Anda di halaman 1dari 10

Low Back Pain

ICD-10 : M54.5

1. Pengertian Nyeri yang dirasakan didaerah punggung bagian bawah yaitu di antara iga terbawah sampai lipatan gluteal
(Definisi)
2. Faktor Resiko
1. Pekerjaan & aktivitas fisik berat :60% LBP
2. Etiologi mekanik : mengangkat, menarik, mendorong, berputar, menggeser, duduk lama
3. Melakukan pekerjaan manual (Manual Handling) termasuk kombinasi : gerakan mengangkat & memutar
punggung dalam kecepatan tertentu (teknik salah)
4. Faktor lain : vibrasi dalam waktu lama (khususnya seluruh tubuh), trauma, & psikologis

3. Etiologi
1. Mekanikal
 Strain, sprain lumbal (70%)
 Proses degeneratif diskus dan facet (10%)
 Herniasi Diskus (4%)
 Stenosis Spinal
 Fraktur kompresi osteoporotic (4%)
 Spondilolistesis (2%)
 Fraktur traumatic (<1%)
 Penyakit congenital (<1%)
2. Non Mekanikal
 Neoplasia (0.7%)
 Infeksi (0,01%)
 Osteomyelitis
 Abses epidural
 Abses paraspinal
 Penyakit Pott
 Artritis inflamatorik (0.3%)
 Ankylosing spondylitis
 Psoriatic spondylitis
 Sindroma Reiter
 Penyakit Paget tulang

4. Anamnesis
 Lokasi
 Karakter nyeri
 Tingkat keparahan
 Waktu : onset, durasi, frekuensi
 Faktor pemicu
 Pekerjaan
 Aktivitas sehari-hari
Perlu perhatian khusus jika didapati hal-hal berikut (red flags) :
 Back pain pada anak < 18 tahun atau dewasa > 55 tahun
 Riwayat trauma
 Nyeri progresif pada malam hari
 Riwayat keganasan
 Riwayat pengobatan dengan steroid
 Drug abuse, HIV infection
 Penurunan berat badan (weight loss)
 Penyakit sistemik
 Lingkup gerak sendi terbatas dan persisten
 Nyeri yang intens dengan gerakan minimal
 Incontinensia
 Kelemahan motorik
 Observasi
5. Pemeriksaan
Fisik - Postur : anterior, posterior, lateral
- Deformitas tulang belakang
- Kulit : psoriasis, atau penyakit vascular yang menimbulkan nyeri
- Pola jalan
 Palpasi
- Tulang
- Otot : trigger point, spasme, tonus
 Gerakan
- ROM Spine ; forward flexion, extension, side bending, rotasi
- Ekstremitas
 Tes neurologi
- MMT : miotom L1-S1
- Sensitifitas; dermatom L1-S1
- Reflex
- Keseimbangan dan koordinasi
 Low Back Maneuver
- SLR
- Kernig test
- Pelvic rock test
- Gaenslen sign
- Patrick-contra Patrick
- Thomas

 Lingkup gerak sendi


6. Keterbatasan
fungsional  Transfer dan mobilisasi
 Aktivitas kehidupan sehari-hari
 Bekerja

 Neurofisiologi
7. Pemeriksaan
penunjang - Elektromiografi (EMG)
- Needle EMG dan H-Refleks
- Somatosensory Evoke Potensial (SEP)
 Radiologik
- Foto polos
- Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, MRI
- Diskografi
 Laboratorium
- LED, DL, UL

 Mengurangi nyeri
8. Tujuan
tatalaksana  Meningkatkan kekuatan otot-otot trunkus dan panggul
 Meningkatkan stabilitas lumbal
 Mengurangi spasme otot lumbal
Program Manajemen Konservatif Nyeri Punggung Bawah
9. Tatalaksana
 Edukasi pasien, konseling (fisik, okupasi, vokasional, psikososial)
 Terapi obat: parasetamol, OAINS, muscle relaxant dan anti depresan
 Terapi suntikan : 1% Xylocaine, kortikosteroid → trigger point injection
 Modalitas fisik : cold packs (48 jam pertama), IR, hot packs, SWD, MWD, TENS
 Orthosis : Lumbosacral corset bila perlu
 Aktifitas fisik terkontrol, tirah baring lama
 Terapi latihan
- Peregangan lumbal dan panggul + ROM exercise (+ heat/cold modalities)
- Penguatan ekstensor trunkus + panggul
- Latihan stabilisasi lumbal
 Okupasi : body mechanic dan posture training
 Manual medicine : manipulsi untuk mengurangi spasme
1. Abd. OE. Low Back Sprain or Strain. In : Frontera WR, Silver JK, Rizzo TD (eds) Essentials of
10. Kepustakaan Physical Medicine and Rehabilitation, second edition. Saunders publishing, Philadelphia; 2008 : 247-
52
2. Barr KP, Harrast MA. Low Back Pain. In : Braddom RL (ed). Physical Medicine and Rehabilitation,
fourth edition, Elsevier Saunders publishing, Philadelphia; 2011 : 871-912
Osteoarthritis Genu
ICD-10 : M17

1. Pengertian Ketidakseimbangan antara degradasi dan sintesis tulang rawan artikuler dan tulang subchondral yang
(Definisi) melibatkan kompartemen lutut utama : medial, patellofemoral, dan lateral. Dapat timbul akibat faktor
mekanik dan idiopatik.

2. Anamnesis • Nyeri sendi di sekitar lutut terutama selama weight-bearing dan berkurang dengan istirahat
• Nyeri tekan pada lutut
• Penurunan ROM karena kekakuan sendi atau pembengkakan
• sensai “locking” atau “catching”
• krepitasi
• Terkadang efusi
• Peradangan dalam berbagai derajat

3. Pemeriksaan Fisik A. Inspeksi : Hipertrofi tulang, varus deformitas


B. Palpasi : Peningkatan temperatur, efusi dan nyeri sendi
C. LGS : Nyeri saat fleksi lutut, penurunan ROM fleksi lutut, krepitus
D. Stabilitas : Ketidakstabilan mediolateral
E. Neurologis : Umumnya normal

4. Pemeriksaan • Radiografi polos pada posisi weight bearing anteroposterior lateral dan sky line view
penunjang • MRI
• Ultrasonografi muskuloskletal
• Hasil tes laboratorium umumnya normal
• Analisa cairan synovial tidak boleh dilakukan

5. Kriteria Diagnosis Klinis & Laboratorium Klinis


NYERI LUTUT disertai minimal 5 dari 9 kriteria berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada perabaan
- LED < 40mm/jam
- Rheumatoid factor <1:40
- Cairan sinovial : jernih, viscous, Lekosit <2000/mm3

Klinis & Radiologis


NYERI LUTUT disertai minimal 1 dari 3 kriteria berikut :
- - umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- Ro : OSTEOFIT

Klinis
NYERI LUTUT disertai minimal 3 dari 6 kriteria berikut :
- umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit
- krepitasi
- nyeri pada tulang
- pelebaran tulang
- tidak hangat pada perabaan
6. Diagnosis Banding - Subluksasi patella
- Osgood-schlatter
- Patella tendinitis
- Fraktur subchondral
- Tumor
- Spetic arthritis
- Bursitis pes anserinus
- Sprain ligamen medial/lateral
- Rheumatoid arthritis
- Kista Patella

7. Terapi Fase akut


• Protection, rest, ice, compression dan elevation
• Oral dan topikal OAINS
• Orthotik dan sepatu

Rehabilitasi
• Latihan penguatan statis dan dinamis otot periartikuler
• Latihan aerobik
• TENS
• Tongkat atau walker
• Knee brace
• Pengurangan berat badan

Tindakan bedah
• Arthroscopic debridement
• Osteotomy of the proximal tibia or distal femur
• Unicompartmental knee replacement
• Patellofemoral placement
• Total knee replacement

8. Kepustakaan 1. Wilkins AN, Phillips EM. Knee Osteoarthritis, In : Frontera W, Silver J, Rizzo T, Eds. Essential of
Physical Medicine and Rehabilitation 2nd Edition. Elsevier Inc. Philadelphia. 2008. p 345-354.
2. Sitik TP, Foye PM, Stiskal D, Nadler RR. Osteoarthritis, In : DeLisa, at al (eds). Physical Medicine
and Rehabilitation 4th ed. Lippincort William & Wilkins, Philadelphia: 2005. p 781-810.
Cervical Syndrome
ICD-10 : M54.2
Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa kesemutan yang menjalar, spasme otot
1. Definisi yang disebabkan karena perubahan struktural kolumna vertebra servikalis akibat perubahan degeneratif
pada diskus intervertebralis, atau pada ligamentum flavum. Nyeri servikal dapat disebabkan oleh beberapa
hal seperti : proses infeksi, perubahan degeneratif, trauma, tumor dan kelainan sistemik. Salah satu
penyebab nyeri servikal adalah radikulopati. Berbagai keadaan yang menyebabkan perubahan struktur
anatomi tulang leher dapat menimbulkan keluhan radikulopati. 34% dari populasi mengalami nyeri servikal,
14% diantaranya mengalami lebih dari 6 bulan. Lebih sering pada populasi usia diatas 50 tahun.
 Nyeri di tengkuk
2. Gejala Klinis
 Nyeri menjalar sampai ke lengan
 Kesemutan
 Keterbatasan gerak
 Inspeksi : posisi kepala tertekuk menjauhi sisi yang sakit
3. Pemeriksaan
 Palpasi : Nyeri tekan, kekakuan, spasme otot
Fisik
 Movement : Nyeri gerak (+)
 Tes sensorik & motoric
 Spesial Tes : Spurling(+), Compression (+), Distraksi (+)
 Foto polos servikal :penting untuk mendeteksi adanya subluksasi, fraktur, maupun proses degeneratif.
4. Pemeriksaan
 CT Scan : dapat memberikan visualisasi yang baik komponen tulang servikal dan sangat membantu bila
Penunjang
ada proses akut.
 MRI : sebagai pemeriksaan penunjang pilihan untuk region servikal. Dapat mendeteksi kelainan pada
ligamentum. Diskus, medulla spinalis, radiks saraf dan tulang vertebra.
 EMG : membantu mengetahui apakah gangguan neurogenic atau tidak, menentukan level dari iritasi
radiks, membedakan lesi radiks dan lesi saraf perifer, membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks.
 Neurologi
5. Diagnosis
- Myelopati servikal
- Tumor (spinal, Pancoast)
- Syringomelia
- Motor neuron disease
- Herpes zooster
- Brachial plexopahty
- Peripheral nerve entrapment (median, ulnar, radial)
 Muskuloskeletal
- Shoulder disease
- Spondylosis servikal
- Nyeri myofacial
- Penyakit inflamasi
- Infeksi
- Tumor
- Tendinitis
 Lain-lain
- Iskemia jantung
 Mengurangi nyeri
6. Tujuan
 Mengoptimalkan ROM
tatalaksana
 Meningkatkan fungsi
 Memperbaiki postur
 Menjaga stabilitas sendi
 Analgetik
7. Tatalaksana
 NSAID
Farmakologis
 Muscle relaxant
 Vitamin B12
 Non operatif
8. Non
- Edukasi pasien meliputi penjelasan penyakit, resiko penyakit, proper body, memodifikasi aktivitas /
Farmakologis
pembatasan aktivitas, home exercise.
- Modalitas terapi panas seperti Diathermy (Shortwave, Microwave, Ultrasound) atau dingin untuk
mengurangi spasme; TENS untuk mengatasi nyeri, Traksi Servikal apabila tidak ada kontraindikasi
- Terapi latihan terdiri dari latihan peregangan (Streching), dan latihan penguatan otot (Strengthening
exercise)
- Ortosis Servikal berupa Soft Cervical Collar untuk immobilisasi leher & mengurangi kompresi radiks
saraf (24 jam/hari selama seminggu, selanjutnya pemakaian jika beraktivitas saja mulai pada minggu
kedua)
 Tindakan Bedah : Jika terapi konservatif tidak ada perubahan yang berarti selama 6 bulan.
 Kelemahan saraf progresif
9. Komplikasi
 Nyeri radukular servikal residual
 Sindrom nyeri kronik
 Disabilitas
 Mielopati
1. DePalma MJ, Slipman CW. Common Neck Problem. In :Braddom RL (ed). Physical Medicine and
10. Kepustakaan Rehabilitation, fourth edition, Elsevier Saunders publishing, Philadelphia; 2011: 787-816
2. Lipetz JS, Lipetz DI. Disorders of the Cervical Spine. In :Frontera WR, Delisa JA (eds). Delisa’s Physical
Meddicine&Rehabilitation, 5th ed. Lippincort William &Wilkins, Philadelphia: 2010.p 811-36
3. McKenzie R.The Cervical And Thoracic Spine Mechanical Diagnosis And Therapy. Spinal Publications
Ltd. New York. 1990.p 608-71
Nyeri bahu
ICD-10 : M25.5
1. Pengertian Nyeri pada dan di sekitar sendi bahu.
(Definisi)
2. Anamnesis - Onset nyeri, karakteristik nyeri, lokasi nyeri
- Usia
- Gangguan fungsional akibat nyeri
- Lengan dominan / non-dominan
- Nyeri saat istirahat, saat bergerak, atau keduanya
- Nyeri malam hari
- Pengaruh nyeri pada posisi tidur
- Nyeri pada leher, dada, atau lengan atas bagian lain
- Riwayat trauma akut, nyeri bahu, atau instabilitas (dislokasi sendi atau dislokasi saat gerakan tertentu)
- Riwayat okupasi dan aktifitas olahraga
- Keluhan pada sendi lain
- Gejala sistemik (demam, penurunan berat badan, ruam, gejala pernafasan)
- Komorbid (diabetes, stroke, kanker, respirasi, gastrointestinal, atau penyakit ginjal, penyakit jantung
iskemik, psoriasis)
- Riwayat medikamentosa: obat yang telahd iminum

3. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan fisik secara umum


Fisik 2. Vital sign
3. Pemeriksaan leher, axilla, dan dinding dada
4. Pemeriksaan luas gerak sendi aktif dan pasif: cervical, bahu (93.05)
5. Pemeriksaan kekuatan otot (93.04)
6. Pemeriksaan status lokalis bahu:
a. Inspeksi: bengkak, atrofi, dan deformitas.
b. Palpasi: nyeri, bengkak, hangat, krepitasi pada sendi sternoclavicular, acromioclavicular, dan
glenohumeral.
7. Pemeriksaan neurologis
8. Pemeriksaan khusus:
a. Painful arc : 70-120abduksi aktif
b. Rotator cuff/ supraspinatus: Empty can test, drop arm test
c. Rotator cuff/ infraspinatus dan Teres minor: Patte’s test, Lift-off test
d. Shoulder Impingement Tests: Neer’s sign test, Hawkin’s test, Yocum’s test
e. Shoulder stability test : Apprehension test, Fowler’s sign, Load and shift test
f. Tes sendi acromioclavicular: Appley scratch test
g. Tes tendon Biceps: tes Yergason

4. Kriteria 1. Anamnesa
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang

5. Diagnosis Nyeri pada bahu (M25.51)


- Stiffness of shoulder, not elsewhere classified M 25.61
- Osteophyte, shoulder M25.71
- Other Specified joint disorders, shoulder M25.81
6. Diagnosis 1. Adhesive capsulitis of shoulder (M75.0)
Banding 2. Rotator cuff syndrome (tendinosis, partial thickness tears, full thickness tears dan massive tears)
(M75.1)
3. Bicipital tendinitis (M75.2)
4. Calcific tendinitis of shoulder (M75.3)
5. Impingement syndrome of shoulder (M75.4)
6. Bursitis of shoulder (M75.5)
7. Injury of muscle(s) and tendon(s) of the rotator cuff of shoulder (S46.0)
8. Subluxation and dislocation of shoulder joint (S43.0)
9. Sprain of acromioclavicular joint (S43.5)
10. Instability joint (post-traumatic) shoulder region (M25.31)
11. Other instability, shoulder (M25.31)
Red Flags:
- Deformitas atau bengkak yang tidak dapat dijelaskan
- Kelemahan jelas bukan karena nyeri
- Curiga kegananasan
- Demam/menggigil/malaise
- Defisit sensorik/motorik yang jelas
- Gangguan paru/vaskuler
7. Diagnosis - Impairment : nyeri bahu, limitasi LGS bahu
Fungsional - Disability : gangguan ADL (berpakaian, menyisir rambut, dll).
- Handicap : gangguan dalam melakukan perannya di rumah dan di tempat kerja

8. Pemeriksaan a. Laboratorium darah


Penunjang b. Radiologi: X-Ray, Ultrasound, MRI
c. Artrografi

9. Terapi 1.Farmakologi: per-oral: analgesik; injeksi: antiinflamasi, anestetik


2.Latihan fisik:
a. Latihan LGS aktif dan pasif, peregangan(93.11): Codmans’ pendulum exercise, shoulder wheel,
overhead pulley
b. Latihan penguatan, ketahanan, agilitas (93.13)
3.Injeksi intraartikular (kortikosteroid) (93.39)
4.Modalitas:
a. Terapi dingin: cold pack (99.81)
b. Terapi panas superfisial (93.35): hot pack
c. Terapi panas dalam: USD, SWD, MWD (93.34)
d. Low level laser therapy (93.39)
e. Elektroterapi: TENS, NMES (93.39)
f. Ortosis: shoulder sling
g. Taping, KinesioTaping (93.39)
5.Terapi Manual (93.6) :Mobilisasi, Manipulasi
6.Terapi Edukasi (93.82):
Modifikasi aktifitas untuk meningkatkan fungsi, luas gerak sendi bebas nyeri, menyesuaikan intensitas
peregangan dengan level iritabilitas pasien
7.Pembedahan: Fraktur tidak stabil, rotator cuff tear masif (>5 cm), dislokasi sendi GH, AC, atau AC

10. Edukasi - Modifikasi aktifitas sehari-hari


- Home program: towel exercise, wall climbing, Codmans’pendulum exercise
11. Kepustakaa 1. Green S, Buchbinder R, Hetrick S, 2003. Physiotherapy interventions for shoulder pain. Cochrane
n Database Syst Rev.2003; CD004258, doi:10.1002/14651858
2. Dolder PA, Herreira PH, Refshauge KM, 2011. Effectiveness of soft tissue massage and exercise for the
treatment of non-specific shoulder pain: a systemic review with meta-analysis. Br J Sports Med. 2012:1-
12
3. Marinko LN, Chacko JM, Dalton D, Chacko CC, 2011. The effectiveness of therapeutic exercise for
painful shoulder conditions: a meta-analysis. J Shoulder Elbow Surg 20 (8): 1351-9.
4. Van der Windt DAWM, Van der Heijden GJMG, Van der Berg SGM, Riet G, Winter AF, Bouter LM, 1999.
Ultrasound therapy for musculoskeletal disorders: a systematic review. Pain 81: 257-71.
5. Gam A, Thorsen H, Lonnberg F, 1993. The Effect of low-level laser therapy on musculoskeletal pain: a
meta-analysis, Pain 52: 63-66
6. Thelen MD, Dauber JA, Stoneman PD, 2008. The Clinical Efficacy of Kinesio Tape for Shoulder Pain: A
Randomized, Double-Blinded, Clinical Trial. J Orthop Sports PhysTher 38(7): 389-95.
7. Mitchell C, Adebajo A, Hay E, Carr A, 2005. Shoulder pain: diagnosis and management in primary care.
BMJ 331: 1124-28.
8. O’Dell MW, Lin CD, Panagos A, 2011. The Physiatric History and Physical Examination. In: Braddom
RL, editor, Physical Medicine & Rehabilitation, 4th eds. Philadelphia: Elsevier Saunders, pp: 20-21.
Stroke
ICD-10 : I 64
11. Pengertian Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis lokal yang timbul mendadak akibat gangguan
(Definisi) peredaran darah di otak yang disebabkan penyakit atau kelainan yang juga merupakan faktor risiko. Gejala
tersebut dapat disertai atau tidak disertai gangguan kesadaran dan manifestasi.
12. Anamnesis Kelemahan anggota gerak merupakan kelainan yang sering ditemukan pada penderita stroke. Kelainan lain
yang juga sering ditemukan adalah gangguan bicara, menelan, afasia, gangguan kognitif, hilangnya fungsi
sensorik dan gangguan penglihatan. Peningkatan tonus otot, kelemahan, depresi dan nyeri merupakan
gejala yang dapat timbul setelah stroke terjadi.
Komplikasi : spastisitas, nyeri, subluksasi bahu, frozen shoulder, ulcus decubitus, infeksi saluran kemih,
komplikasi medikamentosa, kontraktur, penyakit sendi, osteoporosis, gangguan vaskular dan
kardiorespirasi.
13. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Umum : tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, suhu
Fisik 2. Pemeriksaan kesadaran dengan Glasgow Coma Scale
3. Evaluasi status mental dengan Minimental State Evaluation
4. Uji fungsi kognitif dengan Rancho Los Amigos Cognitive Scale
5. Pemeriksaan saraf kranialis
6. Pemeriksaan sensibilitas superfisial dan dalam, proprioseptif, diskriminasi 2 titik, monofilament tes
7. Pemeriksaan lingkup gerak sendi
8. Pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
9. Pemeriksaan koordinasi motorik
10. Uji keseimbangan statis dan dinamis
11. Uji fungsi lokomotor
12. Pemeriksaan refleks fisiologis/refleks tendon dalam
13. Pemeriksaan refleks patologis (Babinski, dll)
14. Uji fungsi komunikasi
15. Uji fungsi menelan
16. Uji fungsi berkemih
17. Uji fungsi defekasi
18. Uji fungsi defekasi
19. Uji kemampuan fungsional dan perawatan diri
20. Uji pola jalan

4. Kriteria 1. Anamnesa
Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis 1. Berdasarkan lokasi neuroanatomis dari lesi :
a. Kortikal
b. Sub kortikal
c. Batang otak
2. Berdasarkan letak gangguan sirkulasi :
a. Sindroma sirkulasi anterior total
b. Sindroma sirkulasi anterior parsial
c. Sindroma sirkulasi posterior
d. Sindroma lakunar
3. Berdasarkan sifat gangguan aliran darah :
a. Non hemoragik
b. Hemoragik
4. Berdasarkan waktu terjadinya :
a. Stroke in progression
b. Stroke komplit

6. Diagnosis 1. Tumor otak


Banding 2. Trauma kepala

7. Diagnosis Impairment : gangguan gerak, gangguan keseimbangan, gangguan sensibilitas, gangguan menelan,
Fungsional gangguan kognitif (memori, perhatian, persepsi ruangan), gangguan berkemih, gangguan
defekasi
Disability : gangguan komunikasi, gangguan fungsi seksual, gangguan psikis dan perawatan diri
Handicap : gangguan fungsional
8. Pemeriksaan 1.Laboratorium
Penunjang 2.EKG
3.CT scan
9. Terapi Rehabilitasi stroke adalah pengelolaan medis dan rehabilitasi komprehensif terhadap disabilitas yang
diakibatkan stroke melalui pendekatan neurorehabilitasi. Program rehabilitasi perlu disusun sesuai dengan
tingkat keparahan akibat serangan stroke. Rehabilitasi fase akut dilaksanakan selama pasien dirawat inap.
Pada kondisi medis dan neurologis stabil (fase subakut), pasien bisa dilakukan rehabilitasi rawat inap
maupun rawat jalan/home care. Sedangkan fase kronik/lanjut rehabilitasi dilakukan dengan rawat jalan.
Program rehabilitasi multidisiplin secara komprehensif dimulai dari fase akut secara inter maupun intra
disiplin dengan spesialis lain
1. Latihan (exercise)
Program latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsi dengan penekanan pada
peningkatan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (ADL). Instruksi mengenai teknik-
teknik kompensasi dan edukasi yang dibutuhkan pasien diajarkan juga terhadap keluarga atau
caregiver penting untuk mempersiapkan kembalinya pasien ke rumah.
2. Disfagia
Penanganan disfagia neurogenik tergantung pada fasenya, meliputi penggunaan selang nasogastric,
modifikasi diet (mis: cairan kental, makanan dihaluskan), dan terapi menelan (mis: penggunaan teknik
kompensasi seperti mengangkat dagu saat menelan).
3. Komunikasi
Gangguan komunikasi bisa berupa afasia, disartria dan lain-lain. Tindakan rehabilitasi diberikan
sesuai dengan penilaian kelainan yang terdapat pada pasien.
4. Kognisi
Stroke seringkali mempengaruhi kemampuan kognisi pasien. Perubahan dalam memori, perhatian,
insight, dan kemampuan penyelesaian masalah sering ditemukan pada pasien dengan stroke.
Penentuan tingkatan dari gangguan kognisi dapat ditentukan dengan Ranchos Los Amigos Scale dan
minimental. Edukasi dan latihan keluarga merupakan komponen penting dalam rehabilitasi kognitif.
Pengenalan dan penatalaksanaan depresi pasca stroke merupakan hal yang sangat penting, karena
depresi dapat menyebabkan penurunan kognitif pasca stroke.
5. Ortotis
Ortotis dapat membantu kegiatan mobilisasi penderita stroke. Ortosis dapat membantu kompensasi
pada gangguan dorsofleksi pergelangan kaki, mengontrol gerakan kaki, spastisitas dan stabilitas
sendi lutut.
6. Bantuan Ambulasi dan Kursi Roda
Adanya hemiparesis pada penderita stroke menyebabkan banyak penderita stroke membutuhkan alat
bantu untuk ambulasi, seperti tongkat, tongkat kaki empat, hemi-walker, atau pada beberapa kasus
dapat menggunakan walker konvensional. Pada kondisi yang berat, kursi roda dibutuhkan untuk
ambulasi pasien. Pada penderita stroke one-side arm wheelchair berguna karena dapat mengontrol
kedua roda hanya dari satu sisi
7. Subluksasi bahu
Subluksasi bahu umumnya terjadi pada kasus hemiplegi pasca stroke. Menopang lengan dengan
menggunakan penopang lengan (arm board) dan penggunaan shoulder sling/cuff dapat mencegah
dan memperbaiki subluksasi tersebut. Pada nyeri bahu, stimulasi listrik bermanfaat untuk mengurangi
nyeri bahu
8. Evaluasi untuk dapat bekerja kembali
Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan fungsional yang masih dimiliki dan ditingkatkan
kemampuannya untuk dapat melakukan pekerjaan seperti sebelum terkena stroke dengan atau tanpa
alat bantu
9. Alat Bantu Adaptif
Alat bantu adaptif merupakan alat bantu yang bentuk dan fungsinya disesuaikan untuk meningkatkan
kemampuan fungsi seorang penderita stroke untuk mampu melakukan aktivitas yang diperlukan.
10. Kepustakaan 1. Duncan PW et al. Management of Adult Stroke Rehabilitation Care : A Clinical Practice Guideline.
Stroke. 2005;36:e100-e143
2. Miller EL et al. Comprehensive Overview of Nursing and Interdisiplinary Rehabilitation Care of the
Stroke Patient : A Scientific Statement From the American Heart Association. Stroke. 2010;41:2402-
2448

Anda mungkin juga menyukai