Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Solar
Merupakan bahan bakar diesel yang diperoleh dari proses distilasi dari
minyak mentah. Untuk menghasilkan produk solar ini dibutuhkan titik didih
antara 250℃ hingga 300℃ dengan angka bilangan cetana 43 dan kandungan
sulfur antara 3000 sampai dengan 3500 ppm, Solar tidak dapat menguap pada
suhu yang tidak sesuai sehingga akan terbawa ke kolom atas kembali untuk
diolah kembali. Solar merupakan hasil pengolahan dari minyak bumi yang
digunakan untuk kendaraan bermesin diesel. Umumnya solar mengandung
unsur belerang yang tinggi. Pada bahan bakar minyak jenis solar kualitas
angka setana yang menjadi penentu. Angka setana merupakan angka tolak
ukur terbakarnya suatu bahan bakar didalam mesin diesel. Sebagai bahan
bakar, solar memiliki karakteristik tertentu, yaitu :
1. Tidak berwarna/terkadang berwarna kuning dan berbau
2. Tidak akan menguap pada temperatur normal
3. Memiliki kandungan sulfur lebih tinggi jika dibanding biosolar dan
pertamina dex
4. Memiliki flash point antara 40 ℃ sampai dengan 100 ℃
5. Terbakar spontan pada temperatur 300 ℃
6. Menimbulkan panas yang tinggi kurang lebih 10.500 kkal/kg
Untuk menghasilkan pembakaran yang baik, solar memiliki syarat – syarat
berikut :
1. Mudah terbakar
2. Tidak mudah mengalami pembekuan pada suhu yang rendah
3. Memiliki sifat anti knocking dan membuat mesin bekerja dengan lembut
4. Memiliki kekentalan yang memadai untuk disemprotkan kedalam mesin
oleh injector
5. Tetap stabil dan tidak mengalami perubahan struktur, bentuk dan warna
dalam proses penyimpanan
6. Memiliki kandungan sulfur lebih kecil lagi, agar tidak berdampak buruk
bagi mesin dan mengurangi polusi.
Biosolar
Metil ester atau biosolar merupakan minyak yang diperoleh dari proses
transesterifikasi trigliserida dari minyak nabati/minyak hewani sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin diesel ataupun sebagai
alternatif pengganti minyak transformator. Ester dalam penelitian ini
adalah ester yang diolah dari tanaman sawit. Tanaman sawit ini adalah
tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Ester juga banyak digunakan
dalam aplikasi lain yaitu sebagai bahan bakar biosolar.
Menurut American Society for Testing Materials ( ASTM Internasional),
biosolar didefinisikan sebagai mono-alkil ester dengan rantai panjang asam
lemak yang berasal dari sumber yang terbarukan serta digunakan untuk
kendaraan bermesin diesel. Biosolar merupakan bahan bakar terbarukan,
ramah lingkungan dan tidak beracun. Tak hanya itu, biosolar juga
menghasilkan gas emisi yang rendah, memiliki titik nyala yang tinggi, daya
pelumas yang baik dan memiliki angka setana yang tinggi. Transesterifikasi
lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan
dan membuang asam lemak bebas yang tidak digunakan. ( Merupakan
fermentasi dari tumbuhan). Biosalar mempunyai sifat pembakaran yang
hampir sama dengan bahan bakar solar. Tidak mengandung nitrogen atau
senyawa aromatik dan hanya mengandung kurang lebih 15 ppm sulfur.
Mengandung ± 11 % oksigen dalam persen berat yang mengakibatkan
berkurangnya kandungan energi (LHV lebih rendah bila dibanding dengan
solar), namun menurunkan kadar emisi gas buang yang berupa CO, HC, PM
dan jelaga. Mempunyai bilangan cetana 48. Selain dapat digunakan langsung,
biosolar dapat dicampur dengan solar atau minyak diesel lainnya dengan
tujuan untuk mengubah karakteristiknya agar sesuai dengan kebutuhan.
Ash Content
Apabila senyawa organik terpecah atau terurai pada suhu tinggi berkisaran
500℃ hingga 600℃ sehingga senyawa organik yang tersisa atau residu itu
disebut dengan kandungan abu (ash content). Kandungan abu itu termasuk
oksida dan garam yang mengandung anion seperti Cl−¿¿, SO 2−¿
4
¿
serta halida
ataupun kation lainnya seperti Na +¿¿, K +¿¿ dan lainnya. Untuk mendapatkan
kandungan abu harus menggunakan tungku peredam listrik yang dimana
nantinya semua bahan subjek serta abu dari hasil pembakaran akan terisolasi
dari bahan bakar. Biasanya sampel minyak diambil sebanyak 5 gram diambil
dan dimasukkan dalam krus perak yang mengakibatkan polimer akan habis
terbakar di atmosfer udara dalam tungku pada suhu 500℃ selama 2 jam dan
krus ditimbang setelah didinginkan sampai setara dengan suhu ruang.
Sehingga ketika konten yang diperoleh akan dihitung menggunakan
persamaan berikut :
Berat abu
kandungan abu= x 100
Berat sampel
Kandungan abu pada produk bahan bakar minyak bumi biasanya tergolong
rendah. Pada umumnya kandungan abu dalam kisaran berta 0,03-0,07%,
meskipun terkadang dalam minyak bumi tertentu ditemukan kandungan abu yang
lebih besar. Abu tersendiri terdiri atas padatan asing baik itu dari residu senyawa
organologam dalam larutan dan garam yang terlarut dalam air yang ada pada
bahan bakar. Garam itu dapat berupa unsur natrium, vanadium, aluminium, nikel,
kalsium, magnesium, silikon dan besi. Apabila unsur itu terdapat banyak dalam
bahan bakar akan menyebabkan titik leleh serta bersifat korosifitas yang akan
mengakibatkan batuan dari hasil kandungan tersebut.
Kandungan abu biomassa memiliki efek pada hasil cairan organik melalui
reaksi perengkahan katalitik primer dan sekunder dari uap organik. Hal ini
menyebabkan peningkatan air dan karbon dioksida dan mengurangi hasil organik.
Meskipun total cairan tetap hampir sama, kadar air jauh lebih tinggi mungkin
mengakibatkan pemisahan fasa dan nilai kalor lebih rendah karena kadar air yang
lebih tinggi. Umumnya, kadar abu di bawah sekitar 2,5% berat akan menghasilkan
cairan fase tunggal yang homogen, meskipun kadar kalium yang tinggi akan
menurunkan datum ini. Abu berasal dari nutrisi dalam biomassa, yang kalium
sangat penting, dan dari tanah dan kontaminasi terkait diperkenalkan dalam
tumbuh dan panen. Oleh karena itu, pengelolaan abu menjadi penting.
Pengurangan abu dapat dikelola melalui pencampuran pakan dan melalui air atau
pencucian asam encer, meskipun implikasi biaya keuangan dan energi dari
pencucian dapat menjadi signifikan.
Gravimetri
Gravimetri merupakan analisis kimia yang berdasarkan penentuan berat
dari hasil reaksi atau proses isolasi serta juga penimbangan suatu unsur
senyawa tertentu dari unsur dalam bentuk yang semurni mungkin. Gravimetri
itu tersendiri termasuk kedalam analisis yang menghitung jumlah secara
konvensional. Sebenarnya dalam gravimetri itu tersendiri terdapat penentuan
gravitimetri dengan cara instrumental yakni bahasa lainnya elektrogravimetri.
Pada analisis ini penentuan jumlah zat berdasarkan pada pengukuran berat
(penimbangan). Selain melakukan penimbangan terhadap sampel yang diuji
dilakukan juga penimbangan terhadap hasil reaksi, baik itu yang dihasilkan
dalam bentuk endapan maupun dalam bentuk gas terhadap reaksi yang terjadi.
Berdasarkan dasar dan cara pemisahan, gravimetri dibagi menjadi :
1. Cara pengendapan.
Pada cara ini sejumlah sampel dilakukan dengan pereaksi tertentu zat yang
akan ditetapkan (analit) diendapkan. Endapan yang terjadi kemudian
ditetapkan bobotnya, dari kedua bobot dan faktor tertentu kadar zat dapat
dicari. Cara ini paling banyak dilakukan.
2. Cara penguapan.
Pada cara ini sampel direaksikan sehingga dihasilkan suatu gas atau dapat
juga dipanaskan sehingga memecah menghasilkan gas. Penimbangan gas
yang keluar dapat secara langsung yaitu diserap oleh suatu pereaksi
terlebih dahulu atau secara tidak langsung yaitu penimbangan analat
sebelum dan sesudah reaksi. Cara ini kadang-kadang dinamakan cara
evolusi.
3. Cara elektrogravimetri.
Seperti dikatakan diatas, cara ini sebenarnya termasuk cara instrumental.
Pada cara ini sampel diendapkan secara elektrolisis dengan potensial
tertentu. Cara ini banyak digunakan untuk menentukan kadar logam Cu
dan Zn yang akan dibicarakan pada praktikum Kimia Fisika / Analisis
Instrumental.
Fame
FAME (fatty acid methyl ester) adalah jenis ester asam lemak yang
diturunkan dengan transesterifikasi lemak dengan metanol. Molekul yang ada
dalam biodiesel terutama FAME didapati dari minyak nabati dengan melalu
proses transesterifikasi. FAME biasanya dihasilkan dengan reaksi alkali,
reaksi katalis antara lemak dan metanol dengan adanya basa seperti natrium
hidroksida, natrium metoksida atau kalium hidroksida. Dalam kehidupan
sehari-hari penggunaan minyak FAME biasanya diaplikasikan kepada mesin
diesel. Namun dalam penggunaan FAME sendiri tidak bisa tanpa adanya
campuran dari minyak solar.

A. Bridgwater, in Biomass Combustion Science, Technology and Engineering,


2013
Dipak K. Sarkar, in Thermal Power Plant, 2015

Anda mungkin juga menyukai