Anda di halaman 1dari 38

Building Brand

in the Covid-19 Crisis


Giving
Every Brand Is Empathic Brand

Responsible
Empathy

Yuswohady
Amanda Rachmaniar

Useful

Get other book at:


www.inventureknowledge.id Solution
Content
I Consumers in Fear
II Mission: Making Impact
III Strategy: Branding in Crisis
IV Tactic: Communicating in Crisis
I

BACKGROUND
“Consumers in Fear”
Towards the Empathic Brand
Seorang twitfriend @BriliAgung Jumat, 27 Maret 2020
lalu ngetwit mengenai hotel kecilnya yang dihibahkan
untuk tempat beristirahat para tenaga kesehatan di RS
rujukan Covid-19 di Banyumas.

Dalam hitungan detik, twit tersebut viral. Ucapan


simpatik berdatangan silih berganti dari netizen.
Bahkan sampai ebook ini ditulis, tiga hari setelahnya,
ucapan masih deras mengalir. Ia mendapat apa yang
disebut: CUSTOMER ADVOCACY

Itulah kekuatan EMPATI.

Di tengah kedukaan konsumen akibat wabah Covid-19


saat ini senjata branding yang paling ampuh adalah
EMPATI.

Dan tak hanya selama krisis Covid-19, setelah krisis


berlalu kami meyakini ini akan menjadi NEW NORMAL
dan untuk selanjutnya EMPATI akan menjadi senjata
branding yang paling ampuh.

Itu sebabnya, mulai saat ini dan setelah musibah usai,


setiap brand harus empati kepada stakeholders-nya:

EVERY BRAND IS EMPATHIC BRAND

4 Building Brand in the Covid-19 Crisis


EVERY
BRAND
EMPATHIC
IS

BRAND
Stages of Consumer Shiftings
during Covid-19
PHASE I PHASE II PHASE III PHASE IV Sejak pemerintah
“Anxious” “Fear” “Panic” “New Normal”
mengumumkan kasus
terinfeksi Covid-19 yang
pertama (2/3) yang
Jumlah pasien yang terinfeksi Jumlah pasien terinfeksi dan
diikuti dengan
Presiden RI pertama kali Krisis wabah telah berakhir,
pengumuman WHO
Triggering

mengungumkan ada warga dan meninggal terus meninggal meningkat secara jumlah terinfeksi/meninggal
Events

yang terinfeksi Covid-19 bertambah. eskponensial. berkurang dan akhirnya tak


ada lagi. bahwa Covid-19 telah
Kewajiban menerapka Self-quarantined atau menjadi pandemic (11/3),
social-distancing. self-lock down.
kecemasan mulai
melanda masyarakat
Customer

Menjaga kebersihan dan Menimbun stok kebutuhan Menyelamatkan nyawa dengan


yang berujung
Priority

kesehatan diri serta keluarga bahan pokok mengkarantina diri di rumah.


Aktif mencari informasi New normal pergeseran perilaku
tentang penularan
konsumen yang sangat
mendasar.
Kesadaran terhadap kesehatan Mulai beradaptasi dengan Konsumen panik, tak berani Berbelanja secara online, food
WFH keluar rumah delivery, WFH, home
Behaviour

meningkat
Changes

entertainment, telemedicine,
Mulai belajar mengelola Frekuensi belanja online
menjadi new normal.
emosi untuk mengurangi meningkat tajam
kepanikan Mulai terbiasa WFH Kepedulian pada kesehatan
dan higienitas menjadi
Konsumsi news dan home new normal.
entertainment meningkat

Masker, hand sanitizer, vitamin Kebutuhan bahan pokok Grocery (via online)
Best Seller
Purchase

seperti beras, mie instant,


frozen food, snack dan Food delivery
perlengkapan sanitasi New normal
Home Entertainment
Video Conference Apps

Sumber: Inventure
Consumer Fear During
Covid-19 Crisis
Konsumen takut terpapar dan terjangkit Covid-19
Konsumen takut tak hanya kondisi kesehatan
begitu pemerintah mengumumkan ada warga
pribadi, tapi juga seluruh anggota keluarga
yang terinfeksi/meninggal. Maka sekejap konsumen
terutama anak-anak dan orang tua mereka yang
“aware” menjaga kebersihan diri dengan rajin cuci
berisiko paling tinggi terjangkit virus.
tangan dan hand sanitizer pun menjadi kebutuhan pokok

Konsumen takut karena perusahaan kehilangan Konsumen takut kehilangan pekerjaan

omset, PHK dan pengangguran massal merebak, PERSONAL FAMILY karena perusahaan tempat mereka bekerja
HEALTH HEALTH bangkrut karena tidak ada omset. Prediksi ILO
dolar meroket, saham anjlok, NPL bank melonjak,
resesi di depan mata, pemerintah bingung tak jumlah pengangguran akibat Covid-19 mencapai
THE JOB
tahu mau apa. 5,3-24,7 juta orang.
ECONOMY SECURITY

Consumer

Konsumen takut wabah menjalar tak terkendali


LOCKDOWN FEAR DEATH
Konsumen takut nyawa melayang melihat
tren korban meninggal terus meningkat pesat.
sehingga lockdown tak bisa dihindari. Maka
Sampai akhir Maret 2020, tingkat kematian sudah
mereka melakukan aksi menimbun barang untuk FAMILY
SPREAD mencapai 8,37% termasuk tertinggi di dunia.
persediaan selama lockdown. FINANCIAL
OF THE
MENTAL SECURITY
VIRUS
HEALTH &
WELL-BEING
Konsumen takut rumah tangga bangkrut
Konsumen takut penyebaran virus melalui
terkena PHK akibat ekonomi yang porak-poranda
sanak-sudara, rekan kerja, atau tetangga karena
oleh wabah. Hal ini mencemaskan keluarga-keluarga
tes Covid-19 sangat terbatas dilakukan.
di tanah air karena Indonesia termasuk yang paling
Nyawa di ujung tanduk.
buruk sistem jaminan sosialnya.

Konsumen takut dan dihantui rasa panik oleh berita-berita buruk dampak Covid-19.
Hal ini berdampak buruk pada kondisi mental. Mereka yang sembuh akan
menghadapi stigma yang membuat mereka sulit diterima masyarakat.
Di tengah wabah
Secara psikososial hal ini berpengaruh pada kesehatan mental Covid-19 yang mematikan,
dan kesejahteraan hidup. masyarakat diliputi
COVID-19 and the world of work: Impact and policy responses ketakutan yang luar biasa.
COVID-19: Briefing note, March 16, 2020, McKinsey
Mental Health and Psychosocial Considerations During COVID-19 Outbreak, WHO (2020)
Long and the
Winding Road of Fear
Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan Puncak
No Skenario Akhir Akumulasi Puncak Confirmed Case
Siklus Confirmed Case Siklus Harian

1 Physical distancing ketat 8-Mei-2020 11070 8-April-2020 821

Physical distancing
2 13-November-2020 43130 9-April-2020 992
moderat

Physical distancing
3 18-Maret-2021 1892000 12-Juli-2020 14720
longgar

Perluas deteksi dan


4 isolasi termasuk tedeksi 20-Oktober-2020 57120 3-April-2020 1349
dini.

Gabungkan skenario 2
5 dan 4
5-Mei-2020 12750 2-April-2020 1368

Sumber: Budi Sulistyo, et.al., Pemodelan Multi Skenario dan Rekomendasi Strategi Pengemdalian Penyebaran Virus Corona di Indoonesia, 2020

Konsumen yang diliputi rasa ketakutan ini akan (2020) memperkirakan, dengan penangan social distancing
berlangsung cukup lama dan akan memakan korban yang longgar seperti yang sekarang terjadi diperkirakan wabah
makin banyak. Studi yang dilakukan oleh Budi Sulistyo, et.al. baru berlalu sekitar setahun lagi yaitu Maret 2021.
II

Mission
“Making Impact”
Making
Impact
Bencana Covid-19 akan mendorong terbentuknya apa yang kami
sebut GIVING SOCIETY. Yaitu masyarakat yang peduli terhadap
sesama. Saat ini kita semua mengarah ke sana di tengah semua orang
(tanpa peduli suku, agama, ras, status sosial, golongan, ataupun
partai) ditimpa kesulitan oleh adanya bencana Covid-19.
 
Di tengah kesulitan massal tersebut, kita bahu-membahu,
tolong-menolong, menyatukan langkah, untuk memerangi Covid-19.
Dalam kondisi memprihatinkan seperti itu semua orang memiliki
MISI BERSAMA untuk berkontribusi memerangi Covid-19. Setiap
insan mengedepankan “apa yang bisa saya kontribusikan kepada
orang lain”, ketimbang sebaliknya.
 
Blessing in disguise, Covid-19 membentuk masyarkat yang peduli:
Full of LOVE, EMPATHY, COMPASSION. Brand adalah juga
CORPORATE CITIZEN yang harus PEDULI dan BERTANGGUNG
JAWAB terhadap masyarakat yang sedang kesusahan.

It’s time to MAKE IMPACT.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 10


“Whereas many see
the Covid-19 virus
as a great disaster,
I prefer to see it
as a great corrector.”
Seorang yang mengaku dirinya Bill Gates
III

STRATEGY
“Branding in Crisis”
The Model
Branding in Crisis
G I T A
I
D L

SOLUTION
“Advocacy”

GIVING EMPATHY
“Loyalty”
LOVE “Awareness”
E

T
F

N
MAKING
F

IMPACT

E
I

USEFUL RESPONSIBLE

M
C

“Perceived Quality” “Association”

E
E
I

V
N O
T M

Sumber: Inventure
5 PRINCIPLES OF BRANDING
IN COVID-19 CRISIS
EMPATHY will touch customer’s deepest heart.
#1
Win your customer with LOVE and COMPASSION.

Brand is a CORPORATE CITIZEN,


#2 not just an ECONOMIC ANIMAL.
Be RESPONSIBLE.

USEFUL BRAND creates SOCIAL BENEFEIT,


#3
not just business one. Usefulness leads to REPUTATION.

It’s time to GIVE.


#4
The more we GIVE, the more we GET.

Be part of SOLUTION.
#5
It spread the AUTHENTIC ADVOCACY.
Transforming the Brand
from Awareness to Advocacy
Advocacy
Ketika brand bisa memecahkan masalah-masalah pelik yang dihadapai
Solution konsumen di tengah krisis maka konsumen akan membelanya.

Loyalty
Selalu memberi adalah landasan kokoh bagi
Giving
terbentuknya loyalitas konsumen.

Perceived Quality
Memberikan manfaat kongkrit di tengah krisis
Useful akan mendongkrak persepsi kualitas di mata konsumen.

Association
Responsible Tanggung jawab sebagai corporate citizen
yang baik akan memperkokoh brand positioning.

Awareness
Empathy Empati akan menciptakan awareness
dan attention konsumen kepada brand.

15 Building Brand in the Covid-19 Crisis


Empathy

#1. EMPATHY will touch customer’s


deepest heart. Win your customer
with LOVE & COMPASSION.
Ketika bencana covid-19 meradang, maka tak sepatutnya brand
jualan secara berlebihan (hard-sell). Di tengah kecemasan dan
ketakutan, brand harus menunjukkan KEPEDULIAN dan EMPATI.
Brand harus merasakan kesulitan yang dialami masyarakat dan
menunjukkannya dengan ACTION kongkrit.

Di tengah wabah, empati adalah alat paling ampuh untuk


memenangkan hati masyarakat. Memenangkan hati dengan CINTA
dan KASIH SAYANG. Empati akan menciptakan SIMPATI. Tempo
menunjukkan empati kepada masyarakat yang sedang
menyesuaikan diri dengan work from home (WFH) karena wabah
dengan menggratiskan layanan selama sebulan.

Ketika Tempo melakukannya sebelum yang lain melakukan maka


hal itu menciptakan AWARENESS dan ATTENTION yang luar biasa
di kalangan konsumen.

16 Building Brand in the Covid-19 Crisis


Empathy

#1. EMPATHY will touch customer’s


deepest heart. Win your customer
with LOVE & COMPASSION.
Langkah empatik dilakukan tanpa basa-basi seperti
yang dilakukan oleh Louis Vuitton.
LV dikenal sebagai brand di menara gading sekonyong-
konyong menjadi down-to-earth begitu wabah
meradang.

Dari memproduksi barang-barang mewah nan mahal, LV


menggunakan fasilitas produksinya untuk membuat dan
mendistribusikan secara massal hand sanitizer. Hand
sanitizer ini dibagikan gratis ke masyarakat sebagai
respons terhadap kelangkaan barang di pasar.

Hal yang sama dilakukan Ford yang mengganti iklan


produk dengan iklan kampanye untuk memerangi
pandemi Covid-19.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 17


Empathy

#1. EMPATHY will touch customer’s


deepest heart. Win your customer
with LOVE & COMPASSION.
Cara brand menunjukkan empati mereka tidak hanya ditujukan bagi konsumen
saja namun juga untuk karyawan. Terlebih, dampak dari terhentinya ekonomi
akibat krisis COVID-19, beberapa perusahaan terpaksa menghentikan pekerja
mereka.

Pengusaha harus cepat merespon. Mau tidak mau mereka harus segera shifting
bisnis ke produk yang dibutuhkan oleh konsumen saat krisis ini yang sekaligus
menjadi survival tactics.

Seperti misalnya Martha Tilaar Group (MTG) mengalihkan sementara produksi


kosmetik mereka untuk membuat hand sanitizer. Hal yang dilakukan MTG
bukan sekedar untuk merespon kelangkaan Hand Sanitizer saja namun juga
memberikan kesempatan bagi sales mereka untuk terus mendapatkan
penghasilan sementara keuntungan dari menjual produk utama berkurang
akibat himbauan stay at home.

MTG berkomitmen sebagian kapasitas produksi mereka akan didedikasikan


untuk internal karyawan sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan
tambahan dengan menjadi reseller. Hal ini juga sejalan dengan misi MTG
membekali internal karyawan mereka dengan jiwa entrepreneur.
Empathy #1. EMPATHY will touch customer’s
deepest heart. Win your customer
with LOVE & COMPASSION.
Tak hanya orang yang
menjalankan social
distancing. Brand pun
melakukannya sebagai
bentuk empati terhadap
musibah Covid-19.
McDonald's, Coca-Cola, Audi
dan Volkswagen mendesain
ulang logonya dalam “versi
social distancing”.

Tentu saja pemisahan logo


tersebut dilakukan sementara
untuk mengedukasi dan
mengampanyekan social
distancing kepada konsumen
dan masyarakat.

19 Building Brand in the Covid-19 Crisis


Responsible

is
#2. Brand a CORPORATE CITIZEN,
not just an ECONOMIC ANIMAL.
Be RESPONSIBLE.

Brand tak hanya sekedar entitas pencetak laba (ECONOMIC


ANIMAL) tapi juga warga negara yang baik (CORPORATE
CITIZEN). Yang selalu bertanggung jawab terhadap setiap
persoalan yang dihadapi oleh lingkungannya. Bencana
kemanusiaan Covid-19 mengharuskan brand memainkan
fungsi BISNIS dan fungsi SOSIAL secara TERINTEGRASI.

Ketika yang lain belum melakukan, Kopi Kenangan


merespons wabah dengan dengan memberikan bukti cek
suhu tubuh semua pegawai yang melayani order. Ini adalah
bentuk tanggung jawab untuk menjamin kesehatan setiap
pelanggan.

20 Building Brand in the Covid-19 Crisis


Responsible
is
#2. Brand a CORPORATE CITIZEN,
not just an ECONOMIC ANIMAL.
Be RESPONSIBLE.
Zoom’s Commitment to User Support
& Business Continuity During tho
Coronavirus Outbreak

Sumber gambar: blog.zoom.us

Working from Home (WFH) menjadi kewajiban di tengah pandemi. Zoom, aplikasi
teleconference, memberikan komitmen tanggung jawab untuk menjadi partner serta
mendukung proses bisnis selama situasi krisis dengan meningkatkan kenyamanan
konsumen dan keunggulan produk.

Di saat Cina berada di puncak krisis wabah Covid-19, FedEx menunjukkan tanggung
jawab sosialnya dengan tetap melakukan perjalanan ke China untuk mengantarkan
bantuan medis dan perlengkapan kesehatan.

“Delivering for Good: A Journey for Hope.”

Sumber gambar: campaignasia.com


#3. USEFUL BRAND creates SOCIAL BENEFEIT,
Useful not just business one. Usefulness leads to REPUTATION.

Beberapa waktu lalu sempat muncul isu dimana


tenaga medis mendapat penolakan dari
masyarakat sehingga mereka kesulitan untuk
mendapat tempat tinggal. Reddoorz
menyediakan fasilitas 100 kamar gratis untuk
tenaga medis di Jakarta

Strategi branding Reddoorz merespon situasi


krisis yaitu dengan memposisikan diri sebagai
brand yang useful. Dengan begitu konsumen
akan melihat tindakan ini sebagai bentuk
empati brand yang efeknya nanti melahirkan
simpati konsumen pasca krisis.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 22


#3. USEFUL BRAND creates SOCIAL BENEFEIT,
Useful not just business one. Usefulness leads to REPUTATION.

Brand haruslah memberikan kemanfaatan, tak melulu


kemanfaatan bisnis tapi juga kemanfaatan sosial.
Rahmatan lil alamin: brand harus menjadi RAHMAT bagi
umat manusia dan alam semesta. Ketika brand
menunjukkan kemanfaatan sosialnya, maka hal itu
menciptakan koneksi (EMOTIONAL CONNECTION) dan
membangun persepsi positif dan REPUTASI.

Permintaan home entertainment seperti Youtube Prime,


Spotify dan Netflix seiring kian bosannya masyarakat
saat melakukan stay at home dan social distancing.

Untuk memberi kemanfaatan sosial, GoPlay


memberikan free access selama beberapa hari untuk
mendukung gerakan #dirumahaja sebagai langkah
pencegahan penyebaran virus Covid-19.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 23


#3. USEFUL BRAND creates SOCIAL BENEFEIT,
Useful not just business one. Usefulness leads to REPUTATION.

Apotik Kimia Farma


menciptakan kemanfaatan sosial
dengan menjamin harga masker
di seluruh apotiknya Rp 2000 di
tengah banyak pihak menimbun
barang sehingga harga
melambung.

Untuk memberi kemanfaatan sosial,


GoPlay memberikan free access
selama beberapa hari untuk
mendukung gerakan #dirumahaja
sebagai langkah pencegahan
penyebaran virus Covid-19.

www.cnbc.com (2020)

Building Brand in the Covid-19 Crisis 24


G IVE.
#4. It’s time to
Giving The more we IVE.
the more we ET.

Saat krisis adalah saatnya brand MEMBERI.

Di kala normal, memberi mungkin hal biasa. Namun di kala krisis


yang dalam seperti bencana pandemi, dimana begitu banyak orang
membutuhkan, memberi bisa menjadi sesuatu yang IMPACTFUL.
Ingat hukum alam yang sangat mulia: Semakin banyak memberi,
semakin banyak yang kita dapat.

Wardah adalah brand pertama yang mengumumkan memberikan


bantuan untuk melawan pandemi. Aksi Wardah ini menjadi
trending di social media sosial dan mendapat apresiasi luar biasa
dari netizen. Langkah Wardah memperkokoh reputasinya sebagai
GIVING BRAND dan membuka jalan bagi terbentuknya loyalitas
pelanggan.

Sumber gambar: kumparan.com


Giving

G IVE.
#4. It’s time to
The more we IVE.
the more we ET.
Grup Astra memberikan bantuan
tahap pertama untuk mendukung
pemerintah mencegah penyebaran
virus Corona. Bantuan ini sekaligus
menunjukkan kontribusi perusahaan
untuk melawan krisis Corona.

Sumber gambar: kompas.com


26 Building Brand in the Covid-19 Crisis
#5.Be part of
SOLUTION. It spread the Solution
AUTHENTIC ADVOCACY.

Ketika virus merajalela, maka brand tak bisa cuci tangan menganggap semua
persoalan itu adalah tanggung jawab pemerintah atau LSM. Bahkan brand
harus menjadikan pemecahan persoalan ekonomi, sosial, dan lingkungan
sebagai “REASON FOR BEING” dari operasinya. Brand harus menjadi bagian
dari SOLUSI persoalan sosial.
 
“By default, business must be an economic, social, and environmental
PROBLEM SOLVER.”

Hanya jika brand mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial maka ia


akan bisa menciptakan pengikut dan dibela mati-matian oleh konsumen dan
masyarakat. Tak hanya pebelaan bsa-basi tapi pembelaan yang tulus dari
konsumen: AUTHENTIC ADVOCACY. Di awal-awal pemerintah menganjurkan
school from home, Ruangguru bergerak cepat memberikan solusi dengan
menggratiskan layanan sekolah online-nya agar siswa di seluruh tanah air
bisa tetap belajar di rumah.

Halodoc juga memberikan solusi di tengah kecemasan masyarakat dengan


layanan cek risiko terpapar virus Covid-19.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 27


Solution

#5.Be part of
SOLUTION. It spread the
AUTHENTIC ADVOCACY.

Dyson, perusahaan teknologi yang


memproduksi peralatan rumah tangga
mengganti proses produksi mereka dengan
memproduksi ventilator. Tindakan ini sebagai
respon untuk mengatasi kekurangan alat bantu
pernafasan bagi pasien Corona yang jumlahnya
terus meningkat di Inggris.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 28


Solution

#5.Be part of
SOLUTION. It spread the
AUTHENTIC ADVOCACY.

Peran pemerintah yang paling utama dalam upaya


menanggulangi krisis wabah COVID-19 yaitu hadir
memberikan solusi.

Pemerintah disini bertindak sebagai brand dimana


ratusan juta masyarakat Indonesia adalah
konsumen. Dalam upaya penanggulangan
penyebaran wabah COVID-19, pemerintah
bertanggung jawab secara aktif menunjukkan
kontribusi agar dapat terus mempertahankan trust
(loyalty) dari masyarakat.

Pada akhir Maret lalu,, pemerintah melalui


Kementrian Kominfo telah me-launching aplikasi
#PeduliLindungi untuk melacak penyebaran
COVID-19 dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Aplikasi ini hadir sebagai salah satu
solusi pemerintah untuk meredam krisis COVID-19
dengan memanfaatkan inisiasi digital.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 29


IV

TACTIC
“Communicating in Crisis”
The Model
Communicating
EMPATHY
in Crisis
DIGITAL

Renaissance
Go Digital

RE
Of Digital

SP
Adoption

ONS
IBLE
LOVE Go Efficient
M EN T

Smart &
EFFICIE
Common
Goal Creative

Go Movement
VE

T
MO

Sumber: Inventure

31 Building Brand in the Covid-19 Crisis


Go Digital
Merespon krisis wabah COVID-19, sejumlah brand
memasang billboard yang pesannya justru agar iklan
mereka tidak dilihat oleh pengendara.

Hal Ini adalah paradox. Brand sengaja memasang iklan


fisik namun sebenarnya sasaran audience mereka
adalah netizen. Seperti Aqua misalnya, tujuan iklan
mereka yaitu viral di social media.

Ini adalah saatnya dimana brand harus melihat target


market mereka telah berpindah ke online netizen.
Himbauan untuk stay at home dan work from home
menjadi trigger utama, konsumen lebih sering online
untuk terkoneksi dengan brand.

Mindset “Make Everything Goes Digital” menjadi


survival tactic untuk menghadapi krisis saat ini.
Marketing campaign apapun wajib menyasar online
netizen.

Building Brand in the Covid-19 Crisis 32


Go Digital
Himbauan untuk social-distancing mau tidak mau
memaksa kita untuk menyelesaikan segala hal di
rumah. Mulai dari transaksi perbankan, berbelanja
kebutuhan pokok, layanan publik hingga
entertainment. Maka tidak bisa tidak koneksi dan
komunikasi dengan konsumen di masa krisis harus
dilakukan secara digital.

Itu sebabnya kami menyebut musibah Covid-19


menandai datangnya RENAISSANCE OF DIGITAL
ADOPTION.

It’s time to GO DIGITAL.

Pariwisata adalah salah satu industri yang paling


terdampak oleh Covid-19. Pemerintah Vietnam
memanfaatkan kondisi sulit ini dengan
memperkenalkan destinasi-destinasi wisatanya
dengan menggunakan teknologi 4.0 virtual reality.

Sementara Loket.com melakukan go digital di


tengah dilarangnya konser dan pertunjukan
dengan menawarkan berbagai event dalam versi
online.

33 Building Brand in the Covid-19 Crisis


Go
Efficient
Di tengah krisis tentu saja hampir semua brand
mengalami kesulitan keuangan. Brand-brand
yang menjual non-essential goods kini praktis
tak mendapat omset karena barang tersebut
tidak lagi menjadi prioritas konsumen.

Brand harus secara SMART & CREATIVE


membantu masyarakat yang kesulitan dengan
sesedikit mungkin mengeluarkan biaya.

Tempo, Ruangguru, dan GoPlay menyiasati hal


ini dengan memaksimalkan biaya overhead-nya.
Mereka menggratiskan layanan tanpa
menambah biaya karena sudah merupakan
bagian dari overhead cost-nya.

Selain itu, Grab memaksimalkan fitur GrabMart


dan GrabGroceries untuk membantu konsumer
berbelanja dan mengakomodasi Mitra yang
“nganggur” akibat kebijakan Social Distancing.

Sementara Loket.com melakukan go digital di


tengah dilarangnya konser dan pertunjukan
dengan menawarkan berbagai event dalam
versi online.
Go Movement
Karena bencana Covid-19 menimpa seluruh masyarakat.
Rasa senasib dan sepenanggungan ini menciptakan
tujuan bersama (COMMON GOAL) untuk melawannya.

Karena itu kampanye yang paling impactful adalah


dengan membuat movement untuk menggerakkan
komunitas untuk gotong-royong melewati krisis.

Create COMMON GOAL. Create COMMON ENEMY. And


drive customers to MOVE.

Najwa Shihab dan Narasi TV misalnya, bersama para


musisi membuat gerakan Konser Musik #dirumahaja
untuk menggalang dana untuk membantu penanganan
virus Covid-19.

Mereka mempersembahkan sebuah video dimana para


musisi secara bergantian menyanyikan lagu "Rumah
Kita” milik God Bless untuk mengampanyekan stay at
home.

Sumber gambar: liputan6.com Building Brand in the Covid-19 Crisis 35


EPILOG
welcome to the
NEW NORMAL
Bagi brand builder, bencana Covid-19 bukanlah semata
GREAT DISASTER tapi GREAT CORRECTER.

Bencana kemanusiaan seperti Covid-19, kerusakan


lingkungan, dan beragam persoalan sosial kian merajalela.

Karena itu brand tak bisa cuci tangan.


Brand harus PEDULI dan menjadi SOLUSI. Every brand must
be an EMPATHIC BRAND.

Ini adalah keharusan baru.


Ini adalah KENORMALAN BARU.
EPILOG

AFTER COVID-19
EVERY COMPANY
MUST
CREATE VALUE
TO THE WORLD
NOT JUST TO
THE SHAREHOLDERS
Get other ebooks at:
www.inventureknowledge.id

Yuswohady
yuswohady@gmail.com
Amanda Racmaniar
arachmaniar@hotmail.com

Design e-book:
C 2020 Muhammad Ikbal
www.inventure.id ikbaal23@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai