Anda di halaman 1dari 6

PEPOHONAN YANG PUNAH

Matahari terbit menyinari bumi dengan sinar yang tampak terang.


Udaranya begitu seju ditambah pepohonan yang rindang. Pemandangan yang
nyaman dilihat oleh setiap mata. Banyak hewan-hewan yang sedang memakan
rerumputan hijau. Kupu-kupu dan capung yang berterangan diudara hinggap
disalah ranting pohon. Seorang lelak tampak sedang menikmati suasana tersebut
sambil meminum seangkir teh yang disiapkan oleh istrinya.

“Suasana begitu tampak sejuk, entah sampai kapan kita bisa menikmati ini.
Sebagian daerah disini sudah dibeli oleh pengusaha di luar kota untuk
membangun proyek.” ucap si bapak.

“Mungkin tidak lama lagi pak kita bisa menikmati ini. Jika pepohonan ini akan di
tebang bukan manusia saja yang tidak dapat menikmati ini lagi. Tapi hewan-
hewan juga akan kehilangan habitatnya.”ucap si ibu.

“Kita hanya orang biasa tidak bisa melawan orang yang berkuasa.” ucap si bapak.

“Iya pak, biarkan saja suatu saat nanti mereka akan sadar atas tindakanya.” Ucap
si ibu.

“Ya sudah bu kalau begitu bapak pamit dulu pergi ke kebun.” Ucap si bapak.

Selama diperjalanan Bapak tampak menikmati susana jalanan yang belum


tercemar oleh polusi. Dengan gemira pergi ke tempat berkebun. Setelah sampai
disana bapak mulai membersihan rumput-rumput yang sudah panjang, menyirami
tanaman, dan memberi pupuk. Setelah selesai dengan pekerjaan kebunnya bapak
memawa hewan ternaknya kehutan yang banyak rerumputan hijaunya.

Beberapa bulan kemudian, seperti biasanya di pagi bapak selalu duduk


dihalam rumahnya menikmati suasana pagi hari tidak lupa dengan secangkir
kopinya. Ada yang bereda kali ini, jalanan di depan rumahnya yang kebetulan
adalah jalan umum didesanya kini banyak di lewati oleh mobil-mobil besar. Pak
Danang beranjak dari duduknya pergi ke pinggiran jalan untuk melihat keanehana
yang di lihatnya pagi ini.

“Hai Pak Danang ngapain berdiri di pinngir jalan ?” tanya pak Santoso

“Ini pak lagi ngeliatin itu ada apa kok banyak mobil besar masuk desa kita.”
Jawab pak Danang

“Oh, itu pak mobil orang-orang proyek yang bakal merubah suasana sejuk di desa
kita. Sebentar lagi pepohonan di hutan kita akan punah.” ucap pak Santoso.

Disisi lain orang-orang proyek mulai menebangi pepohonan dihutan desa


tersebut. Suara mesin terdengar sangat berisik ditelinga penduduk tersebut. Proyek
saja baru akan dimulai bagai mana kalau proyeknya sudah berjalan sepenuhnya.
Hewan-hewan sudah tampak keluar dari habitatnya karena kehilangan tempat
tinggalnya. Penduduk sekitar sudah pub sudah merasakan suasana panas dan
debu-debu bertebaran.

Pagi ini Pak Danang pergi ke kebun untuk memanen hasil kebunnya.
Tidak seoerti biasanya suasana begitu panas dan mudah membuatnya kehausan.
Biasanya pada saat dia berkebun pak Danang selalu melihat pepohonan yang
hijau. Tapi kini yang di lihat hanyalah tanah kosong yang gersang dan bangunan-
bangunan yang akan menjulang tinggi. Setelah pak Danang dari kebun ia pergi
membawa sapinya mencaari makan. Tapi kali ini ia kesulitan mencari makanan
untuk sapinya

Tidak terasa waktu sudah berjalan lima bulan, proyek yang berjalan sudah
selesai dan bangunan menjulang tinggi. Kini tidak hanya pepohonan di hutan saja
yang punah. Tetapi, udara yang asri, kicauan-kicauan burung, dan suasana yang
tenang pun juga ikut punah. Bahkan jalan-jalan juga mulai padat yang
menyebabkan kemacetan dan polusi udara.

TAMAT
INTRINSIK

NO UNSUR KUTIPAN / PENJELASAN

1. Tema Pepohonan Yang Punah

2. Tokoh/penokohan 1. Pak Danang (protagonis)

2. Ibu / istri Pak Danang (protagonis)

3. Pak Santoso (tokoh sampingan)

3. Alur Maju

4. Sudut Pandang Orang ke tiga

5. Latar Tempat 1. Tempat : Halam rumah, kebun, jalanan,


dan hutan.

2. Waktu : Pagi hari

3. Suasana : Damai, asri, sejuk, bising, dan


kecewa

6. Gay Bahasa Majas Personifikasi : Matahari terbit


menyinari bumi dengan sinar yang tampak
terang.

7. Amanat Nikmatilah alam yang alami ini dan jangan


kamu merusaknya. Jika kamu merusaknya
kamulah yang akan terkena dampaknya.
EKSTRINSIK

No UNSUR KUTIPAN/PENJELASAN

1. Sosial “Kita hanya orang biasa tidak bisa melawan orang


yang berkuasa.” ucap si bapak.

2. Estetika Pemandangan yang nyaman dilihat oleh setiap mata.


Banyak hewan-hewan yang sedang memakan
rerumputan hijau. Kupu-kupu dan capung yang
berterangan diudara hinggap disalah ranting pohon.
BIOGRAFI PENULIS

Dyah Ayu Nuraini siswi dari SMA NEGRI 1 INDRALAYA. Ia lahir di Jakarta,
09 April 2004. Saat menulis cerpen ia siswi kelas 12 IPA 4 di sekolahnya. Ia anak
ke dua dari tiga bersaudara. Saat kelas empat SD ia melanjutkan pendidikannya di
Palembang sampai dengan sekarang. Ia sangat senang dengan yang namanya
Sunset, selain suka memandanginya ia juga suka memotretnya.

Anda mungkin juga menyukai