Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

(PPK)

REHABILITASI MEDIK
Satu episode Pelayanan Rehabilitasi Medik dapat berupa:

a. Konsultasi, Uji Fungsi dan Program Rehabilitasi Medik oleh Dokter Sp.KFR; atau

SATU EPISODE
Konsultasi Uji Fungsi Program Rehabilitasi Medik

b. Konsultasi dan Uji Fungsi oleh Dokter Sp.KFR; atau

SATU EPISODE
Konsultasi Uji Fungsi

c. Konsultasi dengan Dokter Sp.KFR dan Program Rehabilitasi Medik; atau

SATU EPISODE
Konsultasi Program Rehabilitasi Medik

d. Konsultasi dan Pemeriksaan Penunjang; atau

SATU EPISODE
Konsultasi Pemeriksaan Penunjang

e. Prosedur Tindakan Dokter Sp.KFR/Program Rehabilitasi Medik.

SATU EPISODE
Tindakan Dokter Sp.KFR / Program Rehabilitasi Medik
Nyeri Punggung Bawah / Low Back Pain (LBP)
Kode ICD 10: M54.5
1 Definisi Nyeri yang dirasakan didaerah punggung bagian bawah yaitu di antara
iga terbawah sampai lipatan gluteal.
Dapat disertai:
o Gangguan nyeri akut/kronik
o Gangguan ambulasi/mobilitas
o Gangguan fleksibiltas
o Spasme otot
o Gangguan postur
o Gangguan Aktivitas hidup harian/Activity Daily Living (ADL)
o dll.
2 Anamnesis o Lokasi nyeri
o Karakteristik nyeri
o Tingkat keparahan
o Onset, durasi, frekuensi
o Faktor pemicu
o Pekerjaan
o Aktifitas harian

Faktor Risiko
o Pekerjaan & aktivitas fisik berat
o Etiologi mekanik: mengangkat, menarik, mendorong, berputar,
menggeser, duduk lama
o Melakukan pekerjaan manual (manual handling) termasuk
kombinasi: gerakan mengangkat & memutar punggung berulang
dalam kecepatan tertentu
o Vibrasi dalam waktu lama (khususnya seluruh tubuh), trauma &
psikologis

Perlu perhatian khusus (red flags) jika terdapat:


o Usia < 18 atau > 55 tahun
o Riwayat trauma
o Nyeri progresif pada malam hari
o Riwayat keganasan
o Riwayat pengobatan dengan steroid
o Penyalahgunaan obat (drug abuse), infeksi HIV
o Penurunan berat badan
o Penyakit sistemik
o Lingkup gerak sendi terbatas dan persisten
o Nyeri yang intens dengan gerakan minimal
o Inkontinensia
o Kelemahan motorik
3 Pemeriksaan o Observasi postur, deformitas tulang belakang, kelainan pada kulit,
Fisik pola jalan
o Palpasi tulang, otot (tonus, spasme, trigger point)
o Gerakan (luas gerak sendi(LGS)/range of motion (ROM) spine dan
ekstremitas)
o Tes neurologis: miotom, dermatom, refleks, keseimbangan,
koordinasi
o Low back maneuver: Straight Leg Raise (SLR), Kernig, Patrick –
contra Patrick, Gaenslen, Pelvic Rocking
4 Pemeriksaan o Radiologi: x-ray/Computed Tomography (CT) scan/ Magnetic
Penunjang Resonance Imaging (MRI) vertebra lumbal, mielografi
o Laboratorium: darah, urin, cerebrospinal fluid (CSF)
o Neurofisiologi (nerve conduction study (NCS) – elektromiografi
(EMG))
5 Kriteria o Anamnesis
Diagnosis o Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Penunjang
6 Diagnosis Kerja Low Back Pain (LBP)
7 Diagnosis o Mekanikal
Banding • Strain, sprain lumbal
• Proses degeneratif diskus dan faset
• Herniasi diskus
• Stenosis spinal
• Fraktur kompresi osteoporotik
• Spondilolistesis
• Fraktur traumatik
• Penyakit kongenital
o Non Mekanikal
• Neoplasia
• Infeksi
• Osteomielitis
• Abses epidural
• Abses paraspinal
• Penyakit Pott
• Artritis inflamatorik
• Ankylosing spondylitis
• Psoriatic spondylitis
• Sindroma Reiter
• Penyakit Paget tulang
8 Diagnosis Sesuai dengan International Classification of Function and Disability
Fungsional (ICF): gangguan nyeri akut-kronik, fungsi ambulasi/mobilitas,
fleksibilitas, spasme otot, postur, ADL, dll.
9 Tatalaksana o Edukasi, konseling (fisik, okupasi, vokasional, psikososial)
Rehabilitasi o Medikamentosa: NSAID (non-steroid anti-inflammatory drugs),
relaksan otot, anti depresan
o Modalitas fisik: cold pack (48 jam pertama), hot pack, infra red
(IR), diatermi, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation/TENS),
traksi lumbal, laser, shockwave therapy, terapi magnetik
o Dry needling, taping, interventional pain management (IPM)
o Aktifitas fisik terkontrol, pencegahan komplikasi tirah baring lama
o Terapi latihan:
Peregangan + ROM lumbal dan panggul (+ modalitas heat/cold)
Penguatan otot ekstensor trunkus + panggul
Latihan stabilisasi lumbal
o Okupasi: body mechanics dan posture training
o Manual medicine: manipulasi untuk mengurangi spasme
o Ortosis dan assistive devices; lumbosacral orthosis (LSO),
cane/walker bila perlu (Re-assessment Sp.KFR setiap 3 bulan)
o Evaluasi psikologi jika diperlukan (re-assessment 1 bulan sekali,
sesuai indikasi dan peresepan Sp.KFR)

Ketentuan siklus program terapi rehabilitasi medik:


o Secara umum: maksimal 3x/minggu, evaluasi/reassessment Sp.KFR
tiap 2 minggu.
10 Edukasi Penjelasan kondisi dan terapi, proper posture & back mechanics,
latihan rutin di rumah, kontrol
11 Prognosis Tergantung etiologi, fase perjalanan penyakit, dan terapi yang
diberikan
12 Indikator Medis o Perbaikan rasa nyeri (skala nyeri = 2), atau
o Peningkatan kekuatan otot, atau
o Peningkatan ekstensibilitas jaringan lunak/luas gerak sendi, atau
o Perbaikan aktivitas fungsional

Keterangan :
Apabila selama durasi terapi pasien tidak ada perbaikan/ kemajuan
kurang/ goal treatment tercapai, maka evaluasi ulang oleh dokter
Sp.KFR untuk penentuan intervensi selanjutnya/ terapi stop/ rujuk
balik ke dokter/PPK pengirim
13 Kepustakaan 1. Abd OE. Low Back Sprain or Strain. In: Frontera WR, Silver JK,
Rizzo TD, ed. Essentials of Physical Medicine and Rehabilitation.
2nd ed. Saunders Publishing. Philadelphia. 2008. 247-52.
2. Barr KP, Harrast MA. Low Back Pain. In: Braddom RL, editor.
Physical Medicine and Rehabilitation. 4th ed. Elsevier Saunders
Publishing. Philadelphia. 2011.p. 871-912
3. Perdosri. Pedoman Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Wahyuni LK, Tulaar ABM, editor. PB Perdosri.
Jakarta. 2012
4. PB Perdosri. Standar Pelayanan Medik. 2019.
GONARTHROSIS / OSTEOARTRITIS (OA) GENU
Kode ICD 10: M17
1 Definisi Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan sendi kronis (jangka lama)
dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan
sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan
baru pada sendi. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif
pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi.
Dapat disertai:
o gangguan nyeri akut/kronik
o gangguan ambulasi/mobilitas
o gangguan fleksibilitas
o gangguan ADL
o dll.
2 Anamnesis o Nyeri sendi di sekitar lutut terutama selama weight-bearing dan
berkurang dengan istirahat
o Nyeri tekan pada lutut
o Penurunan LGS karena kekakuan sendi (terutama setelah istirahat
lama) atau pembengkakan
o Sensasi “locking” atau “catching” (mengunci)
o krepitasi
o Terkadang efusi/bengkak
o Peradangan dalam berbagai derajat
3 Pemeriksaan o Inspeksi: hipertrofi tulang, deformitas varus
Fisik o Palpasi: peningkatan temperatur, efusi dan nyeri sendi
o LGS: nyeri saat fleksi lutut, penurunan ROM fleksi lutut, krepitus
o Stabilitas: ketidakstabilan mediolateral
o Neurologis: umumnya normal
4 Pemeriksaan o Radiografi:
Penunjang o X-ray posisi weight-bearing anteroposterior, lateral dan sky line
o MRI
o Ultrasonografi muskuloskeletal (USG MSK)
o Hasil tes laboratorium umumnya normal
5 Kriteria Klinis & Laboratorium
Diagnosis NYERI LUTUT disertai minimal 5 dari 9 kriteria berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada perabaan
- Laju endap darah (LED) < 40mm/jam
- Rheumatoid factor <1:40
- Cairan sinovial: jernih, viscous, leukosit <2000/mm3

Klinis & Radiologis


NYERI LUTUT disertai minimal 1 dari 3 kriteria berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- Ro : OSTEOFIT

Klinis
NYERI LUTUT disertai minimal 3 dari 6 kriteria berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
o tidak hangat pada perabaan
6 Diagnosis Kerja OA Genu
7 Diagnosis Diagnosis banding nyeri lutut berdasarkan lokasi anatomi.
Banding o Bagian depan:
- Subluksasi/dislokasi patella
- Tibial apophysitis (Osgood-Schlatter lesion)
- Jumper’s knee (patellar tendonitis)
- Patellofemoral pain syndrome (kondromalasia patella)
o Bagian medial
- Medial collateral ligament sprain
- Medial meniscal tear
- Pes anserinus bursitis
o Bagian lateral
- Lateral collateral ligament sprain
- Lateral meniscal tear
- Iliotibial band tendonitis
o Bagian belakang
- Popliteal cyst (Baker’s cyst)
- Cedera posterior cruciate ligament
8 Diagnosis Sesuai dengan International Classification of Function and Disability
Fungsional (ICF): gangguan nyeri akut/kronik, ambulasi/mobilitas, fleksibilitas,
ADL, dll.
9 Tatalaksana Tujuan tatalaksana:
Rehabilitasi o Memelihara mobilitas sendi dan meningkatkan kekuatan otot.
o Memperkuat otot di sekitar sendi agar dapat memberikan efek
proteksi terhadap sendi yang terkena OA dengan meningkatkan
penyerapan tekanan dan mengurangi beban terhadap sendi.
o Mengurangi nyeri
o Mencegah dan mengkoreksi kelainan biomekanik
o Memperbaiki kekuatan otot, fungsi dan kualitas hidup

Manajemen Konservatif
o Fase akut
o Protection, rest, ice, compression dan elevation
o Oral dan topikal NSAID
o Ortotik dan sepatu
o Rehabilitasi
o Latihan penguatan statis dan dinamis otot periartikuler
o Latihan aerobik
o TENS, Thermal therapy, laser, terapi magnetik, shockwave
therapy, dry needling, manual medicine therapy, splinting,
bandaging,
o IPM
o Pengurangan berat badan
o Ortosis dan assistive devices: Tongkat atau walker, knee brace
(Re-assessment Sp.KFR setiap 3 bulan)
o Evaluasi psikologis jika diperlukan (re-assessment 1 bulan
sekali, sesuai indikasi dan peresepan Sp.KFR)

Ketentuan siklus program terapi rehabilitasi medik:


o Secara umum: maksimal 3x/minggu, evaluasi/reassessment
Sp.KFR tiap 2 minggu.
10 Edukasi Penjelasan kondisi dan terapi, proper posture & knee mechanics,
latihan rutin di rumah, kontrol
11 Prognosis Tergantung fase perjalanan penyakit (derajat), kestabilan sendi dan
terapi yang diberikan
Prognosis fungsional: transfer & ambulasi : mandiri ± ortosis, alat
bantu
12 Indikator Medis o Perbaikan rasa nyeri (skala nyeri = 2), atau
o Peningkatan kekuatan otot, atau
o Peningkatan ekstensibilitas jaringan lunak/luas gerak sendi, atau
o Perbaikan aktivitas fungsional

Keterangan :
Apabila selama durasi terapi pasien tidak ada perbaikan/ kemajuan
kurang/ goal treatment tercapai, maka evaluasi ulang oleh dokter
Sp.KFR untuk penentuan intervensi selanjutnya/ terapi stop/ rujuk
balik ke dokter/ PPK pengirim
13 Kepustakaan 1. Wilkins AN, Philips EM. Knee Osteoarthritis. In: Frontera WR,
Silver JK, Rizzo TD. Essentials of Physical Medicine and
Rehabilitation. 2nd ed. Saunders Publishing. Philadelphia. 2008.p.
745-53
2. Stitik TP, Foye PM, Stiskal D, Nadler RR. Osteoarthritis. In: Delisa
JA (ed). Physical Medicine and Rehabilitation Principle and
Practice. 4th ed. Lippincott William & Wilkins, Philadelphia. 2005.
p.781-810
3. Shiel WC, Stoppler MC. Osteoarthritis (OA or Degenerative
Arthritis). MedicineNet.com. 2011.November 18. Available at
http://www.medicinenet.com/osteoarthritis.htm
4. Perdosri. Pedoman Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Wahyuni LK, Tulaar ABM, editor. PB Perdosri.
Jakarta. 2012
5. PB Perdosri. Standar Pelayanan Medik. 2019.
NYERI BAHU/SHOULDER PAIN
Kode ICD 10: M25.5
1 Definisi Nyeri pada dan di sekitar sendi bahu.
Dapat disertai:
o gangguan nyeri akut/kronik
o gangguan fleksibilitas
o gangguan ADL
o kelemahan otot
o spasme otot
o dll.
2 Anamnesis o Onset, karakteristik, lokasi nyeri, faktor yang memperberat/
meringankan (waktu, gerakan, istirahat, posisi)
o Nyeri pada bagian tubuh lain (leher, dada, lengan atas, sendi lain)
o Usia
o Gangguan fungsional akibat nyeri
o Lengan dominan/non-dominan
o Riwayat trauma/cidera akut (dislokasi sendi), instabilitas
o Riwayat okupasi dan aktifitas olahraga
o Gejala sistemik (demam, penurunan berat badan, ruam, gejala
pernafasan)
o Komorbid (diabetes, stroke, kanker, respirasi, gastrointestinal, atau
penyakit ginjal, penyakit jantung iskemik, psoriasis)
o Riwayat pengobatan
3 Pemeriksaan o Pemeriksaan fisik secara umum
Fisik o Tanda vital
o Pemeriksaan leher, axilla, dan dinding dada
o Pemeriksaan LGS aktif dan pasif: cervical, bahu (93.05)
o Pemeriksaan kekuatan otot (93.04)
o Pemeriksaan status lokalis bahu:
o Inspeksi: bengkak, atrofi, dan deformitas.
o Palpasi: nyeri, bengkak, hangat, krepitasi pada sendi
sternoclavicular, acromioclavicular, dan glenohumeral.
o Pemeriksaan neurologis
o Pemeriksaan khusus:
o Painful arc : 70-120° abduksi aktif
o Rotator cuff/ supraspinatus: Empty can test, drop arm test
o Rotator cuff/ subscapularis: Lift-off test
o Shoulder Impingement: Neer’s sign test, Hawkin’s test,
o Shoulder stability test: Apprehension test, Fowler’s sign, Load
and shift test
o Tes sendi acromioclavicular: Apley scratch test
o Tes tendon biceps: tes Yergason

Red Flags:
- Deformitas atau bengkak yang tidak dapat dijelaskan
- Kelemahan jelas bukan karena nyeri
- Curiga keganasan
- Demam/menggigil/malaise
- Defisit sensorik/motorik yang jelas
- Gangguan paru/vaskuler
4 Pemeriksaan o Laboratorium darah
Penunjang o Radiologi: X-Ray, USG MSK, MRI
o Artrografi
5 Kriteria o Anamnesis
Diagnosis o Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Penunjang
6 Diagnosis Kerja Nyeri pada bahu (M25.51)
- Stiffness of shoulder, not elsewhere classified M 25.61
- Osteophyte, shoulder M25.71
- Other Specified joint disorders, shoulder M25.81
7 Diagnosis o Adhesive capsulitis of shoulder (M75.0)
Banding o Rotator cuff syndrome (tendinosis, partial/full thickness tears, dan
massive tears) (M75.1)
o Bicipital tendinitis (M75.2)
o Calcific tendinitis of shoulder (M75.3)
o Impingement syndrome of shoulder (M75.4)
o Bursitis of shoulder (M75.5)
o Injury of muscle(s) and tendon(s) of the rotator cuff of shoulder
(S46.0)
o Subluxation and dislocation of shoulder joint (S43.0)
o Sprain of acromioclavicular joint (S43.5)
o Instability joint (post-traumatic) shoulder region (M25.31)
o Other instability, shoulder (M25.31)
8 Diagnosis Sesuai dengan International Classification of Function and Disability
Fungsional (ICF): nyeri bahu, limitasi LGS bahu, gangguan fungsi ADL
(berpakaian, menyisir rambut, dll), gangguan partisipasi di rumah dan
tempat kerja, dll.
9 Tatalaksana o Obat-obatan per oral: analgesik, antiinflamasi
Rehabilitasi o Latihan fisik:
o Latihan LGS aktif dan pasif, peregangan(93.11): Codmans’
pendulum exercise, shoulder wheel, overhead pulley
o Latihan penguatan, ketahanan, agilitas (93.13)
o Injeksi intraartikular (kortikosteroid) (93.39)
o Modalitas:
o Thermal therapy: dingin - cold pack (99.81); panas superfisial
(93.35) - hot pack; diatermi: ultrasound diathermy (USD), short
wave diathermy (SWD), microwave diathermy (MWD) (93.34)
o Low level laser therapy/LLLT (93.39)
o Elektroterapi: TENS, neuromuscular electrical stimulation/
NMES (93.39)
o Ortosis: shoulder sling
o Taping, kinesiotaping (93.39)
o Terapi manual (93.6): mobilisasi, manipulasi
o Terapi edukasi (93.82):
o Modifikasi aktifitas untuk meningkatkan fungsi, luas gerak sendi
bebas nyeri, menyesuaikan intensitas peregangan dengan level
iritabilitas pasien
o Evaluasi psikologis jika diperlukan (re-assessment 1 bulan sekali,
sesuai indikasi dan peresepan Sp.KFR)

Ketentuan siklus program terapi rehabilitasi medik:


o Secara umum: maksimal 3x/minggu, evaluasi/reassessment Sp.KFR
tiap 2 minggu.
10 Edukasi Penjelasan kondisi dan terapi, proper posture & shoulder mechanics,
latihan rutin di rumah (towel exercise, finger ladder,
Codmans’pendulum exercise), modifikasi aktifitas harian, kontrol
11 Prognosis Tergantung etiologi, fase perjalanan penyakit, kestabilan sendi dan
terapi yang diberikan
12 Indikator Medis o Perbaikan rasa nyeri (skala nyeri = 2), atau
o Peningkatan kekuatan otot, atau
o Peningkatan ekstensibilitas jaringan lunak/luas gerak sendi, atau
o Perbaikan aktivitas fungsional, atau

Keterangan :
Apabila selama durasi terapi pasien tidak ada perbaikan/ kemajuan
kurang/ goal treatment tercapai, maka evaluasi ulang oleh dokter
Sp.KFR untuk penentuan intervensi selanjutnya/ terapi stop/ rujuk
balik ke dokter/ PPK pengirim
13 Kepustakaan 1. Green S, Buchbinder R, Hetrick S, 2003. Physiotherapy
interventions for shoulder pain. Cochrane Database Syst Rev.2003;
CD004258, doi:10.1002/14651858
2. Dolder PA, Herreira PH, Refshauge KM, 2011. Effectiveness of
soft tissue massage and exercise for the treatment of non-specific
shoulder pain: a systemic review with meta-analysis. Br J Sports
Med. 2012:1-12
3. Marinko LN, Chacko JM, Dalton D, Chacko CC, 2011. The
effectiveness of therapeutic exercise for painful shoulder
conditions: a meta-analysis. J Shoulder Elbow Surg 20 (8): 1351-9.
4. Van der Windt DAWM, Van der Heijden GJMG, Van der Berg
SGM, Riet G, Winter AF, Bouter LM, 1999. Ultrasound therapy for
musculoskeletal disorders: a systematic review. Pain 81: 257-71.
5. Gam A, Thorsen H, Lonnberg F, 1993. The Effect of low-level
laser therapy on musculoskeletal pain: a meta-analysis, Pain 52: 63-
66
6. Thelen MD, Dauber JA, Stoneman PD, 2008. The Clinical Efficacy
of Kinesio Tape for Shoulder Pain: A Randomized, Double-
Blinded, Clinical Trial. J Orthop Sports PhysTher 38(7): 389-95.
7. Mitchell C, Adebajo A, Hay E, Carr A, 2005. Shoulder pain:
diagnosis and management in primary care. BMJ 331: 1124-28.
8. O’Dell MW, Lin CD, Panagos A, 2011. The Physiatric History and
Physical Examination. In: Braddom RL, editor, Physical Medicine
& Rehabilitation, 4th eds. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp: 20-
21.
9. PB Perdosri. Standar Pelayanan Medik. 2019.
STROKE
Kode ICD 10: J64
1 Definisi Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis fokal yang timbul
mendadak akibat gangguan peredaran darah di otak yang disebabkan
penyakit atau kelainan yang juga merupakan faktor resiko. Gejala
tersebut dapat disertai atau tidak disertai gangguan kesadaran dan
manifestasi klinis tergantung neuroanatomi lokasi lesi.
Dapat disertai:
o gangguan fleksibilitas
o kelemahan otot
o gangguan ambulasi/mobilitas
o gangguan ADL
o gangguan komunikasi
o gangguan menelan
o gangguan kognisi
o gangguan sensibilitas
o nyeri
o spastisitas
o risiko jatuh
o dll.
2 Anamnesis o Kelemahan anggota gerak merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada penderita stroke.
o Kelainan lain yang juga sering ditemukan adalah gangguan bicara,
menelan, afasia, gangguan kognitif, hiangnya fungsi sensorik, dan
gangguan penglihatan.
o Peningkatan tonus otot, kelemahan, depresi, nyeri merupakan gejala
yang dapat timbul setelah stroke
o Kemampuan fungsional dan perawatan diri.
3 Pemeriksaan o Pemeriksaan umum: tekanan darah, denyut nadi, frekuensi
Fisik pernafasan, suhu
o Pemeriksaan kesadaran dengan Glasgow Coma Scale
o Evaluasi status mental dengan MiniMental State Examination
o Pemeriksaan saraf kranialis
o Pemeriksaan refleks fisiologis/refleks tendon dalam
o Pemeriksaan refleks patologis (Babinski, dll)
o Pemeriksaan sensibilitas superfisial dan dalam, proprioseptif
o Pemeriksaan lingkup gerak sendi
o Pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
o Pemeriksaan koordinasi motorik
o Uji keseimbangan statis dan dinamis
o Uji fungsi lokomotor dan pola jalan
o Uji fungsi komunikasi
o Uji fungsi menelan
o Uji fungsi berkemih dan defekasi
o Uji kemampuan fungsional dan perawatan diri
4 Pemeriksaan o CT scan kepala
Penunjang o Laboratorium
o Elektrokardiografi (EKG)
5 Kriteria o Anamnesis
Diagnosis o Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Penunjang
6 Diagnosis Kerja Stroke
7 Diagnosis o Tumor otak
Banding o Trauma kepala
8 Diagnosis Sesuai dengan International Classification of Function and Disability
Fungsional (ICF): gangguan gerak, keseimbangan, sensibilitas, menelan, kognitif
(memori, perhatian, persepsi ruangan), berkemih, dan defekasi,
gangguan komunikasi, fungsi seksual, psikis dan perawatan diri, tidak
dapat bekerja, terganggu dalam kegiatan spiritual keagamaan dan
komunitas.
9 Tatalaksana Rehabilitasi stroke adalah pengelolaan medis dan rehabilitasi
Rehabilitasi komprehensif terhadap disabilitas yang diakibatkan stroke melalui
pendekatan neurorehabilitasi. Program rehabilitasi perlu disusun sesuai
dengan tingkat keparahan akibat serangan stroke. Rehabilitasi fase akut
dilaksanakan selama pasien dirawat inap. Pada kondisi medis dan
neurologis stabil (fase subakut), pasien bisa dilakukan rehabilitasi
rawat inap maupun rawat jalan/home care. Sedangkan fase
kronik/lanjut rehabilitasi dilakukan dengan rawat jalan. Program
rehabilitasi multidisiplin secara komprehensif dimulai dari fase akut
secara inter maupun intra disiplin dengan spesialis lain
o Latihan (exercise)
Program latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
fungsi dengan penekanan pada peningkatan kemampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari (ADL). Instruksi mengenai teknik-
teknik kompensasi dan edukasi yang dibutuhkan pasien diajarkan
juga terhadap keluarga atau caregiver penting untuk
mempersiapkan kembalinya pasien ke rumah.
o Disfagia
Penanganan disfagia neurogenik tergantung pada fasenya, meliputi
penggunaan selang nasogastric, modifikasi diet (mis: cairan kental,
makanan dihaluskan), terapi menelan (mis: penggunaan teknik
kompensasi seperti mengangkat dagu saat menelan), dan stimulasi
listrik
o Komunikasi
Gangguan komunikasi bisa berupa afasia, disartria dan lain-lain.
Tindakan rehabilitasi diberikan sesuai dengan penilaian kelainan
yang terdapat pada pasien.
o Kognisi
Stroke seringkali mempengaruhi kemampuan kognisi pasien.
Perubahan dalam memori, perhatian, insight, dan kemampuan
penyelesaian masalah sering ditemukan pada pasien dengan stroke.
Penentuan tingkatan dari gangguan kognisi dapat ditentukan
dengan Ranchos Los Amigos Scale dan minimental. Edukasi dan
latihan keluarga merupakan komponen penting dalam rehabilitasi
kognitif. Pengenalan dan penatalaksanaan depresi pasca stroke
merupakan hal yang sangat penting, karena depresi dapat
menyebabkan penurunan kognitif pasca stroke.
o Ortosis
Ortotis dapat membantu kegiatan mobilisasi penderita stroke.
Ortosis dapat membantu kompensasi pada gangguan dorsofleksi
pergelangan kaki, mengontrol gerakan kaki, spastisitas dan
stabilitas sendi lutut.
o Bantuan Ambulasi dan Kursi Roda
Adanya hemiparesis pada penderita stroke menyebabkan banyak
penderita stroke membutuhkan alat bantu untuk ambulasi, seperti
tongkat, tongkat kaki empat, hemi-walker, atau pada beberapa
kasus dapat menggunakan walker konvensional. Pada kondisi yang
berat, kursi roda dibutuhkan untuk ambulasi pasien. Pada penderita
stroke one-side arm wheelchair berguna karena dapat mengontrol
kedua roda hanya dari satu sisi
o Subluksasi Bahu
Subluksasi bahu umumnya terjadi pada kasus hemiplegi pasca
stroke. Menopang lengan dengan menggunakan penopang lengan
(arm board) dan penggunaan shoulder sling/cuff dapat mencegah
dan memperbaiki subluksasi tersebut. Pada nyeri bahu, stimulasi
listrik bermanfaat untuk mengurangi nyeri bahu
o Evaluasi untuk dapat bekerja kembali
Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan fungsional yang masih
dimiliki dan ditingkatkan kemampuannya untuk dapat melakukan
pekerjaan seperti sebelum terkena stroke dengan atau tanpa alat
bantu
o Alat Bantu Adaptif
Alat bantu adaptif merupakan alat bantu yang bentuk dan fungsinya
disesuaikan untuk meningkatkan kemampuan fungsi seorang
penderita stroke untuk mampu melakukan aktivitas yang
diperlukan.
o Evaluasi psikologi jika diperlukan (re-assessment 1 bulan sekali,
sesuai indikasi dan peresepan Sp.KFR)

Ketentuan siklus program terapi rehabilitasi medik:


o Secara umum: maksimal 3x/minggu, evaluasi/reassessment Sp.KFR
tiap 2 minggu.
10 Edukasi Penjelasan kondisi dan terapi, proper positioning, latihan rutin di
rumah, kontrol
11 Prognosis Tergantung etiologi, fase perjalanan penyakit, dan terapi yang
diberikan
12 Indikator Medis o Mencapai Brunnstrom stage 6 sebagai target awal, atau
o Peningkatan kekuatan otot, atau
o Peningkatan ekstensibilitas jaringan lunak/luas gerak sendi, atau
o Perbaikan aktivitas fungsional (ADL, berjalan dengan/atau tanpa
alat bantu)
o Dapat berkomunikasi dengan fungsi bicara yang memadai
o Setelah 6 bulan dapat kembali kembali ke dokter pengirim/
rehabilitasi komunitas.
Keterangan :
Apabila selama durasi terapi 3 bulan tidak ada perbaikan/ kemajuan
kurang/ goal treatment tercapai, maka evaluasi ulang oleh dokter
Sp.KFR untuk penentuan intervensi selanjutnya/ terapi stop/ rujuk
balik ke dokter/PPK pengirim, atau rujuk ke faskes yang lebih
tinggi.
13 Kepustakaan 1. Pengembangan Konsep Nasional Penanggulangan Stroke. Depkes.
2001
2. Konsensus Nasional Rehabilitasi Stroke. PERDOSRI. 2004
3. Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia. PERDOSSI.
1999
4. Bradstater ME. Important Practical Issue in Rehabilitation of the
Stroke Patient. In: Stroke Rehabilitation. William and Wilkins.
1987. P. 887-91
5. Perdosri. Pedoman Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi. Wahyuin LK, Tulaar ABM, editor. PB Perdosri.
Jakarta. 2012
6. Perdosri. Standar Pelayanan Tim Rehabilitasi Medik Terpadu. 2020
CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS)
Kode ICD 10: M54.2
1 Definisi Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa
kesemutan yang menjalar, spasme otot yang disebabkan karena
perubahan struktural kolumna vertebra servikalis akibat perubahan
degenerative pada diskus intervertebralis, atau pada ligamentum
flavum.
Dapat disertai:
o nyeri
o gangguan fleksibilitas
o kelemahan otot
o spasme otot
o gangguan sensibilitas/sensorik
o gangguan ADL
o dll.
2 Anamnesis Nyeri servikal dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti: proses
infeksi, perubahan degeneratif, trauma, tumor dan kelainan sistemik.
Salah satu penyebab nyeri servikal adalah radikulopati. Berbagai
keadaan yang menyebabkan perubahan struktur anatomi tulang leher
dapat menimbulkan keluhan radikulopati. 34% dari populasi
mengalami nyeri servikal, 14% diantaranya mengalami lebih dari 6
bulan. Lebih sering pada populasi usia diatas 50 tahun.

Gejala klinis:
o Nyeri di tengkuk, otot tengkuk terasa kencang
o Nyeri menjalar sampai ke lengan
o Kesemutan pada sebelah distal sesuai dermatom
o Keterbatasan gerak, bisa terjadi pada leher maupun bahu
3 Pemeriksaan o Inspeksi: postur/posisi kepala tertekuk menjauhi sisi yang sakit
Fisik o Palpasi: nyeri tekan, kekakuan, spasme otot
o Movement: nyeri gerak
o Tes sensorik & motorik
o Special test: Spurling, distraksi
4 Pemeriksaan o Foto polos servikal: penting untuk mendeteksi adanya subluksasi,
Penunjang fraktur, maupun proses degeneratif.
o CT scan: dapat memberikan visualisasi yang baik komponen tulang
servikal dan sangat membantu bila ada proses akut.
o MRI: dapat mendeteksi kelainan pada ligamentum, diskus, medulla
spinalis, radiks saraf dan tulang vertebra.
o EMG: membantu membedakan gangguan neurogenik atau bukan,
menentukan level dari iritasi radiks, membedakan lesi radiks
dengan lesi saraf perifer, membedakan adanya iritasi atau kompresi
radiks.
5 Kriteria o Anamnesis
Diagnosis o Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Penunjang
6 Diagnosis Kerja Cervical Root Syndrome (CRS)
7 Diagnosis Neurologi
Banding o Mielopati servikal
o Tumor (spinal, Pancoast)
o Syringomelia
o Motor neuron disease
o Herpes zoster
o Brachial plexopahty
o Peripheral nerve entrapment
Muskuloskeletal
o Shoulder disease
o Spondilosis servikal
o Nyeri miofasial
o Penyakit inflamasi
o Infeksi
o Tumor
o Tendinitis
Lain-lain
o Iskemia jantung
8 Diagnosis Sesuai dengan International Classification of Function and Disability
Fungsional (ICF): nyeri, gangguan gerak, sensibilitas, psikis, ADL, bekerja,
kegiatan spiritual keagamaan dan komunitas.
9 Tatalaksana Tujuan tatalaksana:
Rehabilitasi o Mengurangi nyeri
o Mengoptimalkan ROM
o Meningkatkan fungsi
o Memperbaiki postur
o Menjaga stabilitas sendi

Tatalaksana farmakologis:
o Analgetik
o NSAID
o Relaksan otot
o Vitamin B12

Program Rehabilitasi:
o Modalitas terapi panas seperti diathermy (Shortwave, Microwave,
Ultrasound) atau dingin untuk mengurangi spasme; TENS untuk
mengatasi nyeri, laser, dry needling, manual medicine, traksi
servikal apabila tidak ada kontraindikasi
o Terapi latihan terdiri dari latihan peregangan (streching), dan
latihan penguatan otot (strengthening exercise)
o Ortosis servikal berupa soft cervical collar untuk immobilisasi leher
& mengurangi kompresi radiks saraf (24 jam/hari selama seminggu,
selanjutnya pemakaian jika beraktivitas saja mulai pada minggu
kedua)
o Evaluasi psikologi jika diperlukan (re-assessment 1 bulan sekali,
sesuai indikasi dan peresepan Sp.KFR)

Ketentuan siklus program terapi rehabilitasi medik:


o Secara umum: maksimal 3x/minggu, evaluasi/reassessment Sp.KFR
tiap 2 minggu.
10 Edukasi Penjelasan kondisi dan terapi, proper positioning & neck mechanics,
latihan rutin di rumah, memodifikasi aktivitas/ pembatasan aktivitas,
kontrol.
11 Prognosis Tergantung etiologi, fase perjalanan penyakit, dan terapi yang
diberikan
12 Indikator Medis o Penurunan nyeri (skala nyeri = 2), atau
o Pengurangan spasme otot
o Perbaikan postur, atau
o Peningkatan kekuatan otot, atau
o Peningkatan ekstensibilitas jaringan lunak/luas gerak sendi, atau
o Perbaikan aktivitas fungsional

Keterangan :
Apabila selama durasi terapi pasien tidak ada perbaikan/ kemajuan
kurang/ goal treatment tercapai, maka evaluasi ulang oleh dokter
Sp.KFR untuk penentuan intervensi selanjutnya/ terapi stop/ rujuk
balik ke dokter/ PPK pengirim
13 Kepustakaan 1. DePalma MJ, Slipman CW. Common Neck Problem. In: Braddom
RL (ed). Physical Medicine and Rehabilitation, fourth edition,
Elsevier Saunders publishing, Philadelphia; 2011: 787-816
2. Lipetz JS, Lipetz DI. Disorders of the Cervical Spine. In: Frontera
WR, Delisa JA (eds). Delisa’s Physical Meddicine&Rehabilitation,
5th ed. Lippincort William &Wilkins, Philadelphia: 2010.p 811-36
3. McKenzie R. The Cervical And Thoracic Spine Mechanical
Diagnosis And Therapy. Spinal Publications Ltd. New York.
1990.p 608-71.
4. PB Perdosri. Standar Pelayanan Medik. 2019.

Anda mungkin juga menyukai