1, Januari-Juni 2019
Eka Wigianti
Abstract
This study aims to find out the causes of the failure of preaching described in the book "Penyebab
Gagalnya Dakwah" by Dr. Sayyid M. Nuh. The book contains da'wah failures caused by the
characteristics and actions taken by the dai. Some characteristics and behavior of dai that can
cause failure of da'wah are futur, israaf, uzlah atau tafarrud, ittibaa’ul-hawa, ‘adamut-Tatsabbut
aw at-tabayyun, faudhal waqti, dan al-mira wa-jadal. Without realizing it by Dai, these traits can
cause the failure of da'wah. The researcher used the content analysis method or content analyst
to analyze the contents of the data with a qualitative approach. The results of this study are to
find out what factors can cause failure to preach, especially those presented in the book ‘Penyebab
Gagalnya Dakwah’.
Keyword : failed, da’wah, book
Abstrak
14 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kegagalan Dalam Berdakwah (Kajian Teoritis Dalam Buku ...
jarang dibahas oleh penulis lainnya, yakni primer. Menurut Arikunto metode
kegagalan dakwah yang disebabkan dari dokumentasi merupakan suatu cara
dalam diri dari. mencari data yang berkaitan dengan hal-hal
yang berupa catatan, transkip, buku, surat
B. METODE PENELITIAN
kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat,
Penelitian ini merupakan penelitian legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
teks media, yakni membahas tentang isi 1996:134). Dalam penelitian kualitatif teknik
media dengan menggunakan pendekatan analisis data bertujuan untuk menjawab
kualitatif. Penelitian ini menjadikan buku rumusan masalah. Teknik analisis data
‘Penyebab Gagalnya Dakwah’ sebagai dipahami sebagai cara untuk mencari data
rujukan data. Buku tersebut ditulis oleh kemudian menata secara sistematis catatan
Dr. Sayyid M. Nuh. Penelitian kualitatif hasil dari pengumpulan data tersebut.
memberikan hasil penelitian dalam bentuk kemudian dilanjutkan dengan pemahaman
data deskriptif, berupa kata-kata, tulisan, terhadap objek penelitian. Analisis yang
maupun perilaku dari orang yang diamati. digunakan dalam penelitian ini adalah
(Tanzeh, 2009:100). analisis isi. Analisis isi merupakan
Jenis penelitian ini merupakan kajian analisis yang mendalam dan detail untuk
library research atau penelitian kepustakaan. memahami produk isi dari media. Tidak
M. Nazir menyebutkan bahwa library hanya itu, pemahaman tersebut kemudian
research adalah jenis penelitian yang mampu untuk menghubungkan dengan
diadakan untuk menelaah buku-buku, realitas sosial yang ada (Kriyantono,
literature, catatan, dan laporan pemecahan 2010:249).
masalah (Nazir, 2010:91). Sebagai bentuk Berikut merupakan langkah yang
dari penelitian kepustakaan, maka dalam peneliti lakukan sebelum mengalisa isi
hal ini sumber data yang penulis gunakan penyebab gagalnya dakwah adalah:
adalah buku yang berkaitan dengan masalah
1. Membaca dan mencermati beragam
penelitian. Sumber data primer berasal
buku dakwah, khususnya buku
dari buku ‘Penyebab Gagalnya Dakwah’.
‘Penyebab Gagalnya Dakwah’.
Sedangkan sumber data sekunder berasal
dari buku lain yang berkaitan dengan 2. Menganalisa isi penyebab kegagalan
masalah penelitian, yakni dakwah. dakwah dalam buku ‘Penyebab
Gagalnya Dakwah’.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah metode dokumentasi. 3. Mengidentifikasi isi buku tersebut
Teknik pengumpulan data merupakan kemudian menyimpulkan faktor interal
langkah strategis dalam penelitian. dai yang dapat menyebabkan kegagalan
Hal ini disebabkan karena tujuan dari berdakwah yang disampaikan oleh Dr.
teknik pengumpulan data adalah untuk Sayyid M. Nuh.
mendapatkan data (Sugiyono, 2011: 240).
Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data
ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 15
Eka Wigianti
16 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kegagalan Dalam Berdakwah (Kajian Teoritis Dalam Buku ...
penyakit futuur maupun masalah dakwah dengan sikap boros, berlebihan, santai, dan
lainnya. Sebab ditinjau dari sisi psikologis bermewah-mewahan (M. Nuh, 2000: 60).
masing-masing masyarakat memiliki Tentu sebagai seorang dai yang dipandang
karakteristik yang berbeda, sesuai dengan sebagai pengemban tugas suci memberikan
kondisi dan kontekstualitas lingkungannya. pengaruh tersendiri. Sehingga berbuat baik
Jika dai tidak mengetahui siapa mad’u yang menjadi sebuah keharusan. Menyadari
dihadapi, maka bisa jadi dakwah menjadi akan fungsinya yang berat tersebut, maka
aktivitas yang mengalami kejenuhan (Bahri penting bagi dai untuk membentengi diri
An-Nabiry, 2008: 230) dari sikap israaf. Sehingga meskipun segala
2. Israaf kebutuhan hidup telah dapat terpenuhi,
dai tidak berlebihan dalam kehidupannya.
Menurut bahasa israaf dimaknai Karena tahapan pertama berdakwah adalah
sebagai melakukan sesuatu tetapi tidak dakwah pada diri sendiri, sehingga jika dai
dalam rangka kebaikan, melampaui yang sudah melakukan dakwah di banyak
batas. Sedangkan menurut istilah israaf tempat harusnya juga telah mawas diri pada
berarti berlebihan dalam melakukan hal-hal yang dapat mengganggu aktivitas
dan memilih sesuatu. Beberapa faktor dakwahnya. Salah satunya adalah sifat
penyebab munculnya penyakit hati israaf israaf. Jika dai tidak mampu membentengi
adalah keluasan rezeki setelah sebelumnya dan memberikan dakwah pada dirinya
mengalami kesulitan materi; lalai terhadap sendiri bagaimana ia akan berdakwah pada
bekal perjalanan dakwah yang harus orang lain? Tentu ini dapat menyebabkan
diemban; lalai terhadap realitas yang kegagalan dalam berdakwah sebab dai
tengah dihadapi oleh umat. Israaf dapat kehilangan kepercayaan dan simpati dari
menyebabkan kegagalan dalam berdakwah mitra dakwahnya (Bahri An-Nabiry, 2008:
karena dai menjadi lalai dengan banyak 138).
hal mengenai dakwah. Tak jarang aktivitas
dakwah justru menjadi rutinitas yang 3. ‘Uzlah atau Tafarrud
berjalan berbarengan dengan sikap israaf. Secara bahasa, ‘uzlah atau tafarrud
Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk berarti penjauhan atau pengasingan diri,
menghindari sifat israaf adalah dengan menjauhkan sesuatu. Sedangkan secara
mengendalikan gejolak nafsu duniawi. istilah ‘uzlah dipahami sebagai tindakan
Sehingga tidak semua keinginan duniawi seseorang yang memilih hidup menyendiri
harus dipenuhi, meskipun seorang dai bisa daripada hidup bersama dengan orang lain.
saja memenuhi keinginannya tersebut. Secara luas sikap ‘uzlah ini dipahami sebagai
Menjadikan Rasulullah SAW sebagai seorang dai yang memilih melakukan
suri tauladan juga dapat dijadikan kiat agar aktivitas dakwah sebagai rutinitas namun
dai tidak terjerumus dalam sikap israaf. setelah menyampaikan materi dakwah,
Selain itu dai juga perlu mengingat bahwa ia tidak peduli dengan kelanjutan mitra
sejatinya jalan dakwah itu berat, penuh dakwahnya. Baginya dakwah selesai ketika
dengan kelelahan, penolakan, dan kesakitan. materi telah disampaikan. Dai dengan sikap
Sehingga jalan tersebut tidak dapat dilalui ‘uzlah tidak mementingkan sikap tolong
ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 17
Eka Wigianti
18 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kegagalan Dalam Berdakwah (Kajian Teoritis Dalam Buku ...
kualitas pendidikan Islam, dan lainnya sesuatu yang salah. Sedangkan dampak
yang masih dapat terus diupayakan demi buruk dari sikap ‘adamu at-tatsabbut aw at-
kemajuan umat Islam (Basit, 2006: 188). tabayyun ini adalah munculnya kebencian;
5. ‘Adamut-Tatsabbut Aw At-Tabayyun rusaknya barisan umat muslim yang telah
terbentuk; hilangnya rasa simpati dari umat
Kata at-tatsabbut dalam Bahasa Arab (M. Nuh 2000: 286).
memiliki beberapa pengertian, diantaranya
mencari informasi yang dapat meneguhkan 6. Faudhal Waqti
pada suatu masalah; mencari hakikat dalam Secara bahasa al-faudha memiliki arti
suatu masalah. Sedangkan at-tabayyun percampuran aneka perkara, satu sama
diartikan sebagai mencari sesuatu yang lain. Menurut istilah faudhal waqti diartikan
dapat memperjelas; merenungi dengan sebagai mencampurkan berbagai perkara
perlahan, tidak tergesa-gesa dalam suatu dan memandangnya berada pada satu
yang belum jelas. Sehingga pengertian tingkat kepentingan dan keuntungan.
‘adamu at-tatsabbut aw at-tabayyun ialah Di samping tiadanya kesesuaian antara
sikap tergesa-gesa dalam menilai sesuatu berbagai kewajiban dan pemanfaatan
tanpa didahului dengan upaya mencari waktu. Dalam pandangan Islam faudhal
kebenaran informasi tersebut. Sedangkan waqti dapat berwujud dalam bentuk
pengertian dalam istilah Islam dan dakwah menyia-nyiakan waktu luang tanpa
adalah sikap terburu-buru, tidak seksama, kesibukan yang bermanfaat, menyibukkan
tidak teliti dalam memberikan penilaian diri dengan hal sekunder atau perbuatan
terhadap hal-hal yang terjadi pada kaum yang tidak menyentuh unsur kemanfaatan,
muslimin. Sehingga jika dai berdakwah menumpuk pekerjaan yang banyak dalam
dengan pemahaman yang dangkal, satu waktu (Machasin, 2015: 76).
permasalahan umat tidak terselesaikan Fenomena faudhal waqti dalam urusan
atau justru menimbulkan masalah baru di dakwah adalah dai menyampaikan materi
masyarakat. dakwah tanpa melihat keadaan sosial mitra
Faktor-faktor yang dapat dakwah yang dihadapi. Sehingga berbagai
menyebabkan sikap ‘adamu at-tatsabbut masalah dicampur adukkan dan waktu
aw at-tabayyun adalah tertipu dengan yang digunakan pun menjadi kurang
perkataan buruk; tidak mengerti metode bermanfaat atau bahkan sia-sia. Dalam
ketelitian dalam menganalisa suatu masalah hal ini dai perlu memiliki ketrampilan
di masyarakat. Beberapa fenomena ‘adamu dalam mengatur waktu penyampaian
at-tatsabbut aw at-tabayyun yang terjadi di materi dengan kesesuaian keadaan mitra
masyarakat adalah bermusuhan dengan dakwah. Sebab tidak jarang materi dakwah
non muslim atau justru dengan sesama telah sesuai, namun karena pengaturan
aktivis dakwah; tidak bersedia menerima penyampaian waktu yang tidak tepat
perbedaan atau tidak mendengarkan menyebabkan kegagalan dalam dakwah
argumentasi dari kelompok lain; melihat (M. Nuh, 2000: 186).
apa yang ia ketahui sebagai kebenaran dan Realitas tersebut kemudian
sesuatu lain yang bertentangan sebagai memunculkan istilah ‘budaya kaset’ di
ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 19
Eka Wigianti
20 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054
Kegagalan Dalam Berdakwah (Kajian Teoritis Dalam Buku ...
dalam makalah ini penulis mengambil tujuh diartikan sebagai sikap tergesa-gesa dalam
hal yang dapat menyebabkan kegagalan menilai sesuatu tanpa mempertimbangkan
dakwah. Ketujuh hal tersebut penulis banyak hal dan melakukan pengecekan
ambil menyesuaikan dengan keadaan dan kebenarannya.
perkembangan dakwah di masa sekarang. Faudhal waqti dimaknai sebagai sikap
Diantara hal yang dapat menyebabkan membuang-buang waktu dengan tidak
kegagalan dakwah adalah sikap futuur, israaf, memberikan materi dakwah yang relevan.
‘uzlah, ittibaa’ul-hawa, ‘adamut-tatsabbut aw Sehingga dalam hal ini dikhawatirkan
at-tabayyun, faudhal waqti, al-mira wa-jadal. dai justru akan menyampaikan hal yang
Futuur artinya lamban, malas, atau santai tidak sesuai dengan kebutuhan mitra
dalam berdakwah setelah sebelumnya dakwahnya. Al-mira wa-jadal bisa dikatakan
menggebu-gebu dalam menyampaikan sedang menjadi permasalahan dakwah
materi dakwah. Tentu sebagai manusia yang dialami oleh dai di masa sekarang.
biasa dai bisa saja mengalami hal tersebut Munculnya perdebatan dan pertengkaran
apalagi jika mad’u yang dihadapi yang tidak dapat diatasi antar aktivis
bermacam-macam. Israaf artinya berlebihan dakwah justru menjadi masalah besar
dalam pemenuhan kebutuhan seorang yang dapat menyebabkan kegagalan
dai. Biasanya keadaan ini diawali dengan dalam berdakwah. Untuk menghindari
keadaan dai yang berangkat dari ekonomi kemudharatan dari al-mira wa-jadal dai
menengah atau bawah kemudian setelah dapat mengambil suri tauladan Rasulullah
menjadi dai menjadi ekonomi atas. Tidak SAW yang lebih mengutamakan persamaan
jarang kemudian perilaku israaf justru dari pada perbedaan.
membuat dai mengalami kegagalan dalam
dakwahnya.
‘Uzlah dimaknai luas sebagai
sikap memilih menyendiri dan tidak
memperhatikan permasalahan mitra
dakwah. Sehingga dakwah menjadi
rutinitas biasa yang entah memberikan
perubahan atau tidak, dai tidak peduli.
Dalam hal ini dai merasa dirinya terlepas
dari persoalan mitra dakwah. Ittibaa’ul-hawa
dalam urusan dakwah yang sering dialami
oleh dai adalah pada hal senang mengekor
pada hal yang ia sukai secara hati tanpa
mempertimbangkan logika dan konteks
lainnya. Tentu hal seperti ini menjadi
bahaya dalam penyampaian dakwah
jika dai mengalami persoalan ittibaa’ul-
hawa. ‘Adamut-tatsabbut aw at-tabayyun
ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 21
Eka Wigianti
22 Jurnal An-Nida, Vol. 11, No. 1, Januari-Juni 2019 ISSN : 2085-3521, E-ISSN : 2548-9054