E-BOOK BUILDING BRAND in The Covid-19 Crisis
E-BOOK BUILDING BRAND in The Covid-19 Crisis
Responsible
Empathy
Yuswohady
Amanda Rachmaniar
Useful
BACKGROUND
“Consumers in Fear”
Towards the Empathic Brand
Seorang twitfriend @BriliAgung Jumat, 27 Maret 2020
lalu ngetwit mengenai hotel kecilnya yang dihibahkan
untuk tempat beristirahat para tenaga kesehatan di RS
rujukan Covid-19 di Banyumas.
BRAND
Stages of Consumer Shiftings
during Covid-19
PHASE I PHASE II PHASE III PHASE IV Sejak pemerintah
“Anxious” “Fear” “Panic” “New Normal”
mengumumkan kasus
terinfeksi Covid-19 yang
pertama (2/3) yang
Jumlah pasien yang terinfeksi Jumlah pasien terinfeksi dan
diikuti dengan
Presiden RI pertama kali Krisis wabah telah berakhir,
pengumuman WHO
Triggering
mengungumkan ada warga dan meninggal terus meninggal meningkat secara jumlah terinfeksi/meninggal
Events
meningkat
Changes
entertainment, telemedicine,
Mulai belajar mengelola Frekuensi belanja online
menjadi new normal.
emosi untuk mengurangi meningkat tajam
kepanikan Mulai terbiasa WFH Kepedulian pada kesehatan
dan higienitas menjadi
Konsumsi news dan home new normal.
entertainment meningkat
Masker, hand sanitizer, vitamin Kebutuhan bahan pokok Grocery (via online)
Best Seller
Purchase
Sumber: Inventure
Consumer Fear During
Covid-19 Crisis
Konsumen takut terpapar dan terjangkit Covid-19
Konsumen takut tak hanya kondisi kesehatan
begitu pemerintah mengumumkan ada warga
pribadi, tapi juga seluruh anggota keluarga
yang terinfeksi/meninggal. Maka sekejap konsumen
terutama anak-anak dan orang tua mereka yang
“aware” menjaga kebersihan diri dengan rajin cuci
berisiko paling tinggi terjangkit virus.
tangan dan hand sanitizer pun menjadi kebutuhan pokok
omset, PHK dan pengangguran massal merebak, PERSONAL FAMILY karena perusahaan tempat mereka bekerja
HEALTH HEALTH bangkrut karena tidak ada omset. Prediksi ILO
dolar meroket, saham anjlok, NPL bank melonjak,
resesi di depan mata, pemerintah bingung tak jumlah pengangguran akibat Covid-19 mencapai
THE JOB
tahu mau apa. 5,3-24,7 juta orang.
ECONOMY SECURITY
Consumer
Konsumen takut dan dihantui rasa panik oleh berita-berita buruk dampak Covid-19.
Hal ini berdampak buruk pada kondisi mental. Mereka yang sembuh akan
menghadapi stigma yang membuat mereka sulit diterima masyarakat.
Di tengah wabah
Secara psikososial hal ini berpengaruh pada kesehatan mental Covid-19 yang mematikan,
dan kesejahteraan hidup. masyarakat diliputi
COVID-19 and the world of work: Impact and policy responses ketakutan yang luar biasa.
COVID-19: Briefing note, March 16, 2020, McKinsey
Mental Health and Psychosocial Considerations During COVID-19 Outbreak, WHO (2020)
Long and the
Winding Road of Fear
Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan Puncak
No Skenario Akhir Akumulasi Puncak Confirmed Case
Siklus Confirmed Case Siklus Harian
Physical distancing
2 13-November-2020 43130 9-April-2020 992
moderat
Physical distancing
3 18-Maret-2021 1892000 12-Juli-2020 14720
longgar
Gabungkan skenario 2
5 dan 4
5-Mei-2020 12750 2-April-2020 1368
Sumber: Budi Sulistyo, et.al., Pemodelan Multi Skenario dan Rekomendasi Strategi Pengemdalian Penyebaran Virus Corona di Indoonesia, 2020
Konsumen yang diliputi rasa ketakutan ini akan (2020) memperkirakan, dengan penangan social distancing
berlangsung cukup lama dan akan memakan korban yang longgar seperti yang sekarang terjadi diperkirakan wabah
makin banyak. Studi yang dilakukan oleh Budi Sulistyo, et.al. baru berlalu sekitar setahun lagi yaitu Maret 2021.
II
Mission
“Making Impact”
Making
Impact
Bencana Covid-19 akan mendorong terbentuknya apa yang kami
sebut GIVING SOCIETY. Yaitu masyarakat yang peduli terhadap
sesama. Saat ini kita semua mengarah ke sana di tengah semua orang
(tanpa peduli suku, agama, ras, status sosial, golongan, ataupun
partai) ditimpa kesulitan oleh adanya bencana Covid-19.
Di tengah kesulitan massal tersebut, kita bahu-membahu,
tolong-menolong, menyatukan langkah, untuk memerangi Covid-19.
Dalam kondisi memprihatinkan seperti itu semua orang memiliki
MISI BERSAMA untuk berkontribusi memerangi Covid-19. Setiap
insan mengedepankan “apa yang bisa saya kontribusikan kepada
orang lain”, ketimbang sebaliknya.
Blessing in disguise, Covid-19 membentuk masyarkat yang peduli:
Full of LOVE, EMPATHY, COMPASSION. Brand adalah juga
CORPORATE CITIZEN yang harus PEDULI dan BERTANGGUNG
JAWAB terhadap masyarakat yang sedang kesusahan.
STRATEGY
“Branding in Crisis”
The Model
Branding in Crisis
G I T A
I
D L
SOLUTION
“Advocacy”
GIVING EMPATHY
“Loyalty”
LOVE “Awareness”
E
T
F
N
MAKING
F
IMPACT
E
I
USEFUL RESPONSIBLE
M
C
E
E
I
V
N O
T M
Sumber: Inventure
5 PRINCIPLES OF BRANDING
IN COVID-19 CRISIS
EMPATHY will touch customer’s deepest heart.
#1
Win your customer with LOVE and COMPASSION.
Be part of SOLUTION.
#5
It spread the AUTHENTIC ADVOCACY.
Transforming the Brand
from Awareness to Advocacy
Advocacy
Ketika brand bisa memecahkan masalah-masalah pelik yang dihadapai
Solution konsumen di tengah krisis maka konsumen akan membelanya.
Loyalty
Selalu memberi adalah landasan kokoh bagi
Giving
terbentuknya loyalitas konsumen.
Perceived Quality
Memberikan manfaat kongkrit di tengah krisis
Useful akan mendongkrak persepsi kualitas di mata konsumen.
Association
Responsible Tanggung jawab sebagai corporate citizen
yang baik akan memperkokoh brand positioning.
Awareness
Empathy Empati akan menciptakan awareness
dan attention konsumen kepada brand.
Pengusaha harus cepat merespon. Mau tidak mau mereka harus segera shifting
bisnis ke produk yang dibutuhkan oleh konsumen saat krisis ini yang sekaligus
menjadi survival tactics.
is
#2. Brand a CORPORATE CITIZEN,
not just an ECONOMIC ANIMAL.
Be RESPONSIBLE.
Working from Home (WFH) menjadi kewajiban di tengah pandemi. Zoom, aplikasi
teleconference, memberikan komitmen tanggung jawab untuk menjadi partner serta
mendukung proses bisnis selama situasi krisis dengan meningkatkan kenyamanan
konsumen dan keunggulan produk.
Di saat Cina berada di puncak krisis wabah Covid-19, FedEx menunjukkan tanggung
jawab sosialnya dengan tetap melakukan perjalanan ke China untuk mengantarkan
bantuan medis dan perlengkapan kesehatan.
www.cnbc.com (2020)
G IVE.
#4. It’s time to
The more we IVE.
the more we ET.
Grup Astra memberikan bantuan
tahap pertama untuk mendukung
pemerintah mencegah penyebaran
virus Corona. Bantuan ini sekaligus
menunjukkan kontribusi perusahaan
untuk melawan krisis Corona.
Ketika virus merajalela, maka brand tak bisa cuci tangan menganggap semua
persoalan itu adalah tanggung jawab pemerintah atau LSM. Bahkan brand
harus menjadikan pemecahan persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan
sebagai “REASON FOR BEING” dari operasinya. Brand harus menjadi bagian
dari SOLUSI persoalan sosial.
“By default, business must be an economic, social, and environmental
PROBLEM SOLVER.”
#5.Be part of
SOLUTION. It spread the
AUTHENTIC ADVOCACY.
#5.Be part of
SOLUTION. It spread the
AUTHENTIC ADVOCACY.
TACTIC
“Communicating in Crisis”
The Model
Communicating
EMPATHY
in Crisis
DIGITAL
Renaissance
Go Digital
RE
Of Digital
SP
Adoption
ONS
IBLE
LOVE Go Efficient
M EN T
Smart &
EFFICIE
Common
Goal Creative
Go Movement
VE
T
MO
Sumber: Inventure
AFTER COVID-19
EVERY COMPANY
MUST
CREATE VALUE
TO THE WORLD
NOT JUST TO
THE SHAREHOLDERS
Get other ebooks at:
www.inventureknowledge.id
Yuswohady
yuswohady@gmail.com
Amanda Racmaniar
arachmaniar@hotmail.com
Design e-book:
C 2020 Muhammad Ikbal
www.inventure.id ikbaal23@gmail.com