Anda di halaman 1dari 21

Bidang Proyek Penelitian : Lingkungan

INDONESIAN SCIENCE PROJECT OLYMPIAD

ASSPEG “Asbes Serat Batang Semu Pisang dan Eceng Gondok


Sebagai Alternatif Untuk Menambah NIlai Ekonomi”

Madrasah Aliyah Negeri 1 Lamongan


Lamongan Jawa Timur
2022
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : “ASPEG (Asbes Serat Batang Semu Pisang dan Eceng
Gondok Sebagai Alternatif Untuk Menambah Nilai Ekonomi)”
2. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Ayu Zaliyanti
b. NISN : 0071128690
c. Asal Sekolah : MAN 1 Lamongan
d. Kelas : X / 10
e. Alamat Rumah : Ds. Sidomukti, Kec. Kembangbahu, Lamongan,
Jawa Timur
f. No. Telpon : +62 858-8113-5632
g. Email : beyu1945@gmail.com
3. Guru Pendamping
a. Nama Pembimbing 1 : Ibu Siti Aminah S.pd.MM
b. Nama Pembimbing 2 : Ibu Eli Tripuspita S.pd
4. Jangka Waktu Penelitian : 1 Bulan

Lamongan, 06 Desember 2022


Pembina 1 Ketua Tim

Siti Aminah S.pd.MM Eli Tripuspita S.pd


NIP. NIP.

Mengetahui,
Kepala MAN 1 Lamongan

Nur Endah Mahmudah, S.AG, M.pd.I

NIP.
LEMBAR ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Penulis : 1. Ayu Zaliyanti

Jurusan : Mipa
Asal Sekolah : MAN 1 Lamongan
Alamat : Jl. Veteran No. 43, Jetis. Kec. Lamongan, Kab. Lamongan

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul “ASPEG (Asbes Serat
Batang Semu Pisang dan Eceng Gondok Sebagai Alternatif Untuk Menambah
Nilai Ekonomi)” yang ditulis untuk memenuhi sayarat pada semester ini adalah
benar-benar hasil karya penulis, bukan merupakan plagiat atau saduran dari karya
tulis orang lain. Apabila dikemudian hari pernyataan pernyataan ini tidak benar,
maka penulis bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh bpk/ibu pembimbing.

Lamongan. 06 Desember 2022


Ketua Kelompok

Ayu Zaliyanti
NISN. 0071128690
ABSTRAK

Indonesia dikenal dengan negara industri yang dimana pembangunan


infrastruktur dan manufuktur akan semakin meningkat setiap tahunnya. Tidak
hanya itu Indoesia juga dikenal dengan negara agraris yang memiliki beragam
tanaman yang dapat tumbuh dengan subur du Indonesia. Namun tak banyak orang
tau cara memanfaatkan tanaman yang sering tumbuh liar di daerah sekitar,
contohnya seperti eceng gondok dan pohon pisang yang sudah tidak digunakan.
Eceng gondok merupakan tanaman yang dapat mencemari air jika terlalu
banyak tumbuh diperairan. Tanaman eceng gondok dapat dimanfaatkan sebgai
bahan dasar pembuatan asbes ramah lingkungan. Selain eceng gondok batang semu
pisang juga dapat digunakan sebagai bahan dasar tambahan pembuatan asbes.
Dengan beberapa proses yang dilakukan seperti pengeringan serat, penghalusan
serat, pembuatan adonan, pencetakan adonan, serta pengeringan adonan.
Setelah asbes yang menjadi bahan baku yang sempurna, perlu melalui
proses uji fisik, uji kelayakan, uji isolator, dam uji ketahan terhadap rembesan air
terlebih dahulu. Dari semua uji yang dilakukan diketahui asbes dari serat batang
semu pisang dan eceng gondok memiliki sifat tampak, penyerapan air, dan
impermeabilitas. Untuk presenrase penyerapan air, asbes ini dapat menyerap air
sebanyak 0,93% dengan volume awal 500 ml., dan tahan terhadap rembesan air
selama 30 jam dengan ukuran 12cm x 8cm. Sedangkan pada uji isolator panas asbes
yang terbuat dari batang semu pisang dnan eceng gondok akan mengalami kenaikan
suhu 0,02̊C setiap temperatur diluar rungan mengalami kenaikan suhu 4̊C.
ABSTRACT

Indonesia is known as an industrial country where infrastructure and manufacturing


development will increase every year. Not only that, Indonesia is also known as an
agricultural country which has a variety of plants that can thrive in Indonesia.
However, not many people know how to use plants that often grow wild in the
surrounding area, for example, water hyacinth and banana trees that are no longer
used.
Water hyacinth is a plant that can contaminate water if it grows too
muchwaters. Water hyacinth can be used as a raw material for making
environmentally friendly asbestos. In addition to water hyacinth, banana
pseudostems can also be used as an additional base for asbestos production. Several
processes are carried out, such as fiber drying, fiber refining, dough making, dough
molding, and dough drying.
After asbestos becomes a perfect raw material, it needs to go through a
process of physical testing, feasibility testing, insulation testing, and water seepage
resistance testing first. From all the tests conducted, it was found that asbestos from
banana and water hyacinth stem fibers had certain propertiesappearance, water
absorption, and impermeability. For the percentage of water absorption, this
asbestos can absorb as much as 0.93% water with an initial volume of 500 ml., and
is resistant to water seepage for 30 hours with a size of 12cm x 8cm. Whereas in
the asbestos heat insulator test made from pseudo stems of banana and water
hyacinth, the temperature will increase by 0.02̊C every time the outdoor
temperature increases by 4̊C.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ilmiah
yang berjudul “ASPEG (Asbes Serat Batang Semu Pisang dan Eceng Gondok
Sebagai Alternatif Untuk Menambah Nilai Ekonomi)”.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya
kepada:
1. Ibu Nur Endah Mahmudah, S.Ag, M.Pd.I selaku Kepala MAN 1 Lamongan
yang selalu memacu dan mendukung kami, untuk selalu berpartisipasi.
2. Ibu Stiti Aminah, S.Pd.MM. yang senantiasa memberikan bimbingan dan
arahan dalam peyelesaian penelitian ilmiah ini.
3. Agung Firdamansyah S.KOM yang juga senantiasa memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyelesaian penelitian ilmiah ini.
5. Serta, teman-teman yang telah bekerja sama dalam penyelesaian penelitian
ilmiah ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun
guna kesempurnaan penelitian ilmiah ini menjadi baik.
Akhirnya, penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi
pengembangan pengetahuan di masa mendatang.

Lamongan, 06 Desember 2022


Penulis
DAFTAR ISI
Tidak sempat-
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Besarnya penduduk Indonesia membuat pembangunan
infrastruktur dan manufaktur semakin meningkat sehingga dapat
disebut dengan negara Industri. Berdasarkan data United Nations
Statistical Division, Indonesia menempati posisi kedua konsumen
asbes terbesar diseluruh dunia. Data pembangunan infrastruktur di
Indonesia sebanyak 500,100 pada 2018 dan 2019. Sedangkan jumlah
industri manufaktur pada tahun 2021 mencapai 29 ribu perusahaan
atau pabrik. Sehingga penggunaan bahan baku pembangunan juga
turut meningkat, salah satunya adalah asbes.
Asbes merupakan salah satu jenis bahan baku yang memiliki
ketahanan terhadap api serta panas dan zat kimia. Asbes sering
digunakan oleh masyarakat sebagai penutup bagian atap rumah, garasi
maupun pabrik. Atap asbes tidak dapat memantulkan cahaya akan
tetapi menyerap sinar matahari. Pada pembuatan asbes, serat
merupakan komponen utama yang membuat asbes memiliki
ketahanan pada api serta menyerap panas.
Tidak hanya sebagai negara Industri, Indonesia juga disebut
dengan negara agraris, yang dimana banyak sekali tanaman yang
dapat tumbuh di Indonesia salah satu contohnya adalah buah-buahan.
Terdapat satu buah yang memiliki jumlah produksi paling banyak di
Indonesia yakni pisang, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
jumlah produksi pisang di Indonesia mencapai 8,74 juta ton pada 2021
dengan peningkatan mencapai 6,95 dari tahun sebelumnya. Indonesia
juga menduduki posisi ke-5 produksi pisang di Dunia. Banyak sekali
jenis pisang yang ada di Indonesia, seperti pisang Ambon, pisang mas,
pisang raja, tanduk, kepok dan masih banyak lagi lainnya. Dengan
kata lain banyaknya pohon pisang yang sudah tidak dapat digunakan
(karena pada dasarnya pohon piang hanya dapat tumbuh satu kali),
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan pembutan
asbes yang diduga memiliki serat tinggi dan kuat pada batangnya.
Selain batang semu pisang, eceng gondok juga memiliki kualitas serat
yang tinggi dan kuat.
Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah jenis tumbuhan
air. Penyebaran eceng gondok yang sangat cepat dapat merusak
lingkungan. Daun pada eceng gondok kaya akan kandungan karoten
yang tinggi, yakni sekitar 109.000IU/100 gram yang diduga
kandumgan karoten dapat menyerap cahaya matahari. Selain itu daun
pada eceng gondok juga memilki serat yang cukup tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian yang berjudul “” rumusan masakahnya sebagai
berikut:
1. Apakah serat batang semu pisang dan eceng gondok dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan asbes.
2. Bagaimana efisiensi serat batang semu pisang dan eceng gondok dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan asbes.

1.3 Tujuan Penelitian


Dalam penelitian yang berjudul “” bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses pembuatan asbes dengan memanfaatkan serat pada
batang semu pisang dan eceng gondok
2. Mengetahui efisiensi serat batang semu pisang dan serat eceng gondok
sebagai bahan pembuatan asbes.

1.4 Manfaat Penelitan


1 Dapat menambah wawasan siswa (penelitian) tentang manfaat serat batang
semu pisang dan eceng gondok yang dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan asbes.
2 Untuk memberikan konstribusi kepada ilmu pengetahuan terutama pada
bidang sains tentang pemanfaatan serat batang semu pisang dan eceng
gondok yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan asbes.
3 Memberikan kontribusi pada masyarakat tentang pemanfaatan batang
semu pisang dan eceng gondok sebagai bahan pembuatan asbes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asbes
Asbes adalah bijih mineral alami yang termasuk bahan tambang serat
mineral silikat. Asbes memiliki ketahanan terhadap api serta panas dan zat
kimia yang terbuat dari serat filamen dan semen. Kekuatan pada serat asbes
melebihi ketahanan lebih dibanding dengan baja, namun teksturnya tetap
fleksibel. Asbes berbentuk gelombang yang berbentuk kecil maupun besar
dengan ukuran panjang dan tebal yang bervariasi. Atap asbes cenderung
panas karena menyerap matahari. Selain itu, partikel yang ada di lembaran
atap asbes dapat terhirup oleh manusia sehingga berbahaya bagi kesehatan
manusia. Namun, asbes sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai
atap rumah karena memiliki harga yang cukup terjangkau dan mudah
dipasang sehingga permintaan asbes meningkat.

Berdasarkan data United Nations Statistical Division, Indonesia


menempati posisi kedua konsumen asbes terbesar diseluruh dunia. Data
pembangunan infrastruktur di Indonesia sebanyak 500,100 pada 2018 dan
2019. Sedangkan jumlah industri manufaktur pada tahun 2021 mencapai 29
ribu perusahaan atau pabrik. Sehingga permintaan asbes dengan jenis yang
berbeda turut bertambah. Jenis asbes terbagi menjadi enam, yakni Asbes
putih, Asbes coklat, Asbes biru, Aktinolit, Antophyllite, Tremolit dengan
fungsi yang berbeda-beda. Asbes yang sering digunakan oleh masyarakat
umum sebagai alternatif genteng yakni asbes asbes putih (chrysotile).

Asbes putih (chrysotile) merupakan jenis asbes komoditas yang


dipasarkan secara luas. Chrysotile terbukti mengakibatkan asbestosis, kanker
paru, meshothelomia , dan kanker laring serta ovarium yang disebabkan oleh
serat-serat asbes yang terhirup oleh manusia. Info Organisasi Buruh
Interntional, 2009 terdapat bahan pengganti chrysotile yang lebih aman
digunakan dengan penghentian penggunaan asbes sehingga dapat
menghilangkan kebutuhan terhadap semua jenisn asbes yang
diperdagangkan. Namun pada 2015 Organisasi Kesehatan Dunia meyatakan
bahwa, tidak hanya asbes chrysotile yang menyebabkan asbestosis, kanker
paru, meshothelomia , dan kanker laring serta ovarium, akan tetapi semua
jenis asbes diduga menjadi penyebab dari penyakit tersebut.
2.2 Eceng Gondok
Eceng Gondok (Eichornia crassipes) merupakan tanaman air yang
hidup di rawa-rawa, sungai, dan waduk. Daun pada eceng gondok berbentuk
bulat berwarna hijau segar yang mengkilat saat terkena sinar matahari.
Terdapat kandungan material alami berupa senyawa antioksidan pada daun
eceng gondok yang dapat menghambat terjadinya korosi. Daun eceng
gondok di topang oleh tangkai berbentuk silinder yang memiliki panjang
mencapai 1 meter dan diameter 1-2 cm. Terdapat kandungan kimia pada
tangkai eceng gondok, diantaranya air sebanyak 92,6%, serat kasar sebanyak
2,09%, Alkanoid sebanyak 2,22%, serat selulosa sebanyak 64,51%, dan serat
silika sebanyak 5,56%.

Tanaman Eceng gondok memiliki klasifikasi Kingdom Plantae; Sub


kingdom Tracheobionta; Super divisi spermatophyta; Divisi Magnoliophyta;
Kelas Liliopsida; Ordo Alismatales; Famili Butomaceae; Genus Eichornia;
Spesies Eichornia crassipes solms. Eceng gondok hidup di atas permukaan
air dan berakar didasar kolam maupun rawa. Tanaman eceng gondok banyak
digunakan untuk mengolah air buangan karena dengan aktivitas tanaman ini
mampu mengolah air buangan domestik dengan tingkat efisiensi yang tinggi.
Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara
biokimiawi. Namun, Eceng gondok memiliki kadar air yang sangat tinggi
dan sifat biokumulasi terhadap polutan yang ada di sekitarnya sehingga
mengurangi jumlah oksigen dalam air.

2.3 Batang Semu Pisang


Pisang (Musa Paradiciaca) merupakan buah pertama yang ditemukan
di bumi dan merupakan buah yang digemari oleh sebagian masyarakat
khususnya di Indonesia. Produksi pisang di Indonesia menduduki posisi ke-
5 di dunia dengan besaran 8,74 juta ton atau 6,85% dari produksi dunia. Buah
pisang sangat mudah didapat dan memiliki harga yang cuckup terjangkau
serta terdapat berbagai kandungan gizi yang baik bagi kesehatan tubuh.
Menurut Suyanti & Supriyadi (2008) pisang memiliki khasiat dapat
menyembuhkan anemia, sebagai sumber tenaga, menghilangkan pengaruh
nikotin dan masih banyak lainnya. Selain pada buahnya, batang semu pisang
juga memiliki beberapa kandungan gizi, seperti vitamin A, vitamin B,
vitamin C, zat besi, serta dipercaya dapat mengontrol tekanan darah tinggi
dan kolesterol. Selain itu batang semu pisang juga mengandung unsur hara
serta fosfor yang sangat tinggi sehingga diduga dapat menyuburkan tanah.
Batang semu pisang merupakan bagian pohon pisang yang terdiri dari
pelepah berlapis menjulang keatas. Batang semu pisang memiliki serat yang
kuat. Serat yang mampu memperlambat pelepasan gula dan lemak yang
disimpan dalam sel-sel tubuh. Tak hanya itu serat batang semu pisang dapat
menambah nilai ekonomi para pengrajin seperti bahan serat pada kain. Serat
batang pisang juga dipercaya sangat kuat yang mengandung lignin dengan
ukuran panjangnya 4,20-5,46 mm.
BAB III
METODE PENELITIAN

1.1 Waktu dan Tempat Penelitian


No. Uraian Kegiatan Tempat Waktu
1 Pengumpulan literatur MAN 1 Lamongan 28 Oktober 2022
2 Pengumpulan serat batang Ds Baturono, Kec 02 November
semu pisang dan eceng Sukodadi, Lamongan 2022
gondok
3 Pembuatan asbes MAN 1 Lamongan 05-11 November
2022
4 Pengujian terhadap asbes MAN 1 Lamongan 12-17 November
2022
5 Pembuatan Makalah MAN 1 Lamongan 17-27 November
2022

1.2 Alat dan Bahan Penelitian


NO Alat Bahan
1 Baskom Serat Batang semu Pisang
Gunting Serat Eceng Gondok
Cetakan (asbes) Air 800 ml
Sendok Lem Kayu
Blender Semen Putih
Pisau

1.3 Rancangan Penelitian


Dalam penelitian kami, dilakukan beberapa percobaan dengan
menggunakan 3 sampel
Sampel 1 2 3
Serat batang semu pisang : 75 : 25 50 : 50 25 : 75
serat eceng gondok

1.4 Cara Kerja

Menyiapkan Menghaluskan Mencampurkan


alat dan bahan Serat semua bahan

Uji pada asbes Mengeringkan Mencetak


adonan adonan pada
catakan

Penjelasan :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menghaluskan serat : Dengan mengeringkan serat terlebih
dahulu kemudian menghaluskannya menggunakan blender
3. Mencampurkan semua bahan : mencampurkan semen putih,
air, serat batang semu pisang dan serat eceng gondok.
4. Mencetak adonan pada catakan : mencetak adonan yang
sudah dicampur menggunakan cetakan asbes

1.5 Pengolahan Data


Data yang didapat oleh peneliti dalam penelitian ini dari :
1. Studi literatur, dengan cara untuk menyelesaikan persoalan dengan
menelusuri sumber-sumber tulisan yang pernah dibuat sebelumnya yang
berhubungan dengan topik yang diangkat dalam suatu penelitian . Studi
literatur bias didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku, dokumentasi,
internet dan pustaka.
2. Eksperiman percobaan dengan membuat asbes dari serat batang semu
pisang dan serat eceng gondok sehingga akan menghasilkan suatu
produk.
1.6 Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakanan analisa deskriptis
kualitatif. Analisa kualitatif artinya peneliti menganalisa dengan menggunakan
kalimat-kalimat deskriptif dari data yang ada dalam hasil produk kemudian
melakukan uraian dan penafsiran berdasarkan literature yang dikaji.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai analisa dan hasil penelitian untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Pembahasan ini terkait analisa penelitian,
pengujian, dan hasil dari penelitian
4.1 Cara Pembuatan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Mengeringkan serat batang semu pisang dan serat eceng gondok
3. Menghaluskan serat batang semu pisang dan serat eceng gondok
menggunakan blender hingga menjadi serbuk.
4. Menimbang semua bahan yang akan dicampur dengan perbandingan
1;3, 1;1, 3;1
5. Mencampurkan semua bahan sesuai perbandingan serat pada
masing-masing sampel dengan menambahkan 50 gram lem dan 20
gram semen putih.
6. Mencetak adonan pada cetakan
7. Menjemur hasil sampel dibawah sinar matahari
8. Pengeluaran sampel dari cetakan
9. Asbes siap digunakan
10. Menguji kelayakan

4.2 Mekanisme Kerja Produk dalam Menangani Masalah


Terdapat zat karotenoid pada eceng gondok yang diduga dapat
menyerap panas atau sinar matahari, dan juga serat kasar serta selulosa pada
batang semu pisang serta eceng gondok yang memiliki ketahanan kuat pada
panas, zat kimia dan impermeabilitas terhadap air. Sehingga telah dilakukan
uji khalayak dan uji fisik berdasarkan ketentuan SNI didapatkan hasil bahwa
zat serta serat yang tekandung pada batang semu pisang dan eceng gondok
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan asbes.
4.3 Data Hasil Penelitan
Belum ada-

4.4 Pembahasan Hasil Penelitan


Dari hasil percobaan pembuatan asbes ASPEG yang terbuat daei batang
semu pisang dan eceng gondok, serta dengan encampurkan beberapa komposisi
lainnya dengan perbandingan 1;3, 1;1, 3;1 yang juga telah melalui beberapa uji
coba, seperti uji fisik, yang meliput uji kelayakan, uji penyerapan air, uji ketahanan
terhadap perembesan air, serta uji isolator panas. Pada uji fisik kelayakan diduga
setiap sampel pada asbes ASPEG memiliki sifat tampak, penyerapan air, dan
impermeabilitas, pada uji fisik penyerapan air, pada asbes ASPEG sampel 1, 2, 3
secara berurut diketahui memiliki presentase penyerapan air sebanyak 8.3%,
4,12%, 1,43%, sedangkan pada uji terhadap perembesan air, asbes ASPEG sampel
1, 2, 3 secara berurut-urut tahan terhadap rembesan air selama 10 jam, 23 jam lebih
30 menit, dan 37 jam, dengan ukuran pada setiap asbes yakni 12cm x 8cm. Selain
itu dilakukan juga uji isolator panas pada asbes ASPEG sampel 1, 2, 3 dengan
berurutan akan mengalami kenaikan suhu rata-rata 0,08 ̊C setiap temperatur diluar
rungan mengalami kenaikan suhu rata-rata 1.8 ̊C.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan proses pembuatan asbes ASPEG diduga serat batang semu
pisang dan serat eceng gondok dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan
asbes. Serat eceng gondok dan batang semu pisang memiliki kaadar air yang cukup
tinggi, sehingga memungkinkan sedikitnya serat yang akan terhirup oleh pengguna.
Pembuatan asbes ASPEG melalui proses pengeringan pada serat, menghalulskan
serat, pembuatan adonan asbes, pencetakan asbes, dan pengeringan asbes. Asbes
ASPEG telah melalui beberapa uji fisik seperti uji kelayakan , uji penyerapan air,
uji isolator panas, serta uji ketahanan terhadap perembesan air. Dari semua uji yang
telah dilakukan pada asbes ASPEG, dikethui asbes ASPEG memiliki sifat tampak,
penyerapan air, dan impermeabilitas. Selain itu asbes ASPEG memiliki presentase
penyerapan air 0,93% dengan volume air awal 500 ml dan asbes ASPEG tahan
terhadap rembesan air selama 30 jam dengan ukuran 12cm x 8cm. Pada uji isolator
panas asbes ASPEG akan mengalami kenaikan suhu 0,02̊C setiap temperatur diluar
rungan mengalami kenaikan suhu 4̊C. Jika dilihat dari hasil uji fisik dn kelayakan,
asbes ASPEG dapat diajdikan sebagai genteng atap rumah oleh masyarakat untuk
mengurangi modal konstruksi pembuatan rumah. dengan catatan serat yang akan
digunakan tidak terlalu halus. Agar dapat menghasilkan asbes yang lebih kuat dan
memiliki ketahanan terhadap rembesan air lebih tinggi serta tidak ada serat kecil
yang dapat terhirup oleh manusia sehingga menyebabkan asbestosis.

5.2 Saran
Bagi peneliti selanjutnya, saran yang dapat diberikan berkaitan dengan
penelitian ini diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengguakan serat
batang semu pisang dan eceng gondok dengan kondisi yang sangat kering, serta
dapat menggunakan alat yang lebih elusive untuk menghaluskan serat, sekaligus
memastikan bahwa serat yang di blend tidak terlalu halus agar dapat menghasilkan
asbes yang lebih kuat dan memiliki ketahanan terhadap rembesan air lebih tinggi
serta tidak ada serat kecil yang dapat terhirup oleh manusia sehingga menyebabkan
asbestosis.
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Bogor, I. P. (2013). Serat Batang Pohon Pisang. 1-7.

Devi, A. R. (2010). Pemanfaatan Serat Batang Pisang Sebagai Bahan Dasar Pembuatan
Tas. 1-6.

Diponegoro, U. (2019). BAB II. 4-7.

Lubis, A. N. (2004). Peranan Saluran Distribusi dalam Pemasaran Produk dan Jasa. 1-15.

Makassar, U. M. (2021). Evaluasi Kandungan Nutrisi Eceng Gondok. 7-10.

Malang, U. M. (2011). Tanaman Pisang . 9-12.

Primadhyta, S. (2014). Pembangunan Perumahan . 1-4.

Pusat Data dan Teknologi Informasi Sekretariat Jendral, K. P. (2021). Infromasi Statistik
Infrastruktur PUPR 2021. 08.

Rakyat, K. P. (2020). Informasi Statistik Infrastruktur PUPR 2020. 09.

Riau, U. S. (2018). BAB II. 1-3.

Riau, U. S. (2018). BAB II 20181226. 1-3.

Statistik, B. P. (2021). Statistik Perumahan Dan Pemukiman Provinsi Jawa Timur. 8.

Anda mungkin juga menyukai