Anda di halaman 1dari 13

UPAYA PELESTARIAN LINGKUNGAN

BIOLOGI UMUM
(ABKC2101)

Disusun oleh:
Kelompok 7
Inayatul Wahdaniyah NIM 1910119220023
Madinatul Munawarah NIM 1910119220017
Nurwafa Rosyida NIM 1910119220019
Raisa Novianti NIM 1910119220021

DOSEN PEMBIMBING:
Dra. Hj. Noorhidayati, M.Si
Riya Irianti, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan selesai pada waktunya. Salawat serta salam
kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat, kerabat dan pengikut beliau
hingga akhir zaman. Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada Ibu Dra. Hj.
Noorhidayati, M.Si. dan Ibu Riya Irianti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing dalam mata
kuliah Biologi Umum yang telah membimbing kami dalam pembuatan tugas artikel ini.
Tugas yang telah kami susun ini tentunya tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan
kesalahan, oleh karenanya kami mohon saran dan kritik agar ke depannya bisa lebih baik dari
sebelumnya.

Banjarmasin, 6 November 2019


Penyusun

Kelompok 7

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Artikel

A. Sedotan Pengganti Plastik ala Harray, dari Tumbuhan Hutan Hadabuan Hill 1
B. Sayangi Air lewat Pelestarian Alam 5
C. 500 Pohon Mangrove Ditanam di Pantai Lembung Pamekasan, Hindarkan Abrasi dan
Jaga Ekosistem 8

ii
Sedotan Pengganti Plastik ala Harray, dari Tumbuhan Hutan Hadabuan Hill
oleh Ayat S Karokaro [Medan] di 6 September 2019

Sampah plastik mengotori berbagai tempat, baik di darat maupun lautan. Indonesia,
menempati urutan kedua setelah Tiongkok, negara terbesar menghasilkan limbah plastik.

Penelitian Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada 2010, ada 275 juta ton sampah
plastik di seluruh dunia, sekitar 4,8-12,7 juta ton terbuang dan mencemari laut. Setiap tahun,
Indonesia menghasikkan 3,22 juta ton sampah plastik, sekitar 0,48-1,29 juta ton dari sampah
plastik mencemari lautan.

Kampanye dari berbagai pihak mengajak setop menggunakan plastik sekali pakai mulai
bergaung. Tidak sedikit pula yang membuat terobosan baru, seperti menggantikan bahan dari
plastik dengan bahan ramah lingkungan.

Di Sumatera Utara, data Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan provinsi terbesar ketiga di
Indonesia setelah Jakarta dan Jawa Timur, produsen sampah. Kampanye tak gunakan plastik
sekali pakai sudah berjalan.

Baru-baru ini Yayasan Ekosistem Lestari–Sumatran Orangutan Conservation Program (YEL-


SOCP) memiliki ide memproduksi bambu sebagai peganti pipet plastik sekali pakai.

Di Labuhanbatu Utara, Sumut, ide mengurangi penggunaan plastik sekali pakai juga jalan.
Salah satu oleh pegiat lingkungan dan perlindungan harimau Sumatera, Sumatran Tiger
Rangers. Lembaga ini menemukan tumbuhan unik menyerupai bambu, pengganti sedotan
plastik.

1
Harray Sam Munthe, Direktur Sumatran Tiger Rangers, memiliki ide membuat sedotan dari
tumbuhan menyerupai bambu yang hidup di hutan Hadabuan Hill.

Harray menceritakan, tumbuhan yang bisa jadi pengganti sedotan plastik ini, banyak
ditemukan di perbukitan Hadabuan Hill, dengan ketinggian 800 Mdpl. Bentuk seperti rumput
dengan panjang pangkal hingga pucuk memiliki ukuran sama, antara satu hingga satu
setengah meter, dan lebar daun sekitar 20-30 cm.

Tumbuhan ini dia temukan saat patroli dan penyisiran jerat harimau di hutan Labuhan Batu
Utara.

Selain ukuran sama dari pangkal hingga pucuk, tumbuhan ini juga akan mati kalau tumbuh
tegak sempurna. Usia tumbuh sekitar satu hingga dua bulan.

Saat ini, kata Harray, setidaknya ada delapan hektar lebih tumbuh liar dalam hutan tetapi di
luar hutan lindung.

“Jika tumbuhan mirip bambu ini diproduksi untuk menggantikan sedotan dan kebutuhan lain
pengganti plastik sekali pakai, akan sangat berguna sekali. Ini salah satu alternatif menekan
limbah plastik,” katanya.

Dia sudah uji coba bikin sedotan, lumayan bertahan lama dan tak alami penjamuran. Mereka
sudah eksperimen dengan merendam tumbuhan menyerupai bambu ini selama sepekan. Tak
ada perubahan bentuk, tak mengerut, tidak layu, tetap kokoh.

“Tumbuh cepat, banyak di alam, menekan penggunaan pipet plastik, alam bisa diselamatkan
dari limbah plastik sekali pakai. Kalaupun dipakai sekali, bisa memuai dengan cepat,
hitungan hari atau bisa dibakar pengganti bahan bakar. Ini cocok sekali,” katanya. Dia pun
memberi nama sedotan ini, pipet Harray.

Untuk mengkampanyekan pakai pipet ramah lingkungan, Harray bersama tim bergerak dari
satu tempat ke tempat lain. Target mereka, rumah makan, restoran, tempat anak muda
berkumpul, lembaga pemerintahan, dan non pemerintahan. “Siapa saja yang datang ke
ekowisata Hadabuan Hill, akan mendapatkan pipet Harray secara gratis.”

2
Mereka sudah bagikan 700 pipet Harray. Komunitas sepeda motor juga mereka bagikan pipet
Harray ini. Sepekan setelah dibagikan, mereka lakukan pemantauan apakah pipet masih
terpakai atau tidak. Ternyata, hampir 93% masih menggunakan.

Raja Rambe, pemuda yang aktif berkampanye lingkungan di Labuhanbatu Utara mengatakan,
pipet ini bentuk unik, dan gampang dibawa kemana saja.

“Ukuran kecil, bisa disimpan di saku maupun di tas pinggang, juga tahan lama.”

I Putu Gede Parlida, peneliti tumbuhan jenis rumputan mengatakan, banyak melihat tanaman
itu di dataran tinggi Sumatera seperti Toba. Untuk memastikan jenis, perlu spesimen agar
bisa dipastikan jenis tumbuhan itu. Dugaan sementara, itu jenis rumput-rumputan.

“Jika melihat bentuk, saya duga itu bukan bambu. Melihat buluh silinder berlumen, kuat
dugaan itu sejenis rumput-rumputan. Tapi, sekali lagi, saya perlu spesimen untuk
menyakinkan,” katanya.

Menurut dia, tidak semua jenis rerumputan bisa jadi sedotan. Ada yang berlumen sempit atau
malah buluh tidak keras. Selama tak jamuran, aman digunakan.

Dia menyarankan, sebelum dipakai sebaiknya cuci terlebih dahulu bagian luar dan dalam
dengan sikat khusus.

Dia setuju penggunaan bahan dari tumbuh-tumbuhan sebagai pengganti pipet plastik sekali
pakai, asal jangan mengeksploitasi secara berlebihan. “Alangkah bagusnya tumbuhan itu
dibudidaya jika ingin dimanfaatkan.”
(https://www.mongabay.co.id/2019/09/06/sedotan-pengganti-plastik-ala-harray-dari-
tumbuhan-hutan-hadabuan-hill/ diunduh Hari Sabtu, 2 November 2019, pukul 21:57:48).

KOMENTAR
Sekarang ini ramai sekali dengan gerakan yang menyerukan untuk mengurangi
ataupun pemberhentian penggunaan bahan plastik sekali pakai dikarenakan banyaknya
limbah plastik yang dihasilkan dan menimbulkan gangguan pada ekosistem. Fenomena
sampah plastik ini bukanlah suatu masalah yang tidak asing lagi didengar khalayak ramai
apalagi akhir-akhir ini terdapat berita tentang ditemukannya paus yang mati terdampar di

3
pantai dan ketika dilihat ternyata di dalam perutnya terdapat sangat banyak sampah plastik
yang membuat publik tercengang dan tidak bias memalingkan muka dari masalah plastik.
Di berbagai daerah di Indonesia pun banyak dilakukan program-program untuk
mengurangi pemakaian sampah plastik, kota Banjarmasin menjadi salah satunya. Pemerintah
kota Banjarmasin menetapkan pada peraturan walikota no 18 tahun 2016 tentang
pengurangan penggunaan kantong plastik, yang mana adanya pelarangan penggunaan
kantong plastik pada pasar-pasar modern. Meskipun terdapat banyak pro dan kontra sejak
program ini dijalankan menurut Ibnu Sina (wali kota Banjarmasin) berhasil menekan
peredaran kantong plastik sekali pakai sebesar 52 juta lembar setiap tahun.
Selain itu upaya pengurangan penggunaan plastik sekali pakai juga bisa dilakukan
dengan mengganti plastik tersebut dengan bahan bahan yang berasal dari alam yang
materialnya tidak merusak dan dapat diperbaharui. Contohnya pembuatan sedotan/pipet
Harray, sedotan ini berasal dari tumbuhan yang tumbuh di perbukitan Hadabuan Hill.
Tumbuhan ini memiliki potensi yang bagus sebagai pengganti sedotan plastik dikaranekan
tahan lama, tidak mudah berjamur, dan berasal dari tumbuhan yang bisa dibudidayakan.
Proses penguraian nya tidak begitu lama yaitu hanya dengan hitungan hari sehingga ramah
lingkungan. Meskipun begitu ada baiknya juga untuk tidak mengekploitasinya secara
berlebihan karena jika berlebihan ada kemungkinan spesimen ini akan hilang jika digunakan
secara terus menerus tanpa adanya budidaya yang baik.

4
Sayangi Air lewat Pelestarian Alam
27 March 2018, 10:25 WIB

AIR memegang peranan penting bagi makhluk hidup sebagai salah satu penunjang
kehidupan. Keberadaan air memberikan banyak manfaat bukan hanya sebagai material untuk
dikonsumsi. Karena itu, melestarikan air sebagai sumber daya yang bisa diperbarui menjadi
penting.

Salah satu upaya melestarikan air ialah dengan pelestarian alam agar air bisa terus diproduksi
dan memberikan manfaat bagi makhluk hidup. Direktur Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) Imam Santoso mengatakan
upaya menjaga air dilakukan secara bersama-sama dengan seluruh elemen masyarakat.

"Upaya yang dilakukan lebih kepada menjaga kualitas dan kuantitas air. Jadi, kita inisiasikan
upaya penghijauan di sekitar sumber air seperti danau dan air dan mengajak komunitas
setempat untuk ikut menjaga wilayah sekitar air dan juga mendorong pemda (pemerintah
daerah) untuk menjaga sumber air," kata Imam kepada Media Indonesia, Kamis (22/3).

Upaya melestarikan lingkungan tersebut akan mengembalikan kualitas air, terutama di 15


sungai di Indonesia yang saat ini termasuk dalam kategori kritis. Untuk menjaga kuantitas air,
Kementerian PU-Pera menjaganya dengan membangun fasilitas penampung air seperti
bendungan dan embung.

Peran komunitas, lanjut Imam, punya andil besar. Kementerian pun menyinergikannya
dengan Balai Wilayah Sungai, PU-Pera, yang ada di sejumlah tempat. Ia mencontohkan

5
upaya komunitas yang sukses dalam melestarikan alam untuk kebaikan air ialah komunitas di
bantaran Sungai Kalimas, Surabaya, Jawa Timur.

"Sebelumnya di sana ada spesies ikan yang sudah tidak terlihat, tapi kemudian dengan upaya
pelestarian lewat penghijauan dan berbagai inisiatif hijau lainnya, spesies ikan tersebut kini
kembali ke Kalimas. Tapi memang ada yang masih belum terbenahi, seperti di Citarum," ujar
Imam.

Pengelolaan DAS

Salah satu upaya untuk melestarikan alam yang berguna juga terhadap pelestarian air ialah
melalui pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Direktur Perencanaan dan Evaluasi
Pengendalian DAS (PEPDAS) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Yuliarto Joko
Putranto mengatakan pihaknya memprioritaskan empat hal dalam pengelolaan DAS di 15
DAS prioritas.

Keempat hal tersebut ialah memperbaiki tutupan hutan dan lahan dengan pendekatan
sustainable forest and land management untuk memulihkan lahan kritis, mencegah erosi dan
sedimentasi, pengelolaan sumber daya air, dan pengelolaan sosial dan kelembagaan yang
bersifat koordinasi. "Untuk pengelolaan sosial dan kelembagaan ini, kami mendorong
pemerintah daerah untuk menerbitkan perda (peraturan daerah) pengelolaan air sebagai
payung hukum pengelolaan air. Saat ini di Indonesia sudah terdapat 22 perda pengelolaan air
yang diterbitkan dan kami terus upayakan agar bisa mencakup 15 DAS prioritas tersebut,"
kata Yuliarto.

Upaya menggandeng masyarakat dan kalangan industri untuk ikut merawat air juga terus
diupayakan agar pada 2019 mendatang seluruh DAS prioritas dapat selesai direhabilitasi. Hal
itu dilakukan karena KLHK terganjal oleh keterbatasan anggaran dalam rehabilitasi DAS
sehingga tanggung jawab sosial perusahaan dan keterlibatan masyarakat ikut dimaksimalkan.

Dalam siklus hidrologi, lanjut Yuliarto, DAS terbagi dalam tiga bagian, dua di antaranya
perlu mendapat perhatian ialah pada bagian hulu yang menjadi produsen dan regulator air,
kemudian bagian distribusi air sebelum sampai ke hilir yang merupakan bagian terpenting
dalam pemanfaatan air. "Bagian distribusi inilah yang dikelola dengan memanfaatkan
bentang lahan dan aliran sungai. Kemudian di hulu juga harus dibenahi agar bisa
dimanfaatkan dengan baik saat air terdistribusi. Semisal, upaya penghijauan dan menjaga
sumber air," tandas Yuliarto.(S-1)

6
(https://m.mediaindonesia.com/read/detail/151592-sayangi-air-lewat-pelestarian-alam,
Diunduh hari Sabtu, 2 November 2019, pukul 19:08:23.)

KOMENTAR:

Air merupakan sumber kehidupan. 70% dari bumi terdari dari air. Makhluk hidup
memerlukan air untuk bertahan hidup. Namun, di masa sekarang sebagian sumber air bersih
seperti sungai mengalami pencemaran dari yang rendah sampai yang tinggi. Menurut salah
satu media menyatakan bahwa setengah dari sungai yang ada di Indonesia mengalami
pencemaran tingkat berat dan selebihnya tingkat sedang hingga ringan. Yang mana sebagian
disebabkan ulah manusia seperti pembabatan hutan yang berlebihan; penggunaan pupuk
pertanian yang berlebihan; pembuangan limbah seperti limbah industri, limbah rumah sakit,
limbah rumah tangga dan lain sebagiannya yang dibuang secara langsung tanpa diolah
terlebih dahulu; penggunakan air yang berlebihan; enggan melestarikan lingkungan.
Pencemaran sungai yang semakin hari semakin memburuk dikarenakan pertambahan
penduduk yang semakin padat. Sudah seharusnya kita mulai melestarikan lingkungan hidup
dimulai dari hal yang kecil seperti menggunakan air secukupnya, membuang sampah pada
tempatnya, menanam bibit pohon di lingkungan sekitar, mengurangi pengguanaan plastik,
menghemat penggunaan listrik dan masih banyak lagi. Kesadaran melestarikan lingkungan
dapat kita tularkan kepada orang disekitar kita yaitu dengan mencontohkan terlebih dahulu.

7
500 Pohon Mangrove Ditanam di Pantai Lembung Pamekasan, Hindarkan Abrasi dan
Jaga Ekosistem

Minggu, 3 November 2019 14:36

TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN

Suasana saat komunitas Kelompok Peduli Mangrove Madura (KPMM) melakukan


penanaman pohon mangrove sebanyak 500 pohon di bibir Pantai Lembung, Kabupaten
Pamekasan, Madura, Minggu (3/11/2019).

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Dalam rangka HUT Manpala Naviri dan


mencegah terjadinya abrasi, komunitas Kelompok Peduli Mangrove Madura (KPMM)
melakukan penanaman pohon mangrove sebanyak 500 pohon di bibir Pantai Lembung
Pamekasan, Madura.

Koordinator KPMM, Endang Tri Wahyurini mengatakan, penanaman mangrove yang


dilakukan pihaknya bertujuan agar lingkungan laut semakin baik serta daratan tidak mudah
terkikis abrasi.

Selain itu ada sekitar 100 peserta yang turut andil dalam penanaman pohon mangrove kali ini
terdiri dari KPMM, Manpala Naviri MAN 2 Pamekasan, Mahasiswa Agrobisnis Perikanan
Universitas Islam Madura dan Siswa Pramuka SMKN Tlanakan.

8
"Penaman pohon mangrove ini akan kami lakukan secara berkala. Selain untuk mencegah
terjadinya abrasi, fungsi dari pohon mangrove ini juga dapat menjaga ekosistem laut agar
semakin baik," kata Endang Tri Wahyurini kepada TribunMadura.com, Minggu (3/11/2019).

Lebih lanjut Endang mengatakan, pohon mangrove juga berfungsi sebagai pemecah ombak.

"Penanaman dengan pola berjajar ke depan yang kami lakukan ini akan berpengaruh terhadap
kekuatan ombak. Abrasi pantai bisa dihindari," ujarnya.

Tak hanya itu, kata Endang, pohon mangrove juga berfungsi sebagai tempat ekosistem laut.

Ikan-ikan laut bisa bertelur dan tinggal dibawah akar pohon mangrove tersebut.

Dengan demikian, nelayan tidak perlu ke tengah laut untuk mencari ikan.

Jika ada hutan bakau atau hutan mangrove, di sekitarnya pasti banyak ikan.

Kemudian, kata Endang penanaman mangrove juga bertujuan mengedukasi masyarakat agar
peduli lingkungan.

"Sebab, jika lingkungan rusak, masyarakat sekitar akan mendapat mudarat. Sebaliknya, jika
lingkungan baik, masyarakat bisa memperoleh manfaat," harap Endang.
(https://madura.tribunnews.com/2019/11/03/500-pohon-mangrove-ditanam-di-pantai-
lembung-pamekasan-hindarkan-abrasi-dan-jaga-ekosistem Diunduh hari Senin, 4 November
2019, pukul 22:27:32)

KOMENTAR:
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang
bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Banyak hal yang dapat menjadi
penyebab terjadinya abrasi, salah satunya faktor alam dan juga faktor manusia itu sendiri,
misalnya penambangan pasir. Abrasi tidak hanya terjadi tanpa membawa dampak yang tidak
baik, dampak abrasi yang dapat terlihat sangat jelas yaitu berkurangnya daratan. Hutan bakau
pun juga akan rusak sehingga makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar bakau akan
kehilangan habitatnya.
Penanaman bakau atau mangrove sangatlah bermanfaat bagi seluruh makhuk hidup,
terutama ekosistem yang ada di pantai. Selain itu, abrasi pun juga akan berkurang bahkan
tidak akan terjadi. Hal ini dapat dilakukan oleh setiap masyarakat yang berada di pinggiran

9
pantai, atau siapa saja , terutama pemerintah, agar seluruh ekosistem pantai akan tetap
terjaga.

10

Anda mungkin juga menyukai