 1 jam. Dengan demikian, data ini dikonversi
ke 24 jam dengan menggunakan persamaan konversi canter,
Dari hasil olahan data kualitas udara setelah dikonversi ke 24 jam,
menunjukan bahwa di tiga lokasi pemantauan diketahui bahwa konsentrasi SO2 yang
ada berkisar antara 5,78 – 19,11 μg/Nm3 dengan rata-rata 11,20 μg/Nm3, Semua
lokasi sampel menunjukkan bahwa konsentrasi SO2 berada di bawah baku mutu yang
ditetapkan (365 μg/Nm3 dengan waktu 24 jam). Konsentrasi NO2 yang terpantau
sebesar 16,05 – 66,66 μg/Nm3 dengan rata-rata 32,38 μg/Nm3, juga masih berada di
bawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (150 μg/Nm3 dengan waktu 24 jam).
Konsentrasi CO yang terpantau berkisar antara 2.221,88 – 6.665,64 μg/Nm3 dengan
rata-rata 3.808,94 μg/Nm3, juga masih berada di bawah baku mutu udara yang
dipersyaratkan (10.000 μg/Nm3 dengan waktu 24 jam). Untuk kadar partikulat PM 10
terpantau sebesar 2,22 – 12,78 μg/Nm3 dengan rata-rata 5,16 μg/Nm3, masih berada
di bawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (150 μg/Nm3 dengan waktu 24 jam),
PM 2,5 terpantau sebesar 5,55 – 25,00 μg/Nm3 dengan rata-rata 11,66 μg/Nm3, masih
berada di bawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (65 μg/Nm3 dengan waktu 24
jam), dan TSP (debu) terpantau sebesar 25,44 – 66,77 μg/Nm3 dengan rata-rata 37,20
μg/Nm3, masih berada di bawah baku mutu udara yang dipersyaratkan (230 μg/Nm3
dengan waktu 24 jam)
Indeks kualitas udara di lokasi kegiatan dan sekitarnya dihitung berdasarkan
metode yang dikembangkan oleh Anjaneyulu, Y., Manickam, V., (2007),
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kualitas udara, menunjukan bahwa indeks
kualitas udara (Air Pollution Index-API) di sekitar lokasi rencana pembangunan jalan
akses pariwisata Kendari-Toronipa berkisar antara 9,55-29,32, dengan skala 5
(sangat baik) sampai skala 4 (baik)
Tabel 2.12 Data Kualitas Udara di Sekitar Wilayah Studi (Pengukuran 1 Jam)
Lokasi Pengukuran
No Parameter Satuan BakuMutu
U-01 U-02 U-03 U-04 U-05 U-06 U-07
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 34,40 29,60 27,80 12,80 14,90 10,40 11,20 900
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 120,00 100,00 52,10 34,80 42,10 28,90 30,10 400
3 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 12.000 10.000 7.000 5.000 6.000 4.000 4.000 30.000
6 Debu (TSP) µg/Nm3 89,80 120,20 61,80 45,80 46,10 52,90 52,20 -
Tabel 2.13 Data Kualitas Udara di Sekitar Wilayah Studi (Konversi 24 Jam)
Lokasi Pengukuran
No Parameter Satuan BakuMutu
U-01 U-02 U-03 U-04 U-05 U-06 U-07
1 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 19,11 16,44 15,44 7,11 8,28 5,78 6,22 365
2 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 66,66 55,55 28,94 19,33 23,39 16,05 16,72 150
3 Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 6.665,64 5.554,70 3.888,29 2.777,35 3.332,82 2.221,88 2.221,88 10.000
4 PM 10 µg/Nm3 9,44 12,78 5,00 2,22 2,22 2,22 2,22 150
6 Debu (TSP) µg/Nm3 49,88 66,77 34,33 25,44 25,61 29,38 29,00 230
Sumber: Olahan Data, 2019
Tabel 2.14 Indeks Kualitas Udara di Sekitar Wilayah Studi
1 Sulfur Dioksida (SO2) 365 19,11 16,44 15,44 7,11 8,28 5,78 6,22 5,24 4,50 4,23 1,95 2,27 1,58 1,70
2 Nitrogen Dioksida (NO2) 150 66,66 55,55 28,94 19,33 23,39 16,05 16,72 44,44 37,03 19,29 12,89 15,59 10,70 11,15
3 Karbon Monoksida (CO) 10000 6665,64 5554,70 3888,29 2777,35 3332,82 2221,88 2221,88 66,66 55,55 38,88 27,77 33,33 22,22 22,22
4 PM 10 150 9,44 12,78 5,00 2,22 2,22 2,22 2,22 6,30 8,52 3,33 1,48 1,48 1,48 1,48
5 PM 2,5 65 20,55 25,00 12,22 6,67 6,11 5,55 5,55 31,62 38,46 18,80 10,25 9,40 8,55 8,55
6 Debu (TSP) 230 49,88 66,77 34,33 25,44 25,61 29,38 29,00 21,69 29,03 14,93 11,06 11,13 12,78 12,61
` Air Pollution Index (API) 29,32 28,85 16,58 10,90 12,20 9,55 9,62
Skala 4 4 5 5 5 5 5
Keterangan: Baku mutu berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999, Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Pemukiman 55 dB
Kebisingan 58,10 57,30 53,40 51,60 50,50 52,20 51,90
Industri 70 dB
6. Kualitas Air
Gambaran umum tingkat kualitas air di sekitar lokasi rencana kegiatan
pembangunan jalan akses pariwisata Kendari-Toronipa, diperoleh dari pengukuran
langsung (sampel). Pengukuran kualitas air yang berada di dalam wilayah studi
meliputi air laut, air sungai dan air sumur. Pengukuran kualitas air laut perairan laut
di sampel di enam titik, yaitu :
Pengukuran kualitas air sungai disampel di satu titik yaitu, stasiun AS-01
dengan koordinat LS : 03°58'12,8" BT : 122°35'26,7". Sementara itu untuk kontrol
juga dilakukan pengambilan sampel air sumur penduduk pada satu titik sampel yaitu,
stasiun ASM-01 dengan koordinat LS : 03°54'28,5" BT : 22°39'43,4" .
a. Air Laut
Data kualitas air laut disekiitar wilayah studi disajikan pada Tabel II-1. Hasil
analisis laboratorium mengenai kualitas air laut menujukkan bahwa umumnya
konsentrasi parameter fisik, kimia, dan biologi air masih berada dibawa baku mutu
yang disyaratkan sesuai dengan Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004.
Selanjutnya untuk menentukan kualitas lingkungan dari air laut ini selanjutnya
dianalisis dengan menghitung indeks pencemaran (Pollution Index) berdasarkan
Kepmen LH nomor 115 Tahun 2003, seperti pada Tabel II-2 untuk baku mutu
Lampiran III Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 (Biota Perairan) dan Tabel II-3 untuk
baku mutu Lampiran II Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 (Wisata Bahari).
Berdasarkan hasil analisis indeks pencemaran air (IP) pada Tabel II-2
menunjukan bahwa kualitas air laut untuk peruntukan biota perairan pada sampel AL-
02 sampai AL-03, memiliki IP berkisar 0,43-0,65 termasuk kategori tidak tercemar
atau sangat baik (skala 5), sedangan kualitas air laut untuk peruntukan biota perairan
pada sampel AL-01 memiliki IP sebesar 4,11 termasuk kategori tercemar ringan pada
parameter kekeruhan, BOD,Nitrat, Sulfida, senyawa fenol, minyak dan lemak,
kadmiun, tembaga dan seng, hal ini dinilai baik (skala 4). Sementara itu, berdasarkan
hasil analisis indeks pencemaran air (IP) pada Tabel II-3 menunjukan bahwa kualitas
air laut untuk peruntukan wisata bahari pada sampel AL-02 sampai AL-03, memiliki
IP berkisar 8,55-9,89 termasuk kategori tercemar sedang pada sebagian parameter
TSS, BOD, Kromium hexavalent, dan detergen, hal ini dinilai sedang (skala 3),
sedangan kualitas air laut untuk peruntukan wisata bahari pada sampel AL-01
memiliki IP sebesar 11,20 termasuk kategori tercemar berat pada parameter TSS,
kekeruhan, BOD,Nitrat, Dteregen, minyak dan lemak, Kromium hexavalent,
kadmiun, hal ini dinilai buruk (skala 2).
Tabel 2.16 Parameter Kualitas Air Laut di Wilayah Studi
Hasil Pengukuran Baku Mutu
No Parameter Satuan Biota Wisata
AL-01 AL-02 AL-03 AL-04 AL-05 AL-06
Laut bahari
A Fisika
1 Total Padatan Tersuspensi mg/l 56,85 12,86 10,20 8,21 7,60 33,60 80 20
0
2 Suhu C 28,40 28,80 29,20 29,60 30,20 30,50 28-30 alami
3 Kecerahan m 4,20 5,80 6,90 7,40 7,50 5,10 >5 >6
4 Kekeruhan NTU 8,96 3,12 2,12 1,88 1,69 4,26 <5 5
B Kimia
5 pH (Derajat Keasaman) - 8,03 8,12 8,19 8,20 8,17 8,22 7 - 8,5 7 - 8,5
6 Salinitas % 30,20 31,70 32,10 34,50 34,80 35,10 33-34 alami
7 Disolved Oksigen mg/l 5,80 6,10 7,80 8,10 7,90 6,80 >5 >5
8 Amonia Total (NH3-N) mg/l 0,282 0,046 0,026 0,012 0,018 0,014 0,3 nihil
9 BOD mg/l 22,10 12,10 7,20 6,90 7,20 10,20 20 10
10 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,012 0,008 0,004 0,002 0,004 0,006 0,015 0,015
11 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,014 0,004 0,002 0,001 0,002 0,004 0,008 0,008
12 Sianida (CN-) mg/l 0,276 0,030 0,016 0,018 0,022 0,028 0,5 -
13 Sulfida (H2S) mg/l 0,028 0,006 0,004 0,008 0,002 0,004 0,01 nihil
14 Senyawa Fenol mg/l 0,017 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,002 nihil
15 Detergen mg/l MBAS 0,875 0,386 0,216 0,227 0,163 0,232 1 0,001
16 Minyak Lemak mg/l 1,872 0,569 0,388 0,412 0,382 0,411 1 1
C Logam Terlarut
17 Raksa (Hg) mg/l 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,001 0,002
18 Kromium heksavalen (Cr+6) mg/l 0,0039 0,0035 0,0012 0,0016 0,0014 0,0016 0,005 0,002
19 Arsen (As) mg/l 0,0072 0,0059 0,0032 0,0038 0,0042 0,0048 0,012 0,025
20 Cadmium (Cd) mg/l 0,0029 0,0004 0,0008 0,0006 0,0002 0,0004 0,001 0,002
21 Tembaga (Cu) mg/l 0,0129 0,0035 0,0033 0,0039 0,0021 0,0029 0,008 0,05
22 Timbal (Pb) mg/l 0,0033 0,0028 0,0022 0,0026 0,0028 0,0021 0,008 0,005
23 Nikel (Ni) mg/l 0,0164 0,0065 0,0035 0,0038 0,0044 0,0052 0,05 0,075
24 Seng (Zn) mg/l 0,0621 0,0268 0,0188 0,0209 0,0114 0,0168 0,05 0,095
Keterangan : Baku Mutu : Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 2.17 Analisis Indeks Pencemaran Air Laut Berdasarkan Baku Mutu Lampiran III Kepmen LH No. 51 Tahun
2004 (Biota Perairan)
Baku Hasil Pengukuran (Ci) Ci/Li
No Parameter Mutu
(Li) AL-01 AL-02 AL-03 AL-04 AL-05 AL-06 AL-01 AL-02 AL-03 AL-04 AL-05 AL-06
1 Total Padatan Tersuspensi 80 56,85 12,86 10,20 8,21 7,60 33,60 0,711 0,161 0,128 0,103 0,095 0,420
2 Suhu 28-30 28,40 28,80 29,20 29,60 30,20 30,50 - - - - - -
3 Kecerahan >5 4,20 5,80 6,90 7,40 7,50 5,10 0,216 0,184 0,162 0,152 0,150 0,198
4 Kekeruhan <5 8,96 3,12 2,12 1,88 1,69 4,26 2,267 0,624 0,424 0,376 0,338 0,852
5 pH (Derajat Keasaman) 7 - 8,5 8,03 8,12 8,19 8,20 8,17 8,22 0,373 0,493 0,587 0,600 0,560 0,627
6 Salinitas 33-34 30,20 31,70 32,10 34,50 34,80 35,10 - - - - - -
7 Disolved Oksigen >5 5,80 6,10 7,80 8,10 7,90 6,80 0,160 0,145 0,060 0,045 0,055 0,110
8 Amonia Total (NH3-N) 0,3 0,282 0,046 0,026 0,012 0,018 0,014 0,940 0,153 0,087 0,040 0,060 0,047
9 BOD 20 22,10 12,10 7,20 6,90 7,20 10,20 1,217 0,605 0,360 0,345 0,360 0,510
10 Fosfat (PO4-P) 0,015 0,012 0,008 0,004 0,002 0,004 0,006 0,800 0,533 0,267 0,133 0,267 0,400
11 Nitrat (NO3-N) 0,008 0,014 0,004 0,002 0,001 0,002 0,004 2,215 0,500 0,250 0,125 0,250 0,500
12 Sianida (CN-) 0,5 0,276 0,030 0,016 0,018 0,022 0,028 0,552 0,060 0,032 0,036 0,044 0,056
13 Sulfida (H2S) 0,01 0,028 0,006 0,004 0,008 0,002 0,004 3,236 0,600 0,400 0,800 0,200 0,400
14 Senyawa Fenol 0,002 0,017 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 5,647 0,500 0,500 0,500 0,500 0,500
15 Detergen 1 0,875 0,386 0,216 0,227 0,163 0,232 0,875 0,386 0,216 0,227 0,163 0,232
16 Minyak Lemak 1 1,872 0,569 0,388 0,412 0,382 0,411 2,362 0,569 0,388 0,412 0,382 0,411
17 Raksa (Hg) 0,001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100
18 Kromium VI (Cr+6) 0,005 0,0039 0,0035 0,0012 0,0016 0,0014 0,0016 0,780 0,700 0,240 0,320 0,280 0,320
19 Arsen (As) 0,012 0,0072 0,0059 0,0032 0,0038 0,0042 0,0048 0,600 0,492 0,267 0,317 0,350 0,400
20 Cadmium (Cd) 0,001 0,0029 0,0004 0,0008 0,0006 0,0002 0,0004 3,312 0,400 0,800 0,600 0,200 0,400
21 Tembaga (Cu) 0,008 0,0129 0,0035 0,0033 0,0039 0,0021 0,0029 2,037 0,438 0,413 0,488 0,263 0,363
22 Timbal (Pb) 0,008 0,0033 0,0028 0,0022 0,0026 0,0028 0,0021 0,413 0,350 0,275 0,325 0,350 0,263
23 Nikel (Ni) 0,05 0,0164 0,0065 0,0035 0,0038 0,0044 0,0052 0,328 0,130 0,070 0,076 0,088 0,104
24 Seng (Zn) 0,05 0,0621 0,0268 0,0188 0,0209 0,0114 0,0168 1,471 0,536 0,376 0,418 0,228 0,336
Indeks Pencemaran 4,11 0,57 0,60 0,60 0,43 0,65
Keterangan : Baku Mutu : Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004
Sumber : Data Primer, 2019
Tabel 2.18 Analisis Indeks Pencemaran Air Laut Berdasarkan Baku Mutu Lampiran II Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
(Wisata Bahari)
Baku Hasil Pengukuran (Ci) Ci/Li
No Parameter Mutu
(Li) AL-01 AL-02 AL-03 AL-04 AL-05 AL-06 AL-01 AL-02 AL-03 AL-04 AL-05 AL-06
1 Total Padatan Tersuspensi 20 56,85 12,86 10,20 8,21 7,60 33,60 3,269 0,643 0,510 0,411 0,380 2,127
2 Suhu alami 28,40 28,80 29,20 29,60 30,20 30,50 - - - - - -
3 Kecerahan >6 4,20 5,80 6,90 7,40 7,50 5,10 0,216 0,184 0,162 0,152 0,150 0,198
4 Kekeruhan 5 8,96 3,12 2,12 1,88 1,69 4,26 2,267 0,624 0,424 0,376 0,338 0,852
5 pH (Derajat Keasaman) 7 - 8,5 8,03 8,12 8,19 8,20 8,17 8,22 0,373 0,493 0,587 0,600 0,560 0,627
6 Salinitas alami 30,20 31,70 32,10 34,50 34,80 35,10 - - - - - -
7 Disolved Oksigen >5 5,80 6,10 7,80 8,10 7,90 6,80 0,160 0,145 0,060 0,045 0,055 0,110
8 Amonia Total (NH3-N) nihil 0,282 0,046 0,026 0,012 0,018 0,014 - - - - - -
9 BOD 10 22,10 12,10 7,20 6,90 7,20 10,20 2,722 1,414 0,720 0,690 0,720 1,043
10 Fosfat (PO4-P) 0,015 0,012 0,008 0,004 0,002 0,004 0,006 0,800 0,533 0,267 0,133 0,267 0,400
11 Nitrat (NO3-N) 0,008 0,014 0,004 0,002 0,001 0,002 0,004 2,215 0,500 0,250 0,125 0,250 0,500
12 Sianida (CN-) - 0,276 0,030 0,016 0,018 0,022 0,028 - - - - - -
13 Sulfida (H2S) nihil 0,028 0,006 0,004 0,008 0,002 0,004 - - - - - -
14 Senyawa Fenol nihil 0,017 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 - - - - - -
15 Detergen 0,001 0,875 0,386 0,216 0,227 0,163 0,232 15,710 13,933 12,672 12,780 12,061 12,827
16 Minyak Lemak 1 1,872 0,569 0,388 0,412 0,382 0,411 2,362 0,569 0,388 0,412 0,382 0,411
17 Raksa (Hg) 0,002 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050
18 Kromium VI (Cr+6) 0,002 0,0039 0,0035 0,0012 0,0016 0,0014 0,0016 2,450 2,215 0,600 0,800 0,700 0,800
19 Arsen (As) 0,025 0,0072 0,0059 0,0032 0,0038 0,0042 0,0048 0,288 0,236 0,128 0,152 0,168 0,192
20 Cadmium (Cd) 0,002 0,0029 0,0004 0,0008 0,0006 0,0002 0,0004 1,807 0,200 0,400 0,300 0,100 0,200
21 Tembaga (Cu) 0,05 0,0129 0,0035 0,0033 0,0039 0,0021 0,0029 0,258 0,070 0,066 0,078 0,042 0,058
22 Timbal (Pb) 0,005 0,0033 0,0028 0,0022 0,0026 0,0028 0,0021 0,660 0,560 0,440 0,520 0,560 0,420
23 Nikel (Ni) 0,075 0,0164 0,0065 0,0035 0,0038 0,0044 0,0052 0,219 0,087 0,047 0,051 0,059 0,069
24 Seng (Zn) 0,095 0,0621 0,0268 0,0188 0,0209 0,0114 0,0168 0,654 0,282 0,198 0,220 0,120 0,177
Indeks Pencemaran 11,20 9,89 8,99 9,06 8,55 9,11
Keterangan : Baku Mutu : Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004
Sumber : Data Primer, 2019
b. Air Sungai
Hasil analisis laboratorium, kualitas air sungai di sekitar lokasi
pembangunan jalan akses pariwisata Kendari-Toronipa menujukkan bahwa
umumnya konsentrasi parameter masih dibawah baku mutu yang disyaratkan oleh
PP. No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Tabel 2.19 Parameter Kualitas Air Sungai di Wilayah Studi
Hasil Baku Mutu
No Parameter Satuan
AS-01 Klas I Klas II
A Fisika
1 Suhu °c 28,6 +3 oC +3 oC
2 Total Disolved Solid (TDS) mg/l 692 1000 1000
3 Total Suspendid Solid (TSS) mg/l 22,80 50 50
B Kimia
4 pH (Derajat Keasaman) - 7,72 6-9 6-9
5 Disolved Oxygen (DO) mg/l 6,90 6 4
6 Chemical Oxygen Demand (COD) mg/l 34,80 10 25
7 Amonia (NH4) mg/l 0,249 0,5 -
8 Biologycal Oxygen Demand (BOD) mg/l 10,80 2 3
9 Phosfate (PO4) mg/l 0,049 0,2 0,2
10 Nitrat (Sebagai NO3) mg/l 6,12 10 10
11 Senyawaan fenol mg/l 0,158 1 1
12 Cadmium (Cd) mg/l 0,0054 0,01 0,01
13 Krom val. 6 (Cr+6) mg/l 0,0129 0,05 0,05
14 Tembaga (Cu) mg/l 0,0049 0,02 0,02
15 Timbal (Pb) µg/l 0,0033 0,03 0,03
16 Seng (Zn) mg/l 0,0329 0,05 0,05
17 Raksa (Hg) mg/l 0,0001 0,001 0,002
18 Besi (Fe) mg/l 0,1722 0,3 -
19 Mangan (Mn) mg/l 0,0664 0,1 -
20 Selenium (Se) mg/l 0,0027 0,01 0,05
21 Arsen (As) mg/l 0,0377 0,05 1
22 Cobalt (Co) mg/l 0,0872 0,2 0,2
23 Sianida (CN) mg/l 0,008 0,02 0,02
24 Detergen sebagai MBAS mg/l 118,7 200 200
25 Minyak Lemak mg/l 0,721 1 1
Keterangan : Baku Mutu : PP No. 82 tahun 2001 (Kelas I dan II)
Sumber : Data Primer, 2019
Hasil analisis pada tingkatan Pohon yang memiliki tingkat kerapatan yang
paling tinggi adalah jenis Sonneratia alba dengan nilai 0,042 Individu/900m2,
sedangkan yang memiliki tingkat kerapatan yang terendah adalah jenis
Xylocarpus granatum dengan nilai 0,003 individu/900m2. Tingkat kerapatan
pohon menurut nilainya menunjukan kategori jarang sampai sangat jarang. Hal ini
sesuai dengan kriteria baku mutu untuk kerapatan vegetasi menurut Fandeli
(1995) yaitu kerapatan pohon < 20 tergolong sangat jarang, kerapatan 21-50
kategori jarang, kerapatan 51-100 kategori sedang, kerapatan 101-200 kategori
tinggi, dan kerapatan >201 termasuk kategori kerapatan sangat tinggi. Kerapatan
relatif menunjukan persentase perbandingan tingkat suatu jenis terhadap seluruh
jenis yang ada. Ditinjau dari nilai KR, jenis mangrove yang menunjukan
penyusun utama dalam ekosistem adalah Sonneratia alba yang ditunjukan oleh
nilai kerapatan relatinya (Kr) lebih tinggi dibandingkan spesies lainnya yaitu
34,23 % sedangkan yang terendah adalah jenis Xylocarpus granatum yaitu 2,70
%.
2) Tingkatan Pancang
Hasil pengamatan tingkatan pancang ditemukan 7 jenis, dengan total
kerapatan 0,58 individu/900m2 dan berada pada kisaran kerapatan tiap jenis antara
0,18 – 0,178 individu/900m2. Dari 7 jenis sebanyak 2 jenis memiliki kerapatan
kategori jarang, dan 5 jenis memiliki kategori sangat jarang. Hasil analisis
vegetasi tingkatan pancang.
Tabel 2.24 Komposisi Jenis Mangrove Tingkatan Pancang
No Nama Jenis K KR F FR D DR INP
1 Ceriops tagal 0,151 26,15 0,89 21,62 5,21 23,27 71,04
2 Sonneratia alba 0,178 30,77 1 24,32 6,91 30,87 85,97
3 Rhizophora apiculata 0,089 15,38 0,78 18,92 3,48 15,56 49,86
Rhizophora
4 0,089 15,38 0,67 16,22 3,84 17,15 48,75
mucronata
5 Avicennia lanata 0,027 4,62 0,33 8,11 1,02 4,55 17,28
6 Xylocarpus granatum 0,018 3,08 0,22 5,41 1,07 4,77 13,25
Bruguiera
7 0,027 4,62 0,22 5,41 0,86 3,83 13,85
gymnorrhiza
Total Kerapatan = 0,58 Individu/900m2
Indeks Keanekaragaman (H’) = 1,68
Sumber : Hasil Analisis Tahun, 2019)
Keterangan : K = Kerapatan (Individu/900m2). Kr = Kerapatan Relatif (%). F = Frekuensi. Fr = Frekuensi
Relatif (%).
D = Dominansi Relatif (cm2/900m2). Dr = Dominansi Relatif (%). INP = Indeks Nilai Penting
(%).
1.2. Stasiun II
Penyebaran setiap individu ikan karang dan jumlah jenis ikan yang
ditemukan berbeda-beda untuk setiap titik stasiun pengamatan, hal tersebut
disebabkan oleh kondisi lokasi yang berbeda, seperti ketersediaan makanan dan
adanya wilayah yang dapat digunakan sebagai tempat perlindungan. Faktor lain
karena ada yang terdegradasi secara alamiah dan pula yang disebabkan oleh
aktivitas penangkapan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan
peledak (bom).
Salah satu kelompok biota laut yang hidup di daerah terumbu karang dan
memiliki nilai ekonomi tinggi adalah ikan karang. Ikan karang selain sebagai ikan
konsumsi juga memiliki nilai sebagai ikan hias (ornamental fishes). Menurut
Dartnall & Jones (1986), ikan karang dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok
berdasarkan tujuan pengelolaan, yaitu kelompok ikan target (ikan ekonomis/
konsumsi), kelompok ikan indikator dan kelompok ikan mayor (berperan
dalamrantai makanan).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di empat titik stasiun secara keseluruhan
ikan-ikan yang ditemukan terdiri dari 33 spesies yang berasal dari 15 famili. Adapun
kelompok ikan terbagi atas kelompok ikan target (konsumsi), ikan mayor (ikan hias) dan
ikan indikator. Jumlah individu dan jenis ikan karang yang ditemukan tertera pada Tabel
05 berikut.
Tabel 2.30 Jenis dan Jumlah Ikan karang yang ditemukan di Sekitar Perairan
Kecamatan Soropia Rencana Jalan Pariwisata Kendari-Toronipa 2019
Jumlah
No Famili Genus Species Keterangan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1 2 3 4
1 Acanthuridae Acanthurus Acanthurus auranticavus Ikan Target 4 2 2 3
Acanthurus blochii Ikan Target 2
Acanthurus thompsoni Ikan Target 4 2 2
Ctenochaetus Ctenochaetus binotatus Ikan Target 5 4 4 3
Ctenochaetus striatus Ikan Target 4 5 4
Zebrasoma Zebrasoma scopas Ikan Target 4 2
2 Apogonidae Apogon Apogon leptacanthus Ikan Mayor 70
Apogon franeatus Ikan Mayor 6 4
Pterapogon Pterapogon kauderni Ikan Mayor 15
3 Caesinodae Caesio Caesio cuning Ikan Target 20 20 20 20
Caesio teres Ikan Target 25
4 Balistidae Balistapus Balistapus undulatus Ikan Mayor 2 2
5 Haemullidae Plectorhinchus Plectorhinchus chaetodonoides Ikan Target 1 2 1 1
Diagramma Diagramma pictum Ikan Target 2
6 Labridae Anampses Anampses caeruleopunctatus Ikan Mayor 2 2 3
Chaerodon Chaerodon anchorago Ikan Mayor 2 4 2
Cheilinus Cheilinus fasciatus Ikan Mayor 4 3 2 2
Cheilinus celebicus Ikan Mayor 2
Halichoeres Halichoeres melanurus Ikan Mayor 4 3 3 4
Halichoeres chrysotaenia Ikan Mayor 2
Labroides Labroides dimidiatus Ikan Mayor 1
Thalassoma Thalassoma lunare Ikan Mayor 5 4 5
7 Lutjanidae Lutjanus Lutjanus carponotatus Ikan Target 4 2
Jumlah
No Famili Genus Species Keterangan Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
1 2 3 4
8 Letrinidae Letrinus ornatus Ikan Target 1
9 Mullidae Parupeneus Parupeneus barberinus Ikan Target 2 2
Parupeneus multifasciatus Ikan Target 2
10 Nemipteridae Scolopsis Scolopsis bilineata Ikan Target 3 6 3
Scolopsis margaritifer Ikan Target 4 5 2
11 Scaridae Scarus Scarus rivulatus Ikan Target 6 5
Scarus scaber Ikan Target
Scarus dimidiatus Ikan Target 5 5 4 4
12 Pomancanthidae Pomacanthus sexsriatus Ikan Mayor 2 2
13 Pomacentridae Abudefduf Abudefduf bengalensis Ikan Mayor 5 5
Abudefduf vaigiensis Ikan Mayor 6 15
Amphiprion Amphiprion clarkii Ikan Mayor 2
Amphiprion perideraion Ikan Mayor 2 2
Chrysiptera Chrysiptera cyanea Ikan Mayor 7 4 4 10
Chrysiptera hemicyanea Ikan Mayor 6 1
Chrysiptera oxycephala Ikan Mayor 5 8
Dascyllus Dascyllus aurunus Ikan Mayor 3 4 3
Dascyllus trimaculatus Ikan Mayor 4 4
Pomacentrus Pomacentrus moluccensis Ikan Mayor 5 4 15 5
14 Serranidae Epinephelus Epinephelus merra Ikan Target 1 1
15 Zanclidae Zanclus Zanclus cornutus Ikan Mayor 3 2 2 3
16 Chaetodontidae Chaetodon Chaetodon kleini Ikan Indikator 2
Chaetodon octofasciatus Ikan Indikator 2 2 2 2
Chaetodon vagabundus Ikan Indikator 2 3
Chlemon Chlemon rostratus Ikan Indikator 2
Jumlah individu 203 122 135 93
Jumlah spesies 35 27 28 21
a b
a
Gambar 2.18. Kondisi ikan di wilayah studi.
Dari tabel di atas dapat dilihat penyakit infeksi lain pada saluran pernapasan
bagian atas (20,23%) merupakan penyakit terbesar yang ada di puskesmas,
menyusul penyakit tekanan darah tinggi (9,56%), Penyakit Lainnya (9,27%),
Penyakit pada Sistem Otot dan Jaringan Pengikat (9,00%), dan Penyakit lain pada
saluran pernapasan bagian atas (7,30%), Sedangkan penyakit yang terendah
adalah Penyakit karena jamur (1,16%).
Untuk wilayah Kecamatan Kendari sendiri diperoleh informasi penyakit
terbanyak sebagai berikut.
Tabel 2.33 10 besar penyakit di Kecamatan Kendari
No. Nama Penyakit Jumlah
1. Ispa 2.895
2. Penyakit Lain Pada system pernapasan 2.870
3. Penyakit Sistem Otot 1.635
4. Chepesia 1.219
5. Dispepsia 1.128
6. Febris 915
7. Penyakit Kulit Infeksi 780
8. Hypertensi 664
9. Penyakit Kulit Alergi 663
10. Pulpa Mulut 615
Sumber: Kecamatan Kendari dalam Angka Tahun 2018
Tidak berbeda jauh dengan data Kota Kendari, Ispa di Kecamatan Kendari
juga menempati urutan pertama sebagai penyakut yang paling sering dilaporkan
dan tercatat di pelayanan kesehatan setempat.
Sama halnya di Kecamatan Soropia, Ispa menempati urutan pertama
penyakit tertinggi. Sehingga dari gambaran tersebut, terhadap rencana kegiatan,
dampak pada gangguan system pernapasan atas akibat adanya kegiatan perlu
sangat diperhatikan, karena beban terhadap kasus tersebut sudah cukup tinggi.
b) Sarana Kesehatan
c) Tenaga Kesehatan
B. Cagar Budaya
Terdapat Cagar Budaya Nasional Kota Kendari Bunker Jepang. Lokasi ini
dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010
tentang Cagar Budaya. Lokasi ini terletak sekitar 50 meter dari Jalan
R.E.Martadinata (eksisting) Kota Kendari.
C. Wisata Laut
Terdapat tiga destinasi wisata utama yang akan dilintasi rencana
pembangunan Jalan Kendari-Toronipa, yakni Pantai Mayaria Kasilampe, Pantai
Lambeso, dan Pantai Toronipa.
D. Depot Pertamina
TBBM Kota Kendari terletak di Jalan R.E Martadinata merupakan salah
satu akses utama bahan bakar yang di distribusikan di Kota Kendari dan
Sekitarnya.
E. Dermaga
Terdapat dermaga milik swasta dan dermaga kayu masyarakat yang
digunakan jalur transportasi laut penyebrangan ke Pulau Bokori dan pulau-pulau
sekitarnya yang menjadi tujuan wisata dan juga dipakai masyarakat nelayan.
Deskripsi
Rencana Kegiatan
Deskripsi
Rona Lingkungan
Awal
Dampak Dampak Penting
Potensial Hipotetik (DPH)
Hasil Pelibatan
Masyarakat
Kegiatan disekitar
Lokasi
Batas wilayah studi ini merupakan batas terluar dari hasil tumpang susun
(overlay) dari batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah
mempertimbangkan kendala teknis yang dihadapi. Batasan ruang lingkup wilayah
studi penentuannya telah disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang
biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana, tenaga, teknis,
dan metode telaahan. Setiap penentuan masing-masing batas wilayah (proyek,
ekologis, sosial dan administratif) harus dilengkapi dengan justifikasi ilmiah yang
kuat. Bagian ini harus dilengkapi dengan peta batas wilayah studi yang dapat
menggambarkan batas wilayah proyek, ekologis, sosial dan administratif. Peta
yang disertakan telah memenuhi kaidah-kaidah kartografi.
Batas wilayah studi dibentuk dari empat unsur yang berhubungan dengan
dampak lingkungan suatu rencana kegiatan, yaitu:
1. Batas Proyek
2. Batas Ekologis
3. Batas Sosial
4. Batas Administratif
Dalam proses pelingkupan ini telah teridentifikasi secara jelas batas waktu
kajian yang digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak dalam
kajian Andal. Setiap dampak penting hipotetik yang dikaji memiliki batas waktu
kajian tersendiri. Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai
dasar untuk melakukan penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya
rencana usaha dan/atau kegiatan atau dengan adanya rencana kegiatan
Pembangunan Jalan Kendari-Toronipa, seperti ditampilkan pada Tabel berikut ini.