Anda di halaman 1dari 37

BAB II

RANCANGAN AKTUALISASI (HABITUASI)

A. Deskripsi Organisasi
1. Profil Puskesmas Pematang Panggang IV

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat


dasar yang dapat mencerminkan kemampuan masyarakat
dalam mencapai hidup sehat yang optimal. Dalam
pelaksanaannya Puskesmas adalah unit pelaksana pelayanan
kesehatan yang mandiri dan bertanggung jawab terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya (Kementerian
Kesehatan, 2016).

Puskesmas Pematang Panggang IV adalah organisasi


pemerintah yang merupakan unit fungsional dari Dinas
Kesehatan Kabupaten, bertugas mengelola pelayanan
kesehatan dasar untuk masyarakat dalam satu wilayah
Kecamatan khususnya di wilayah Kecamatan Mesuji Raya yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu
dan merata.

Puskesmas Pematang Panggang IV sebagai unit


pelayanan kesehatan utama dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan turut serta bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat luas
khususnya di wilayah Mesuji Raya Kabupaten Ogan Komering
Ilir Sumatera Selatan dengan bahu membahu Bersama.
Gambar 2.1 Puskesmas Pematang Panggang IV
2. Keadaan Umum Puskesmas Pematang Panggang IV

Wilayah Kecamatan Mesuji Raya terletak diantara


104,320 dan 106,020 Bujur Timur dan 2,370 sampai 4,350
Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 10 meter diatas
permukaan air laut. Secara administrasi berbatasan dengan :
 Sebelah utara : Desa Rotan Mulya
 Sebelah selatan : Kecamatan Lempuing di
 Sebelah barat : Kecamatan Lempuing Jaya
 Sebelah timur : Desa Balian

Luas Kecamatan Mesuji Raya sebesar 128,85 Km2 ,


sedangkan jumlah penduduk dari 9 desa binaan Puskesmas PP
IV tahun 2018 adalah 21.630 jiwa. Kecamatan Mesuji Raya
terdiri dari 17 desa dengan 7 buah dusun yang sulit dijangkau
pada musim-musim tertentu.
Gambar 2.2 Peta Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir

Adapun Pelayanan dipuskesmas Pematang Panggang IV


diantaranya:

a. Ruangan pendaftaran dan rekam medis


b. Ruangan Rawat Jalan
c. Ruangan Gawat Darurat
d. Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut
e. Rawat Inap
f. MTBS
g. Ruangan Promosi Kesehatan
h. Ruangan Gizi
i. Ruangan Farmasi j. Laboratorium

Struktur Organisasi

2. Visi, Misi, Motto dan Nilai-nilai Organisasi


a. Visi
Visi Puskesmas Pematang Panggang IV Daerah Mesuji Raya:
“Menjadi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
profesional, berkualitas, dan ramah pasien”
b. Misi
Misi Puskesmas Pematang Panggang IV Daerah Mesuji Raya:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat
2. Meningkatkan kualitas sdm yang profesional
3. Meningkatkan tata kelola puskesmas yang baik melalui
perbaikan managemen yang profesional, efektif, dan efisien
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
5. Membangun sistem informasi dan managemen puskesmas
6. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang Kesehatan

c. Nilai-nilai Organisasi
Nilai-nilai organisasi Puskesmas Pematang Panggang IV
SHAR’I
S : Sigap
H : Handal
A : Amanah
R : Responsif
I : Inovatif

d. Tugas Pokok Dan Fungsi


Sesuai dengan Permenpan RB Nomor 35 Tahun 2019
pasal 8 uraian kegiatan tugas jabatan fungsional Perawat
kategori keterampilan sesuai jenjang jabatan, ditetapkan dalam
butir kegiatan sebagai berikut:
Perawat Terampil, meliputi:
1. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada individu;
2. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan
keperawatan;
3. Melaksanakan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan
sehat dalam rangka melakukan upaya promotif;
4. Memfasilitasi penggunaan alat-alat pengamanan/ pelindung
fisik pada pasien untuk mencegah risiko cedera pada
individu dalam rangka upaya preventif;
5. Memberikan oksigenasi sederhana;
6. Memberikan tindakan keperawatan pada kondisi gawat
darurat/ bencana/ kritikal;
7. Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman
serta bebas risiko penularan infeksi;
8. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana
pada area medikal bedah;
9. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana
di area anak;
10. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana
di area maternitas;
11. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana
di area komunitas;
12. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang sederhana
di area jiwa;
13. Melakukan tindakan terapi komplementer/ holistik;
14. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan
intervensi pembedahan pada tahap pre/ intra/post operasi;
15. Memberikan perawatan pada pasien dalam rangka
melakukan perawatan paliatif;
16. Memberikan dukungan/fasilitasi kebutuhan spiritual pada
kondisi kehilangan/berduka/ menjelang ajal dalam pelayanan
keperawatan;
17. Melakukan perawatan luka; dan
18. Melakukan dokumentasi tindakan keperawatan;
B. Deskripsi Isu/ SituasiProbematika
Berkaitan dengan laporan aktualisasi ini, sumber isu yang
diangkat berasal dari Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI),
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), kegiatan inisiatif penulis dengan
persetujuan mentor,dan penugasan dari atasan. Semuanya akan
disinkronkan sesuai dengan keterkaitan materi BerAKHLAK,
manajemen ASN, dan Smart ASN.
Isu dapat diartikan sebagai suatu kejadian/fenomena yang
diartikan sebagai masalah. Menurut KBBI, Isu merupakan masalah
yang dikedepankan untuk ditanggapi, kabar yang tidak jelas asal
usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; desas desus.
Berdasarkan hasil pengamatan dan kondisi lapangan, situasi
problematika yang terjadi di Puskesmas Peatang Panggang IV
adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi
2. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit
diabetes melitus
3. Belum optimalnya pelaksaan handover (operan jaga)
perwat antar shif
4. Belum optimalnya penerapan 5S ( Salam, Senyum,
Sapa, Sopan, Santun)
5. Belum optimalnya penerapan 6 langkah mencuci tangan

Adapun 5 (lima) isu diatas akan dijelaskan secara ringkas


pada tabel dibawah ini :
Table Deskripsi Isu
N Identifikasi isu/ Kondisi Ideal Deskripsi Identifikasi
o Kondisi Keterkaitan Akar
Sekarang dengan MASN Permasalahan
dan Smart ASN

1 Kurangnya Meningkatnya Managemen Kurang


pengetahuan pengetahuan ASN : pedulinya
pasien tentang pasien pasien akan
penyakit tentang Dengan adanya Kesehatan
hipertensi penyakit edukasi tentang
diabetes penyakit
mellitus hipertensi
diharapkan
dapat
meningkatkan
derajat
Kesehatan
pasien
Smart ASN :
Memanfaatkan
media cetak
leaflet dan video
untuk
melakukan
edukasi.

2. Kurang nya Meningkatnya Managemen Kurang


pengetahuan pengetahuan ASN : pedulinya
pasien tentang pasien tentang pasien akan
penyakit diabetes penyakit Dengan adanya Kesehatan
mellitus hipertensi edukasi tentang
penyakit
diabetes mellitus
diharapkan
dapat
meningkatkan
derajat
Kesehatan
pasien
Smart ASN :
Memanfaatkan
media cetak
leaflet dan video
untuk
melakukan
edukasi.

3. Belum Optimalnya Managemen Belum


optimalnya pelaksanaan ASN : maksimalnya
pelaksaan handover perawat dalam
handover (operan jaga) Pelaksanaan melakukan
( operan jaga) perawat antar handover handover
perwat antar shif shift (operan jaga) (operan jaga)
belum
sepenuhnya
optimal, serta
belum efektif
dan efisien

4. Belum Optimalnya Managemen Kurangnya


optimalnya penerapan 5S ( ASN : kesadaran
penerapan 5S Salam, petugas dalam
(Salam, Senyum, Senyum, Sapa, Pelaksanaan menerapkan
Sapa, Sopan, Sopan, Santun) penerapan 5S 5S ( Salam,
Santun) belum Senyum, Sapa,
sepenuhnya Sopan, Santun)
optimal, serta
belum efektif
dan efisien

5. Belum Optimalnya Managemen Kurangnya


optimalnya penerapan 6 ASN: kesadaran
penerapan 6 langkah dalam
langkah mencuci mencuci Pelaksanaan melakukan 6
tangan tangan penerapan 6 cuci tangan
langkah cuci
tangan belum
sepenuhnya
optimal, serta
belum efektif
dan efisien

C. Analisi Isu

Isu yang telah diidentifikasi di atas kemudian di analisa.


Analisis isu dilakukan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas
isu. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas isu tertinggi.
Disamping itu tidak semua isu bisa dikategorikan menjadi isu
aktual, oleh karena itu perlu dilakukan analisis kriteria isu, alat
analisis kriteria isu dengan menggunakan alat analisis AKPK
(Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Kelayakan).
Alat analisa dengan menggunakan AKPK (kriteria isu)
1. Aktual, benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di
masyarakat.
2. Kekhalayakan, isu menyangkut hajat hidup orang banyak
3. Problematik, isu memiliki dimensi masalah yang
kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya sesegera
mungkin.
4. Kelayakan, masuk akal, realisitis, relevan untuk
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Penetapan Isu Terpilih

Tabel Analisis ktriteria isu dengan alat analisis akpk


No ISU A K P K Total Rank

(1-5) (1-5) (1-5) (1-5)


1 Kurangnya 4 5 4 5 18 II
pengetahuan
pasien tentang
penyakit
hipertensi
2 Kurangnya 5 5 5 4 19 I
pengetahuan
pasien tentang
penyakit diabetes
mellitus
3 Belum 4 3 3 3 13 III
optimalnya
pelaksaan
handover
(operan jaga)
perwat antar shif

4 Belum 3 2 3 2 10 V
optimalnya
penerapan 5S
(Salam, Senyum,
Sapa, Sopan,
Santun)
Belum 3 3 2 3 11 IV
optimalnya
penerapan 6
langkah mencuci
tangan
Keterangan :
Pembobotan AKPK :
Tabel . Bobot Penetapan Kriteria Kualitas Isu AKPK
Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya

Analisis kriteria isu dengan alat analisis AKPK tersebut


kemudian diurutkan dari nilai tertinggi yaitu :

1. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit


dibater mellitus
2. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi
3. Belum optimalnya pelaksaan handover (operan jaga)
perwat antar shif
4. Belum optimalnya penerapan 6 langkah mencuci tangan
5. Belum optimalnya penerapan 5S ( Salam, Senyum, Sapa,
Sopan, Santun)

D. Argumentasi Terhadap Core Issue Terpilih

Setelah dilakukan analisis kriteria isu dengan alat analisis


AKPK dan ditemukan core issue terpilih yaitu Kurangnya
pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Pematang Panggang IV.
Diabaetes Melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi Etologi yang ditandai
dengan tingginya kadar glukosa darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan preotein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin.

Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian


penyakit tidak menular (PTM) yaitu Diabetes Melitus di Puskesmas
Pematang Panggang IV terdapat beberapa kendala yang
didapatkan salah satunya tentang kepatuhan pasien untuk kontrol
ke Puskesmas dan minum obat anti diabetik. Dari hasil diskusi
dengan petugas jaga di rawat jalan didapatkan informasi bahwa
penderita diabetes melitus umumnya berobat ketika sudah
mengalami gejala yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari
seperti sering merasa haus, sering buang air kecil, lemas dan
pandangan kabur serta kebiasaan berobat secara tidak teratur
sesuai dengan anjuran dokter dikarenakan pasien lupa mengingat
waktu kontrol pengobatan, sibuk dengan aktivitas atau pekerjaanya
atau pun tidak ada support dari keluarga/orang terdekat. Biasanya
penderita diabetes mellitus berhenti minum obat anti diabetik ketika
gejala yang dirasakannya berkurang tanpa ada instruksi untuk
menghentikan terapi.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis akan melakukan


Aktualisasi di wilayah kerja Puskesmas Pematang Panggang IV
terhadap pasien diabetes mellitus. Pelayanan medis yang di
berikan yaitu upaya penanganan diabetes mellitus dengan
mengedukasi pasien tentang penyalit diabetes mellitus.

E. Nilai-nilai Dasar Profesi PNS


Berorientasi pelayanan merupakan salah satu nilai yang
terdapat dalam Core Value ASN BerAKHLAK yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan
prima demi kepuasan masyarakat.
Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan bahwa tujuan
didirikan Negara RI antara lain adalah untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban
memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu system
pemerintahan yang mengandung terciptanya penyelenggaraan
publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan
hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan
pelayanan administrative sebagaimana tercantum dalam
penjelasan atas UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (UU Pelayanan Publik).
Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU
Pelayanan Publik adalah setiap institusi penyelenggara negara
korporasi, Lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan bahan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik. Dalam batas pengertian tersebut, jelas bahwa Aparatur Sipil
Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan
publil, yang kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), yang menyatakan
bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayanan publik.
Pelayanan publik yang baik juga didasarkan pada prinsip-
prinsip yang digunakan untuk merespons berbagai kebutuhan
dalam penyelenggaraan pelayanan publik dilingkungan birokrasi.
Berbagai literatur administrasi publik menyebut bahwa prinsip
pelayanan publik yang baik adalah :
a. Partisipatif

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan


masyarakat, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.

b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah harus
menyediakan akses warga negara untuk mengetahui segala hal
yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan
tersebut seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya.
c. Responsif

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib


mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mareka butuhkan, akan tetapi juga
terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jalan
pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan
masyarakat yang menduduki posisi sebagai klien.
d. Tidak diskriminatif

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak


boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara
seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis
kelamin atau orientasi seksual, difabel, dan sejenisnya.
e. Mudah dan Murah

Penyelenggaraan pelayanan publik di mana masyarakat harus


memenuhi berbagai persyaratan dan membayar biaya untuk
memperoleh layanan yang mareka butuhkan, harus diterapkan
prinsip mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan
tersebut masuk akal dan mudah untuk dipenuhi. Murah dalam
arti biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga
Negara.
f. Efektif dan Efisien

Penyelenggaran pelayanan publik harus mampu mewujudkan


tujuan- tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan
tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.

g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik (dekat, terjangkau, dan lain-lain) dan dapat dijangkau
dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.
h. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan
menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai
oleh warga negara melalui pajak yang mareka bayar. Oleh
karena itu, semua penyelenggaraan pelayanan publik harus
dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada
masyarakat.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh pemerintah
memiliki berbagai tujuan. Salah satu tujuan yang penting
adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang
dilakukan oleh warga negara yang lain. Oleh karena itu
penyelenggaraan pelayanan publik dijadikan sebagai alat
melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa
keadilan bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan
kelompok kuat.

Dari penjelasan diatas, kita dapat mengetahui bahwa


terdapat tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya
dalam konteks ASN, yaitu

1. Penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/birokrasi


2. Penerima layanan yaitu masyarakat,stakeholders, atau sector
privat, dan
3. Kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima
layanan

Kode Etik Berorientasi pelayanan


1. Resvonsivitas
2. Kualitas
3. Kepuasan

Panduan perilaku Berorientasi pelayanan yang mestinya


dipahami dan diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, yang terdiri dari:

a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat

b. Ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan

c. Melakukan perbaikan tiada henti


d. Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan
perilaku

Berorientasi Pelayanan yang pertama diantaranya :


a. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia
b. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
c. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian ; dan
d. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan Kerja sama.

Adapun Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan


panduan perilaku Berorientasi Pelayanan yang kedua diantaranya :
a. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur
b. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah ; dan
c. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan panduan


perilaku.

1. Berorientasi Pelayanan yang ketiga diantaranya :


a. Mempertanggungjawabkan Tindakan dan kinerjanya kepada
publik; dan
b. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai

2. Akuntabel
Akuntabilitas merupakan kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggungjawab dari
amanah yang telah dipercayakan kepadanya. Amanah seorang
ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No.20 Tahun 2021 adalah menjamin
terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK.
Panduan perilaku Akuntabel yang mestinya dipahami dan
diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya
bertugas, yang terdiri dari :

a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat,


disiplin dan berintegritas tinggi

b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara


secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien

c. Kemampuan menggunakan kewenangan jabatan.

Kata Kunci perilaku Akuntabilitas yaitu :

1. Integritas

2. Konsistensi

3. Dapat dipercaya

4. Transparan
Akuntabilias publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran
konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
(peran belajar). Untuk menciptakan lingkungan kerja yang
akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas
yang harus diperhatikan untuk menciptakan lingkungan yang
akuntabel, yaitu

1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peran yang penting dalam
menciptakan lingkungannya. Pimpinan mempromosikan
lingkungan yang akuntabel dapat dilakukan dengan
memberikan contoh pada orang lain (lead by example),
adanya komitmen yang tinggi dalam melakukan pekerjaan
sehingga memeberikan efek positif bagi pihak lain untuk
berkomitmen pula.

2. Transparansi

Tujuan dari adanya transparansi adalah mendorong


komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok
internal dan eksternal, memberikan perlindungan terhadap
pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi dalam
pengambilan keputusan, meningkatkan akuntabilitas dalam
keputusan- keputusan, meningkatkan kepercayaan dan
keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.

3. Integritas

Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk


menjunjung tinggi hukum yang berlaku, undang-undang,
kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku. Selain itu,
dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan
kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan / atau
stakeholder.

4. Tanggung Jawab (Responsibilitas)


Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan
memberikan kewajiban bagi setiap individu dan lembaga,
bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang telah
dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab
atas keputusan yang telah dibuat.

5. Keadilan

Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan


harus dipelihara dan dipromosikan oleh pimpinan pada
lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu, ketidakadilan harus
dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan
kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan
menjadi tidak optimal.

6. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata
lain, lingkungan akuntabilitas tidak lahir dari hal-hal yang tidak
dapat dipercaya.

7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas. Setiap individu
yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan
kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Adanya
peningkatan kerja juga memerlukan adanya perubahan
kewenangan sesuai kebutuhan yangdibutuhkan.

8. Kejelasan
Kejelasan merupakan salah satu elemen untuk menciptakan
dan mempertahankan akuntabilitas. Agar individu atau
kelompok dalam melaksanakan wewenang dan tanggung
jawabnya dikatakan akuntabel, mereka harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan
hasil yang diharapkan. Dengan demikian, fokus utama untuk
kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun
organisasi.

9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak
konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan
memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja
yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan
kredibilitas anggota organisasi.

Akuntabilitas dan integritas personal ASN akan memberikan


dampak sistemik bila bisa dipegang teguh oleh semua unsur.
Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung jawab,
Keadilan, Kepercayaan, Keseimbanngan, Kejelasan, dan
Konsistensi dapat membangun lingkungan kerja ASN yang
akuntabel

Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang


akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3
dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas
proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan

Pengelolaan konflik kepentingan dan kebijakan gratifikasi


dapat membantu pembangunan budaya akuntabel dan integritas
di lingkungan kerja. Akuntabilitas dan integritas dapat menjadi
faktor yang kuat dalam membangun pola pikir dan budaya
antikorupsi

3. Kompeten
Penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) termasuk
aspek pengembangan SDM memanglah penting, Hal ini tercermin
dari prioritas pembangunan nasional jangkah menengah ke 4 tahun
2020- 2024 berfokus pada pengutan kualitas SDM, untuk sector
keAparaturan, pembangunan diarahkan untuk mewujudkan birokrasi
bekelas dunia. Wujud birokrasi berkelas dunia tersebut dicirikan
denga napa yang disebut SMART ASN, yaitu ASN yang memiliki
kemampuan dan karakter meliputi : integritas, professional,
hospitality, networking, enterprenership, berwawasan global, dan
pengusaan IT dan Bahasa asing

Penguatan kualitas ASN tesebut sejalan dengan dinamika


lingkungan strategis VUCA dan disrupsi teknologi. Situasi dunia saat
ini dengan ciri yang disebut „‟Vuca Word” yaitu dunia yang penuh
gejolak (volatility) disertai penuh jetidakpastian (uncertainty).
Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling
mempengaruhi (ambiguity). (Millar, Groth & Mahon, 2018). Faktor
VUCA menuntut ekosistem organisasi terintegrasi dengan berbasis
pada kombinasi kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap
ASN dapat beradaptasi dengan dinamika perubahan lingkungan dan
tuntutan masa depan pekerjaan.

Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu.


Kecenderungan kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat,
dibandingkan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri

Dalam menentukan kebutuhan pengembangan kompetensi


dan karakter ASN penting diselaraskan sesuai visi dan misi termasuk
nilai- nilai birokrasi pemerintah. Prinsip pengelolaan ASN yaitu
berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja termasuk
tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan
agama, kesukuan atau aspek- aspek primodial yang bersifat
subyektif.

Kompeten adalah sikap atau tindakan yang harus dimiliki


seorang ASN untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
kedepan/ terus belajar dan mengembangkan kapabilitas. ASN
diharapkan memiliki sifat dan kompetensi dasar utamanya : inovasi,
daya saing, berfikir kedepan dan adaptif. Sifat dan kompetensi dasar
ini krusial untuk mewujudkan instansi pemerintah yang responsif dan
efektif

Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting


berkaitan dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Dalam konteks ASN, kompetensi adalah dekripsi
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas jabatan( Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38
Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk
mewujudkan pegawai professional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN
sebagai profesi memiliki kewajiban dan mengembangkan
kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.

Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017


tantang standar kompetensi ASN, kompetensi meliputi :
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan
2) Kompetensi manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi, dan
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan
terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya, perilaku, wawasan
kebangsaan, etika, nilai-nilai moral, emosi dan prinsip yang harus
dipenuhi oleh setiap pemegang jabatan untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi dan jabatan.

Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan


non klasikal baik untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial
kultur.

Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang


Udang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 jam pelajaran bagi
PNS dan maksimal
24 jam pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK)

Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN


ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan
pengembngan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai
dalam nine box tersebut.

Kata kunci untuk mewujudkan nilai kompetan yaitu :

1. Kinerja terbaik
2. Sukses
3. Keberhasilan
4. Learning agility
5. Ahli dibidangnya

Panduan perilaku kompeten yang mestinya dipahami dan


diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya
bertugas, yang terdiri dari :

1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab


tantangan yang selalu berubah
2. Membantu orang lain belajar
3. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
4. Harmonis
Dari laman Wikipedia, harmoni (dalam Bahasa Yunani:
Harmonia) berarti terikat secara serasi/sesuai). Dalam bidang
filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan
sedemikian hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu
kesatuan yang luhur.
Kita sebagai ASN atau pelayan publik harus menciptakan
suasana harmonis dalam lingkungan kerja karena suasana harmonis
adalah salah satu kunci sukses organisasi. Suasana tempat kerja
yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk
organisasi. Ada 3 hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun
budaya tempat kerja nyaman dan berenergi positif
Ketiga hal tersebut adalah

1. Membuat tempat kerja yang berenergi


2. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan
kontribusi
3. Berbagi kebahagiaan Bersama seluruh anggota organisasi

Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Harmonis

Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian


dari kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN.
Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua
belas kode etik dan kode perilaku ASN, yaitu :

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan


berintegritas tinggi.
b. Melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. Melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan
e. Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan atau
pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan
f. Menjaga kerahasiaan menyangkut kebijakan negara
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan
kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait
kepentingan kedinasan

Penerapan sikap perilaku yang menunjukan ciri-ciri sikap


harmonis. Tidak hanya berlaku untuk sesama ASN (lingkup kerja)
namun juga berlaku bagi stakeholder ekternal. Sikap ini bisa
ditunjukkan dengan :

a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan

Etika Publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan nilai-


nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain
dipraktikan dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap
kesejahteraan masyarakat.. adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan
untuk mengatur tingkah laku/ etika suatu kelompok khusus dalam
masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Oleh
karena itu dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara,
perilaku pejabat publik harus berubah

1. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan


2. Kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan
3. Ketiga,menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Membangun budaya harmonis tempat kerja kerja harmonis
sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang
positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi

Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni

1. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan


2. Sisi dimensi refleksi, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi
3. Modalitas Etika, menjembani antara norma moral dan
Tindakan factual

Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan


menciptakan budaya harmonis dalam pelaksanaan tugas dan
kewajiban adalah sebagai berikut :

1. Posisi PNS sebagai aparatur negara, dia harus bersikap


netral dan adil. Netral dalam artian tidak memihak kepda
salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti
PNS dalam melaksanakan tugasnya tidak boileh berlaku
diskriminatif dan harus obyektif, jujur, transparan.

2. PNS juga harus mengayomi kepentingan kelompok


minoritas, dengan tidak membuat kebijakan, peraturan
yang mendriskriminasi keberadaan kelompok tersebut.
3. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan
untuk menjunjung sikap netral dan adil karena tidak
berpihak dalam memberikan pelayanan
4. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus
memiliki sikap suka menolong baik dengan pengguna
layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang
membutuhkan pertolongan
5. PNS menjadi figure dan teladan di lingkungan
masyarakatnya. PNS juga harus menjadi tokoh dan
panutan bagi masyarakat.

Kata kunci untuk menciptakan suasana Harmonis


1. Peduli (caring)
2. Perbedaan (diversity)
3. Selaras

Panduan perilaku Harmonis yang mestinya dipahami dan


diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya
bertugas yaitu

1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya


2. Suka menolong orang lain
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif

5. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari Bahasa
Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang
Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk
mengukur loyalitas pegawainya, antara lain :
1. Taat pada peraturan
2. Bekerja dengan integritas
3. Tanggung jawab pada Organisasi
4. Kemauan untuk bekerja sama
5. Rasa memiliki yang tinggi
6. Hubungan antar pribadi
7. Kesukaan terhadap pekerjaan
8. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
9. Menjadi teladan bagi pegawai lain

Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core


Values ASN BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus
berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkan ketika diangkat menjadi
ASN sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pasal 10 Undang-undang No.5 Tahun 2014


tentang Aparatur SIpil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi
yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam
melaksanaka ketiga fungsi tertentu merupakan perwujudan dari
implementasi nilai-nilai loyal. Kemampuan ASN dalam melaksanakan
ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari implementasi nilai-
nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari
organisasi pemerintah.

Panduan perilaku Loyal yang mestinya dipahami dan


diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas
yaitu
1. Memegang teguh nilai-nilai ideologi Pancasila, UUD 1945 dan
setia pada NKRI serta pemerintahan yang sah
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan negara
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara
Adapun kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan
panduan perilaku loyal yaitu :
1. Komitmen
2. Dedikasi
3. Kontribusi
4. Nasionalisme
5. Pengabdian

Yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”


Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal)
pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut
dilakukan:

1. Membangun rasa kecintaan dan memiliki


2. Meningkatkan kesejahteraan
3. Memenuhi kebutuhan rohani
4. Memberikan kesempatan peningkatan karir
5. Melalukan evaluasi secara berkala

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan


negara, pemerintah, dan martabat pegawai negeri sipil serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seorang atau golongan sebagai wujud
loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para ASN mampu
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melakukan
pemantapan wawasan kebangsaan. Selain memantapkan wawasan
kebangsaan, sikap loyal ASN dapat dibangun dengan terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap


bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan
mengimplementasikan Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam
kehidupan sehari-harinya, yaitu :

1. Cinta tanah air


2. Sadar berbangsa dan bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Kemampuan awal bela negara

Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya


dalam melaksanakan sumpah/janji yang diucapkan Ketika diangkat
menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 Tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. PNS yang memiliki loyalitas tinggi
dapat meneggakkan ketentuan- ketentuan kedisiplinan ini dengan
baik.

Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No.5 Tahun 2014


tentang Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3(Tiga) fungsi
yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
perekat dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam
melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementasi nilai-nilai loyal dalm konteks individu maupun sebagai
bagian dari Organisasi Pemerintah.

6. Adaptif

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup


untuk bertahan hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan
atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi merupakan

kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi


juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).

Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi


dan kreativitas yang ditumbuh kembangkan dalam diri individu
maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai bagaimana
individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif.

Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk


memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi,
tingkat kepercayaan, perilaku tanggungjawab, unsur kepemimpinan
dan lainnya.

Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan


kampannye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN
sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai
tujuannya

Penerapan budaya adaptif dalam organisasi pemerintahan


akan membawa konsekuensi adanya perubahan dalam cara
pandang, cara berpikir, mentalitas dan tradisi pelayanan publik yang
lebih mampu mengimbangi perubahan atau tuntutan jaman

Jeff Boss dalam Forbes menulis ciri ciri orang yang memiliki
kemampuan atau karakter adaptif diantaranya dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Eksperimen orang yang beradaptasi


Yang dimaksud bahwa untuk beradaptasi, kita harus terbuka
terhadap perubahan, dan harus memiliki kemauan dalam hal
toleransi emosional, ketabahan mental, dan bimbingan spiritual,
untuk tidak hanya menyadari ketidakpastian tetapi juga
menghadapinya dan terus maju

2. Melihat peluang dimana orang lain melihat kegagalan


Beradaptasi juga berarti tumbuh, berubah dan berubah. Sebagai
individu adaptif maka persepsi mengenai apa yang dulu diyakini
sebagai kebenaran, diklarifikasikan sebagai kesalahan, dan
kemudian mengadopsi apa yang sekarang diyakini sebagai
kebenaran baru
3. Memiliki sumber daya
Orang yang memiliki dan menguasai sumberdaya tidak akan
terjebak pada satu solusi untuk memecahkan masalah. Orang
yang mudah beradaptasi memiliki rencana darurat ketiak rencana
A tidak berhasil
4. Selalu berpikir kedepan
Selalu terbuka terhadap peluang, orang yang mudah beradaptasi
selalu mencari perbaikan.
5. Tidak mudah mengeluh
Jika mareka tidak dapat mengubah atau mempengaruhi
keputusan, mareka akan terus beradaptasi dan terus maju
6. Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan
Orang yang dapat beradaptasi tidak menyimpan dendam atau
menghindari yamng tidak perlu tetapi sebaliknya menyerap,
memahami dan melanjutkan.
7. Tidak mencari popularitas
Mareka tidak peduli dengan pusat perhatian, mareka akan
mengalihkankan fokus ke rintangan berikutnya untuk maju
8. Memiliki rasa ingin tahu
Terus belajar dan terus belajar memilliki keingintahuan yang
tinggi. Keingintahuan mendorong pada pertumbuhan
9. Beradaptasi
Kemampuan beradaptasi tentunya menjadi kunci pokok dari
karakteristik adaptif
10. Memperhatikan system
Orang yang dapat beradaptasi melihat seluruh hutan dari
pada hanya beberapa pohon

11. Membuka pikiran


Mendengarkan sudut pandang orang lain karena semakin banyak
konteks yang dimiliki, semakin banyak pilihan yang
memposisikan menuju perubahan
12. Memahami apa yang sedang diperjuangkan
Memilih untuk beradaptasi dengan sesuai yang baru dan
meninggalkan yang lama membutuhkan pemahaman yang kuat
tentang nilai-nilai pribadi.

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi


dalam mencapai tujuan baik individu maupun organisasi dalam
situasi apapun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA
(Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility
dengan Visio, Uncertainty dengan understanding, hadapi Complexity
dengan clarity dan Ambiguity dengan agility.

Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan


untuk merespon perubahan lingkungan dan mengikuti harapan
stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi
merupakan faktor yang sangat penting didalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya
yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi.

Panduan perilaku Adaptif yang mestinya dipahami dan


diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas
yaitu

1. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan


2. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
3. Bertindak proaktif
Adapun kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku adaptif yaitu :
1. Inovasi
2. Antusias terhadap perubahan
3. Proaktif

7. Kolaboratif

Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan beberapa definisi


kolaborasi dan collaborative governance. Dyer and Singh (1998,
dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah “
value generated from an alliance between two ore more firms aiming
to become more competitive by developing shared rountines “:
Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolablratisi
adalah Collaboration si a complex process, which demands planned,
intentional knowledge that becomes the responsibility off all parties.
Selain diskursus tentang definis kolaborasi, terdapat isitilah
lainnya yang juga perlu dijelaskan yaitu collaborative governance.
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa collaborative governance “
sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar actor governance.
Collaborative governance dalam artian sempit merupakan kelompok
actor dan fungsi. Ansel dan Gash A(2007:559), menyatakan
collaborative governance mencakup metitraan instutusi pemerintah
untuk pelayanna public.

Sebuah pendekatan pengambilan keputusan, tata Kelola kolaboratif,


serangkaian aktivitas bersaman dimana mitra saling menghasilkan
tujuan dan strategi dan berbagi tanggungjawab dan sumber daya
(davies althea L Rehema M.White, 2012).

WoG ( Whole of Government) adalah sebuah pendekatan


penyelenggaran pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sector dan ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan public.
Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagan yang terkait
dengan urusan- urusan yang relevan

Pendekatan WoG ini sudah dikenal dan lama berkembang


terutama di Negra-negara Anglo-Saxon seperti Inggris, Australia dan
Selandia Bary. Pendekatan WoG merupakan pendekatan yang
menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat
sectoral yang selama ini terbangun dalam model NPM (New Oublic
Management). Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam
pelembagaan normal atau pendekatan informal.
Esteve et all (2013 p 20) Beberapa aktivitas kolaborasi antar
organisasi, yaitu
1. Kerjasama informal
2. Perjanjian bantuan bersama
3. Memberikan pelatihan
4. Menerima pelatihan
5. Perencanaan peralatan
6. Menerima peralatan
7. Memberikan bantuan teknis
8. Menerima bantuan teknis meberikan pengelolaan hibah
9. Menerima pengelolaan hibah

Ansel dan gash (2012 0 550) mengungkapkan beberapa


proses yang harus dilalui dalam menjamin kolaborasi yaitu

1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder


mitra kolaborasi
2. Face to Face Diagogue : melakukan negosiasi dengan baik dan
benar
3. Komitmen terhadap proses : pengakuan saling ketergantungan
sharing ownership dalam prose serta keterbukaan terkait
keuntungan Bersama
4. Pemahaman Bersama dengan kejelasan isi, definisi bersama
terkait permasalahan serta mengidentifikasi niali bersama
5. Menetapkan outcome antara

Panduan perilaku kolaboratif yang mestinya dipahami dan


diimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas
yaitu :

1. Memberikan kesempatan kepada bebagai pihak untuk


berkontribusi
2. Terbuka dan bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah
3. Menggerakkan kemanfaatan sumberdaya untuk tujuan Bersama

Adapun kata kunci yang dapat digunakan untuk


mengaktualisasikan panduan perilaku kolaboratif yaitu :
1. Kesediaan bekerja sama
2. Sinergi untuk hasil yang terbaik

F. Nilai Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai
dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih
menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.
2. Smart ASN
Persaingan global saat ini masuk dalam ranah digital,
termasuk pada system pemerintahan. Indonesia mau tidak
mau juga ikut dalam arus revolusi industry tersebut. Setiap
Aparatur Sipil Negara (ASN) dipaksa untuk adaptif terhadap
teknologi agar kinerja pelayanan lebih cepat, akurat, dan
efisien. Digitalisasi birokrasi untuk pelayanan yang optimal
adalah hal yang tak bias disanggah. Indonesia berada di
peringkat ke-77 dari 119 negara dalam Global Talent
Competitiveness Indexdengannilai 38,04. Untuk memperbaiki
indeks tersebut, pemerintah melalui Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(PANRB) menerapkan Human Capital Management Strategy
menuju Smart ASN 2024. Pemerintah memiliki program yang
dinamakan 6P, yang masukdalam Human Capital
Management Strategy. Program 6P itu meliputi :
a. Perencanaan
b. Perekrutan dan seleksi
c. Pengembangan kapasitas
d. Penilaian kinerja dan penghargaan;
e. Promosi, rotasi, dan karier
f. Peningkatan kesejahteraan. 
Smart ASN memiliki profil yang disiapkan untuk
menghadapi era disrupsi dan tantangan dunia yang semakin
kompleks.
Profil Smart ASN meliputi:
1. Integritas
2. Nasionalisme
3. Profesionalisme
4. Berwawasan global
5. Menguasai IT dan bahasa asing
6. Berjiwa hospitality ( Ramah )
7. Berjiwa entrepreneurship, dan memiliki jaringan luas.
Adanya profil ini (Smart ASN),kita akan mendapat digital
talent dan digital leader.
Adapun beberapa strategi dan kebijakan pemerintah
dalam pengembangan kompetensi ASN dan mewujudkan
Smart ASN diatur dalam RPJMN ke-3 dalam RPJPN 2005-
2025. Terdapat 6 langkah strategis pemerintah dalam
mewujudkan Smart ASN, diantaranya:
1. Melakukan rekrutmen calon Pegawai Negeri Sipil yang
berbasis Computer Based Test,
2. Pengembangan pola karier,
3. Pengembangan kompetensi,
4. Pengembangan karier,
5. Promosi melalui seleksi terbuka, dan
6. Rencana sukses.
Dengan adanya strategi dan upaya pengembangan
SDM ini, diharapkan dapat menciptakan ASN yang kompeten,
profesional, dan mampu menghadapi tantangan dan
perubahan.

Anda mungkin juga menyukai