Anda di halaman 1dari 52

PANDUAN PRAKTIK

KLINIS
SMF UROLOGI
DAFTAR ISI

1. PPK BPH
2. PPK prostatitis
3. PPK striktur urethra
4. PPK Ca Buli
5. PPK Ca ginjal
6. PPK Ca penis
7. PPK Ca ureter
8. PPK Ca testis
9. PPK Ca prostat
10.PPK kista urachus
11.PPK Epispadia
12.PPK Meatal stenosis
13.PPK parafimosis
14.PPK fimosis
15.PPK bladder ekstropi
16.PPK UDT
17.PPK hipospadia
18.PPK hidrocele
19.PPK UVJ stenosis
20.PPK UPJ stenosis
21.PPK trauma urethra
22.PPK trauma ureter
23.PPK trauma ginjal
24.PPK trauma buli
25.PPK abses skrotum
26.PPK fournier gangrene
27.PPK orkidoepididimitis
28.PPK torsio testis
29.PPK batu ginjal
30.PPK batu buli
31.PPK batu ureter
32.PPK batu urethra
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

BPH, ICD 10 N.40


1. Pengertian (Definisi) Pembesaran prostat jinak yang menyebabkan
gangguan dalam prosesmiksi/buang air kecil/kencing
2. Anamnesis a. Ruang lingkup: semua pasien laki-laki berusia di
atas 50 tahun yang datang dengan keluhan miksi
atau lower urinary tract symptoms (LUTS), yang
terdiri atas:
1. Storage symtomps
Urgensi (sulit menahan miksi) , frekuensi
(miksi lebih sering dari biasanya), disuria
sampai akhirnya terjadi retensi urine.
2. Micturition symtomps
Hesitansi (harus mengejan untuk memulai
kencing), pancaran urine melemah atau
mengecil, intermitensi
3. Post Micturition symptoms :terminal dribbling
(menetes di akhir miksi), dan terasa ada sisa
setelah selesai miksi.
b. Keluhan utama dan lamanya keluhan
c. Skor IPSS
3. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi
penonjolan suprapubik bila terjadi retensi urine dengan
buli penuh
b. Palpasi
buli-buli teraba di atas simpisis pubis apabila terjadi
retensi urine.
c. Colok dubur (rectal toucher)
prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal,
simetris
4. Kriteria Diagnosis 1. LUTS sebelumnya
2. Retensi urin
3. Colok dubur didapatkan pemebesaran prostat
jinak
5. Diagnosis Kerja BPH
6. Diagnosis Banding 1. Ca Prostat
2. Prostatitis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : RFT, PSA
2. Uroflowmetry dan urodinamika
3. USG Saluran kemih.
8. Terapi 1. Medikamentosa
2. Operasi : Endourologi
TURP
HOLEP
3. Operasi terbuka
Millin Infravesica Retropubic Prostatektomi
9. Edukasi 1. Mengenal gejala pembesaran prostat
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

BPH, ICD 10 N.40


2. Mengenal tanda-tanda komplikasi berupa retensi
urine
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien BPH Retensi dalam 5 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11,
hal. 3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun
2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun
2011, hal. 153 – 156
4. European Association of Urology
Guideline, tahun 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

PROSTATITIS (ICD 10 : N41)


1. Pengertian (Definisi) Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat
yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun non
bakteri. Istilah prostatitis telah mencakup prostatitis
bakterial akut dan kronis dengan adanya sumber
infeksi, dan istilah sindrom prostatitis atau CPPS
(chronic pelvic pain syndrome) yang todak didapatkan
sumber infeksi dan penyebabnya banyak faktor dan
pada sebagian besar kasus tidak jelas.

2. Anamnesis 1. Apakah ada nyeri di perineum?


2. Apakah ada keluhan berkemih seperti pancaran
lemah, sering berkemih, mengejan saat berkemih
atau nyeri saat berkemih?
3. Apakah keluhan juga disertai dengan demam,
menggigil, mural atau muntah?
3. Pemeriksaan Fisik 1. Colok dubur didapatkan prostat membengkak dan
nyeri
2. Dapat dijumpai tanda toksisitas akut siatemik
seperti demam, takikardi dan hipovolemik.
4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi ketiga parameter anamnesis
diatas
2. Memenuhi parameter pemeriksaan fisik
yang pertama.
5. Diagnosis Prostatitis
(akut bakterial prostatitis, kronik bakterial prostatitis,
kronik abakterial prostatitis, asimptomatik inflamatori
prostatitis)
6. Diagnosis Banding 1. Benign prostate hyperthrophy dengan
retensi urine
2. Sistitis
3. Kanker prostat
4. Abses prostat
5. Seminal vesiculitis
6. Urethritis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. Kultur urine dan expressed prostatic
secretion.
3. Uroflowmetri dan residu urine
4. Biopsi perineal (tidak rutin)
8. Terapi 1. Antibiotik
2. Terapi kombinasi antibiotik dan beta-blocker
3. Injeksi antibiotik intraprostat
4. Bedah (untuk drainase urine seperti
misalnya dengan kateter suprapubic)
5. Transurethral
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

PROSTATITIS (ICD 10 : N41)


9. Edukasi Merupakan infeksi di organ prostat yang dapat berkaitan
dengan infeksi di saluran kemih. Dapat diterapi namun
dapat berkembang menjadi prostatitis kronik, septikemia,
pyelonefritis dan epididimitis.
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien prostatitis dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10th ed
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

STRIKTUR URETRA , ICD 10 N.35


1. Pengertian (Definisi) Penyempitan atau penyumbatan lumen uretra karena
pembentukan jaringan fibrotik (parut) pada uretra
dan/atau daerah peri uretra, yang pada tingkat lanjut
dapat menyebabkan fibrosis pada korpus spongiosum.
2. Anamnesis 1. LUTS (gangguan proses berkemih , antara
lain : sulit kencing (harus mengejan), pancaran
bercabang, menetes, diameter kencing mengecil,
sampai retensi urine.
2. Apabila sudah menimbulkan komplikasi, bisa
juga disertai pembengkakan/abses di daerah
perineum dan skrotum, serta bila terjadi infeksi
sistematik juga timbul panas badan, menggigil,
dan kencing berwarna keruh
3. Adanya riwayat uretritis,
4. Riwayat trauma dengan kerusakan pada
panggul, straddle injury,
5. Riwayat instrumentasi pada uretra,
6. Penggunaan kateter uretra
3. Pemeriksaan Fisik 1. Indurasi atau massa noduler, jaringan parut pada
perabaan uretra, fistel uretrokutan
2. Teraba buli-buli bila terjadi retensi urine yang kronik
3. Colok dubur
4. Kriteria Diagnosis 1. LUTS
2. Penyempitan uretra baik total maupun parsial
pada uretrografi
5. Diagnosis Kerja Striktur uretra
6. Diagnosis Banding 1. batu uretra,
2. kelainan di prostat (BPH, prostatitis, kanker
prostat)
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : DL, FH, RFT, LFT, UL, kultur urin
2. Uroflowmetry
3. Uretrografi
4. BVCUG (bipolar voiding cystouretrograf)
5. Urethrocystoscopy
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

STRIKTUR URETRA , ICD 10 N.35


8. Terapi 1. Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan
secara hati-hati.Tindakan yang kasar tambah akan
merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang
pada akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih
berat. Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan
(false route).
2. Uretrotomi interna, yaitu memotong jaringan sikatriks
uretra dengan pisau Otis/Sachse. Otis dikerjakan bila
belum terjadi striktur uretra total, sedangkan pada
striktur yang lebih berat, pemotongan striktur
dikerjakan secara visual dengan memakai pisau
Sachse.
3. Uretrotomi eksterna, adalah tindakan operasi terbuka
berupa pemotongan jaringan fibrosis, kemudian
dilakukan anastomosis di antara jaringan uretra yang
masih sehat.
Pada pasien striktur uretra dengan keluhan retensi
urine, dapat dilakukan tindakan darurat diversi urine
dengan cara cystostomy.
4. Cystostomy Sistostomi merupakan tindakan
mengalirkan kencing melalui lubang yang dibuat pada
supra pubik untuk mengatasi retensi urin dan
menghindari komplikasi, baik dengan cara Open
Cystostomy atau dengan Blinded / Troicart Cystostomy,
sesuai dengan indikasi masing-masing tindakan.

9. Edukasi 1. Mengenal gejala striktur uretra


2. Mengenal tanda-tanda retensi urine
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13.Indikator Medis 80% Pasien Striktur uretra dalam 5 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Tumor Buli, ICD 10 C67


1. Pengertian (Definisi) Neoplasma jinak maupun ganas yang berasal dari buli,
baik dari jaringan epitel maupun jaringan mesenkim.
Karsinoma buli adalah neoplasma ganas yang berasal
dari jaringan epitel buli (urotelium)
2. Anamnesis - Hematuria, yang bersifat gross, painless dan
intermiten
- Tidak bisa kencing akibat retensi bekuan darah
- Disuria, pada karsinoma in-situ, atau karsinoma
yang telah mengadakan infiltrasi luas
- Gejala obstruksi saluran kemih bagian atas
- Edema tungkai, akibat obstruksi aliran limfatik di
daerah pelvis
3. Pemeriksaan Fisik - Palpasi regio suprapubik, untuk meraba massa (jika
besar), atau kandung kemih yang penuh
- Palpasi bimanual, dikerjakan dalam pengaruh
anestesi, sebelum dan sesudah dilakukannya
reseksi tumor buli trans uretra
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : riwayat hematuria
2. Pemeriksaan fisik : palpasi bimanual
3. Pemeriksaan penunjang :
– Radiologi : USG urologi, IVP, CT scan abdomen-
pelvis dengan kontras (untuk pasien yang
direncanakan terapi definitif), USG abdomen dan
foto thorax (untuk mencari metastasis)
– Laboratorium : urinalisis, sitologi urine, tes
fungsi ginjal
– Sistoskopi : ditentukan adanya tumor dan
ekstensinya
– Histopatologi : spesimen didapatkan dari reseksi
tumor buli trans uretra
5. Diagnosis Tumor buli
Jenis histopatologi :
1. Tumor jinak
2. Tumor ganas : karsinoma urotelial, ademo
karsinoma, karsinoma sel skuamosa
Stadium : menurut sistem TNM
6. Diagnosis Banding 1. Tumor ginjal
2. Karsinoma saluran kemih bagian atas
3. Karsinoma Prostat
4. Batu saluran kemih
5. BPH
6. Trauma saluran kemih
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Tumor Buli, ICD 10 C67


7. Infeksi/keradangan saluran kemih

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis


2. Tes Fungsi Ginjal
3. Sitologi urine
4. IVP, atau USG urologi
5. CT scan abdomen-pelvis dengan kontras (untuk
pasien yang direncanakan terapi definitif)
6. USG abdomen
7. Foto thorax
8. Terapi 1. Sistoskopi dan reseksi tumor buli trans uretra,
sebagai baku emas untuk menegakkan diagnosis
tumor buli
2. Instilasi kemoterapi intravesika
3. Operasi : sistektomi radikal dilanjutkan dengan
diversi urine
4. Radioterapi
5. Kemoterapi sistemik
9. Edukasi 1. Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, serta
sifat penyakit tersebut
2. Penjelasan mengenai rencana tindakan, yaitu
diperlukannya tindakan operatif untuk menegakkan
diagnosis, yang memerlukan adanya terapi lanjutan
3. Penjelasan mengenai operasi sistektomi radikal,
risiko dan efek sampingnya
4. Penjelasan dan diskusi dengan penderita mengenai
jenis diversi urine yang akan digunakan
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien Ca Buli dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Wood Jr DP. Urothelial Tumors of the Bladder. In:
Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Novick AC, Peters
CA. Campbell-Walsh Urology 10th edition. 2012.
Elsevier-Saunders:Philadelphia, p2309-28
2. Purnomo BB (editor). Karsinoma Buli. In: Dasar-
dasar Urologi 2nd edition. 2003. Sagung
Seto:Jakarta, p220-225
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Tumor Ginjal, ICD 10 C64

1. Definisi Benjolan abnormal pada ginjal


2. Anamnesis - BAK berdarah
- Teraba massa di pinggang atau perut
- Nyeri pinggang
- Penurunan berat badan bermakna
- demam
- Riwayat keluarga
- Flank pain, flank/abdominal mass, hipertensi, febris,
3. PemeriksaanFisik
weight loss
- Memenuhi lebih dari satu kriteria anamnesis,
4. Kriteria Diagnosis
pemeriksaan fisik dan penunjang
5. Diagnosis Tumor Ginjal :
- Korteks ginjal :
 Jinak : Adenoma, angiomyolipoma, Hamartoma,
Onkositoma
 Ganas : Adenokarsinoma (Grawitz tumor),
nefroblastoma (Wilm’s Tumor)
- Sistem saluran :
 Jinak : Papilloma
 Ganas : Tumor pelvis renalis (Ca sel transisional,
SCC)
- Bila ganas : disesuaikan dengan stagingnya (TNM)
6. Diagnosis Banding - Hidronefrosis
- Neuroblastoma
- Teratoma retroperitoneum
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Darah lengkap, kimia klinik, urinalisa + sedimen urin,
faal hemostasis
2. Patologi Anatomi
Renal Biopsi
3. Radiologi :
USG Abdomen
Thorax Ro AP/PA dan Lateral
BOF
CT scan abdomen+kontras
MRI
Angiografi

8. Terapi Tergantung jenis histologi PA


– Bila jinak, tumor kecil dan tanpa keluhan bisa non
operative management.
– Bila ganas, disesuaikan dengan stagingnya (TNM)
Bisa nephron sparing surgery, radical nephrectomy,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Tumor Ginjal, ICD 10 C64
sitostatika, radiasi eksterna, embolisasi, atau paliatif
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
6. Survival rate
10.Prognosis dubia ad malam

11.Tingkat Evidens III

12.Tingkat Rekomendasi C

13. Indikator Medis 80% Pasien Tumor Ginjal dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell WalshUROLOGY, tenth edition, 2012
2. Purnomo B, Dasar-dasar Urologi, edisi 3, RSSA
Malang, 2011
3. Albers P et al. Guidelines on Renal Cell
Carcinoma. In: Parsons et al EAU Pocket Guidelines.
2012. EAU, p70-88
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Karsinoma Penis, ICD 10 C60
1. Pengertian (Definisi) Tumor ganas yang terdapat pada penis. Beberapa jenis
karsinoma penis antara lain karsinoma sel basal,
melanoma, tumor mesenkim dan yang paling banyak
dijumpai adalah tumor sel skuamosa. Karsinoma sel
skuamosa ini berasal dari kulit prepusium, glans atau
batang penis
2. Anamnesis - Luka/ ulkus pada penis yang tidak sembuh-sembuh
- Higiene penis yang kurang bersih
- Riwayat tidak sirkumsisi, phimosis
- Kejadian meningkat pada STD dan berganti-ganti
pasangan seksual
3. Pemeriksaan Fisik - Didapatkan lesi eksofitik, lesi datar, lesi ulseratif
atau tumor papiler
- Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau,
berbentuk ulkus yang rapuh dan sering mengalami
infeksi
- Pada stadium lanjut dapat ditemukan pembesaran
kelenjar limfe inguinal ataupun metastasis jauh
(KGB subklavia)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : tidak sirkumsisi, STD, berganti-
ganti pasangan sex
2. Pemeriksaan fisik : ulkus yang papiler dan
rapuh pada penis
3. Pemeriksaan penunjang :
o Radiologi : Ro torak, abdomen (BOF), CT scan
abdomen-pelvis (staging)
o Patologi anatomi: biopsi spesimen tumor
5. Diagnosis Karsinoma Penis
T (Tumor primer)
Tis karsinoma insitu
Ta karsinoma tidak invasif
T1 invasi ke jaringan subepitel
T2 invasi ke korpus spongiosum atau korpus
kavernosum
T3 invasi ke uretra
T4 invasi ke struktur atau jaringan sekitarnya
N (Kelenjar limfe)
N0 tidak terdapat metastasis ke kelenjar limfe
regional
N1 teraba kelenjar limfe inguinal unilateral, masih
mobile
N2 teraba kelenjar limfe inguinal multipel atau
bilateral, masih mobile
N3 nodul kelenjar limfe inguinal yang fixed atau
pada pelvis,
unilateral maupun bilateral
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Karsinoma Penis, ICD 10 C60

M (Metastasis)
M0 tidak ada metastasis
M1 metastasis jauh
6. Diagnosis Banding 1. ulkus molle
2. ulkus durum
3. melanoma
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Ro torak
2. Ro abdomen
3. Sentinel node biopsi
4. CT Scan
8. Terapi 1. Parsial penektomi
2. Total penektomi
3. Kemoterapi
9. Edukasi 1. Perawatan luka
2. Komplikasi pasca operasi
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien Ca Penis dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. G. Pizzocaro, F. Algaba, et al. Guidelines on
Penile cancer in European Association of
Urology 2012 edition
2. Tim penyusun modul, Karsinoma Penis.
Kolegium urologi Indonesia 2008
3. Basuki Purnomo. Dasar-dasar Urologi: Tumor
Penis.Pg240 Infomedika; 2011 edition
4. WB Saunders Staff, editors. Campbell’s Urology.
10th edition. Philadelphia :WB. Saunders
Company; 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Tumor Ureter ICD 10 C66


1. Pengertian (Definisi) Suatu keganasan yang terdapat di ureter
2. Anamnesis 1. Adanya nyeri pinggang
2. Hematuri intermitten
3. Penurunan berat badan, lemah, pucat
3. Pemeriksaan Fisik 1. Status generalis:
Anemis, kaheksia
2. Status urologis:
Flank mass, Nyeri ketok CVA,
4. Kriteria Diagnosis 1. Radioluscent filling defect pada gambaran IVP
2. Sitologi urin (+)
3. URS: ditemukan massa di ureter
4. histopatologi (+) tumor
5. Diagnosis Tumor ureter kanan/kiri TxNxMx
6. Diagnosis Banding 1. Tumor ginjal
2. Tumor Buli
3. Batu Ureter
4. Penekanan oleh massa diluar ureter
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab: darah rutin, RFT, UL sedimen
2. BNO-IVP
3. CT urografi
4. Sitologi urin
8. Terapi Operasi: nefroureterektomi
9. Edukasi
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien tumor ureter dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Kirby, R.S. (2005). An Atlas of Erectile Dysfunction,
nd
edition . Patherson publication group
2. Basuki B Purnomo (2003). Dasar-Dasar Urologi
Jakarta
3. Campbel-Walsh Urology 10th edition
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Tumor testis , ICD 10 C62


1. Pengertian (Definisi) Keganasan pada testis
2. Anamnesis 1. Benjolan pada testis
2. Riw. Undesensus testis
3. Infertilitas
4. Massa pada perut atau leher
5. Ginekomastia
6. Keluhan metastasis paru, tulang, penurunan berat
badan
3. Pemeriksaan Fisik 1. Benjolan pada testis, biasanya tidak nyeri,
transiluminasi negative
2. Massa pada pelvis, abdomen, dan leher
3. Ginekomastia
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : Benjolan pada testis
2. Pemeriksaan fisik : Benjolan pada testis
3. Pemeriksaan penunjang :
– Radiologi : USG testis, CT scan abdomen-pelvis
dengan kontras (untuk pasien yang direncanakan
terapi definitif), USG abdomen dan foto thorax
(untuk mencari metastasis)
– Laboratorium : urinalisis, tumor marker
(AFP,betaHCG,LDH), tes fungsi ginjal
– Histopatologi : spesimen didapatkan dari radical
orchidectomy
5. Diagnosis Kerja Tumor testis
Jenis histopatologi :
1. Tumor jinak
2. Tumor ganas : Germ cell tumor, seminoma testis,
non-seminoma testis
Stadium : menurut sistem TNM
6. Diagnosis Banding 1. Epididimitis
2. Orchitis
3. Torsio testis
4. Hidrokel testis
5. Varikokel
6. Spermatokel
7. Kista Epididimis
8. Hernia scrotalis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : pemeriksaan DL, RFT, LFT, SE, AFP, B-HCG
2. USG abdomen/testis, CT Scan, MRI jika diperlukan
8. Terapi 1. Operasi : Radikal orkidektomi
2. Dilanjutkan dengan radiasi eksterna sebagai
ajuvan terapi jika hasil patologi menunjukkan
seminoma testis
3. Pada non seminoma yang belum melewati
stadium III dilakukan pembersihan kelenjar
retroperitoneal atau RPLND. Tindakan diseksi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Tumor testis , ICD 10 C62


kelenjar pada pembesaran kelenjar paraaorta
yang sangat besar didahului dengan pemberian
sitostatika terlebih dahulu.
9. Edukasi 1. Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, serta
sifat penyakit tersebut
2. Penjelasan mengenai rencana tindakan, yaitu
diperlukannya tindakan operatif untuk menegakkan
diagnosis, yang memerlukan adanya terapi lanjutan
3. Penjelasan mengenai operasi orhidectomi radikal,
risiko dan efek sampingnya
4. Penjelasan dan diskusi dengan penderita mengenai
jenis kemoterapi yang akan digunakan
5. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Indikator Medis 80% Pasien tumor testisdalam 7 hari perawatan
9. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10th ed
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Karsinoma Prostat ICD 10 C61
1. Definisi Keganasan pada jaringan prostat
2. Anamnesis - Gejala LUTS (hesitansi, pancaran kencing lemah,
intermitensi, miksi tidak puas, terminal dribling, frekuensi,
urgensi, disuri, nocturi)
- BAK berdarah
- Retensi blood clot
- Nyeri tulang (bila metastase ke tulang)
- Kelainan neurologis (bila metastase ke vertebra)
3. Pemeriksaan Fisik - Rectal Toucher didapatkan nodul keras pada prostat
4. Kriteria Diagnosis - Memenuhi salah satu atau lebih dari kriteria anamnesis
5. Diagnosis Karsinoma Prostat
Dengan Staging :
T - Tumor primer
Tx : Tumor tidak dapat diassess
To : Tidak ada bukti didapatkan tumor prostat
T1 : Klinis tumor teraba atau terlihat dengan imaging
- T1a : Tumor ditemukan insidental pada
pemeriksaan PA <5% jaringan yang direseksi
(TURP)
- T1b : Tumor ditemukan insidental pada
pemeriksaan PA >5% jaringan yang direseksi
(TURP)
- T1c : Tumor ditemukan saat dilakukan biopsi prostat
karena adanya peningkatan PSA
T2 : Tumor terdapat dalam prostat
- T2a : Tumor mengenai setengah lobus atau kurang
dari satu lobus prostat
- T2b : Tumor mengenai lebih dari setengah lobus
dari satu lobus prostat tapi hanya satu lobus prostat
- T2c : Tumor mengenai kedua lobus prostat
T3 : Tumor telah menembus kapsul ginjal
- T3a : Tumor menembus kapsul prostat (unilateral
atau bilateral, tumor exten ke bladder neck
- T3b : Tumor menginvasi vesika seminalis
T4 : Tumor terfiksir atau telah mengenai jaringan sekitar
prostat: vesika seminalis, spinter eksterna, rectum, otot
levator ani, dan dinding pelvis
N - Limp node regional
Nx : limp node regional tidak dapat di assess
No : Tidak didapatkan metastasis pada regional limp node
N1 : Didapatkan metastasis pada regional limp node
M - Metastase Jauh
Mx : Metastasis jauh tidak dapat di assess
Mo : Tidak didapatkan metastasis jauh
M1 : Didapatkan metastasis jauh
- M1a : Metastasis pada non regional limp node
- M1b : Metastasis tulang
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Karsinoma Prostat ICD 10 C61
- M1c : Metastasis pada organ lain
6. Diagnosis Banding - BPH
- Prostatitis
- Abses prostat
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium :
Penunjang Darah lengkap, kimia klinik, urinalisa + sedimen urin,
faal hemostasis
PSA, PCA3 Marker, testosteron
2. Patologi Anatomi
Biopsi prostat (ten core)
3. Radiologi :
TRUS
USG Abdomen
Thorax
BOF
Bone Scan
Bone survey
MRI (bila dicurigai metastis limf node)
8. Terapi 1. Wachful Waiting/Active Monitoring
- Pada pasien dengan co-morbiditas dan resiko tinggi
operasi
- Pada pasien dengan life expectancy yang pendek
- Pada pasien dengan tumor yang terbatas pada
prostat dan jenis tumor yang kurang agresif
2. Operatif :
- TUR Prostat
- Radical Prostatektomi
3. Terapi Hormonal :
- LHRH agonis
- Orchidektomi subkapsular
4. Kemoterapi
5. Radiasi
6. Active Surveilance
9. Edukasi 1. Komplikasi bila tidak dilakukan tindakan (retensi
urin/klot, metastase, gagal ginjal)
2. Jenis pemeriksaan penunjang
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan
4. Komplikasipasca tindakan (inkontinensia urin,
ejakulasi retrograde, impotensia)
5. Survival rate
10.Prognosis Ad vitam: dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11.Tingkat Evidens IIII
12.Tingkat Rekomendasi C
13. Indikator Medis 80% Pasien Ca Prostat dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Tim Penyusun Modul, Tumor Prostat, Kolegium
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Karsinoma Prostat ICD 10 C61
Urologi Indonesia, 2008
2. A Heidenreich, M Bolla, S Joniau, MD Mason, V
Matveev; Guidelines on Prostate Cancer, European
Association Guidelines, 2011
3. Pamela J Russell, Paul Jackson, Elizabeth A
Kingsley; Prostate Cancer Methods and Protocols,
Humana Press Inc, Totowa, NJ, 2000
4. Martin I Resnick MD, Ian M Thomson MD;
Advance Therapy of Prostate Disease, BC Decker Inc,
Hamilton, Ontario, London, 2000
5. Stacy Loeb MD, Herbert Ballentine Carter MD;
Early Detection-Diagnosis and Staging of Prostate
Cancer, Campbell’s Walsh Urology, 10th edition,
Philadelphia, WB, Saunders Company, 2012

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Kista urachus , ICD 10 Q.64.4


1. Pengertian (Definisi) Adanya kista diantara umbilikus dan buli
2. Anamnesis Nyeri abdomen bawah
Demam
Nyeri BAK
3. Pemeriksaan Fisik Teraba massa abdomen
Nyeri tekan dinding abdomen
Demam
4. Kriteria Diagnosis Teraba massa diabdomen
Gambaran kista pada USG ataupun CT scan diantara
dinding depan abdomen dan peritoneum
5. Diagnosis Kerja Kista urachus
6. Diagnosis Banding Abses dinding abdomen
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratoris : Pemeriksaan darah lengkap
2. Radiologis : USG
CT Scan
8. Terapi 1. Medikamentosa : Antibiotika
2. Operatif :Eksisi kista
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien kista urachus dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Epispadia , ICD 10 Q.64.0


1. Pengertian (Definisi) kelainan kongenital akibat defek dari penutupan uretra
dan penis berupa muara uretra yang terletak di sebelah
dorsal penis
2. Anamnesis kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
di sebelah dorsal penis
3. Pemeriksaan Fisik kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
disebelah dorsal penis
4. Kriteria Diagnosis kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
di sebelah dorsal penis
5. Diagnosis Kerja epispadia
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi Rekonstruksi penis
Uretroplasty
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien epispadia dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Meatal stenosis , ICD 10 N 35.0
1. Pengertian (Definisi) Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
2. Anamnesis Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
3. Pemeriksaan Fisik Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
4. Kriteria Diagnosis Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
5. Diagnosis Kerja Meatal stenosis
6. Diagnosis Banding Balanitis Xerotika Obliterans
Tumor uretra
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi Dorsal meatotomi
Meatoplasty
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
3. Prognostik
4. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien meatal stenosis dalam 1 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Parafimosis , ICD 10 N 47.2


1. Pengertian (Definisi) Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan
tidak bisa dikembalikan sampai menutup gland penis
2. Anamnesis Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan
tidak bisa dikembalikan sampai menutup gland penis
3. Pemeriksaan Fisik Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan
tidak bisa dikembalikan sampai menutup gland penis
4. Kriteria Diagnosis Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan
tidak bisa dikembalikan sampai menutup gland penis
5. Diagnosis Kerja parafimosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi 1. Kompresi manual
2. Dorsal insisi
3. Sirkumsisi
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
3. Prognostik
4. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14.Indikator Medis 80% Pasien parafimosis dalam 1 hari perawatan
15.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Fimosis , ICD 10 N 47.1


1. Pengertian (Definisi) Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans
penis
2. Anamnesis Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans
penis
3. Pemeriksaan Fisik Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans
penis
4. Kriteria Diagnosis Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans
penis
5. Diagnosis Kerja fimosis
6. Diagnosis Banding Postitis
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi Sirkumsisi
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
3. Prognostik
4. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien bladder ekstropi dalam 1 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
BLADDER EKSTROPI , ICD 10 Q 64.10
1. Pengertian (Definisi) Kelainan bawaan yang ditandai dengan terbukanya
dinding abdomen bagian bawah dan terpapar buli-buli
dengan dunia luar akibat dari defisiensi struktur
dinding abdomen depan, biasanya disertai dengan
muara uretra epispadia
2. Anamnesis 1. Herniasi struktur buli dan buli-buli terpapar dengan
dunia luar sejak lahir
2. Muara uretra eksterna berada di dorsal penis dan
terbuka sebagian atau sepenuhnya
3. Pemeriksaan Fisik 1. Herniasi struktur buli dan buli-buli terpapar dengan
dunia luar sejak lahir
2. Muara uretra eksterna berada di dorsal penis dan
terbuka sebagian atau sepenuhnya
4. Kriteria Diagnosis 1. Herniasi struktur buli & buli-buli terpapar dengan dunia
luar
2. dinding abdomen anterior tidak terbentuk
3. Muara uretra eksterna berada di dorsal penis dan
terbuka sebagian atau sepenuhnya
5. Diagnosis Kerja Bladder ekstropi
6. Diagnosis Banding 1. Omphalocele
2. Gastroschisis
3. Cloacal exstropy
7. Pemeriksaan Penunjang 1. USG antenatal
2. BOF
8. Terapi Complete Primary Repair for Extrophy
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien bladder ekstropi dalam 12 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Sec. 11, hal.
3915-3930, Thn 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

UNDESCENSUS TESTIS , ICD 10 Q 53


1. Pengertian (Definisi) Testis tidak berada di dalam skrotum
2. Anamnesis Testis tidak teraba di dalam scrotum sejak lahir
3. Pemeriksaan Fisik Testis tidak teraba didalam skrotum, baik satu sisi
maupun kedua sisi
4. Kriteria Diagnosis Testis tidak teraba didalam skrotum
5. Diagnosis Kerja Undescensus testis
6. Diagnosis Banding 1. Testis ektopik
2. testis retractile
7. Pemeriksaan Penunjang USG
8. Terapi 1. Eksplorasi laparaskopik
2. Orchidopexy
3. Orchidectomy
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien Undescensus testis dalam 3 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Hipospadias , ICD 10 Q.54.0


1. Pengertian (Definisi) kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
di sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung
penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular
hingga perineal.
2. Anamnesis muara saluran kencing berada di bagian bawah penis
3. Pemeriksaan Fisik Inspeksi,palpasi: untuk menentukan muara uretra
berada di sebelah ventral proksimal atau distal penis,
prepusium dorsal menjadi berlebihan (dorsal hood) dan
sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral),
terkadang didapatkan meatal stenosis dan undesensus
testis
4. Kriteria Diagnosis Kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
disebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung
penis. Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular
hingga perineal
5. Diagnosis Kerja Hipospadia glanular, subcoronal, penile distal, midshaft,
penoscrotal, scrotal, perineal
6. Diagnosis Banding Genetalia ambigua
7. Pemeriksaan Penunjang – laboratorium darah lengkap, urine lengkap, kultur
urine dan sensitivitas antibiotika, faal liver dan
faal ginjal, faal hemostasis untuk persiapan
operasi
– USG abdomen
pada severe hypospadia (hipospadia proksimal dan
atau disertai kordae yang parah, undesesnsus testis)
dilakukan kariotyping dan pemeriksaan MRI
8. Terapi Koreksi korde (ortoplasti), membuat neouretra dari kulit
penis (uretroplasti), dan membuat glans, bisa satu tahap
atau dalam dua tahap operasi rekonstruksi
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien hypospadia dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Hipospadias , ICD 10 Q.54.0


3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Hidrocele , ICD 10 N.43


1. Pengertian (Definisi) Penumpukan cairan antara tunika vaginalis dan testis
2. Anamnesis a. Keluhan benjolan/massa kistik dan lunak di skrotum.
b. Ukuran benjolan kecil pada pagi hari dan makin
besar dan tegang pada malam hari, ini menunjukan
adanya hubungan/ komunikan pada tunika vaginalis.
c. Tidak ada nyeri, kecuali ada keradangan akut
epididimis.
d. Biasanya pasien mengeluh karena adanya tumor
yang besar dan berat.
3. Pemeriksaan Fisik a. Status umum
b. Inspeksi: massa/benjolan pada skrotum, tidak
hiperemia.
c. Palpasi: tidak nyeri, massa kistik intraskrotal, tidak
tegang.
– Hidrokel testis bila kantong hidrokel seolah-olah
mengelilingi testis sehingga testis tidak dapat
diraba
– Hidrokel funikulus bila kantong hidrokel berada di
kranial dari testis
– Hidrokel kommunikans bila benjolan dapat
membesar saat pasien diminta mengejan
d. Massa dengan pemeriksaan transiluminasi positif.
Jika hidrokel tertutup di dalam funikulus spermatikus
maka akan tampak massa dalam kanalis inguinalis
atau di atas skrotum.
4. Kriteria Diagnosis Benjolan kantung skrotum, kistik, transiluminasi(+)
5. Diagnosis Kerja Hydrocele testis, hydrocele funikulus, hydrocele
communicans
6. Diagnosis Banding - Hernia scrotalis
- tumor testis
- varicocele
7. Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap (DL), faal hemostasis, faal hati, faal ginjal
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Hidrocele , ICD 10 N.43


untuk persiapan operasi
8. Terapi Pada hernia communicans jika usia kurang dari 1 tahun
observasi kecuali jika terdapat hernia atau kondisi patologi
pada testis, jika lebih dari 1 tahun dan pada hernia testis
dan funikulus dilakukan operasi hidrokelektomi (eksisi
marsupiliasi atau extirpasi intoto)
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien hydrocele dalam 3 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Uretero Vesico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.12
1. Pengertian (Definisi) penyempitan UVJ yang menyebabkan gangguan aliran
urin dari ureter ke dalam buli-buli sehingga terjadi
aliran balik (refluks, retrograde)
2. Anamnesis Anak : muntah, panas, gangguan perkembangan, nyeri
pinggang, benjolan di pinggang, riwayat keluarga
Dewasa : nyeri pinggang atau inguinal, benjolan di
pinggang, panas, muntah, LUTS, riwayat keluarga
3. Pemeriksaan Fisik - Flank pain
- flank mass
- tanda-tanda sepsis
- UTI (Urinary Tract Infection)
- hipertensi
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis :
– Anak : muntah, panas, gangguan perkembangan,
nyeri pinggang, benjolan di pinggang, riwayat
keluarga
– Dewasa : nyeri pinggang atau inguinal, benjolan
di pinggang, panas, muntah, LUTS, riwayat
keluarga
2. Pemeriksaan fisik: Flank pain
– flank mass
– tanda-tanda sepsis
– UTI (Urinary Tract Infection)
– Hipertensi
3. Pemeriksaan penunjang :
– Laboratorium :
Darah lengkap, RFT,GFR, urinalisa + sedimen
urin, kultur urin
– Radiologi :
VCUG (refluks study)
USG urologi
BOF
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Uretero Vesico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.12
– Urodinamik
– Renal skintigrafi
5. Diagnosis Kerja - Anamnesis : Flank pain, flank mass, tanda-tanda
sepsis
- Pemeriksaan Fisik : Flank pain, flank mass, tanda-
tanda sepsis, hipertensi
- Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium : lekositosis, Uremia, CKD, UTI
- VCUG (Refluks Study):
 Derajat I: refluks urine mengalir sampai ke
ureter saja, pelvis renalis masih normal,
ujung kalises masih tajam
 Derajat II: refluks urine mengalir ke ureter,
pelvis renalis dan kalises, pelvis renalis
masih normal dengan ujung kalises masih
tajam
 Derajat III: refluks urine mengalir ke
ureter, pelvis renalis dan kalises, pelvis
renalis dilatasi ringan dan ujung kalises
mulai tumpul
 Derajat IV : refluks urine mengalir ke
ureter, pelvis renalis dan kalises, pelvis
renalis dilatasi sedang dan ujung kalises
tumpul derajat sedang
 Derajat V: refluks urine mengalir ke ureter,
pelvis renalis dan kalises, pelvis renalis
dilatasi berat, ureter berkelok-kelok dan
ujung kalises tumpul derajat berat
- USG ginjal : hidronefrosis, pelebaran sistem kalises,
penipisan parenkim ginjal
- Urodinamik
- Renal skintigrafi
6. Diagnosis Banding - Neurogenic bladder
- Posterior urethral valve (PUV)
- Ectopic ureteroceles
- Cystitis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium :
Darah lengkap, RFT,GFR, urinalisa + sedimen urin,
kultur urin
2. Radiologi :
VCUG (refluks study)
USG urologi
BOF
3. Urodinamik
4. Renal skintigrafi
8. Terapi 1. Medikamentosa (antibiotik, antikolinergik)
2. Operatif:
– Intravesical ureteral reimplantation
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Uretero Vesico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.12
– Extravesical ureteral reimplantation (Lich gregoir
procedure)
3. Endoscopic injection

9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya


2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up

10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien UVJ stenosis dalam 5 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Uretero Pelvico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.1
1. Pengertian (Definisi) Penyempitan UPJ sehingga menyebabkan gangguan
aliran urin dari pelvis renalis ke ureter
2. Anamnesis Anak : muntah, panas, gangguan perkembangan, nyeri
pinggang, hematuria
Dewasa : nyeri pinggang, benjolan di pinggang, panas,
muntah, hematuri
3. Pemeriksaan Fisik - Flank pain
- flank mass
- tanda-tanda sepsis
- UTI (Urinary Tract Infection)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis :
– Anak : muntah, panas, gangguan
perkembangan, nyeri pinggang, hematuria
– Dewasa : nyeri pinggang, benjolan di pinggang,
panas, muntah, hematuri
2. Pemeriksaan fisik: Flank pain
– flank mass
– tanda-tanda sepsis
– UTI (Urinary Tract Infection)
3. Pemeriksaan penunjang :
– Radiologi : USG, IVP
5. Diagnosis Kerja UPJ Stenosis
6. Diagnosis Banding - UVJ (Ureterovesicojunction) stenosis
- Multicystic dysplastic kidneys
- PUV (Posterior Urethral Valve)
- Polycystic kidney disease
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium :
Darah lengkap, RFT,GFR, urinalisa + sedimen urin,
kultur urin
2. Radiologi :
USG urologi
BOF
IVU
8. Terapi 1. Nefrostomi perkutan (memberi kesempatan
ginjal memulih-kan fungsinya)
2. Eksplorasi ren  Pyeloplasti (Anderson
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Uretero Pelvico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.1
Hynes)
3. Laparoskopik pyeloplasti
4. endopyelotomi
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien UPJ stenosis dalam 5 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun
2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun
2011, hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Trauma Ginjal , ICD 10 S.37.0
1. Pengertian (Definisi) Trauma yang mengenai ginjal yang disebabkan oleh
trauma tumpul atau trauma tajam
2. Anamnesis - Waktu dan mekanisme trauma
- Kelainan (patologi) ginjal yang pernah atau sedang
diderita
- Nyeri pinggang
- Hematuria
3. Pemeriksaan Fisik - Hemodinamik stabil atau tidak
- Hematuria (gross atau mikroskopis)
- Jejas pada pinggang
- Distensi abdomen, massa abdomen, abdominal
tenderness
- Patang tulang iga
- Trauma yang menyertai (thorax, abdomen, kepala,
ekstremitas)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : riwayat trauma pada pinggang
2. Pemeriksaan fisik : jejas di pinggang,
hematuria
3. Pemeriksaan penunjang :
o Laboratorium : urinalisis : erytrosit (+), darah
rutin (DL), RFT
o Radiologi : CT abdomen-pelvis dengan
kontras
5. Diagnosis Kerja Trauma ginjal
Grade 1 : kontusio, hematom subkapsular tidak
expanding, tanpa laserasi
Grade 2 : hematom perirenal tidak expanding, laserasi
korteks < 1cm tanpa extravasasi
Grade 3 : laserasi korteks > 1 cm tanpa extravasasi
kontras
Grade 4 : laserasi hingga perbatasan korteks-medulla,
PCS atau vaskuler (vasa segmental renalis)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016
Trauma Ginjal , ICD 10 S.37.0
Grade 5 : laserasi: ginjal terbelah atau trauma atau
avulsi pedikel ginjal
6. Diagnosis Banding 1. Trauma buli
2. Trauma ureter
Trama urethra
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : darah rutin (DL), urinalisis,
sedimen urin, RFT
2. Foto polos: abdomen-pelvis
3. USG  evaluasi awal dan follow up pasca
trauma
4. CT-Scan abdomen pelvis dengan kontras
(gold standard)
5. IVP one shoot  pasien trauma ren dengan
hemodinamik tidak stabil (dikerjakan durante
operasi)
6. Angiografi  untuk embolisasi
7. IVP/MRI sebagai pengganti CT scan yang
tidak tersedia

8. Terapi 1. Trauma ginjal grade 1-4 dengan


hemodinamik stabil: konservatif (bed rest,
antibiotic profilaksis, vital sign, DL dan urinalisis
serial)
2. Eksplorasi  hemodinamik tidak stabil,
eksplorasi laparatomi pada trauma abdomen
yang menyertai, hematom yang ekspanding dan
pulsatile, trauma ginjal grade 5, kelainan patologi
ginjal sebelumnya yang membutuhkan
pembedahan
9. Edukasi 1. Monitor hematuria dan fungsi ginjal
2. Bed rest
3. Cegah re-trauma
4. KIE kemungkinan komplikasi: infeksi, abses
perirenal, retroperitoneal re-bleeding, hipertensi,
ekstravasasi urine, fistula arteri-venous

10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien trauma ginjal dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun
2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun
2011, hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Trauma Buli , ICD 10 S.37.2


1. Pengertian (Definisi) Trauma yang mengenai buli-buli (kandung kencing) yang
menyebabkan hematom dan atau laserasi (robekan)
pada buli yang disebabkan baik oleh trauma tumpul
ataupun trauma tajam
2. Anamnesis - Nyeri suprapubik
- Tidak bisa atau sulit buang air kecil (BAK)
- Hematuria
- Riwayat trauma baik eksternal maupun internal
3. Pemeriksaan Fisik - Jejas daerah abdomen dan pelvis
- Gross hematuria
- Distensi abdomen karena tidak bisa BAK
- Pembengkakan abdomen, perineum ataupun
scrotum karena ekstravasasi urine.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : riwayat trauma
2. Pemeriksaan fisik : hematuri
3. Pemeriksaan penunjang :
o Laboratorium : urinalisis : erytrosit (+)
o Radiologi : sistografi, CT-sistografi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Trauma Buli , ICD 10 S.37.2


5. Diagnosis Kerja Trauma buli
Grade 1 : hematom : kontusio, hematom intramural;
Laserasi : parsial
Grade 2 : laserasi dinding buli ekstraperitoneal dengan
ukuran < 2cm
Grade 3 : laserasi dinding buli ekstraperitoneal (> 2 cm)
atau intrapertoneal (<2cm)
Grade 4 : laserasi dinding buli intraperitoneal > 2 cm
Grade 5 : laserasi dinding buli intraperitoneal atau
ekstraperitoneal meluas sampai bladder neck atau
orifisium ureter (trigonum)
6. Diagnosis Banding 1. Trauma ginjal
2. Trauma ureter
3. Trama urethra
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : darah lengkap, urinalisis,
sedimen urin
2. Foto polos: abdomen-pelvis
3. Sistografi
4. CT-Sistografi
8. Terapi 1. Grade 1 – 2 : pemasangan kateter
2. Grade 3-5 : open/ surgical repair
9. Edukasi 1. Monitor hematuria
2. Bed rest
3. Cegah re-trauma
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.Indikator Medis 80% Pasien trauma buli dalam 7 hari perawatan
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Abses Skrotum, ICD 10 N.49.2


1. Pengertian (Definisi) Abses skrotum adalah suatu penimbunan nanah (neutrofil
yang mati) yang terakumulasi di jaringan skrotum.
2. Anamnesis 1. Keluhan berupa nyeri di daerah skrotum, diikuti
pembengkakan pada testis (timbulnya bertahap dan
progresif)
2. Disertai demam, malase, nyeri dirasakan sampai ke
pinggang.
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi: testis membengkak, kemerahan
3. Palpasi: nyeri tekan, perabaan hangat, krepitasi
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan nyeri pada testis,
disertai bengkak kemerahan, didapatkan nanah.
2. Dari hasil urinalisis menunjukkan adanya infeksi kuman
5. DiagnosisKerja Abses skrotum
6. Diagnosis Banding 1. Orkidoepididmitis
2. Fournier gangrene
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap.
2. Kultur nanah (pus)
3. Radiologi : USG skrotum
8. Terapi 1. Drainase abses
2. Antibiotika broad spektrum sesuai pola kuman di
Rumah Sakit
3. Analgetik anti inflamasi
4. Scrotal support
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis abses skrotum
2. Mengenal penyebab terjadinya abses skrotum dan
pencegahan terjadinya kekambuhan & penyebaran
Penyakit Menular Sexual
3. Perawatan luka yang baik dan teratur
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. IndikatorMedis Pasien dengan abses skrotum dapat KRS satu hari 2
minggu.
14. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 –
46, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 –
320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153-
156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Fournier Disease, ICD 10 N.44


1. Pengertian (Definisi) Bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di sekitar
genetalia eksterna pria.
2. Anamnesis 1. Keluhan berupa demam tinggi samapai toksemia,
syok, delirium.
2. Keadaan penis, scrotum dan kulit sekitarnya tampak
bengkak, merah, nyeri dan teraba hangat.
3. Luka progresif jika sudah parah terdapat krepitasi,
nekrosis luas, plak berwarna hitam atau hijau dan
sekret sangat berbau.
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum : suhu tinggi, penurunan kesadaran,
nyeri di sekitar kemaluan
2. Inspeksi: Keadaan penis, scrotum dan kulit sekitarnya
tampak bengkak, merah.
3. Palpasi: nyeri dan teraba hangat, Krepitasi, Pus (+).
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan nyeri di
genetalia eksterna pria
2. Berupa fascitis nekrotikan genetalia eksterna pria
yang onsetnya mendadak, progresif, bisa menjadi
gangrene yang luas dan dapat menyebabkan
septik syok
5. DiagnosisKerja Fournier disease
6. Diagnosis Banding 1. Orkidoepididimitis,
2. Abses perineum
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Fournier Disease, ICD 10 N.44


7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, Serum
elektrolit, BGA, ureum, creatinin, albumin, kultur darah,
kultur urin.
2. Proktoskopi, uretroskopi
8. Terapi 1. Debridement dan nekrotomi
2. Sistostomi
3. Kolostomi (rawat bersama seksi digestif)
9. Edukasi 1. Personal hygine
2. Mengenal prosedur tindakan yang dilakukan
(debridement dan nekrotomi luas)
3. Prosedur tindakan tambahan setelah infeksi teratasi
(misal : penyambungan kolostomi, skin grafting)
10. Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. IndikatorMedis Pasien dengan Fournier disease yang dilakukan
debridement dan nekrotomi dapat KRS (Keluar dari
Rumah Sakit) setelah perawatan 14 hari.
14. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 –
46, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
291 – 320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153-156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Torsio Testis, ICD 10 N.44


1. Pengertian (Definisi) Terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat
terjadinya gangguan aliran darah pada testis.
2. Anamnesis 1. Keluhan berupa nyeri hebat di daerah skrotum, yang
sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada
testis.
2. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut
sebelah bawah, sehingga jika tidak diwaspadai sering
dikacaukan dengan apendisitis akut.
3. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel,
atau tidak mau menyusui
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

3. PemeriksaanFisik 1. Status umum


2. Inspeksi: testis membengkak, letaknya lebih tinggi
dan lebih horisontal daripada testis sisi kontralateral.
3. Palpasi: kadang-kadang pada torsio testis yang baru
saja terjadi dapat diraba adanya lilitan atau
penebalan funikulus spermatikus.
4. Phren sign dan reflek kremaster negatif
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan nyeri mendadak
pada testis
2. Dari hasil eksplorasi didapatkan penyebabnya adalah
terpluntirnya funikulus spermatikus
5. DiagnosisKerja Torsio Testis
6. Diagnosis Banding 1. Orkidoepididimitis,
2. Hernia skortalis terinfeksi
3. Hidrokel terinfeksi
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap.
2. USG dopler abdomen jika didapatkan keraguan dalam
diagnosis (operasi tidak terganggu karena pemeriksaan
ini)
8. Terapi 1. Orkhidectomi
2. Orchidopeksi
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis Torsio
2. Mengenal penyebab terjadinya torsio dan
pencegahan terjadinya kekambuhan
3. Mengenal prosedur tindakan yang dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. IndikatorMedis Pasien dengan Torsio testis yang dilakukan orkhidectomi
dan orkhidopexy dapat KRS (Keluar dari Rumah Sakit)
setelah perawatan 2 hari
14. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 –
46, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
291 – 320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153-156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Ginjal, ICD 10 N.20.0


1. Pengertian (Definisi) Semua batu baik opaque maupun non opaque yang
berada di sistem pelvikalises ginjal.
2. Anamnesis 1. Hematuria baik mikroskopik maupun makroskopik
2. Disuria
3. Demam atau menggigil
4. Kolik ginjal atau nyeri pinggang
5. Dapat juga tanpa keluhan (silent stone)
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi : didapatkan penonjolan daerah pinggang
3. Palpasi : didapatkan masa pada daerah pinggang
4. Perkusi : nyeri ketok pada daerah pinggang (flank
pain), nyeri ketok costo vertebrae angel (CVA)
5. Colok dubur (Rectal toucher)
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan keluhan nyeri
pinggang
2. Hematuria
3. Disuria
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Ginjal, ICD 10 N.20.0


4. Pemeriksaan pencitraan (rontgen atau ultrasonografi)
diketahui penyebabnya adalah batu
5. DiagnosisKerja Batu ginjal
6. Diagnosis Banding 1. ISK,
2. Tumor traktus urogenitalia
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver,
urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman
terhadap antibiotika, kalsium-phospate-asam urat
darah, ekskresi kalsium-phospate-asam urat dalam
urin tampung 24 jam.
2. intravenous urography (IVU), ultrasonografi (USG), Foto
polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB)retrograde
pyelography (RPG), anterograde (APG), Foto polos
perut (Kidney Ureter Bladder – KUB) pre operatif pada
batu ureter opaq
3. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika
diperlukan
8. Terapi 1. Bivalve Nefrolithotomy/pyelonefrolithitomy
2. ESWL
3. Percutaneus Nefrolitolapaxy (PNL)
4. Percutaneus nefrostomy (PNS)
5. Open nefrostomy
6. Nefrectomy
7. Laparoscopic nefro/pyelo lithotomy
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu ginjal
2. Mengenal penyebab terjadinya batu dan
pencegahan terjadinya kekambuhan batu ginjal
3. Mengenal prosedur tindakan yang dilakukan
10.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13.IndikatorMedis 1. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan
nefrolithotomy/pyelonefrolithotomy dapat KRS
(Keluar dari Rumah Sakit) setelah perawatan 7
hari
2. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan ESWL
dapat KRS 1 hari/langsung setelah terapi selesai
3. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan PNL
dapat KRS setelah perawatan 3 hari
4. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan PNS
dapat pulang setelah perawatan 3 hari
5. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan open
nefrostomy dapat KRS setelah perawatan 5 hari
6. Pasien batu ginjal yang dilakukan nefrektomy
dapat KRS setelah perawatan 7 hari
7. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan
laparoscipic nefrolithotomy dapat pulang setelah
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Ginjal, ICD 10 N.20.0


perawatan 3 hari
14.Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 –
46, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
291 – 320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62
– 65
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Kandung Kemih, ICD 10 N.21.0


1. Pengertian (Definisi) Batu buli-buli adalah batu yang berada di kandung
kemih
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
perineum, pinggang dan kaki)
5. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)
3. PemeriksaanFisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,
anemia, syok
2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol
bila ada retensi urin
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Kandung Kemih, ICD 10 N.21.0


3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-
buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila
batu sangat besar (palpasi bimanual)
4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,
dan hematuria.
2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen &
ultrasonografi) diketahui penyebabnya adalah batu
buli-buli
5. DiagnosisKerja Batu kandung kemih
6. Diagnosis Banding 1. ISK
2. Tumor kandung kemih
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non
opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila
dipandang perlu
Persiapan operasi : darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi
liver, urine lengkap, kutur urin, (Gula darah,foto thorax
dan ECG jika diperlukan)
8. Terapi 1. Litotripsi
– tindakan penghancuran batu buli-buli secara
endoskopik dengan litotriptor dengan ukuran batu
maksimal 2,5 cm
2. Trokar Litotripsi
– tindakan pengeluaran batu buli-buli pada anak-anak
yang besarnya < 10 mm, dengan kombinasi
endoskopik dan trokar.
3. Vesikolitotomi
– tindakan pembeadahan, yakni mengeluarkan batu
dari vesika urinaria pada batu multiple dan
berukuran >2,5 cm
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih
2. Mengenal penyebab terjadinya batu dan
pencegahan terjadinya kekambuhan batu ginjal
3. lama perawatan : Litotripsi : tiga hari
4. Bedah terbuka : sebelas hari
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. IndikatorMedis 1. Pasien dengan batu kandung kemih yang dilakukan
lithotripsi dapat Keluar Rumah Sakit (KRS) setelah
dilakukan perawatan 3-5 hari
2. Pasien dengan batu kandung kemih yang dilakukan
trokar lithotripsi dapat KRS setelah dilakuakan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Kandung Kemih, ICD 10 N.21.0


perawatan selama 3-5 hari
3. Pasien dengan batu kandung kemih yang dlakukan
vesicolithotomy dapat KRS setelah dilakukan
perawatan selama 11 hari
14. Kepustakaan
1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 15, Chapter 84,
Tahun 2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
313 – 314
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 66
– 67
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011
5. Whitfield HN. Surgery for renal Stones in: Whitfield
HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery 5" ed. Oxford : Butterworth-
Heinenmann Ltd; 1993.p.26-41
6. Margaret, Yair Lotan. Urinary Lithiasis: Etiologi,
Epidimiologi and Pathogenesis in : Walsh PC (ed)
Campbell's Urology 9"' ed. Saunders Elsevier,
2007. p 1363 – 1392.
7. Paul K Pietrow, Glenn M Preminger. Evaluation and
Medical Management of Urinary Lithiasis in Walsh
PC (ed) Campbell's Urology 9"' ed. Saunders
Elsevier, 2007. p 1393 - 1431.
8. Stroller ML. Urinary Stone Disease in : Tanagho EA,
Mc Aninch JW (eds). Smith's General Urology. 16"' ed.
New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill-, 2004,
p.256-290

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Ureter , ICD 10 N.20.1


1. Pengertian (Definisi) Adanya batu di saluran ureter
2. Anamnesis 1. Keluhan utama nyeri pinggang
2. Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut bawah
atau kemaluan (testis, ujung penis, labium mayor)
tergantung lokasi batu
3. pernah kencing keluar batu,
4. kencing berdarah disertai nyeri pinggang, Retensio
urin
5. sering/pernah mengeluh nyeri serupa didaerah
pinggang
6. kadang-kadang disertai muntah
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi : didapatkan penonjolan daerah pinggang
3. Palpasi : didapatkan masa pada daerah pinggang
4. Perkusi : nyeri ketok pada daerah pinggang (flank
pain),
5. Nyeri ketok costo vertebrae angel (CVA)
6. Colok dubur (Rectal toucher)
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan keluhan nyeri
pinggang
2. Hematuria
3. Disuria
4. Pemeriksaan pencitraan (rontgen atau ultrasonografi)
diketahui penyebabnya adalah batu
5. DiagnosisKerja Batu ureter
6. Diagnosis Banding 1. ISK,
2. Tumor traktus urogenitalia
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver,
urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman
terhadap antibiotika, kalsium-phospate-asam urat
darah, ekskresi kalsium-phospate-asam urat dalam
urin tampung 24 jam.
2. intravenous urography (IVU), ultrasonografi (USG), Foto
polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB)retrograde
pyelography (RPG), anterograde (APG), Foto polos
perut (Kidney Ureter Bladder – KUB) pre operatif pada
batu ureter opaq
3. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika
diperlukan
8. Terapi 1. Ureterorenoscopy (URS) Adalah
mengambil/memecahkan batu ureter dengan alat
ureteronoskopi yang dimasukkan lewat muara meter
dengan bantuan sistoskopi.
2. Nephrostomy Percutan (PNS) Adalah membuat lubang
yang menghubungkan pelvis kaliks sistem dengan
dunia luar. Tujuannya untuk diversi urin bila sumbatan
ureter tidak dapat segera diatasi.
3. Ureterolithotomi: operasi pembedahan untuk
mengambil batu ureter.
4. Laparoscopy ureterolithotomy
9. Edukasi 1. Penyulit : Urosepsis , perdarahan atau gagal ginjal
2. Lama perawatan :
– URS : 2-3 hari
– Operasi terbuka : 5 hari
– Masa pemulihan: 1 minggu
3. Mengenal penyebab terjadinya batu dan
pencegahan terjadinya kekambuhan batu ureter
10. Prognosis Ad vitam :dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam :dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. IndikatorMedis 1. Pasien dengan batu ureter yang dilakukan URS
dapat Keluar Rumah Sakit (KRS) setelah
perawatan hari ke 3
2. Pasien batu ureter yang dilakukan PNS dapat
KRS setelah perawatan hari ke 5
3. Pasien dengan batu ureter yang dilakukan
ureterolithotomi dapat KRS setelah perawatan
hari ke 5
4. Pasien dengan batu ureter yang dilakukan
laparoskopi ureterolithotomi dapat KRS setelah
perawatan hari ke 3
14. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 –
46, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
291 – 320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62
– 65
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Uretra, ICD 10 N.21.1


1. Pengertian (Definisi) Adanya batu di saluran uretra.
2. Anamnesis 1. Kencing tiba-tiba berhenti
2. Nyeri di glans penis atau tempat batu berada
3. Nyeri di perineum
4. Retensi urin atau aliran mengecil
5. Riwayat LUTS sebelumnya
6. Riwayat nyeri pinggang sebelumnya.
7. Pernah terdiagnosa batu ureter
8. Kadang mempunyai riwayat kencing batu
secaa spontan
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi: didapatkan penonjolan pada suprapubik
karena retensi urin
3. Palpasi: teraba batu pada uretra anterior atau
uretra posterior pada colok dubur
4. Kriteria Diagnosis 1. Kesulitan dan nyeri kencing (disuria)
2. Foto KUB tampak penis : gambaran radio
0pak di proyeksi Penis
5. DiagnosisKerja Batu uretra
6. Diagnosis Banding 1. Striktur urethra
2. BPH dengan retensi
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver,
urine lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman
terhadap antibiotika, kalsium-phospate-asam urat
darah, ekskresi kalsium-phospate-asam urat dalam
urin tampung 24 jam.
2. Foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB),
intravenous urography (IVU), USG abdomen jika
diperlukan
Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika
diperlukan
8. Terapi 1. Dorsal meatotomi/meatoplasty : dilakukan incisi
pada dorsal meatus uretra untuk mengambil batu
kemudian dilakukan meatoplasty
2. Lubrikasi anterior: memberikan lubrikan lidocaine gel
melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu bisa
keluar spontan melalui uretra anterior
3. Lubrikasi posterior: memberikan lubrikan lidocaine
gel melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu
terdorong masuk buli untuk kemudian dilakukan
prosedur panghancuran batu buli (litotripsi) atau
dipasang kateter kemudian untuk segera dilakukan
litotripsi
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu uretra
2. Mengenal penyebab terjadinya batu dan pencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
3. Pemeriksaan yang dilakukan
4. Diagnosis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSUD SOE
TIMOR TENGAH SELATAN
2016

Batu Uretra, ICD 10 N.21.1


5. Terapi yang akan dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. IndikatorMedis Pasien dengan batu uretra setelah dilakukan tindakan
dapat KRS setelah perawatan 1 hari
14. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 –
46, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
291 – 320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62
– 65
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2011

Anda mungkin juga menyukai